Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Bioindustri Vol. 1. No.

1, Bulan 2018

APLIKASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN PUPUK NPK TERHADAP PRODUKSI
JAGUNG MANIS (Zea mays var.saccharata Sturt) DI LAHAN RAWA
APPLICATION OF ROW PLANTING SYSTEM “LEGOWO” AND NPK FERTILIZER
AGAINST SWEAT CORN PRODUCTION (Zea mays var.saccharata Sturt) IN SWAMP
LAND
Arif Widiyantoa , Jamzuri Hadiea, Hilda Susantia
a
Program Studi Magister Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Jend. A.Yani Km.36,5 Banjarbaru Kalimantan Selatan Kode Pos 70714

Korespondensi : hilda.susanti@ulm.ac.id

ABSTRAK
Penelitian mengenai aplikasi sistem tanam jajar legowo dan pupuk NPK terhadap
produksi jagung manis pada lahan rawa telah di laksanakan di Taman Sains Pertanian
(TSP) lahan rawa Balai Penelitian Tanaman Lahan Rawa (BALITTRA), Kecamatan
Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan dari bulan Juli sampai September 2016.
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang
terdiri atas dua faktor perlakuan yaitu sistem tanam jajar legowo (J) yang terdiri dari
tanpa jajar legowo (j0), jajar legowo 2 : 1 (j1) ,jajar legowo 3 : 1 (j2) dan beberapa dosis
pupuk NPK yang terdiri dari 0% atau tanpa pupuk NPK (p0), 25% (p1 ), 50% (p2), 75%
(p3) dan 100% (p4) dari dosis anjuran 400 kg. ha-1. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa interaksi kedua faktor hanya berpengaruh terhadap kandungan klorofil a,
sedangkan dosis pupuk hanya berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 6 MST,
kandungan klorofil a dan indeks luas daun (ILD). Pengamatan lain berupa tinggi
tanaman (umur 2, 4 MST), jumlah daun (umur 2, 4, 6 MST), kandungan klorofil b,
klorofil total, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris, berat basah, berat kering
dan kadar air tidak dipengaruhi oleh perlakuan tunggal maupun interaksinya.
Kata kunci : Jajar legowo, NPK, jagung manis

ABSTRACT
Research on the application of row planting system “legowo” and NPK fertilizer on
sweet corn production on swamp land has been carried out in the Taman Sains
Pertanian (TSP) of the Swamp Land Research Institute (BALITTRA), Loktabat District,
Banjarbaru, South Kalimantan from July to September 2016. This study was compiled
using Factorial Randomized Block Design (RAKF) consisting of two treatment factors,
namely jajar legowo system (J) consisting of without jajar legowo (j0), jajar legowo 2: 1
(j1), jajar legowo 3: 1 (j2) and several doses of NPK fertilizer consisting of 0% or
without NPK fertilizer (p0), 25% (p1), 50% (p2), 75% (p3) and 100% (p4) from the
recommended dosage of 400 kg . ha-1. The results showed that the interaction of the two
factors only affected the chlorophyll a content, while the fertilizer dose only affected the
plant height at 6 week after planting (WAP), chlorophyll a and leaf area index (LAI).
Other observations were plant height 2 and 4 WAP), number of leaves (2, 4, 6 WAP),
chlorophyll b content, total chlorophyll, ear length, ear diameter, number of rows, wet
weight, dry weight and no moisture content influenced by a single treatment or its
interaction.
Keywords: row planting system, NPK, sweet corn

35
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

PENDAHULUAN
Jagung manis (Zea mays var.saccharata Sturt) merupakan salah satu komoditas
pertanian yang disukai oleh masyarakat. Kalimantan Selatan merupakan salah satu sentra
produksi jagung di Pulau Kalimantan dengan luas area produksi tahun 2014 mencapai 21.441
ha. Produksi jagung di Kalimantan Selatan selalu mengalami fluktuasi , di mana berdasarkan
angka tetap (ATAP) produksi jangung Kalimantan Selatan sebanyak 107.043 ton jagung (pk).
Angka tersebut menunjukan bahwa produksi jagung di tahun 2013 mengalami penurunan
produksi sebesar 4,48 % atau setara dengan 5.024 ton jagung (pk). Penurunan tersebut
diakibatkan menurunnya area panen yang mencapai 5,04 % dibanding tahun 2012. Berbeda
halnya di tahun 2014 berdasarkan angka ramalan II (ARAM) diperkirakan produksi jagung
akan meningkat 13,25 % atau setara dengan 14.2 ribu ton dibanding tahun 2013 (Dinas
Pertanian Kalimantan Selatan, 2014).
Fluktuasi produksi jagung tersebut tidak hanya diakibatkan oleh areal produksi tetapi
juga diakibatkan oleh minat tanam para petani jagung yang masih enggan menanam jagung
setelah masa panen padi. Di mana jagung sendiri merupakan salah satu tanaman palawija
yakni tanaman ke dua yang ditanam setelah masa panen padi (Siswadi, 2006). Usaha
peningkatan produksi jagung manis di Kalimantan Selatan dapat dilakukan dengan meninjau
beberapa aspek pendukung di antaranya ialah dengan perluasan area produksi dan
pemanfaatan lahan produktif sub optimal seperti lahan rawa. Lahan rawa di Kalimantan
Selatan mencapai 618.765 ha yang tersebar di 13 Kabupaten/kota.
Pada prinsipnya, rawa itu sendiri memiliki makna di mana sebuah kawasan yang
tergenang air baik secara terus menerus ataupun musiman (Musa, 2006). Teknologi inovasi
pengaturan jarak tanam sangat diperlukan dalam budidaya jagung untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Teknologi inovasi sistem jajar legowo (jarwo) diperlukan untuk
mendapatkan tingkat produksi yang maksimal. Selain inovasi jarwo tanaman jagung juga
membutuhkan supali unsure hara yang cukup, salah satunya yaitu dengan pemberian pupuk
majemuk NPK mutiara.
Sejak program peningkatan produksi jagung menuju swasembada jagung digalakkan
dengan dukungan varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi serta dukungan pasar yang
memadai pada 5 tahun terakhir petani telah termotivasi untuk menggunakan pupuk,
majemuk. Tersedianya pupuk majemuk NPK 16:16:16 diharapkan dapat membantu para
petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N, P, dan K
yang terkandung dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis.
Jika pada wilayah pengembangan tersebut dapat disediakan pupuk majemuk, maka petani

36
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

tidak perlu lagi mencampur pupuk dari berbagai jenis sehingga pekerjaannya pun akan lebih
praktis. Penggunaan pupuk majemuk tepat dosis yang mengandung unsur N, P dan K dengan
perbandingan kandungan 16:16:16 diharapkan dapat meningkatkan produksi jagung serta
dapat menekan dan memberikan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.
Dengan demikian pengelolaan di bidang pertanian dengan cara mengkombinasikan
antara aplikasi sistem tanam jarwo dengan aplikasi pupuk NPK tepat dosis memungkinkan
produksi jagung akan lebih meningkat dan penggunaan pupuk NPK dapat ditekan seminimal
mungkin. Sejauh ini masih sedikit sekali penelitian yang menggabungkan antara aplikasi
aplikasi pupuk NPK tepat dosis dan aplikasi sistem tanam jarwo terhadap tanaman jagung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh interaksi antara aplikasi sistem
tanam jajar legowo dan dosis pupuk NPK terhadap produksi jagung manis dan mengkaji
hubungan antar komponen pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis yang mendapatkan
aplikasi sistem tanam jarwo dengan beberapa dosis pupuk NPK.

BAHAN DAN METODE


Bahan yang di gunakan meliputi Benih jagung manis varietas Bonanza, Pupuk NPK
mutiara 16 : 16 : 16, Pupuk kandang kotoran ayam pedaging dengan dosis 5 ton.ha-1, tanah
rawa, pestisida Caktive, Furadan 3G dan Trisula serta Herbisida Gramazone. Sedangkal
peralatan yang di butuhkan meliputi cangkul, parang, sabit, tugal, garu atau bajak,
Timbangan, Gembor, Semprotan, Oven, Penggaris, Jangka sorong.
Percobaan dalam penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Faktorial (RAKF) dua faktor, dimana faktor pertama adalah jarak tanam sistem jajar legowo
(J) yang terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu j0 (tanpa jajar legowo/jarak tanam tegel/kontrol),
j1 (jajar legowo 2 : 1), j2 ( jajar legowo 3 : 1). Sedangkan faktor ke dua yaitu beberapa dosis
pupuk NPK yang terbagi atas 5 taraf perlakuan yaitu p0 (0% atau tanpa pupuk NPK
/kontrol), p1 (25% dari dosis anjuran), p2 (50% dari dosis anjuran), p3 (75% dari dosis
anjuran), p4 (100% dari dosis anjuran), dimana dosis anjuran NPK untuk tanaman jagung
manis adalah 400 kg. ha-1.. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli
sampai September 2016 bertempat di Taman Sains Pertanian (TSP) lahan rawa Balai
Penelitian Tanaman Lahan Rawa (BALITTRA), Kecamatan Loktabat, Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan.
Pengolahan tanah dilakukan menggunakan dengan kedalaman lapisan olah tanah
sedalam 15-20 cm. Kemudian dilakukan pengolahan tanah kedua dan pembuatan petak-petak
percobaan serta penaburan pupuk kandang kotoran ayam. Benih jagung manis di tanam

37
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

sebanyak 1 biji per lubang tanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan, yaitu kontrol/sistem
tanam tegel (40x40cm), jarwo 2 : 1 (20x40x80cm), dan jarwo 3 : 1 (20x40x40x80cm.
Pemupukan NPK majemuk diberikan sesuai dengan dosis yang telah di tentukan dan
dilakukan pada saat tanaman berumur 10 dan 30 hari setelah tanam (HST) dengan dosis
masing – masing 30 % dan 70 % dari dosis yang telah di tentukan. Pemupukan di lakukan
dengan cara di tugal dengan jarak 5 cm dari batang tanaman. Penyulaman dilakukan terhadap
tanaman yang tidak tumbuh/ tumbuh abnormal dan dilakukan satu minggu setelah benih di
tanam. Tanaman yang digunakan untuk penyisipan di ambil dari tanaman cadangan yang
telah di tanam di luar plot penelitian.
Pemeliharaan yang di lakukan meliputi pembumbunan dan penyiangan yang dilakukan
secara bersamaan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Penyiangan
dilakukan untuk memberantas gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman jagung,
sedangkan pembumbunan bertujuan agar memperkokoh batang tanaman agar tidak mudah
roboh sekaligus untuk menggemburkan tanah. Dalam upaya untuk ntuk mengendalikan hama
yang menyerang tanaman jagung manis dilakukan pengendalian menggunakan pestisida yang
disesuaikan dengan serangan hama maupun penyakit di lapangan. Panen dilakukan pada saat
tanaman jagung manis menampakkan ciri-ciri morfologinya yaitu daunnya sudah mulai
menguning, kelobot berwarna hijau kekuningan, rambut tongkol berwarna kecoklatan serta
biji buah telah matang susu. Pemanenan dilakukan pada pagi hari karena suhu masih rendah
agar kadar manis pada jagung tidak hilang.
Sebanyak 8 sampel tanaman di ambil secara acak yang berada di bagian tengah (selain
tanaman pinggir) tanaman sampel tersebut di gunakan untuk pengamatan pertumbuhan
seperti Tinggi tanaman, Jumlah daun, Kandungan Klorofil, Indeks Luas Daun (ILD) dan
kadar gula. Sedangkan peubah komponen hasil yang di amati terdiri dari Panjang tongkol
tanpa kelobot, diameter tongkol tanpa kelobot, jumlah baris per tongkol, berat basah buah
tanpa kelobot, berat kering buah tanpa kelobot dan kadar air buah jagung tanpa kelobot.
Tinggi tanaman, indeks luas daun (ILD), Panjang tongkol di ketahui denga cara di ukur
dengan menggunakan meteran/penggaris, jumlah daun di ketahui dengan menghitung daun
yang terbuka sempurna. Untuk peubah kandungan klorofil, kadar gula, berat basah, berat
kering dan kadar air dapat diketahui dengan cara di analisis pada laboratorium di Universitas
Lambung Mangkurat (ULM). Sedangkan diameter tongkol di ketahui dengan pengukuran
menggunakan jangka sorong serta menghitung barisan jagung pada tongkol untuk
mengetahui jumlah baris.

38
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

Untuk melihat pengaruh aplikasi jarak tanam sistem jajar legowo dan beberapa dosis
pupuk NPK pada tanaman jagung manis dilakukan analisis ragam (analysis of variance)
terhadap peubah-peubah yang akan diamati. Sebelum dilakukan analisis ragam, terlebih
dahulu dilakukan uji kehomogenan data dengan menggunakan Uji Bartlett. Setelah data
homogen, maka dilakukan analisis uji F pada taraf signifikan 1% dan 5%. Jika analisis
ragam memperlihatkan aplikasi jarak tanam sistem jajar legowo dan beberapa dosis pupuk
NPK berpengaruh signifikan maka dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan
Multiple Range Test) pada taraf α 5% Dan untuk mengetahui hubungan antar peubah
pengamatan perlu dilakukan analisis korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis ragam terhadap peubah-peubah pengamatan pada aplikasi sistem tanam
jajar legowo dan beberapa dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil dapat dilihat
pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aplikasi Sistem tanam jajar legowo dan Berbagai
Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis di Lahan Rawa
Perlakuan

Peubah Pengamatan Sistem tanam Dosis Interaksi KK


Jajar Legowo Pupuk
(J) (p) (jxp) (%)
Tinggi Tanaman 2 MST ns ns ns 11.8
Tinggi Tanaman 4 MST ns ns ns 8.0
Tinggi Tanaman 6 MST ns * ns 4.9
Jumlah Daun 2 MST ns ns ns 12.0
Jumlah Daun 4 MST ns ns ns 7.0
Jumlah Daun 6 MST ns ns ns 5.2
Kandungan Klorofil a ns ns * 6.2
Kandungan Klorofil b ns ns ns 13.1
Kandungan Klorofil Total ns ns ns 8.6
Indeks Luas Daun (ILD) ns * ns 9.9
Kandungan Gula Total ns ns ns 13.0
Panjang Tongkol Tanpa Klobot ns ns ns 9.6
Diameter Tongkol Tanpa Klobot ns ns ns 17.2
Jumlah Baris Dalam Tongkol ns ns ns 8.4
Berat Basah Buah Tanpa Klobot ns ns ns 24.7
Berat Kering Buah Tanpa Klobot ns ns ns 36.5
Kadar Air Buah Tanpa Klobot ns ns ns 15.1

39
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%, ** = Berbrda nyata pada taraf 1%, ns = (Non Signifikan/Tidak
Berpengaruh),
KK = Koefisien Keragaman

Pertumbuhan Jagung Manis

Tinggi Tanaman (2 MST). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi
ke dua faktor sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis
pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman jagung
umur 2 MST.
Tinggi Tanaman (4 MST). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi
ke dua faktor sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis
pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman jagung
umur 4 MST.
Tinggi Tanaman (6 MST). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi
ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p) serta faktor tunggal sistem tanam (j)
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman jagung umur 6 MST akan
tetapi faktor tunggal yang lain yaitu dosis pupuk NPK (p) memberikan pengaruh yang nyata.

Series1, p4,
618
Tinggi Tanaman Umur 6 MST

Series1, p3,
610

Series1, p2,
591
Series1, p1,
Series1, p0, 585
582

Takaran Pupuk NPK (P)

Gambar 1. Tinggi tanaman jagung manis umur 6 MST sebagai pengaruh dosis pupuk NPK
(p0=0% atau tanpa pupuk; p1=25% dari dosis anjuran; p2=50% dari dosis
anjuran; p3=75% dari dosis anjuran; p4=100% dari dosis anjuran). Diagram
batang yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada level α 5%.

Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang sering diamati


sebagai parameter untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diterapkan dan erat kaitannya

40
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

dengan proses fotosintesis. Hasil fotosintesis tersebut digunakan tanaman untuk proses
pertumbuhannya, sehingga tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh proses metabolisme
dalam tubuh tanaman itu sendiri (Kaeni et al, 2014). Berdasarkan hasil analisis ragam, sistem
tanam tidak memberikan pengaruh terhadap peubah tinggi tanaman jagung manis pada umur
2, 4 dan 6 MST, hanya aplikasi perlakuan tunggal dosis pupuk NPK saja yang memberikan
pengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman jagung manis umur 6 MST
Gambar 1 menunjukkan bahwa setiap tingkatan dosis pupuk NPK yang di berikan
kepada tanaman jagung manis telah menunjukkan hasil yang beragam, dimana dosis pupuk
terendah atau bahkan tanpa pemberian pupuk pertumbuhan tanamannya pun memiliki nilai
sangat rendah yakni 581,58 cm. Berbeda halnya dengan dosis pupuk yang rekomendasikan
yakni 100% sehingga pertumbuhan tanamannya pun lebih tinggi hingga mencapai 617,67 cm
pada umur 6 MST.
Tidak berpengaruhnya tinggi tanaman jagung pada umur 2 MST dan 4 MST
kemungkinan disebabkan karena pupuk NPK yang diberikan ke dalam tanah belum mampu
diserap oleh akar tanaman secara maksimal, sedangkan pada umur 6 MST pupuk NPK yang
diberikan sudah larut dan bisa diserap oleh tanaman secara maksimal, sehingga
memperlihatkan tinggi tanaman yang berbeda diantara perlakuan. Raihan (2000) menyatakan
bahwa tanaman umumnya membutuhkan unsur hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah
yang relatif banyak, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak
mampu memberikan pertumbuhan seperti yang diharapkan.
Jumlah Daun (2 MST). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke
dua faktor sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis
pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun jagung umur 2
MST.
Jumlah Daun (4 MST). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke
dua faktor sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis
pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun jagung umur 4
MST.
Jumlah Daun (6 MST). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke
dua faktor sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis
pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun jagung umur 6
MST.
Berdasarkan hasil analisis ragam, sistem tanam dan dosis pupuk NPK tidak
memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 2, 4
41
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

dan 6 MST. Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang berfungsi sebagai penangkap
energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan
karena selain sebagai indikator pertumbuhan, parameter jumlah daun juga diperlukan sebagai
data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi.
Tidak berpengaruhnya perlakuan sistem tanam terhadap peubah pengamatan jumlah
daun diindikasikan bahwa sistem tanam jajar legowo kurang tepat untuk komoditas ini,
pasalnya tanaman jugung hanya dapat berkembang biang biak melalui biji dan tanaman ini
tidak menghasilkan anakan sehingga sekalipun di lakukan sistem tatan dengan jarak yang
lebih luas tidak akan pernah menambah populasi tanaman tersebut. Peningkatan jumlah daun
pada pengamatan ini tidak di dominasi oleh perlakuan dosis pupuk yang berbeda – beda,
karena pada dasarnya lokasi yang di gunakan dalam penelitian kali ini merupakan tanah yang
sebelumnya telah di lakukan pengolahan sehingga tidak menutup kemungkinan tanah tersebut
telah di pupuk sehingga masih terdapat residu pupuk yang tertinggal.

Kandungan Klorofil Daun Jagung Manis

Klorofil a. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke dua faktor
yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p) berpengaruh nyata terhadap hasil analisis
kandungan klorofil a, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap faktor tunggal aplikasi sistem
tanam (j) maupun dosis pupuk NPK.

j1p0 (21.81)

j2p2
Kandungan Klorofil a

j0p0 j1p3
j0p2
j1p1 j2p3
j0p4;
j0p1 j0p3
j1p2 j2p1 j2p4
j2p0

j1p4 (17.66)

Interaksi antara j x p
Gambar 2. Kandungan klorofil a daun jagung manis sebagai pengaruh sistem tanam (j) dan
beberapa dosis pupuk NPK (p0=0% atau tanpa pupuk; p1=25% dari dosis
anjuran; p2=50% dari dosis anjuran; p3=75% dari dosis anjuran; p4=100% dari
dosis anjuran). Diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT pada level α 5%.

42
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

Gambar 2 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan sistem tanam (j) dengan dosis pupuk
NPK (p) mampu meningkatkan kandungan klorofil a daun jagung manis di mana pasangan
jajar legowo 2:1 dengan dosis pupuk 0% menunjukkan nilai kandungan klorofil hingga 21,81
mg.g-1 sedangkan nilai terendah yakni 17,66 mg.g-1 pada pasangan jajar legowo 2:1 dengan
dosis pupuk 100% dari dosis anjuran.
Klorofil b. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke dua faktor
sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis pupuk NPK
(p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap terhadap kandungan klorofil b daun
jagung manis (lampiran 18 dan 28).
Total Klorofil. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke dua faktor
sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan dosis pupuk NPK
(p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap terhadap kandungan klorofil total daun
jagung manis.
Klorofil adalah zat warna hijau daun yang terdapat dalam kloroplas. Klorofil pada
daun terbagi menjadi dua jenis yaitu klorofil a dan klorofil b dimana klorofil a memiliki
warna hijau tua pada daun sedangkan kloril b memiliki warna hijau muda pada daun.
Kandungan klorofil dalam daun merupakan indikator respon fisiologis tanaman terhadap
pasokan hara yang diberikan. Secara umum dapat dijelaskan bahwa pasokan unsur hara dari
pemupukan dapat meningkatkan kandungan klorofil suatu tanaman (Sonbai, 2013).
Interaksi j1p0 (jajar legowo 2:1 dan kontrol) yang mampu meningkatkan pembentukan
klorofil a memiliki kemungkinan bahwa pada kondisi sistem tanam dan dosis pupuk tersebut
cahaya matahari yang ditangkap serta kebutuhan dosis pupuk yang diserap sangat optimal
bagi pertumbuhan tanaman jagung. Dari hasil uji analisis kandungan klorofil (Lampiran 8)
terlihat bahwa nilai klorofil yang terkandung dalam daun jagung sangatnya beragam
tergantung dari perlakuan yang di terapkan. Namum secara garis besar dan umum klorofil
yang diamati terfokus pada jenis klorofil a dan klorofil b yang selajutnya di akumulasikan
menjadi klorofil total.
Klorofil a dan klorofil b merupakan dua jenis klorofil yang terdapat pada daun dan
kedua klorofil tersebut merupakan fotoreseptor yang artinya mereka dapat memanfaatkan
sinar matahari untuk membuat makanan bagi tumbuhan. Meskipun keduanya merupakan zat
hijau daun akan tetapi keduanya memiliki perbedaan. Hal yang membedakan antara klorofil
a dan b terletak pada susunan gugus pengikat dimana pada klorofil a gugus pengikatnya
adalah CH3 sedangkan klorofil b adalah CH, dari segi cahaya yang diserap klorofil a

43
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

menyerap cahaya biru-ungu dan merah, sedangkan klorofil b menyerap cahaya biru dan
jingga yang kemudian memantulkan cahaya kuning hijau. Tidak hanya itu perbedaan kedua
klorofil ini juga terdapat pada absorpsi maksimum dimana klorofil a terjadi pada 673 nm
sedangkan klorofil b antara 455 – 640 nm serta terjadi perbedaan yang signifikan pada
rangkaian rumus kimia di mana klorofil a memiliki rumus kimia C55H72O5N4Mg sedangkan
klorofil b C55H70O6N4Mg serta klorofil a banyak terdapat pada rangkaian fotosistem II
sedangkan klorofil b terdapat pada fotosistem I (Sonbai, 2013).
Indeks Luas Daun (ILD). Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke
dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p) serta faktor tunggal sistem tanam (j)
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman jagung umur 6 MST akan
tetapi faktor tunggal yang lain yaitu dosis pupuk NPK (p) memberikan pengaruh yang nyata.

Series1, p4,
Indeks Luas Daun (ILD)

1,737

Series1, p0, Series1, p3,


1,558 Series1, p1, 1,578
1,529

Series1, p2,
1,456

Takaran Pupuk NPK p)

Gambar 3. Indeks luas daun jagung manis sebagai pengaruh dosis pupuk NPK (p0=0% atau
tanpa pupuk; p1=25% dari dosis anjuran; p2=50% dari dosis anjuran; p3=75%
dari dosis anjuran; p4=100% dari dosis anjuran). Diagram batang yang diikuti
oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada level α
5%.

Gambar 3 menunjukkan perlakuan dosis pupuk NPK mampu meningkatkan indeks luas
daun jagung manis. Perlakuan dosis pupuk NPK 100% dari dosis anjuran (p4) memberikan
pengaruh signifikan terhadap peningkatan indeks luas daun jagung manis yakni dengan nilai
1736,93 dan merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan nilai yang di hasilkan perlakuan
p0, p1, p2, dan p3.
Besarnya luas daun akan menentukan banyaknya fotosintat yang dihasilkan dari proses
fotosintesis dimana fotosintat yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi pada Tabel 3 yang

44
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara ILD dan jumlah daun (0,67).
Semakin besar nilai ILD maka semakin banyak pula jumlah daun sebagai hasil dari
banyaknya fotosintat yang dihasilkan dalam proses fotosintesis.

Hasil Jagung Manis

Kandungan Gula Total. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa interaksi ke
dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem tanam (j) dan
dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap uji kandungan gula
total pada jagung manis.
Kandungan gula yang ada di jagung ditentukan oleh faktor genetik, faktor genetik yang
di maksud adalah faktor bawaan yang sengaja di munculkan saat perbanyakan benih
sedangkan faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap tingginya kadar gula pada
buah jagung yakni perlakuan pemberian pupuk (Muis, 2002 dalam Surtinah, 2007).
Panjang Tongkol Tanpa Kelobot. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa
interaksi ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem
tanam (j) dan dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang
tongkol tanpa kelobot jagung manis. Hal ini disebabkan oleh telah tersedianya unsur hara
yang cukup pada lahan pertanaman jagung walaupun tanpa dipupuk. Selain itu, panjang
tongkol tanpa kelobot kurang berkembang karena kurang meningkatnya pertumbuhan daun
jagung pada perlakuan yang diberikan sehingga aktivitas fotosintesis pada tanaman jagung
juga tidak mengalami peningkatan dibandingkan kontrol.
Menurut Soetoro et al., (1988) dalam Putri (2011), tongkol yang berisi pada jagung
manis lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan kemampuan dari tanaman untuk
memunculkan karakter genetiknya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Panjang tongkol
ditentukan oleh aktivitas fotosintesis yang dapat mentransfer fotosintat dari daun ke biji
sebagai cadangan makanan. Semakin besar cadangan makanan di dalam biji, maka akan
semakin besar pula ukuran biji dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap ukuran
tongkol. Semakin besarnya ukuran tongkol dan banyaknya biji secara langsung berpengaruh
terhadap peningkatan berat tongkol.
Diameter Tongkol Tanpa Kelobot. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa
interaksi ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem
tanam (j) dan dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
diameter tongkol tanpa kelobot jagung manis. Hal ini disebabkan oleh unsur hara yang

45
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

terdapat di lahan pertanaman sebelum aplikasi perlakuan telah tersedia. Pada hubungan
korelasi terlihat bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kandungan klorofil total dan
diameter tongkol, sehingga mengindikasikan bahwa pada penelitian ini kandungan klorofil
total yang masih belum optimal untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung. Selain berkorelasi kuat dengan kandungan klorofil total, diameter buah juga
berhubungan sangat erat dengan panjang tongkol. Menurut Salisbury dan Ross (1995),
pembesaran diameter tongkol berjalan perlahan dimana pemanjangan tongkol lebih dulu
direspon oleh fisiologi tanaman.
Jumlah Baris Dalam Tongkol. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa
interaksi ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem
tanam (j) dan dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
baris dalam tongkol jagung manis. Tidak berbedanya pengaruh di antara perlakuan tersebut
dikarenakan jumlah baris dalam tongkol lebih dipengaruhi oleh faktor genetic dan lingkungan
seperti lingkungan dibandingkan dengan dosis pupuk NPK dan sistem pertanaman. Jumlah
baris per tongkol jagung manis dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembentukan biji seperti
proses penyerbukan (Gardner et al., 1992 dalam Putri, 2011).
Berat Basah Buah Tanpa Kelobot. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa
interaksi ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem
tanam (j) dan dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat
basah buah tanpa kelobot jagung manis. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem tanam dan
dosis pupuk NPK yang diaplikasikan pada penelitian ini masih belum memenuhi kebutuhan
tanaman jagung untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Selain itu pada dasarnya tanaman
sangat membutuhkan asupan pupuk yang tepat dosis. Dengan dosis 50% dari dosis anjuran
sudah memenuhi kebutuhan pada tanaman jagung karena tanah yang ditanami jagung telah
memiliki unsur hara yang cukup.
Soetoro et al. (1988) dalam Putri (2011) menyatakan bahwa hara mempengaruhi bobot
tongkol terutama biji, karena hara yang diserap oleh tanaman akan dipergunakan untuk
pembentukan protein, karbohidrat, dan lemak yang nantinya akan disimpan dalam biji
sehingga akan meningkatkan bobot tongkol. Semakin besar transfort fotosintat ke bagian
tongkol maka akan semakin besar tongkol yang dihasilkan.
Berat Kering Buah Tanpa Kelobot. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa
interaksi ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem
tanam (j) dan dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat
kering buah tanpa kelobot jagung manis. Hal ini karena berat kering sangat dipengaruhi oleh
46
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

berat basah tanaman yang juga tidak dipengaruhi oleh kedua faktor perlakukan tersebut.
Berdasarkan hasil hubungan korelasi tersebut dapat dianggap bahwa semakin besar berat
basah buah tanpa kelobot maka semakin besar pula berat kering buah tanpa kelobot.
Berat kering merupakan jumlah senyawa organic yang tergantung kepada laju
fotosintesis dan laju penyerapan hara oleh akar. Kandungan unsur hara yang secara cepat
mampu diserap oleh tanaman berfungsi untuk mengaktifkan pati sintase dalam tubuh
tanaman yang akan mempercepat pula proses fotosintesis. Proses fotosintesis ini akan
menyalurkan fotosintat dari daun ke buah sehingga menyebabkan berat kering buah semakin
besar (Anisyah et al., 2014).
Kadar Air Buah Tanpa Kelobot. Hasil analisis ragam (Uji F) menunjukkan bahwa
interaksi ke dua faktor yaitu sistem tanam dan dosis pupuk (j x p), faktor tunggal sistem
tanam (j) dan dosis pupuk NPK (p), tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar
air buah tanpa kelobot jagung manis. Hal ini terjadi karena faktor lain yang sangat
menentukan kadar air yaitu panjang tongkol, berat basah dan berat kering juga tidak
dipengaruhi oleh kedua faktor perlakuan tersebut.
Korelasi antara Komponen Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

Berdasarkan perhitungan korelasi, diperoleh hasil bahwa arah korelasi antara


komponen pertumbuhan dan hasil jagung manis bervariasi dan memiliki tingkat hubungan
yang beragam (Tabel 2).

Tabel 2. Korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis

Tinggi
Jumlah Klorofil Kadar Panjang Diameter Jumlah BB BK Kadar
Peubah Tanama
Daun Total
ILD
Gula Tongkol Tongkol Baris Buah Buah Air
n
Tinggi
-
Tanaman
Jumlah
0.54 -
Daun
Klorofil
-0.51 -0.34 -
Total
ILD 0.41 0.67 -0.40 -
Kadar
0.08 0.04 -0.24 -0.23 -
Gula
Panjang
-0.12 -0.16 0.60 0.05 0.03 -
Tongkol
Diameter
-0.03 -0.29 0.61 -0.11 -0.20 0.83 -
Tongkol
Jumlah
0.04 0.13 -0.14 0.15 0.18 0.31 0.19 -
Baris
BB Buah -0.05 -0.16 0.42 -0.49 0.56 0.44 0.20 0.20 -
BK Buah 0.10 -0.28 0.48 -0.34 0.16 0.64 0.49 0.30 0.82 -
-
Kadar Air -0.09 0.47 -0.49 0.40 0.12 -0.55 -0.61 -0.06 -0.80 -
0.47

47
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

Hubungan dua variabel dinyatakan positif dengan arti bahwa apabila nilai suatu
variabel ditingkatkan maka akan meningkatkan variabel lainnya. Sebaliknya, apabila nilai
variabel tersebut diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain. Dalam
penelitian ini pasangan peubah yang memiliki nilai kuat posif yaitu berat basah buah dengan
berat kering buah, yang artinya semakin tinggi berat basah maka semakin tinggi pula berat
kerinya. Sedangkan hubungan antara berat kering buah dengan kadar air memiliki hubungan
korelasi negatif yang artinya semakin tinggi berat kering buah maka akan semakin sedikit
kadar airnya. Namun dalam konteks korelasi antara komponen pertumbuhan dan komponen
hasil hubungan kedua komponen hanya mampu mencapai tingkat kuat yakni r = 0.61 (Tabel
4) yaitu antara peubah kandungan klorofil dengan diameter tongkol yang memiliki arti
dimana semakin tinggi kandungan klorofil maka akan semakin besar diameter tongkol yang
di hasilkan.
Menurut Sugiyono (2007), pedoman atau dasar untuk memberikan interpretasi maupun
penilaian dalam suatu perhitungan koefisien korelasi untuk sebuah penelitian adalah sebagai
berikut : 0,00 - 0,199 = sangat rendah; 0,20 - 0,399 = rendah; 0,40 - 0,599 = sedang; 0,60 -
0,799 = kuat; dan 0,80 - 1,000 = sangat kuat.

KESIMPULAN
Interaksi antara sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan aplikasi 0 % pupuk NPK (kontrol)
di lahan rawa mampu meningkatkan kandungan klorofil a pada daun jagung manis.
Komponen pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis yang berkorelasi kuat pada
penerapan aplikasi sistem tanam jajar legowo dan dosis pupuk NPK terjadi pada peubah
pengamatan antara klorofil total terhadap panjang tongkol dan diameter tongkol dengan
masing – masing nilai korelasi antara 0,60 – 0,61.

DAFTAR PUSTAKA
Anisyah, F., R. Sipayung, dan C. Hanum. 2014. Pertumbuhan dan produksi bawang merah
dengan pemberian beberapa pupuk organik. Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(2): 482-
496.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2014. Laporan Tahunan Dinas Pertanian
Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Fachrudin. 2002. Respon Beberapa Populasi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt). Journal Agroland 17 (2) : 138-143.
Gupta M. 2014. A New Tropic State Index For Lagoons. Journal of Ecosystem. 8 Pages.
Kaeni, E. Toekidjo, dan Subandiyah, S. 2014. Efektivitas suhu dan lama perendaman bibit
empat kultivar bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) pada

48
Jurnal Bioindustri Vol. 1. No. 1, Bulan 2018

pertumbuhan dan daya tanggapnya terhadap penyakit moler. Jurnal Vegetalika 1 (3) :
53 – 65.
Kusmayadi. 2014. Budidaya Tanaman jagung dengan Sistem Tanam Jajar Legowo. Balai
Besar Pelatihan Pertanian Binuang. hal 5.
Marlian, N., A. Damar, H. Effendi. 2015. Distribusi Horizontal Klorofil-a Fitoplankton
Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Perairan di Teluk Meulaboh Aceh Barat. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. 20(3): 272
Musa. 2006. Karakter dan Klasifikasi Lahan Rawa. Kanisius. Yogyakarta.
Nurdin, P., Maspeke, Z., dan Zakaria, F. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk
N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Jurusan Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. hal 275.
Putri, H.A. 2011. Pengaruh pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair lengkap
(POCL) Bio Sugih terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Sumatera
Barat.
Prasetyo, B.H., dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian 25 (2). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Raihan, H.S. 2000. Pemupukan NPK dan ameliorasi lahan pasang surut sulfat masam
berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. Jurnal Ilmu Pertanian 9 (1) : 20-28.
Salisbury, B.F. dan Ross W.C. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Alih bahasa oleh Diah R. Lukman
dan Sumaryono. ITB Bandung. 343 Hal.
Shinha, D., Sharman, S., and Dwivedi. M.K. 2013. The impact of fly ash on photosynthetic
activity and medicinal property of plants. International Journal of Current Microbiology
and Applied Science 2 (8) : 382-388.
Siswadi. Budidaya Tanaman Palawija. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta, 2006.
Sonbai, J.H.H., Prajitno, D., dan Syukur, A. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Beberapa
Pemberian Pupuk Nitrogen di Lahan Kering Regosol. Jurnal Ilmu Pertanian 16 (1) : 77
– 89.
Sugito, J., Palungkun, R., dan Liatyowati, E. 1991. Sweet Corn Baby Corn. Penebar
Swadaya. Jakarta. hal 83.
Surtinah. 2007. Menguji 5 macam pupuk daun dengan mengukur kadar gula total biji jagung
manis (Zea mays sacc.). Jurnal Ilmiah Pertanian. 2(3):
Syukur dan Rifianto, A. 2014. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta
Trevor W, Edward B, Burke H. 1998. Enviromental indicators for national state of the
environment reporting Estuaries and the Sea, Australia: State of the Environment
(Environmental Indicator Reports). Canberra (AU): Departement of the Environment.

49

Anda mungkin juga menyukai