Anda di halaman 1dari 18

EFEK SAMPING OBAT:

TRIMETROPIN, TRAMADOL, PIRAMISIN

RANITIDIN, PESEODEOPEDRIN

OLEH

KELOMPOK IV

ISMI ULFAIDAH KARYAMA KAO

IVANA KRISTI DANGEUBUN KASNIA LA KARLITO

JASMIATI KIKI AMALIA TUKUWAIN

JULIANITA WAIOLA MAJIDA M. KARE

JULIATI MARLINA UMAFAGUR

KALSUM ABDULLAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah Subhana watala atas
segala nikmat dan karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini yang berjudul “Efek Samping
Obat” guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi dapat diselesaikan tepat waktu.

Melalui makalah ini kami penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya serta dapat menjadi salah satu bahan
acuan pembelajaran bagi Mahasiswa/i utamanya bagi mahasiswi kebidanan.

Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini dikarenakan ilmu pengetahuan yang penulis miliki masih sangat kurang. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah
ini di masa yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Makassar, Juni 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak
mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
(Anief, 2007)
Farmakoterapi merupakan intervensi terapi yang akan paling banyak dilakukan
dalam praktek klinik, sehingga kemungkinan untuk menghadapi kasus efek samping obat
bagi seorang praktisi medik mungkin tidak dapat dihindari sepenuhnya. Seringkali,
kejadian efek samping obat ini pada seorang pasien tidak dengan mudah dikenali, kecuali
kalau efek samping yang terjadi adalah bentuk yang berat dan menyolok. Mahasiswa
perlu mengenali bentuk-bentuk efek samping obat, faktor-faktor penyebab atau yang
mendorong terjadinya, upaya pencegahan dan penanganannya.
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena
seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh.
Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun akan menimbulkan
pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa efek samping dari Trimetoprin ?
2. Apa efek samping dari Tramadol ?
3. Apa efek samping dari Piramisin ?
4. Apa efek samping dari Ranitidin ?
5. Apa efek samping dari Peseodeopedrin ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui efek samping dari Trimetropin
2. Untuk mengetahui efek samping dari Tramadol
3. Untuk mengetahui efek samping dari Piramisin
4. Untuk mengetahui efek samping dari Ranitidin
5. Untuk mengetahui efek samping dari Peseodeopedrin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Trimetoprin
1. Pengertian Trimetoprin
Obat ini adalah kombinasi dari dua antibiotik: sulfametoksazol dan trimetoprim,
yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri (seperti infeksi
telinga tengah, infeksi saluran kencing, pernapasan, dan usus). Obat ini juga
digunakan untuk mencegah dan mengobati pneumonia jenis tertentu.
Obat kombinasisulfamethoxazole + trimethoprim tidak boleh digunakan pada
anak-anak berusia kurang dari 2 bulan karena ada risiko efek samping yang serius.
Obat ini hanya mengobati infeksi jenis tertentu dan tidak akan bekerja untuk infeksi
virus (seperti flu). Penggunaan yang tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik dapat
menyebabkan efektivitasnya menurun.
2. Dosis Trimetoprin
Dosis trimetoprin terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Dosis Trimethoprim untuk orang dewasa
1) Dosis Dewasa untuk Infeksi Saluran Kemih:
Infeksi tanpa komplikasi akut: 100 mg oral setiap 12 jam atau 200 mg oral
setiap 24 jam selama 10 hari
2) Dosis Dewasa untuk Cystitis Profilaksis:
100 mg secara oral pada waktu tidur selama 6 minggu sampai 6 bulan
3) Dosis Dewasa untuk Pneumocystis Pneumonia:
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan:
Pasien yang terinfeksi HIV: 15 mg/kg/hari diminum dalam 3 dosis terbagi
(selain dapson 100 mg setiap hari) selama 21 hari. Trimetoprim dengan
dapson direkomendasikan sebagai pengobatan alternatif pneumonia
Pneumocystis jirovecii ringan sampai sedang.
b. Dosis Trimethoprim untuk anak-anak
1) Dosis Pediatrik untuk Otitis Media:
Infeksi akut:
6 bulan atau lebih tua: 5 mg/kg diminum setiap 12 jam selama 10 hari
2) Dosis Pediatrik untuk Infeksi Saluran Kemih:
Infeksi tanpa komplikasi akut:
12 sampai 18 tahun: 100 mg oral setiap 12 jam atau 200 mg oral setiap 24 jam
selama 10 hari.
2 bulan sampai kurang dari 12 tahun: 2-3 mg / kg per oral setiap 12 jam
selama 10 hari
3. Mekanisme Kerja Trimetoprim
Trimethoprim mengikat dihydrofolate reduktase dan menghambat pengurangan asam
dihydrofolic (DBD) menjadi asam tetrahydrofolic(THF). THF merupakan prekursor
penting dalam sintesis jalur timidindan gangguan jalur ini menghambat sintesis DNA
bakteri. AfinitasTrimethoprim untuk bakteri dihydrofolate reduktase adalah beberapa
ribu kali lebih besar daripada afinitas untuk reduktase dihydrofolatemanusia.
Sulfametoksazol menghambat sintetase dihydrofolate (aliasdihydropteroate
sintetase), enzim yang terlibat lebih jauh hulu di jalur yang sama. Trimetoprim dan
sulfametoksazol biasanya digunakandalam kombinasi karena efek sinergis mereka.
Kombinasi obat ini jugamengurangi perkembangan resistensi yang terlihat ketika
kedua obattersebut digunakan sendiri.
4. Efek Samping Trimethoprim
Efek Samping yang umumnya dapat terjadi yaitu
gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
1) Efek samping yang serius seperti:
demam, menggigil, nyeri badan, gejala flu, luka di mulut dan tenggorokan;
kulit pucat, mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung, mulut, vagina,
atau rektum), bintik-bintik ungu atau merah pada kulit Anda;
kalium tinggi (denyut jantung lambat, nadi lemah, kelemahan pada otot, perasaan
geli); atau
sakit kepala berat yang disertai kram otot, kebingungan, kelemahan, kehilangan
koordinasi, hilang keseimbangan tubuh, dan napas terasa lemah.
2) Efek samping yang tidak begitu serius antara lain:
sakit perut, muntah, diare;
sakit atau bengkak lidah; atau
gatal ringan atau ruam kulit.
Tidak semua orang mengalami efek samping ini. Mungkin ada beberapa efek
samping yang tidak disebutkan di atas

B. Tramadol
1. Pengertian tramadol
Obat tramadol adalah obat digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit
yang sedang hingga cukup parah. Obat tramadol adalah obat yang mirip dengan
analgesik narkotika. Ia bekerja di otak untuk mengubah bagaimana tubuh Anda
merasakan dan merespon rasa sakit.
2. Dosis tramadol
a. Dosis tramadol Untuk orang dewasa
1) Untuk penggunaan rasa sakit kronis yang ringan sampai yang cukup
parah dan tak membutuhkan efek cepat analgesik, Anda bisa
menggunakan dosis awal sebanyak 25 mg setiap pagi.
2) Untuk penggunaan dosis yang akan ditingkatkan, gunakan sebanyak 25
mg secara bertahap dalam dosis yang dibagi-bagi setiap 3 hari untuk
mencapai 100 mg per hari, berupa dosis 25 mg yang diminum 4 kali
sehari.
3) Kemudian total dosis harian bisa ditingkatkan menjadi 50 mg sesuai
toleransi setiap 3 hari untuk mencapai 200 mg per hari, berupa dosis 50
mg yang diminum 4 kali per hari.
4) Perawatan: Setelah titrasi, tramadol 50 mg sampai 100 mg bisa diberikan
sesuai kebutuhan untuk penghilang rasa sakit setiap 4-6 jam, jangan
melebihi 400 mg per hari
Untuk mengatasi rasa sakit kronis sedang sampai cukup parah pada orang
dewasa yang membutuhkan pengobatan menyeluruh untuk rasa sakit
mereka selama periode yang lebih lama
 Dosis awal: 100 mg sehari sekali dan ditingkatkan bila perlu secara
bertahap sebanyak 100 mg setiap 5 hari untuk menghilangkan sakit
dan tergantung pada toleransi tubuh.
 Dosis maksimum: Tablet extended-release tidak boleh diberikan
dengan dosis melebihi 300 mg per hari.
b. dosis tramadol untuk anak-anak
1) Penggunaan dari usia 4 sampai 16 tahun:
 Formulasi immediate release: 1 sampai 2 mg/kg/dosis setiap 4 sampai
6 jam
 Dosis tunggal maksimum: 100 mg
 Total dosis harian maksimum lebih rendah dari: 8 mg/kg/hari atau
400 mg/hari
2) Untuk penggunaan 16 tahun ke atas:
 Dosis awal: 50 sampai 100 mg setiap 4 sampai 6 jam
 Dosis maksimum: 400 mg/hari
3. Mekanisme kerja Tramadol
bekerja pada saraf pusat, yakni melalui pendudukan reseptor opiod oleh cis-
isomernya. Meskipun demikian zat ini tidak menekan pernafasan, praktis tidak
mempengaruhi system kardiovaskuler atau motilitas lambung-usus
4. Efek tramadol
Efek samping samping tramadol yaitu gatal-gatal, kesulitan bernapas,
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. 
Efek samping serius
 Agitasi, halunisasi, demam, detak jantung cepat, refleks overaktif, mual,
muntah, diare, kehilangan koordinasi, pingsan.
 kejang-kejang
 ruam kulit yang merah dan melepuh
 napas dangkal, denyut nadi lemah.
Efek samping tramadol lainnya yang tidak terlalu serius termasuk:
 pusing, ruangan seperti berputar
 sembelit. perut bergejolak
 sakit kepala
 mengantuk
 merasa gugup atau cemas.

Tidak semua orang mengalami efek samping tramadol tersebut. Mungkin ada
beberapa efek tramadol yang tidak disebutkan di atas.

C. Rifampsin
1. Pengertian rifampicin
Rifampicin adalah obat antibiotik rifamycin dengan fungsi untuk mengobati
berbagai infeksi, seperti:
 tuberkulosis (TBC)
 kusta
 legionnaires’s disease
 brucellosis dan infeksi stafilokokus serius

Obat ini juga dapat diberikan kepada ‘carrier’, yaitu orang-orang yang mungkin
terinfeksi tetapi tidak memiliki gejala infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus
influenzae (penyebab flu) dan Neisseria meningitidis (penyebab meningitis).

2. Dosis
a. Dosis rifampicin bagi orang dewasa
Dosis umum dewasa untuk Tuberkulosis (bersama dengan obat lain)
 Berat badan <50 kg, Dosis harian adalah 450 mg
 Berat badan >50 kg, Dosis harian adalah 600 mg

Dosis umum dewasa untuk Kusta (bersama dengan obat lain)

 Berat badan <50 kg, Dosis harian adalah 450 mg


 Berat badan >50 kg, Dosis harian adalah 600 mg
 Dosis tunggal 600 mg sebulan sekali dapat diberikan.
b. Dosis rifampsin bagi anak-anak
Dosis umum anak untuk Tuberkulosis (bersama dengan obat lain)
 Anak-anak >3 bulan:
Dosis harian yang direkomendasikan adalah 15 (10-20) mg/kg berat badan,
sampai maksimum 600 mg.

Dosis umum anak untuk Kusta (bersama dengan obat lain)


Untuk bentuk paucibacillary, rifampicin harus diberikan bersama dapson
untuk jangka waktu 6 bulan. Untuk bentuk multibacillary, rifampicin harus
diberikan dengan dapson dan clofazimine untuk jangka waktu 12 bulan.
Dosis yang dianjurkan adalah:
 Usia >10 tahun: 450 mg sebulan sekali.
 Usia <10 tahun: 10 sampai 20 mg/kg berat badan, sebulan sekali.

Dosis umum anak untuk Legionnaires’s disease, Brucellosis, dan infeksi


staphylococcal yang serius (bersama dengan obat-obatan lainnya)
 Anak-anak usia >1 bulan: 10 mg/kg berat badan tiap 12 jam selama 2 hari.
 <1 bulan: 5 mg/kg berat badan tiap 12 jam selama 2 hari.
3. Mekanisme kerja Rifamipsin
Mekanisme rifampisin yaitu menghambat mekanisme kerja RNA-
polimerase yang tergantung pada DNA dari mikrobakteri dan beberapa
mikroorganisme. Penggunaan pada konsentrasi tinggi untuk menginhibisi
enzim bakteri dapat pula sekaligus menginhibisi sintesis RNA dalam
mitokondria mamalia (Wattimena dkk, 1991)
4. Efek samping
Rifampsin dapat menyebabkan efek samping. Urine, keringat, dahak, dan air
mata Anda dapat berubah ungu atau merah; efek ini tidak berbahaya.
Beberapa efek samping dapat serius.
 gatal-gatal
 ruam
 demam
 lecet
 pembengkakan mata, wajah, bibir, lidah, tenggorokan, lengan, tangan, kaki,
pergelangan kaki, atau kaki yang lebih rendah
 mual
 muntah
 kehilangan nafsu makan
 urin gelap
 nyeri sendi atau bengkak
 menguningnya kulit atau mata

D. Ranitidin
1. Pengertian ranitidin
Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung
dalam perut. Fungsinya untuk mengatasi dan mencegah rasa panas perut
(heartburn), maag, dan sakit perut yang disebabkan oleh tukak lambung. Ranitidin
juga digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai penyakit perut dan
kerongkongan yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung, misalnya
erosive esophagitis dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease,
GERD).Ranitidine termasuk ke dalam golongan obat H2 histamine blocker.
Obat ini juga tersedia tanpa resep. Digunakan untuk mencegah dan mengobati
heartburn serta gejala lain yang diakibatkan terlalu banyak asam dalam perut
(gangguan pencernaan asam).
2. Dosis
a. Dosis Ranitidine untuk orang dewasa
 Dosis ranitidin untuk orang dewasa dengan ulkus duodenal: oral 150 mg 2 kali
sehari, atau 300 mg sekali sehari setelah makan malam atau sebelum makan.
Parenteral: 50 mg, IV atau IM, setiao 6-8 jam. Alternatifnya, infus IV bisa
diberikan dengan rate 6.25 mg/jam selama 24 jam.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan dispepsia: 75 mg secara oral
sekali sehari (tanpa resep) 30-60 menit sebelum makan. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 75 mg dua kali sehari. Durasi pengobatan maksimum
untuk pengobatan sendiri tanpa resep adalah 14 hari.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan ulkus duodenal profilaksis: 150
mg secara oral sekali sehari sebelum tidur.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan ulkus perut: 150 mg secara oral
sekali sehari sebelum tidur.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan erosive esophagitis: Oral — di
awal: 150 mg 4 kali sehari, perawatan: 150 mg dua kali sehari. Parenteral: 50
mg, IV atau IM, setiap 6-8 hours. Alternatifnya, infus IV bisa diberikan
dengan rate 6.25 mg/jam selama 24 jam.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan stress ulcer profilaksis:
Parenteral: 50 mg, IV atau IM, setiap 6 – 8 jam.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan perdarahan gastrointestinal:
Parenteral: 50 mg IV dosis loading, diikuti dengan 6.25 mg/jam infus IV
berkelanjutan, titrasi hingga gastric pH >7.0 untuk perawatan.
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan surgical prophylaxis: Study
(n=80) – Prapengobatan di Thoracotomy untuk mengurangi GER: 150 mg
secara oral 2 jam sebelum operasi.
 Dosis ranitidin untuk orang dewasa dengan Zollinger-Ellison Syndrome: Oral:
Dimulai dengan 150 mg 2 kali sehari. Sesuaikan dosis untuk mengontrol
sekresi asam lambung. Dosis hingga 6 gram per hari juga pernah digunakan.
Parenteral: 1 mg/kg/jam diberikan sebagai infus IV berkelanjutan hingga
maksimum 2.5 mg/kg/jam (rate infus hingga 220 mg/jam pernah digunakan).
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan kondisi Pathological
Hypersecretory: Oral: Dimulai dengan 150 mg 2 kali sehari. Sesuaikan dosis
untuk mengontrol sekresi asam lambung. Dosis hingga 6 gram per hari juga
pernah digunakan. Parenteral: 1 mg/kg/jam diberikan sebagai infus IV
berkelanjutan hingga maksimum 2.5 mg/kg/jam (rate infus hingga 220
mg/jam pernah digunakan).
 Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan refluks asam lambung: Oral: 150
mg dua kali sehari. Parenteral: 50 mg, IV atau IM, setiap 6-8 jam.

b. Dosis Ranitidine untuk anak-anak


Dosis ranitidine untuk orang anak-anak dengan ulkus duodenal:
Usia 1 bulan hingga 16 tahun:
 IV: 2-4 mg/kg/hari dibagi-bagi setiap 6-8 jam. Maksimum: 200 mg/hari IV
 Oral: Pengobatan: 4-8 mg/kg dua kali sehari, setiap 12 jam. Maksimum: 300
mg/hari secara oral
 Perawatan: 2-4 mg/kg/hari secara oral sekali sehari. Maksimum: 150 mg/hari
secara oral
Dosis ranitidine untuk orang anak-anak dengan ulkus perut
Usia 1 bulan hingga 16 tahun:
 IV: 2-4 mg/kg/hari dibagi-bagi setiap 6-8 jam. Maksimum: 200 mg/hari IV
 Oral: Pengobatan: 4-8 mg/kg dua kali sehari, setiap 12 jam. Maksimum: 300
mg/hari secara oral
 Perawatan: 2-4 mg/kg/hari secara oral sekali sehari. Maksimum: 150 mg/hari
secara oral
Dosis ranitidine untuk orang anak-anak dengan Duodenal Ulcer Prophylaxis:
Usia 1 bulan hingga 16 tahun:
 IV: 2-4 mg/kg/hari dibagi-bagi setiap 6-8 jam Maksimum: 200 mg/hari
 Oral: 2-4 mg/kg sekali sehari, tidak melebihi 150 mg/24 jam.
Dosis ranitidin untuk orang anak-anak untuk perawatan Gastric Ulcer
Usia 1 bulan hingga 16 tahun:
 IV: 2-4 mg/kg/hari dibagi-bagi setiap 6-8 jam. Maksimum: 200 mg/hari
 Oral: 2-4 mg/kg sekali sehari, tidak melebihi 150 mg/24 jam.
Dosis ranitidine untuk orang anak-anak dengan refluks asam lambung:
Bayi baru lahir:
 IV: 1.5 mg/kg IV sebagai dosis loading diikuti 12 jam kemudian dengan 1.5-
2 mg/kg/hari IV dibagi-bagi setiap 12 jam. Alternatifnya, infus IV
berkelanjutan dapat diberikan dengan rate 0.04 sampai 0.08 mg/kg/jam (1-2
mg/kg/hari) setelah dosis loading sebanyak 1.5 mg/kg sudah diberikan.
 Infus IV berkelanjutan: Dosis loading: 1.5 mg/kg/dosis, diikuti oleh infus
0.04 oleh 0.08 mg/kg/jam (atau 1 sampai 2 mg/kg/hari).
 Oral: 2 mg/kg/hari dibagi ke dalam 2 dosis, diberikan setiap 12 jam.

Usia 1 bulan hingga 16 tahun:


 IV: 2-4 mg/kg/hari dibagi-bagi setiap 6-8 jam. Maksimum: 200 mg/hari.
Alternatifnya, infus IV dosis bolus 1 mg/kg bisa diberikan satu kali, diikuti
oleh infus IV konstan dengan rate 0.08 hingga 0.17 mg/kg/jam (2 sampai 4
mg/kg/hari).
 Oral: 4 sampai 10 mg/kg/hari diberikan dalam 2 dosis setiap 12 jam.
Maksimum: 300 mg oral per hari.
Dosis ranitidine untuk orang anak-anak dengan Erosive Esophagitis
Usia 1 bulan hingga 16 tahun:
 IV: 2-4 mg/kg/hari dibagi-bagi setiap 6-8 jam. Maksimum: 200 mg/hari.
Alternatifnya, infus IV dosis bolus 1 mg/kg bisa diberikan satu kali, diikuti
oleh infus IV konstan dengan rate 0.08 hingga 0.17 mg/kg/jam (2 sampai 4
mg/kg/hari).
 Oral: 4 sampai 10 mg/kg/hari diberikan dalam 2 dosis setiap 12 jam.
Maksimum: 300 mg oral per hari.
3. Mekanisme kerja Ranitidin
Menghambat secara kempetitif reseptor pada histamin H2 sel-sel parietal lambung
yang menghambat sekresi asm lambung; volme dan konsentrasi ion hidrogen
berkurang. Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor intirinsik yang
distimulus oleh penta-ganstrik atau serum ganstrik.
4. Efek samping
Efek samping yang dapat dialami karena Ranitidine: gatal-gatal, kesulitan
bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Berhenti mengonsumsi ranitidine.
1) Efek samping yang serius dari ranitidin seperti di bawah ini:
 Nyeri dada, demam, napas pendek, batuk dengan lendir hijau atau kuning
 Mudah lebam atau berdarah, tubuh lemas tanpa sebab
 Detak jantung lambat atau cepat
 Masalah dengan penglihatan
 Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala disertai ruam kulit yang merah,
mengelupas, dan melepuh
 Mual, sakit perut, demam ringan, hilang napsu makan, urin berwarna gelap,
tinja berwarna gelap, jauncide (mata dan kulit menguning)
2) Efek samping yang tak terlalu serius dari ranitidine meliputi:
 Sakit kepala (bisa cukup parah)
 Mengantuk, pusing
 Masalah tidur (insomnia)
 Gairah seks menurun, impotensi, atau kesulitan meraih orgasme; atau
 Mual, muntah, sakit perut
 Diare atau konstipasi

E. Pseodeofedrin
1. Pengertian Pseodeofedrin
Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja dengan
cara langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara tak
langsung dapat membebaskan noradrenalin. Penggunaan utamanya adalah
bronkodilatasi kuat (β2), sebagai dekongestan. Efek midriatikum dari obat ini
kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Waktu paruh plasmanya
adalah lebih kurang 7 jam. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi
untuk flu. Volume distribusi 3L/Kg. Dosis 3-4 kali sehari 60 mg.
2. Dosis
Dosis pseudoefedrin yang digunakan dalam terapi adalah sebagai berikut
1) Dosis dewasa dan anak-anak > 12 tahun : 60 mg tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan
(tidak lebih dari 240 mg/hari). 120 mg untuk preparat lepas lambat tiap 12 jam
atau 240 mg preparat lepas lambat tiap 24 jam.
2) Dosis anak-anak 6-12 tahun : 30 mg tiap 4-6 jam sesuai keperluan (tidak lebih
dari 120 mg/hari) atau 4 mg/kgBB/hari atau 125 mg/m /hari terbagi dalam 4
dosis.
3) Dosis anak-anak 2-6 tahun : 15 mg tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 60 mg/hari)
atau 4 mg/kgBB/hari atau 125 mg/m 2 hari terbagi dalam 4 dosis.
4) Dosis anak-anak 1-2 tahun : 7 tetes 0,2 ml/kgBB tiap 4-6 jam (tidak lebih dari
4 dosis/24 jam).
5) Dosis anak-anak 3-12 bulan : 3 tetes/kgBB tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 4
dosis/24 jam)
3. Mekanisme kerja Pseodeofedrin
Mekanisme kerja pseudoefedrin adalah dengan cara menstimulasi secara langsung
reseptor 1 adrenergik yang terdapat pada pembuluh darah mukosa saluran
pernapasan bagian atas yang menyebabkan vasokontriksi. Pseudoefedrin juga
menstimulasi reseptor β adrenergik yang menyebabkan relaksasi bronkus dan
peningkatan kontraksi dan laju jantung. Efek terapeutik dari pseudoefedrin
adalah berkurangnya kongesti hidung, hiperemia dan pembengkakan saluran
hidung.
4. Efek samping
Reaksi merugikan dan efek samping dari pseudoefedrin antara lain:
gugup, eksitasi, gelisah, kelemahan, pusing, insomnia, sakit kepala, mengantuk,
takut, ansietas, halusinasi dan kejang. -
Kardiovaskular : takikardia, palpitasi, dan hipertensi.
Gastrointestinal : anoreksia, dan mulut kering.
Genitourinaria : disuria
Respirasi : kesulitan bernapas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Trimethoprim adalah obat antibiotik dengan fungsi untuk mengobati infeksi bakteri.
Ia bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
2. Obat tramadol adalah obat digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit yang
sedang hingga cukup parah.
3. Rifampicin adalah obat antibiotik rifamycin dengan fungsi untuk mengobati
berbagai infeksi, seperti:
tuberkulosis (TBC)
kusta
legionnaires’s disease
brucellosis dan infeksi stafilokokus serius
4. Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung
dalam perut.
5. Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja dengan
cara langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara tak
langsung dapat membebaskan noradrenalin.
B. Saran

1. Bagi pembaca agar tepat dalam pemberian obat terhadap gejala yang dirasakan juga
tepat dalam penggunaan dosis obat sesuai yang telah anjurkan.
2. Bagi mahasiwa agar lebih memperluas lagi wawasan mengenai obat-obatan
DAFTAR PUSTAKA
Tjay,T.H. dan Rahardja.K. 2002. “Obat-Obat Penting”. Edisi Kelima Cetakan Kedua.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Team Medical Mini Note. 2017. “Basic Pharmacology & Notes “. Makassar: MMN Publishing

Amalia dina. “Dosis Rifamipsin”. https://www.academia.edu/4884318. Diakses pada 30 Juni

2018

Anda mungkin juga menyukai