Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat ISSN: 1829-8257; E ISSN: 2540-8232

Vol. 15, No 02, Desember 2019, p. 98-106 98

Membumikan Spirit Toleransi Sunan Kudus Kepada Generasi


Millenial Melalui Tali Akrab
Kholidia Efining Mutiaraa,1,*, Nur Saidb,2
aInstitutAgama Islam Negeri Kudus, Jawa Tengah, 59311, Indonesia
bInstitutAgama Islam Negeri Kudus, Jawa Tengah, 59311, Indonesia
1kholidiaeveningmutiara19@gmail.com*; 2nursaid@stainkudus.ac.id*

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: Intolerance, violence, riots, terror to religious leaders, hoax news, expressions of
Received : 2019-02-05 hatred, provocative issues, in the name of religion are sources of animosity
Revised : 2019-04-14 between people and groups. This triggers national dimensions such as in
Accepted : 2019-12-20 Indonesia and even the world. Therefore this research focuses on national
Keywords: studies, which seeks to earthing the spirit of tolerance of teachings through the
Grounding struggle of Sunan Kudus, which is implemented to the millennial generation,
Millennial Generation through interfaith communities and beliefs (Tali Akrab). This study uses
Sunan Kudus phenomenological approach and content analysis by collecting data through
observation, interviews and documentation from 2014 to 2018. The findings
revealed that there was a the strengthening of tolerance value of Sunan Kudus
era, which can be applied to Millennials through (Tali Akrab), where this activity
can produce one of the efforts to strengthen religious tolerance.

ABSTRAK
Kata Kunci: Intoleransi, kekerasan, kerusuhan, teror pada pemuka agama, berita hoax, ujaran
Membumikan kebencian, isu provokatif, dengan mengatasnamakan agama menjadi sumber
Generasi Millenial permusuhan baik antar umat dan golongan. Hal inilah yang terjadi dimensi
Sunan Kudus nasional seperti di Indonesia bahkan dunia. Maka dalam penelitian ini lebih focus
pada kajian nasional yaitu berupaya untuk membumikan spirit toleransi ajaran
melalui perjuangan sunan Kudus yang diimplementasikan kepada generasi
millenial, melalui komunitas lintas agama dan kepercayaan (Tali Akrab).
Penelitian ini menggunakan pendektan fenomenologis dan content analysis
dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi, dimana data diperoleh dari tahun 2014-2018. Temuan dalam
penelitian ini adalah adanya penguatan nilai toleransi era sunan Kudus yang bisa
diaplikasikan kepada generasi Millenial melalui tali akrab, dimana langkah ini
dapat menghasilkan salah satu upaya penguatan toleransi beragama.

I. Pendahuluan berbagai forum. Kasus Ambon dan Maluku


yang menelan ribuan korban jiwa, dimana hal
Kilas balik mengingat tragedi wilayah
itu mencerminkan terjadinya konflik sosial
Sudan selatan memisahkan diri dengan
antar agama dan suku secara berhimpitan.
Sudan pada tahun 2011 penyebabnya adalah
Hal ini seperti halnya sebuah penelitian
perbedaan agama dan keyakinan. Ketika
menyampaikan bahwa perlakuan intoleransi
Sudan telah misahkan diri dan menjadi
kekerasan dan diskriminasi pada kelompok
Negara mandiri, bukan damai yang terjadi
minoritas.(2)
tapi konflik terjadi lagi yang dipicu faktor
Kekerasan demi kekerasan bergulir silih
kesukuan.(17) Berbagai kerusuhan dengan
berganti, yang bermula dari persoalan konflik
mengatas namakan agama sebagai sumber
vertical namun kemudian merembet ke
permusuhan antar umat, seperti halnya
persoalan horizontal, konflik ini terwujud
beberapa waktu lalu, dunia diributkan dengan
dalam bentuk konflik antar etnis dan antar
keberadaan radikalisme dan terorisme dengan
agama. Di poso, Sulawesi Tengah, Konflik
alibi kepentingan agama. Islam dan jihad
yang dimulai dari perkelahian antar warga
seakan menjadi kambing hitam yang
menjadikan perbincangan yang tiada usai
DOI:10.23971/jsam.v15i2.1167 W : http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam
E : Jsam.iainpky@gmail.com
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 99
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

berubah menjadi konflik antar komunitas kelompok yang sering menjadi sasaran ujaran
agama Islam dan Kristen.(8) kebencian dari masyarakat bahkan sering
Beralih pada tahun ini, sering sekali pula diartikulasikan berupa kekerasan fisik.
ujaran kebencian dan hoax menjadi topik Sasarannya antara lain ; LGBT (26,1%),
hangat, karena keberadaannya dapat Komunis (16,1%), Yahudi (10,7%), Kristen
dikatakan sebagai tindakan pecah belah, (2,2%), Wahabi (0,5%), Katolik (0,4%) dan
sebab objeknya adalah SARA (Suku, Agama, Konghucu (0,1%). Survei tersebut apabila
Ras dan Antargolongan). Kita tentu sudah digambarkan terdapat 59,9% responden
tahu bahwa ujaran kebencian bisa disebut memiliki minimal suatu kelompok yang di
juga sebagai isu profokatif dimana unsur benci. Lalu 92,2% tidak setuju jika yang
kebencian terdapat di dalamnya. Hoax sama menjadi pemuka pemerintah bukan dari
artinya dengan berita bohong yang golongan mereka sendiri, dan 82,4% dapat di
mengandung Unsur Provokatif juga. deskripsikan mereka tidak rela jika anggota
Pertanyaan yang akan muncul adalah, kelompok yang dibenci menjadi tetangga
mengapa hal tersebut terjadi untuk suatu mereka.
motif tertentu? Jawabannya adalah satu, Menjelang pilkada 2018, SARA
yakni lemahnya sikap toleransi kita pada merupakan alat politik yang berpotensi kuat
perbedaan khususnya dalam konteks agama meningkatkan sikap intoleransi dan
dan kepercayaan. Berikut data-data yang menebalkan sikap konservatisme beragama
peneliti kumpulkan terkait ujaran kebencian dikalangan masyarakat. Sebagaimana data
dan berita hoax yang beredar saat ini yang dipaparkan oleh Kompas.com
khususnya dalam hal agama dan setidaknya terdapat 201 kejadian pelanggaran
kepercayaan. terhadap kebebasan beragama. Posisi daerah
Serangan dan teror pada kiai dan para yang tingkat pelanggarannya paling tinggi
pemuka agama yang terjadi pada beberapa adalah Jawa Barat, setidaknya terdapat 29
waktu lalu seakan menjadi sebuah teror yang kejadian, 26 kejadian di Jakarta, 14 kejadian
mencemaskan. Masih teringat betul seorang di Jawa Tengah, 12 kejadian di Jawa timur,
pemuda yang menyerang umat gereja di dan 12 kejadian di Banten. Naiknya
Sleman dengan bersenjatakan Parang. Biksu intoleransi yang di picu dari Kontestasi
Mulyanto di Tangerang tepatnya daerah Politik ini, setidaknya perlu adanya
Leguk juga mengalami nasib serupa saat kombinasi antara penegakan hukum dan
melangsungkan Ibadah. Tidak berhenti di dialog antar umat beragama untuk
situ, Keluarga Kiai di Pesantren Al Falah mengantisipasi provokasi yang
Kediri juga cukup menyeret kecemasan mempengaruhi masyarakat dimana secara
meskipun tidak ada korban jiwa. Kabar sistematis mereka memproduksi kebohongan
terbaru, Kiai Umar Basyri disergap orang tak (hoax) dengan menggunakan sentimen
dikenal saat melangsungkan Ibadah Salat SARA.
Subuh, alasannya sampai saat ini belum Berkiblat pada kasus-kasus intoleransi,
cukup jelas, tetapi bedasarkan analisis perlu bagi kita memiliki solusi lain sebagai
pribadi, bisa dipastikan semua itu terjadi pijakan atau wadah untuk melakukan
karena tidak ada toleransi antar umat perubahan. Setidaknya kita telah mengetahui,
beragama dan di picu oleh Ujaran Kebencian bahwa Islam Moderat dapat menjadi
sebelumnya. Kemudian di Situbondo Jawa penengah kedamaian pada dunia ini.
Timur terjadi pula kerusuhan yang Mengingat banyak sekali jalur ekstrim kanan
diakibatkan dari menghina Islam dan Kiai. dan kiri yang mengharuskan kita mampu di
Ujaran Kebencian isu SARA (Suku, tengah-tengah antara dua jalur ekstrim.(5)
Agama, Ras dan Antargolongan) juga Oleh karena itu perlu bagi kita untuk dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Hal berada diantara keduanya. Salah satu langkah
ini penulis analisis pula berasal dari tidak untuk menjadi Islam Moderat adalah dengan
adanya nilai toleransi khususnya dalam memiliki sikap Toleransi Beragama. Islam
agama, dampaknya hal ini malah disalah Moderat merupakan Islam dengan
gunakan untuk kepentingan politik menjelang mengusung genre perdamaian, yakni
pilkada. mengambil jalan tengah, karena sejatinya
Wahid Institute dan lembaga Survei tidak ingin terlibat perselisihan, sebab
Indonesia juga merilis mengenai 10 moderat bukanlah paradigma yang condong

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi)


100 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

pada salah satu kubu ekstrim. Pemilihan jalan masyarakat Kudus yang hidup kini
tengah ini tidak boleh dipahami sebagai sikap menyatakan pamali menyembelih sapi.
toleran pada semua perbedaan, bahkan sikap Faktor diataslah yang menjadi alasan
apatis lalu membiarkan pertarungan antar 2 pergeseran makna toleransi keberagamaan.
kubu yang berlangsung tanpa ada usaha Sehingga dapat disimpulkan bahwa local
untuk menyelesaikan perseteruan tersebut. wisdom yang dibawakan Sunan Kudus
Sebab kita tau bahwa sikap toleransi terdapat khususnya pada pelarangan penyembelihan
2 macam, yakni pasif dan aktif. Jika passif sapi kurang begitu berperan penting dalam
kita cukup toleransi untuk diri kita sendiri, menciptakan kedamaian keberagamaan.(18)
tetapi jika aktif maka kita perlu Demi menghindari luasnya kajian, maka
mengamalkan untuk kegiatan sosial.(13) tulisan ini akan difokuskan pada
Sebenarnya, Toleransi beragama membumikan spirit Toleransi Sunan Kudus
bukanlah hal yang baru, nabi Muhammad kepeda generasi millenial melalui tali akrab,
SAW telah mengajarkannya di beberapa abad berikut fokus masalah pada tulisan ini:
silam, dan di tanah jawa, sosok Syaikh Ja’far Pertama, apa saja nilai-nilai toleransi warisan
Shodiq atau sering dipanggil Sunan Kudus Sunan Kudus? Kedua, Bagaimana peran tali
juga telah mengajarkan hal ini pada akrab dalam membumikan Toleransi?
masyarakat Kudus. Sunan Kudus yang telah II. Tinjauan Pustaka
membawa sebuah akulturasi budaya untuk 1. Makna Toleransi Beragama
kedamaian warga Kudus yang majemuk Kata ‘toleransi’ bermakna sikap atau sifat
keberagamaannya waktu itu. Dari latar toleran. Modal dasar memupuk sikap
belakang tersebut, bukanlah hal yang tidak toleransi antarsesama dalam kehidupan
mungkin jika kita dapat menghidupkan lagi sosial.(17) Toleransi beragama yang dianut
spirit toleransi Sunan Kudus untuk kita seseorang tidak seharusnya dipaksakan untuk
aplikasikan saat ini. diikuti, akan tetapi kebebasan berkeyakinan
Melalui sebuah wadah atau komunitas adalah hak setiap individu.(13)
yang mampu menampung seluruh agama, Agama merupakan pegangan utama
suku dan kepercayaan, bukanlah hal yang dalam melangsungkan kehidupan, karena
mustahil jika perlahan sikap toleransi pegangan utama inilah setiap individu
beragama akan mengakar pada tiap individu. memang seharusnya memegang teguh agama
Wadah tersebut merupakan komunitas lintas tersebut untuk kelangsungan hidupnya atau
Agama, salah satunya pada Komunitas lintas dalam istilah lain adalah Fantisme, yang
Agama di Pantura yakni “Tali Akrab”. Kini tentunya berimbas pada dirinya Sendiri, akan
kita telah mengetahui bahwa toleransi tetapi bukan berarti kita memegang teguh
beragama telah lama dicanangkan, akan keyakinan yang kita miliki kemudian
tetapi mengapa hingga saat ini masih ada mengaggap agama lain adalah salah atau
konflik dengan melandaskan agama dan sesat. Apabila kita mengacu kepada konteks
kepercayaan sebagai sumber konflik dan Fanatisme beragama hal tersebut benar, akan
alasan untuk melangsungkan tindakan tetapi apabila yang kita hadapi adalah
Radikalisme? konteks toleransi beragama, tentu hal tersebut
Tulisan ini juga menjawab sebuah tidaklah benar. Hal ini sama dengan yang
permasalahan yang diangkat Rosyid yang disampaikan Thodorson dan theodorson
menyatakan bahwa Local Wisdom yang dalam bukunya, bahwa agama itu, bersifat
diwariskan oleh Sunan Kudus (Pelarangan sungguh-sungguh pribadi dan sungguh-
menyembelih sapi). Yang secara realistik tak sungguh sosial.(11)
terbukti dengan fakta yang dituliskan bahwa Manusia hidup tentu membutuhkan
konflik antar umat beragama secara terbuka orang lain atau dalam istilah lain Zoon
dan terselubung marak terjadi, Rosyid Politicon oleh karena itu sikap toleransi harus
berpandangan demikian sebab faktor ada pada tiap individu, apalagi soal
penyebab pergeseran makna toleransi keyakinan, dimana setiap orang berhak
beragama (Pantang Penyembelihan Sapi) di menentukan apa keyakinannya, tidak perlu
Kudus merupakan akibat dari santri yang bagi kita untuk menyalahkan keyakinan yang
terdidik pada pendidikan formal, generasi dianut orang tersebut.
muda yang menegakkan secara utuh Apabila kita pahami, faktor pemicu
Alqur’an Hadis serta ketidaktahuan konflik antar dan intern umat beragama,

Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 101
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

Pertama, berupa pemahaman yang dangkal, Pada penelitian Mukhlis, kerukunan umat
fanatik, dan tekstual terhadap ajaran beragama dapat dipersatukan jika kita
agamanya, berdampak memandang sempit memahami dan dapat mengaplikasikan
pemeluk agama lain. Kedua, adanya loko teologi umat beragama.(10) Sedangkan pada
penggerak untuk menyelesaikan probem tulisan ini, toleransi beragama dapat muncul
perbedaan antar agama dengan konflik. dengan kita dapat berdiri di tengah
Ketiga, konflik sebagai pelampiasan atas perbedaan, yakni dengan menghidupkan
keterbatasan penuhi kebutuhan hidup bagi kembali spirit toleransi Sunan Kudus melalui
pelaku karena faktor sumber hidup, Komunitas Lintas Agama di Pantura yakni
kemiskinan, dan disharmoni sosial. Interaksi Tali Akrab.
sosial positif tercipta bila harmoni sosial dan
empati sosial tercipta juga terantisipasi sikap Selanjutnya pada penelitian Mukhlis,
agresif.(11) Objek penelitian adalah Pancasila sebagai
2. Generasi Millenial teologi kerukunan umat beragama,
Generasi millennial merupakan generasi sedangkan dalam tulisan ini, Objek penelitian
yang lahir pada tahun 1980-2000, dalam adalah Ajaran Toleransi Beragama Ala sunan
konteks ini merupakan pemuda. Tetapi secara Kudus yang dikemas melalui Komunitas
spesifik tahun kelahiran atara 1982-2000 Lintas Agama di Pantura yakni Tali Akrab.
dapat pula disebut generasi Y sebab mereka III. Metode Penelitian
lahir setelah generasi X yakni generasi yang
lahir pada tahun 1960-1980 an. Ada pula Tulisan ini merupakan produk kualitatif
sebutan lain untuk generasi millenial, yakni dengan pendekatan fenomenologi.
generasi paterpan dan generasi boomerang. Pendekatan fenomenologi merupakan sebuah
Adapun ciri yang terdapat pada masyrakat pendakatan pada studi agama yang
millennial, diantaranya; berpendidikan tinggi, dihadirkan untuk mempelajari hakikat agama
tidak buta teknologi, pelaku enterpreauner, secara gamblang. Dalam memahami
memiliki cita-cita yang besar, peduli pada fenomena agama, pendekatan ini
orang lain, berorientasi pada hasil, bukan membutuhkan keterbukaan dan empati, oleh
orang agamis, dapat mengerjakan berbagai krena itu perlu hubungan erat antara peneliti
tugas, berani mengambil resiko, gencar dan objek yang di teliti.(7) Pendekatan ini
mencari kesempatan bisnis, dan memiliki disampaikan dengan tujuan mengembangkan
rasa penasaran yang tinggi. Generasi milenial data-data sosial, dan data-data ini merujuk
merupakan generasi yang spesial, karena pada data primer.(20)
generasi ini tidak buta teknologi(16) Pada pendekatan fenomenologis lebih
Sehingga dapat kita simpulkan terdapat dua menekankan kesubjektifan perilaku
alasan untuk sebutan tersebut untuk generasi masyarakat, dengan cara memasuki langsung
millennial, yakni; Pertama, merugikan dan dunia konseptual dari subjek penelitian,
membahayakan diri sendiri, sebab generasi sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu
ini cenderung melawan perintah orang tua penelitian dapat berkembang pada peristiwa
yang disebabkan hal ekonomi atau gaya dalam kehidupan sehari-hari.(9) Selain itu
hidup. Kedua, kecenderungan untuk data yang disajikan dalam bentuk verbal dan
menunda dan menerobos fase-fase remaja, bukan bentuk angka, karena penelitian yang
seperti menikah, memulai karier dsb. digunakan adalah kualitatif.(3)
Dalam proses penelitian ini
Pada penelitian ini terdapat kesamaan menggunakan observasi partisipatoris.
dan perbedaan pada penelitian Mukhlis. Observasi partisipatoris yakni peneliti ikut
Penelitian Mukhlis terdapat beberapa serta terjun langsung dalam pengamatan,
kesamaan dengan penelitian penulis, yakni; bukan sekedar pengamatan jarak jauh.
penelitian mengarah pada terciptanya Melalui observasi partisipatoris kegiatan
kerukunan umat beragama, toleransi umat yang terjadi tentu amat jelas untuk peneliti
beragama. Tidak hanya berhenti pada amati. Selain itu moment pada komunitas
persamaan penelitian, pada penelitian dalam yang peneliti amati tidak hanya sekali,
tulisan ini dan penelitian Mukhlis terdapat melainkan beberapa kali yakni sejak tahun
pula beberapa perbedaan, diataranya; 2014 hingga tahun 2018. Selain observasi,
peneliti juga menggunakan wawancara dan

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi)


102 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

dokumentasi baik berupa buku, catatan, karena lembu merupakan salah satu hewan
maupun laporan hasil penelitian dari peneliti yang di agungkan oleh pengikut keyakinan
terdahulu sebagai sumber penelitian. tersebut. Dalam Tulisan Solichin Salam,di
Metode analisa digunakan untuk sebutkan bahwa pada waktu itu Sunan Kudus
menganalisa data-data yang berhasil di pernah mengikat seekor lembu di sekitar
kumpulkan. Metode analisa data merupakan pekarangan masjid, hal ini tentu menyita
suatu langkah yang sangat kritis dalam perhatian masyarakat yang masih memeluk
penelitian, peneliti harus memastikan pola agama hindu, alhasil masyarakat tersebut
mana yang akan digunakan, apakah pola berbondong-bondong datang, sesudah hadir,
statistik atau non statistik. Dalam hal ini maka sunan kudus kemudian bertabligh
penulis menggunakan analisis non statistik, dengan politik tersebut, pada ahirnya banyak
artinya data yang ada di analisis menurut diantara mereka memeluk Islam. Sunan
isinya, karena itu analisis semacam ini di Kudus menyampaikan, bahwa semasa
sebut analisis isi.(15) hidupnya Sunan Kudus melarang rakyatnya
menyakiti atau memotong lembu, sebab pada
IV. Hasil dan Diskusi suatu ketika sunan kudus pernah kehausan
a. Nilai-Nilai Toleransi Warisan Sunan kemudian mendapatkan air susu dari seekor
Kudus lembu.(4)
Penyebaran Islam dengan tindakan
Cerita tersebut mengandung arti, bahwa
akulturasi budaya (memadukan dua budaya
mayoritas dari nenek moyang kita dahulu
tanpa menghilangkan sifat asli pada budaya
adalah pemeluk agama Hindu dan Budha,
tersebut) antara budaya dalam Agama Islam
dengan demikian mereka sangat
dengan Budaya Agama Hindu-Budha.
menghormati sapi, maka untuk tidak
Tindakan tersebut adalah salah satu strategi
menyinggung perasaan dan kehormatan
Sunan Kudus untuk mendakwahkan Islam,
kepercayaan pemeluk agama tersebut,
yakni menyebarkan agama Islam melalui
kemudian Sunan Kudus mengambil siasat
jalur Hindu-Budha (dalam hal kebudayaan).
dengan jalan membuat cerita yang
Disebutkan dalam penelitian Mustaqim
mengandung filsafat seperti diatas, dengan
bahwa proses Internalisasi atau membumikan
demikian kita diajarkan untuk bertoleransi
ajaran agama tentu membutuhkan wahana.
sebagaimana yang diajarkan Islam kepada
Wahana yang mampu melakukan tugas
kita.
tersebut tak lain adalah pendidikan untuk
memasukkan ajaran Islam pada nusantara. 2. Bukti Arkeologis
Hal ini tentu tidak mudah maka pada saat itu
Walisongo menggunakan pendekatan Arsitektur dari bangunan menara oleh
dakwah yang lebih akulturatif di dalamnya Sunan Kudus merupakan sabuah bukti
terdapat tradisi dan budaya lokal. Inilah akulturasi budaya pada masa itu, hal ini telah
Walisongo yang mampu memikat hati di ungkap pada penelitian Nur Said, bahwa
masyarakat tanpa menghapus warisan tradisi Mahakarya Menara Kudus tercermin nilai
lokal, Sunan Kudus merupakan salah satunya Estetika Lintas Budaya dan dalam bidang
dalam menjalankan akulturasi budaya Sunan Kudus melakukan pendekatan Budaya
sebagai sarana dakwah dan toleransi.(12) (Kultural) dengan wajah toleran.(19)

Berikut nilai-nilai Toleransi warisan Segala sesuatu pasti memiliki asal-usul


Sunan Kudus, antara lain: adanya hal tersebut terjadi, asal-usul
didirikannya Masjid Al-Aqsho dan Menara
1. Bukti Historis dan Folklor Kudus oleh Sunan Kudus di Kudus adalah
sebagai salah satu dakwah untuk
Syaikh Ja’far Shodiq dalam menyiarkan
menyebarkan agama Islam. Sebenarnya
Agamanya melalui pendekatan tersebut.
sebelum didirikannya Masjid Al-Aqsho dan
Diantara budaya yang sampai saat ini masih
Menara Kudus di lokasi tersebut, Sunan
menjadi tradisi di Kudus (khususnya wilayah
Kudus Sebelumnya telah mendirikan sebuah
sekitar menara) adalah larangan
masjid di Langger Dalem, jaraknya sekitar
penyembelihan Lembu (sapi) hal ini
200 meter dari letak masjid dan menara saat
dilakukan sebagai salah satu tanda
ini. Karena faktor tempat yang kurang
menghormati masyarakat Budha-Hindu,

Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 103
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

strategis, yang jauh dari pusat keramaian Kudus melangsungkan kehidupan


maka letak masjid tersebut di pindah, seperti bermasyarakatnya dengan bermodal
sekarang ini yang berada di tengah Toleransi beragama, hasil toleransi tersebut
keramaian. Tujuannya seperti yang dapat menjadi salah satu jalan sebagai jalan
disebutkan sebelumnya, yaitu sebagai salah untuk berdakwah. Konteks diatas, ternyata
satu media dakwah, apabila tempat ibadah bukan sekadar pemikiran nonsense atau
dekat dengan tempat keramaian tentu omong kosong belaka. Wujud toleransi
masyarakat akan mudah dalam melaksanakan beragama juga telah di terapkan oleh wali
ibadahnya. songo dalam menyebarkan agama Islam di
Nusantara,(6) salah satunya adalah Syaikh
3. Bukti Tata Ruang Kudus Kulon Ja’far Shodiq atau lebih dikenal dengan
Seperti yang kita ketahui tata letak Sunan Kudus seperti yang dipaparkan diatas.
Masjid Al-Aqsho bertetangga dengan salah b. Peran Tali Akrab dalam
satu Klenteng china, yaitu Klenteng Hok Membumikan Toleransi
Ling Bio sehingga peneliti menanyakan
kepada narasumber, yakni bapak Deni salah Indonesia berdiri atas sokongan berbagai
satu staff pengurus yayasan menara Kudus aliran beserta ideologi darimanapun, bahkan
mengenai hubungan sosial, dan beliau liberal sekalipun.(1) Sedangkan Islam di
menjelaskan bahwa letak tempat ibadah ibaratkan “Tokoh Historis” yang bersifat
berbeda agama merupakan salah satu tempat Omnipresent (Hadir dimana-mana) dalam
pengujian iman, seperti kesabaran dan setiap lini masa kehidupan manusia dan
toleransi. mengilhami siapa saja. Komunitas lintas
agama di pantura atau yang sering disebut
Sementara keadaan sosial tali akrab merupakan sebuah komunitas yang
kemasyarakatan di lingkungan Masjid Al- dirintis oleh “R”, dkk. Dalam wawancara
Aqsho dan Klenteng Hok Ling Bio dapat yang peneliti lakukan, “R” menyatakan
dikatakan harmoni, yaitu seimbang dan sikap bahwa Dalam komunitas ini merupakan suatu
toleransi beragama memang terjadi, terbukti perkumpulan umat dengan agama-agama
tidak ada bentrokan yang mengatas namakan yang berbeda baik yang legal maupun illegal.
tempat ibadah. Akan tetapi di tahun 80-an, Diantaranya untuk agama yang legal adalah
tepatnya tahun 1919 pernah terjadi keributan, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
dimana letak keributan tersebut terjadi di Konghucu. Untuk agama ilegal diantaranya
perempatan jalan raya Masjid Al-Aqsho, adalah agama Baha'i, agama aliran
karena hal itu ada yang mengisukan Ahmadiyah. Selain itu terdapat pula
keributan terjadi karena letak dua tempat kepercayaan Penghayat dan Sedulur Sikep
ibadah yang berbeda kepercayaan, padahal atau Samin.
sebenarnya bukan karena itu, akan tetapi
karena faktor SI (Sarekat Islam), selain itu Pertanyaannya untuk apa komunitas
para pelaku kerusuhan berasal dari luar lintas agama dan kepercayaan ini dibentuk?
Kudus semua, jadi istilahnya pinjam tempat Pembentukan komunitas ini tak lain adalah
saja untuk melakukan kerusuhan tersebut. untuk menyatukan perbedaan, sebab kita
Indonesia, tentu kedamaian adalah dambaan.
Dari sejarah yang yang dilakukan sunan Selanjutnya dalam mewujudkan perdamaian,
Kudus dapatkah hal tersebut di sebut terdapat 5 etika hubungan sosial antar umat
toleransi beragama? Kata ‘toleransi’ yakni; Al-Musyawwat artinya, kita
bermakna sikap atau sifat toleran, secara memahami bahwa derajat manusia adalah
harfiyah bermakna menghargai dan secara sama. Al-Adalat artinya sikap anti
luas dapat diartikan sebagai prinsip sosial diskriminasi. Al-Ta’asyusyi al-Silmi berarti
untuk bebas brpendapat, berlapang dada eksistensi damai. Tasamuh yakni toleransi
dalam prinsip yang dilakukan orang lain.(21) atau saling menghargai dan dialog arif,
Toleransi merupakan sikap saling kostruktif serta transformatif.(14)
menghargai antar sesama, bahkan hal ini Terbentuknya sebuah komunitas bertujuan
dapat dikatakan modal untuk melangsungkan untuk menjalin interaksi, komunikasi dan
kehidupan yang damai dan sejahtera. Hal dialog termasuk komunitas lintas agama atau
tersebut terbukti bagaimana cara Sunan tali akrab. Berikut peran tali akrab dalam

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi)


104 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

membumikan ajaran toleransi Sunan Kudus, Kristen, tetapi juga Penghayat, Samin,
diantaranya adalah sebagai berikut: Muslim, Hindu, Budha, turut hadir dan
beberapa ikut serta menampilkan karya seni,
1. Diskusi Interaktif seperti permainan musik, paduan suara
Diskusi Interaktif merupakan diskusi maupun tari dan di tempat tersebut masih
yang dilakukan antara pemateri dan audiens dalam nuansa hari raya Idul Fitri. Acara
atau antar audiens. Berikut diantaranya; tersebut ialah inisiatif komunitas lintas
Dialog lintas agama di balai budaya dengan agama untuk melaksanakan halal bi halal
tema Sunan Kudus dan sejarah Kota Kretek, tetapi bukan hanya kaum Muslim saja, tetapi
mendialogkan Ahmadiyah di masjid lintas agama.
Ahmadiyah semarang, disana kami 3. Sambung Rasa Relasi Sosial
membahas mengenai keberadaan, seluk beluk
memgenai Aliran Ahmadiyah, Mendialogkan Sambung rasa relasi sosial merupakan,
Agama Budha di Vihara Dammadipha Colo kegiatas serupa dengan diskusi, yang di
Kudus, dalam pertemuan tersebut kita dalamnya diisi dengan saling sharing dan
membahas mengenai seluk beluk agama dialog mengenai keluh-kesah yang dialami,
Budha, pendidikan, pemakaman juga sehingga wadah ini selain dapat saling
perhatian dari pemerintah untuk keberadaan berbagi pengalaman dan masalah, juga turut
mereka. Dialog tentang sosialisasi antisipasi serta mencari solusi terkait permasalahan
kebakaran dan dialog Sekte Advent, yang yang dialami. Berikut diataranya; Kunjungan
dilakukan di Rumah Makan How Jek. Dalam dari umat Baha'i di kediaman Bapak “R”.
perkumpulan tersebut terdapat dialog Kehadiran mereka bukan sekedar kunjungan
interaktif dalam dua sesi, pada sesi pertama akan tetapi juga berdialog dengan Mahasiswa
yakni dialog antisipasi kebakaran karena STAIN Kudus. Dialog antar umat beragama
pada waktu tersebut sedang marak di Rutan Kudus.
kebakaran, dialog ini diisi oleh anggota
pemadam kebakaran, dialog interaktif bukan Hingga sekarang toleransi memang
hanya dari kalangan Muslim, tetapi berbagai masih berjalan. Lalu bagaimana peran dari
agama. Dialog interaktif kaum kristiani Sekte komunitas lintas agama di pantura atau yang
Advent, dalam dialog ini dapat dikatakan sering disebut tali akrab? Sebenarnya
seperti halnya saling bercerita keluh kesah permasalahan utama tidak adanya toleransi
yang dialami dalam peribadatan, adalah karena kurangnya komunikasi, dan
permasyarakatan dan sejarah agama yang posisi Tali Akrab sebenarnya tak lain adalah
mereka anut. sebuah wadah yang menampung seluruh
perbedaan untuk dapat berkumpul dan
2. Pagelaran Seni melakukan dialog, agar ada komunikasi dan
kejelasan. Melalui komunitas tersebut, dalam
Pagelaran seni merupakan salah satu analisis penulis, Tali Akrab merupakan
kegiatan dalam rangka mengenalkan penyambung tangan dari dakwah Sunan
kesenian yang dimilki antar agama dan Kudus, dengan kita dapat berkumpul dengan
kepercayaan, berikut diantanya; Pentas seni berbagai agama pemikiran kita pasti akan
pada hari kenaikan Isa Al masih di Hotel lebih terbuka, kita akan lebih mengerti
Gripta Kudus, pada acara tersebut dihadiri indahnya dapat hidup berdampingan di
oleh seluruh anggita lintas agama, minimal tengah perbedaan. Mulai dari dialog lintas
perwakilan dari agama dan kepercayaan. Di agama, mendialogkan hal-hal yang bersifat
dalam acara tersebut kami menyaksikan umum hingga pada hal yang sangat vital
pentas seni, berdoa bersama dan seperti halnya isu-isu yang terjadi pada
penggalangan amal untuk kaum kristiani, agama tersebut. Jika dulu dengan keberadaan
sedangkan yang tidak satu aliran dengan Sunan Kudus dan kebijakan yang diberikan
mereka hanya turut menghadiri dan pada masyarakat pada waktu itu, maka saat
menyaksikan, tanpa mengikuti yang mereka ini perlu bagi kita menghidupkan lagi ruh
lakukan. Pentas seni dalam rangka perayaan dari ajaran yang Sunan Kudus berikan, salah
acara halal bi halal, yang diadakan di satunya komunitas lintas agama di pantura
GSJPDI Bukit Sion Kudus. Dimana peserta atau tali akrab.
pada acara tersebut bukan hanya jemaat

Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232


Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 105
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

Non Berkumpul Ajaran Generasi


Muslim
Muslim Dalam Toleransi Sunan Millenial
Komunitas Kudus

Internalisasi Spirit
Saling
Wujud Toleransi Sunan Kudus
mengerti dan
Toleransi
memahami
Gambar 1. Bagan toleransi dalam komunitas tali Hidup Damai Tanpa
akrab.
Sentimen Perbdaan
Dengan langkah ini tentu kita akan mulai Agama
dapat bijak dalam melangkah, oleh karena
itu, golongan millenial sebagai golongan
yang masih produktif menjadi sasaran utama
dengan beberapa sikap yang telah dijelaskan
Islam Mampu Berdiri di
sebelumnya. Melalui generasi millenial inilah
mindset dari masyarakat luas akan mengerti Tengah Perbedaan,
pentingnya hidup bertenggang rasa, dengan Solidaritas Semakin Kuat
itu kedamaian akan terjadi, sikap tenggang
rasa, hidup bermasyarakat di tengah Gambar 2. Peta konsep dampak penelitian.
perbedaan, khususnya dalam konteks agama,
umat Islam dapat berdiri di tengah V. Kesimpulan
perbedaan, selanjutnya Moderasi Islam akan Dari pembahasan diatas, dapat kita
benar terjadi. Karena sadar atau tidak, simpulkan bahwa Wujud toleransi beragama
sebenarnya golongan millenial inilah yang juga telah di terapkan oleh wali songo dalam
mudah mendapatkan hasud dalam hal baik menyebarkan agama Islam di Nusantara
maupun buruk, dapat kita lihat dari kasus- salah satunya adalah Syaikh Ja’far Shodiq
kasus yang beredar, jarang sekali golongan atau lebih dikenal dengan Sunan Kudus.
tua (kelahiran 1960 - 1980) terlibat dalam Meneladani sikap tenggang rasa Seperti
kasus-kasus tindakan radikalisme. Seperti yang di lakukan Sunan Kudus dalam
kasus yang pernah dimuat pada Koran Jawa melakukan toleransi beragama untuk hidup
Pos, bahwa terdapat pemuda yang menyerang harmoni dengan beberapa jejak sejarah yang
umat gereja di Sleman dengan bersenjatakan pernah Sunan Kudus lakukan. Selain itu telah
Parang. Biksu Mulyanto di Tangerang kita ketahui pula bahwa permasalahan utama
tepatnya daerah Leguk juga mengalami nasib dari tidak ada sikap toleransi karena tidak
serupa saat melangsungkan ibadah. adanya sesrawungan atau komunikasi
Kemudian di Situbondo Jawa Timur terjadi didalamnya, maka perlu bagi kita dapat
pula kerusuhan yang di akibatkan dari terlibat dalam wadah yang di dalamnya
menghina Islam dan Kiai. Oleh karena itu seluruh agama dapat berkumpul di dalamnya
generasi millennial merupakan tonggak seperti halnya yang telah terlaksana pada
utama dalam pembenahan dan pembangunan Komunitas Lintas Agama di pantura, yakni
konsep pemikiran. Tali Akrab. Selain itu gerasi millenal
merupakan salah satu stimulus tersendiri
untuk dapat memberi pengaruh pada
masyarakat lain, oleh karena itu, perlu kita
kuatkan stimulus di dalamnya.
Daftar Pustaka
1. Achmad N. Pluralitas agama:
kerukunan dalam keragaman. Kompas
Media Nusantara, 2001.

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi)


106 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 15, No. 02, Desember 2019, p. 98-106

2. Fithrotul ’aini A, Mustaqim A. 13. Mutiara KE. Menanamkan Toleransi


Dialektika Agama: Harmoni dalam Multi Agama sebagai Payung Anti
Jemaat Ahmadiyah (Resepsi Jemaat Radikalisme: Studi Kasus Komunitas
Ahmadiyah Indonesia Manislor Lintas Agama dan Kepercayaan di
Kuningan Jawa Barat terhadap Ayat- Pantura Tali Akrab. FIKRAH 4: 293–
Ayat Jihad dan Perdamaian). FIKRAH 4: 302, 2017.
243–260, 2017.
14. Naim N. Teologi kerukunan: mencari
3. Hadi S. Metodologi Reaserch. titik temu dalam keragaman. Teras,
Yogyakarta: Andi Offset, 1993. 2011.

4. Haidar A. Imam Ja’far Shadiq Dan 15. Naim N, Sauqi A. Pendidikan


Empat Mazhab Islam. Australia: Rafed multikultural: konsep dan aplikasi. Ar-
Books, [date unknown]. Ruzz Media, 2008.

5. Huda AN. Pendidikan Inklusif dari 16. Nurina AI. Urgensi Studi Islam
Pesantren [Online]. Idrak: Journal of Interdisipliner di Era Milenial [Online].
Islamic Education 1, 2018. https://www.academia.edu/ [12 Oct.
http://jurnal.stit- 2019].
rh.ac.id/index.php/idrak/article/view/11
[12 Oct. 2019]. 17. Rosyid M. Esai-Esai Toleransi.
Yogyakarta: CV Idea Sejahtera, 2014.
6. Ma’rifah S, Mustaqim M. Pesantren
Sebagai Habitus Peradaban Islam 18. Rosyid M. Local Wisdom Modal
Indonesia. JURNAL PENELITIAN 9: Toleransi: Studi Kasus di Kudus.
347–366, 2015. FIKRAH 4: 276–292, 2017.

7. Martin RC. Pendekatan kajian Islam 19. Said N. Gusjigang dan Kesinambungan
dalam studi agama. Surakarta: Budaya Sunan Kudus: Relevansinya
Muhammadiyah University Press, 2001. Bagi Pendidikan Islam Berbasis Local
Genius. Jurnal Pendidikan Islam
8. Moesa AM. Nasionalisme kiai: EMPIRIK 6, 2013.
konstruksi sosial berbasis agama. IAIN
Sunan Ampel Press, 2007. 20. Sarman. Pengantar Metodologi
Penelitian Sosial. Lampung: Pustaka
9. Moleong. Metodologi Penelitian Fisip Unlam, 2004.
Kualitatif. Jakarta: Rosda Karya, 2001.
21. Yusuf AA. Wawasan Islam. Bandung:
10. Mukhlis FH. Teologi Pancasila: Teologi Pustaka Setia, 2002.
Kerukunan Umat Beragama. FIKRAH 4:
171–186, 2016.

11. Mulia SM. Gempa Budaya Virtual.


Semarang: Justisia, 2010.

12. Mustaqim M. Pendidikan Multikultural


Perspektif Pendidikan Islam. Kudus:
STAIN Kudus, 2007.

Kholidia et.al (Membumikan Spirit Toleransi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232

Anda mungkin juga menyukai