Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI PADAT

“Pembuatan Granul”

Oleh:

Nama : Dhea Ananda Fitri


Nim : 1701011
Hari, Tanggal Praktikum : Sabtu, 2 Mei 2020
Nama Asdos : 1. Dellaviana Ariska
2. Indah Kusuma Dewi
3. Yeni Suryaningsih Utami
Nama Dosen : Benni Iskandar, M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU


PEKANBARU
2020

PEMBUATAN GRANUL
I. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu mengetahui metode pembuatan granul

Mahasiswa memahami prosedur pembuatan granul

II. Tinjauan Pustaka

Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering,

maka bentuk kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan.

Keduanya efektif memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam

penanganan, pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmaset

ika bentuksediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair,

sehingga bentuksediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang

stabil.Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang

biasanyadibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai,

(Ansel hal.244)

Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .Kebanyakan tablet

digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral.Tablet mempunyai beberapa

keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap

pemasukan (temperproof)

Hal –  hal berikut merupakan keunngulan utama tablet :

1.Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

kemampuanterbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran

sertavariabilitas kandungan yang paling rendah.

2.Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.

3.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak

5.Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ;

tidakmemerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan

permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul

6.Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal

ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnyatablet

tidak segera terjadi.

7.Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti

pelepasandi usus atau produk lepas lambat

8.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah

untuk produksi besar –  besaran.

9.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampurankimia,

mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman, hlm 645).

Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada

keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi,

absorbsioptimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat

diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam

bentuktablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.

3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,

atauobat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu

pengapsulanatau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau

memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 647-648)


Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan

bahan pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam

mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas

eksipien sebagai berikut :

1.Pengisi/pengencer (diluents)

 Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secarasignifikan

dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimiadari tablet jadi

(akhir)

2.Pengikat (binders dan adhesive)

Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan

sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam 3

pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pema

mpatan sebagaisuatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi

sifat granul yang dihasilkan.

3.Penghancur (disintegrants)

Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah

ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi

atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pad kedua tahap

proses.

4.Pelincir (lubricant)

Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang

meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan 

dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan
sifat sebagai antilengket (anti adherant ) atau pelicin ( glidan) Stickland

mendeskripsikan:

 Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempaselama

proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.

 Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak danselanjutnya

ada dinding cetakan.

 Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.

5. Antiadheran

Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensimudah

tersusun/terkumpul.

6. Pelicin (glidan)

 Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalamlobang

lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang

seringditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan

meminimalkankecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara

berlebihan.Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :

1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.

2) Distribusi glidan dalam granul.

3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.

4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.

5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena

glidan teradhesi pada permukaan granul. (Goeswin, hlm 288-291).

Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau

campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang
akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses

granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu di

basahidengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi

granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses

pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan

pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk

mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986).

Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang

diperlukan danditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,

1994). Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode

granulasi basah yaitu :

1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien

2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling

3. Preparasi larutan pengikat

4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk

masa basah

5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh

6-12

6. Pengeringan granul basah

7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20

8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran

9. Pengempaan tablet. (Goeswin Agoes halaman : 254).


III. Alat dan Bahan

Alat : Beaker glass, batang pengaduk, hot plate, lumpang dan stamfer, ayakan

mesh 14 dan 16, wadah, kertas perkamen, mesin pencetak tablet.

Bahan : Amylum, parasetamol, laktosa, talk, amprotab, Mg-stearat, aquadest.

Cara Kerja :

1. Buatlah musilago amili 10% dengan terlebih dahulu membuat suspensi pati

dengan 1,5 bagian air dalam beker gelas lalu tambahkan air sampai tanda

batas, dipanaskan sampai terbentuk larutan yang kental, agak jernih dan

mudah dituang (larutan kanji). Timbang berat larutan kanji dan wadah (a)

2. Campur dan grus homogen serbuk parasetamol, laktosa dan amylum

penghancur dalam di dalam mortir/lumpang sampai homogen.

3. Kemudian tambahkan larutan kanji sedikit demi sedikit sampai terbentuk

adonan yang dapat dikepal seperti bola salju yang bila kepalan tersebut

dipecah akan memberikan butiran-butiran terpisah.

4. Catat jumlah larutan kanji yang digunakan (a-b) dengan menghitung selisih

jumlah awal larutan kanji dengan jumlah larutan kanji yang tersisa, dengan

menimbang ulang berat larutan kanji sisa dan wadah (b)

5. Adonan tersebut diayak dengan ayakan mesh 14 dengan sedikit tekanan

memakai stamfer atau perata seperti botol yang dimiringkan, granul yang

didapat ditampung dalam suatu wadah.

6. Keringkan granul didalam lemari pengering pada suhu 50-60˚C selama 8-12

jam kemudian diayak dengan mesh 16 dan ditimbang jumlah granul yang

didapat.
7. Jumlah fasa luar yang ditambahkan dihitung menurut jumlah granul kering

yang dihasilkan. Selanjutnya apabila pencetakan akan dilaksanakan maka

granul kering dan fasa luar dicampur homogen dan campuran ini siap

dicetak menjadi tablet

IV. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil

Formula I (dibuat tablet parasetamol 100 tablet, bobot per tablet 700 mg)

Fase dalam (92%):

Parasetamol 500 mg 50 g

Amprotab (10%)

PVP (5%)

Laktosa

Etanol

Total fase dalam

Fase Luar (8%):

Mg-stearat (1%)

Talk (2%)

Amprotab (5%)

Fase luar yang ditambahkan tergantung massa granul (fase dalam) yang

diperoleh.

Fase dalam (92%):

Total fase dalam untuk 100 tablet = 69 g


Parasetamol = 50 g

Amilum kering (10% x 75 g)

= 7,5 g

Mucilago amili (1/3 x 69 g) = 23 g

Laktosa <69-(50+7,5+(0,1x23))> = 9,2 g

Misal, diperoleh granul 64 g dalam praktek

Jumlah mucilago amili yang digunakan 20 g (lebih sedikit), maka bobot granul

teoritis menjadi:

50 g + 7,5 g + (0,1 x 20 g) + 9,2 g = 68,7 g

Jadi, dalam 68,5 g granul yang diperoleh mengandung parasetamol sejumlah:

68,5
x 50 g=49,854 g
68,7

Jumlah tablet yang dapat dibuat = (49,854 g / 0,500 g) = 99,708 tablet ≈99

(jumlah tablet utuh)

Fase luar (8%):

Mg- 1/92 x 68,5 g =

stearat 0,745

g
=

Talk 2/92 x 68,5 g 1,489

g
Amprota =

b 5/92 x 68,5 g 3,722g

Formula II (dibuat tablet parasetamol 100 tablet, bobot per tablet 700 mg)
Fase dalam (92%):

Parasetamol 500 mg 50 g

Amprotab (10%)

Mucilago amili (5%)

Laktosa qs

Total fase dalam

Fase Luar (8%):

Mg-stearat (1%)

Talk (2%)

Amprotab (5%)

Fase luar yang ditambahkan tergantung massa granul (fase dalam) yang

diperoleh.

Berat granul yang diperoleh = 63,56g

Mucilago yang digunakan = 15g

b. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yang dilakukan yaitu mengenai pembuatan granul

dengan metode granulasi basah. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah

praktikan mampu mengetahui metode pembuatan granul dan memahami prosedur

pembuatan granul tersebut.


Pembuatan granul ada 2 metode yang dapat dilakukan yaitu metode

granulasi kering dan metode granulasi basah. Setiap metode memiliki kelebihan

dan kekuragan masing-masing. Secara umum metode granulasi kering digunakan

dalam kondisi-kondisi seperti: kandungan zat aktif dalam tablet tinggi, zat aktif

susah mengalir dan zat aktif snsitif terhadap panas dan lembab. Sedangkan untuk

metode granulasi basah biasanya digunakan untuk kondisi zat aktif tahan terhadap

lembab dan pemanasan derta sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik.

Pada percobaan kali ini pembuatan granul dengan menggunakan metode

granulasi basah karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil

terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan

dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan

cara granulasi kering.

Zat aktif yang digunakan adalah parasetamol, berikut adalah monografi dari

parasetamol

Sinonim : Acetaminophen, 4-Hidroksiasetanilida

Berat Molekul : 151.16

Rumus Empiris : C8H9NO2.

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.


Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah

larut dalam etanol.

Jarak lebur : Antara 168⁰ dan 172⁰.

Farmakokinetik : Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan,

dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2

jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah

melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik

kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi

menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi

metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari

glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan

sulfhidril dari protein hati

Indikasi : antipiretik dan analgetik

Kontra Indikasi : penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita

hipersensitif terhadap obat ini.

Efek Samping : Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang

terjadi. Manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat

berupa demam dan lesi pada mukosa.

Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan granul antara

lain: amylum kering, mucilago amili, laktosa, Mg-stearat, talk dan amprotab.

Proses pembutan granul diawali dengan pembuatan mucilage 10%, dan

penghalusan dan pencampuran fase dalam (parasetamol, laktosa, amylum

protablet/amprotab) yang kemudian ditambahkan dengan mucilage amylum yang

telah dibuat sedikit demi sedikit hinggan terbentuk adonan yang dapat dikepal,
dan adonnan diayak menggunakan ayakan serta dikeringkan pada suhu 50-60 oC

selama 8-12 jam. Maka didapatkan lah jumlah granul fase dalam yang kemudian

sitambahakan dengan bahan tambahahan fase luar (Mg-stearat, talk, dan

amprotab) sesuai dengan jumlah granul kering yang dihasilkan sebelumnya.

Selanjutnya granul tersebut dapat dicetak menjadi tablet.

Laktosa pada fase dalam berfungsi sebagai bahan pengisi atau filler.

Pemilihan laktosa sebagai bahan pengisi karena tablet dengan laktosa

menunjukkan kecepatan pelepasan zat aktif yang baik. Dan juga banyak

digunakan dikarenakan memiliki stabilitas yang baik.

Amprotab atau amillum protablet yang merupakan amilum yang dikhusukan

untuk pembuatan tablet pada formulasi berfungsi sebagai desintegran. Pemiliham

amprotab karena memiliki stabilitas yang baik dalam keadaan kering, tahan

pemanasan, dan terlindung dari kelembapan yang tinggi.

Mucilago amili pada formulasi berfungsi seebagai binder atau bahan

pengikat. Mucilage amili ditambahkan untuk meningkatkan ikatan antar bahan

dan memperbaiki sifat alir granul sehingga akan lebih mudah dikempa dan

menghasilkan sifat fisik tablet yang baik.

Pada formulasi fase luar terdapat bahan-bahan tambahan seperti Mg-stearat,

talk dan amprotab. Mg-stearat pada formulasi digunakan sebagai bahan lubrikan

yang tidak larut air sehingga bahan ditambahkan sebelum pencetakan. Dan juga

Mg-stearat bersifat stabil apabila disimpan ditempat yang kering. Sedangkan talk

pada formulasi fase luar digunakan sebagai glidan (pelican) dan antiadheren

(bahan anti lekat) banyak digunakan untuk formulasi tablet dan stabil dengan

pemanasan pada 160oC selama tidak kurang dari 1 jam.


Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan

larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,

kemudian masa tersebut digranulasi. Tahap granulasi basah ada 4 yaitu tahap

keaadaan pendular, keaadaan funicular, keaadaan kapilar dan tahap terakhir

(overwetted).

Berdasarkan hasil jika dimisalkan massa

granul yang dihasilkan adalah sekitar 68,5 g

dan pada perhitungan teoritis seharusnya

dihasilkan 68,7 g maka jumlah tablet yang

akan dihasilkan adalah sekitar 99 tablet.


Pengurangan bobot granul ini dapat terjadi selama proses pembuatan granul dapat

disebabkan serbuk terbang atau tertinggal pada alat sehingga menyebabkan

kehilangan bobot granul dan massa yang dibutuhkan untuk membuat tablet

berkurang.

Setelah granul jadi perlu dilakukan evaluasi pada granul sebelum dilakukan

pencetakan tablet. Evaluasi-evaluasi tersebut yang dilakukan antara lain: sifat alir

serbuk, distribusi ukuran partikel dan lain sebagainya seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

V. Kesimpulan
 Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan

yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat

dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta bentuk

partikel.

 Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari

massa cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam yang

tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan

memperbaiki penampakan tablet.

 Metode granulasi terdiri dari 2, yaitu: granulasi basah dan granualasi kering.

 Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau

campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan

yang akan menghasilkan granul.

 Bahan yang digunaka pada pembuatan granul antara lain:

o Fase dalam : parasetamol (zat aktif), laktosa (filler), amprotab

(desintegran), mucilage amili (binder)

o Fase luar : Mg-stearat (lubrikan), talk (glidan dan anthiadheren, amprotab

(desintegran).

Tahapan granulasi yaitu : membuat cairan penggranulasi, menghaluskan zat

aktif dan eksipien, pencapuran zat aktif dan eksipien, pembasahan serbukk

dengan larutan penggranul hingga tingkat kebasahan tertentu, menggranulasi

massa basah, pengeringan granul, Pengayakan kering, mencampur granul

dengan fase luar, pencetakan dengan mesin tablet

VI. Daftar Pustaka

Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Dirjen POM

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed. 4. Jakarta: UI Press.

Lachman, L., dan H. A. Liebermann. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.

Edisi III. Jilid 2. Jakarta: UI Press.

Martin, A.N. dkk. (1993). Farmasi Fisik. Penerjemah : Yoshita. Edisi Ketiga. Jilid

kedua. Jakarta : UI Press.

Siregar, Charles J.P. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar–Dasar

Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sulaiman, T.N.S. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan

Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia.

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani

Noeroto S.Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai