Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“Pembuatan Granul”
Oleh:
PEMBUATAN GRANUL
I. Tujuan Praktikum
maka bentuk kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan.
penanganan, pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmaset
sehingga bentuksediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang
(Ansel hal.244)
keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap
pemasukan (temperproof)
3.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
5.Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ;
untuk produksi besar – besaran.
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman, hlm 645).
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
absorbsioptimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat
diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
bahan pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam
1.Pengisi/pengencer (diluents)
dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimiadari tablet jadi
(akhir)
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pema
mpatan sebagaisuatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi
3.Penghancur (disintegrants)
atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pad kedua tahap
proses.
4.Pelincir (lubricant)
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan
dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai antilengket (anti adherant ) atau pelicin ( glidan) Stickland
mendeskripsikan:
Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak danselanjutnya
5. Antiadheran
tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang
akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses
granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu di
granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan danditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
granulasi basah yaitu :
masa basah
6-12
Alat : Beaker glass, batang pengaduk, hot plate, lumpang dan stamfer, ayakan
Cara Kerja :
1. Buatlah musilago amili 10% dengan terlebih dahulu membuat suspensi pati
dengan 1,5 bagian air dalam beker gelas lalu tambahkan air sampai tanda
batas, dipanaskan sampai terbentuk larutan yang kental, agak jernih dan
mudah dituang (larutan kanji). Timbang berat larutan kanji dan wadah (a)
adonan yang dapat dikepal seperti bola salju yang bila kepalan tersebut
4. Catat jumlah larutan kanji yang digunakan (a-b) dengan menghitung selisih
jumlah awal larutan kanji dengan jumlah larutan kanji yang tersisa, dengan
memakai stamfer atau perata seperti botol yang dimiringkan, granul yang
6. Keringkan granul didalam lemari pengering pada suhu 50-60˚C selama 8-12
jam kemudian diayak dengan mesh 16 dan ditimbang jumlah granul yang
didapat.
7. Jumlah fasa luar yang ditambahkan dihitung menurut jumlah granul kering
granul kering dan fasa luar dicampur homogen dan campuran ini siap
a. Hasil
Formula I (dibuat tablet parasetamol 100 tablet, bobot per tablet 700 mg)
Parasetamol 500 mg 50 g
Amprotab (10%)
PVP (5%)
Laktosa
Etanol
Mg-stearat (1%)
Talk (2%)
Amprotab (5%)
Fase luar yang ditambahkan tergantung massa granul (fase dalam) yang
diperoleh.
= 7,5 g
Jumlah mucilago amili yang digunakan 20 g (lebih sedikit), maka bobot granul
teoritis menjadi:
68,5
x 50 g=49,854 g
68,7
Jumlah tablet yang dapat dibuat = (49,854 g / 0,500 g) = 99,708 tablet ≈99
stearat 0,745
g
=
g
Amprota =
Formula II (dibuat tablet parasetamol 100 tablet, bobot per tablet 700 mg)
Fase dalam (92%):
Parasetamol 500 mg 50 g
Amprotab (10%)
Laktosa qs
Mg-stearat (1%)
Talk (2%)
Amprotab (5%)
Fase luar yang ditambahkan tergantung massa granul (fase dalam) yang
diperoleh.
b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang dilakukan yaitu mengenai pembuatan granul
granulasi kering dan metode granulasi basah. Setiap metode memiliki kelebihan
dalam kondisi-kondisi seperti: kandungan zat aktif dalam tablet tinggi, zat aktif
susah mengalir dan zat aktif snsitif terhadap panas dan lembab. Sedangkan untuk
metode granulasi basah biasanya digunakan untuk kondisi zat aktif tahan terhadap
lembab dan pemanasan derta sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik.
granulasi basah karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil
terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan
dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan
Zat aktif yang digunakan adalah parasetamol, berikut adalah monografi dari
parasetamol
dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2
melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik
kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi
metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan
Kontra Indikasi : penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita
terjadi. Manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat
lain: amylum kering, mucilago amili, laktosa, Mg-stearat, talk dan amprotab.
telah dibuat sedikit demi sedikit hinggan terbentuk adonan yang dapat dikepal,
dan adonnan diayak menggunakan ayakan serta dikeringkan pada suhu 50-60 oC
selama 8-12 jam. Maka didapatkan lah jumlah granul fase dalam yang kemudian
Laktosa pada fase dalam berfungsi sebagai bahan pengisi atau filler.
menunjukkan kecepatan pelepasan zat aktif yang baik. Dan juga banyak
amprotab karena memiliki stabilitas yang baik dalam keadaan kering, tahan
dan memperbaiki sifat alir granul sehingga akan lebih mudah dikempa dan
talk dan amprotab. Mg-stearat pada formulasi digunakan sebagai bahan lubrikan
yang tidak larut air sehingga bahan ditambahkan sebelum pencetakan. Dan juga
Mg-stearat bersifat stabil apabila disimpan ditempat yang kering. Sedangkan talk
pada formulasi fase luar digunakan sebagai glidan (pelican) dan antiadheren
(bahan anti lekat) banyak digunakan untuk formulasi tablet dan stabil dengan
kemudian masa tersebut digranulasi. Tahap granulasi basah ada 4 yaitu tahap
(overwetted).
kehilangan bobot granul dan massa yang dibutuhkan untuk membuat tablet
berkurang.
Setelah granul jadi perlu dilakukan evaluasi pada granul sebelum dilakukan
pencetakan tablet. Evaluasi-evaluasi tersebut yang dilakukan antara lain: sifat alir
serbuk, distribusi ukuran partikel dan lain sebagainya seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
V. Kesimpulan
Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan
dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta bentuk
partikel.
Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari
tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan
Metode granulasi terdiri dari 2, yaitu: granulasi basah dan granualasi kering.
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
(desintegran).
aktif dan eksipien, pencapuran zat aktif dan eksipien, pembasahan serbukk
Lachman, L., dan H. A. Liebermann. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Martin, A.N. dkk. (1993). Farmasi Fisik. Penerjemah : Yoshita. Edisi Ketiga. Jilid