RANITIDIN, PESEODEOPEDRIN
OLEH
KELOMPOK IV
KALSUM ABDULLAH
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah Subhana watala atas
segala nikmat dan karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini yang berjudul “Efek Samping
Obat” guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi dapat diselesaikan tepat waktu.
Melalui makalah ini kami penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya serta dapat menjadi salah satu bahan
acuan pembelajaran bagi Mahasiswa/i utamanya bagi mahasiswi kebidanan.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini dikarenakan ilmu pengetahuan yang penulis miliki masih sangat kurang. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah
ini di masa yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak
mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
(Anief, 2007)
Farmakoterapi merupakan intervensi terapi yang akan paling banyak dilakukan
dalam praktek klinik, sehingga kemungkinan untuk menghadapi kasus efek samping obat
bagi seorang praktisi medik mungkin tidak dapat dihindari sepenuhnya. Seringkali,
kejadian efek samping obat ini pada seorang pasien tidak dengan mudah dikenali, kecuali
kalau efek samping yang terjadi adalah bentuk yang berat dan menyolok. Mahasiswa
perlu mengenali bentuk-bentuk efek samping obat, faktor-faktor penyebab atau yang
mendorong terjadinya, upaya pencegahan dan penanganannya.
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena
seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh.
Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun akan menimbulkan
pengaruh buruk terhadap sistem biologik tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa efek samping dari Trimetoprin ?
2. Apa efek samping dari Tramadol ?
3. Apa efek samping dari Piramisin ?
4. Apa efek samping dari Ranitidin ?
5. Apa efek samping dari Peseodeopedrin ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui efek samping dari Trimetropin
2. Untuk mengetahui efek samping dari Tramadol
3. Untuk mengetahui efek samping dari Piramisin
4. Untuk mengetahui efek samping dari Ranitidin
5. Untuk mengetahui efek samping dari Peseodeopedrin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Trimetoprin
1. Pengertian Trimetoprin
Obat ini adalah kombinasi dari dua antibiotik: sulfametoksazol dan trimetoprim,
yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri (seperti infeksi
telinga tengah, infeksi saluran kencing, pernapasan, dan usus). Obat ini juga
digunakan untuk mencegah dan mengobati pneumonia jenis tertentu.
Obat kombinasisulfamethoxazole + trimethoprim tidak boleh digunakan pada
anak-anak berusia kurang dari 2 bulan karena ada risiko efek samping yang serius.
Obat ini hanya mengobati infeksi jenis tertentu dan tidak akan bekerja untuk infeksi
virus (seperti flu). Penggunaan yang tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik dapat
menyebabkan efektivitasnya menurun.
2. Dosis Trimetoprin
Dosis trimetoprin terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Dosis Trimethoprim untuk orang dewasa
1) Dosis Dewasa untuk Infeksi Saluran Kemih:
Infeksi tanpa komplikasi akut: 100 mg oral setiap 12 jam atau 200 mg oral
setiap 24 jam selama 10 hari
2) Dosis Dewasa untuk Cystitis Profilaksis:
100 mg secara oral pada waktu tidur selama 6 minggu sampai 6 bulan
3) Dosis Dewasa untuk Pneumocystis Pneumonia:
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan:
Pasien yang terinfeksi HIV: 15 mg/kg/hari diminum dalam 3 dosis terbagi
(selain dapson 100 mg setiap hari) selama 21 hari. Trimetoprim dengan
dapson direkomendasikan sebagai pengobatan alternatif pneumonia
Pneumocystis jirovecii ringan sampai sedang.
b. Dosis Trimethoprim untuk anak-anak
1) Dosis Pediatrik untuk Otitis Media:
Infeksi akut:
6 bulan atau lebih tua: 5 mg/kg diminum setiap 12 jam selama 10 hari
2) Dosis Pediatrik untuk Infeksi Saluran Kemih:
Infeksi tanpa komplikasi akut:
12 sampai 18 tahun: 100 mg oral setiap 12 jam atau 200 mg oral setiap 24 jam
selama 10 hari.
2 bulan sampai kurang dari 12 tahun: 2-3 mg / kg per oral setiap 12 jam
selama 10 hari
3. Mekanisme Kerja Trimetoprim
Trimethoprim mengikat dihydrofolate reduktase dan menghambat pengurangan asam
dihydrofolic (DBD) menjadi asam tetrahydrofolic(THF). THF merupakan prekursor
penting dalam sintesis jalur timidindan gangguan jalur ini menghambat sintesis DNA
bakteri. AfinitasTrimethoprim untuk bakteri dihydrofolate reduktase adalah beberapa
ribu kali lebih besar daripada afinitas untuk reduktase dihydrofolatemanusia.
Sulfametoksazol menghambat sintetase dihydrofolate (aliasdihydropteroate
sintetase), enzim yang terlibat lebih jauh hulu di jalur yang sama. Trimetoprim dan
sulfametoksazol biasanya digunakandalam kombinasi karena efek sinergis mereka.
Kombinasi obat ini jugamengurangi perkembangan resistensi yang terlihat ketika
kedua obattersebut digunakan sendiri.
4. Efek Samping Trimethoprim
Efek Samping yang umumnya dapat terjadi yaitu
gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
1) Efek samping yang serius seperti:
demam, menggigil, nyeri badan, gejala flu, luka di mulut dan tenggorokan;
kulit pucat, mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung, mulut, vagina,
atau rektum), bintik-bintik ungu atau merah pada kulit Anda;
kalium tinggi (denyut jantung lambat, nadi lemah, kelemahan pada otot, perasaan
geli); atau
sakit kepala berat yang disertai kram otot, kebingungan, kelemahan, kehilangan
koordinasi, hilang keseimbangan tubuh, dan napas terasa lemah.
2) Efek samping yang tidak begitu serius antara lain:
sakit perut, muntah, diare;
sakit atau bengkak lidah; atau
gatal ringan atau ruam kulit.
Tidak semua orang mengalami efek samping ini. Mungkin ada beberapa efek
samping yang tidak disebutkan di atas
B. Tramadol
1. Pengertian tramadol
Obat tramadol adalah obat digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit
yang sedang hingga cukup parah. Obat tramadol adalah obat yang mirip dengan
analgesik narkotika. Ia bekerja di otak untuk mengubah bagaimana tubuh Anda
merasakan dan merespon rasa sakit.
2. Dosis tramadol
a. Dosis tramadol Untuk orang dewasa
1) Untuk penggunaan rasa sakit kronis yang ringan sampai yang cukup
parah dan tak membutuhkan efek cepat analgesik, Anda bisa
menggunakan dosis awal sebanyak 25 mg setiap pagi.
2) Untuk penggunaan dosis yang akan ditingkatkan, gunakan sebanyak 25
mg secara bertahap dalam dosis yang dibagi-bagi setiap 3 hari untuk
mencapai 100 mg per hari, berupa dosis 25 mg yang diminum 4 kali
sehari.
3) Kemudian total dosis harian bisa ditingkatkan menjadi 50 mg sesuai
toleransi setiap 3 hari untuk mencapai 200 mg per hari, berupa dosis 50
mg yang diminum 4 kali per hari.
4) Perawatan: Setelah titrasi, tramadol 50 mg sampai 100 mg bisa diberikan
sesuai kebutuhan untuk penghilang rasa sakit setiap 4-6 jam, jangan
melebihi 400 mg per hari
Untuk mengatasi rasa sakit kronis sedang sampai cukup parah pada orang
dewasa yang membutuhkan pengobatan menyeluruh untuk rasa sakit
mereka selama periode yang lebih lama
Dosis awal: 100 mg sehari sekali dan ditingkatkan bila perlu secara
bertahap sebanyak 100 mg setiap 5 hari untuk menghilangkan sakit
dan tergantung pada toleransi tubuh.
Dosis maksimum: Tablet extended-release tidak boleh diberikan
dengan dosis melebihi 300 mg per hari.
b. dosis tramadol untuk anak-anak
1) Penggunaan dari usia 4 sampai 16 tahun:
Formulasi immediate release: 1 sampai 2 mg/kg/dosis setiap 4 sampai
6 jam
Dosis tunggal maksimum: 100 mg
Total dosis harian maksimum lebih rendah dari: 8 mg/kg/hari atau
400 mg/hari
2) Untuk penggunaan 16 tahun ke atas:
Dosis awal: 50 sampai 100 mg setiap 4 sampai 6 jam
Dosis maksimum: 400 mg/hari
3. Mekanisme kerja Tramadol
bekerja pada saraf pusat, yakni melalui pendudukan reseptor opiod oleh cis-
isomernya. Meskipun demikian zat ini tidak menekan pernafasan, praktis tidak
mempengaruhi system kardiovaskuler atau motilitas lambung-usus
4. Efek tramadol
Efek samping samping tramadol yaitu gatal-gatal, kesulitan bernapas,
pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Efek samping serius
Agitasi, halunisasi, demam, detak jantung cepat, refleks overaktif, mual,
muntah, diare, kehilangan koordinasi, pingsan.
kejang-kejang
ruam kulit yang merah dan melepuh
napas dangkal, denyut nadi lemah.
Efek samping tramadol lainnya yang tidak terlalu serius termasuk:
pusing, ruangan seperti berputar
sembelit. perut bergejolak
sakit kepala
mengantuk
merasa gugup atau cemas.
Tidak semua orang mengalami efek samping tramadol tersebut. Mungkin ada
beberapa efek tramadol yang tidak disebutkan di atas.
C. Rifampsin
1. Pengertian rifampicin
Rifampicin adalah obat antibiotik rifamycin dengan fungsi untuk mengobati
berbagai infeksi, seperti:
tuberkulosis (TBC)
kusta
legionnaires’s disease
brucellosis dan infeksi stafilokokus serius
Obat ini juga dapat diberikan kepada ‘carrier’, yaitu orang-orang yang mungkin
terinfeksi tetapi tidak memiliki gejala infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus
influenzae (penyebab flu) dan Neisseria meningitidis (penyebab meningitis).
2. Dosis
a. Dosis rifampicin bagi orang dewasa
Dosis umum dewasa untuk Tuberkulosis (bersama dengan obat lain)
Berat badan <50 kg, Dosis harian adalah 450 mg
Berat badan >50 kg, Dosis harian adalah 600 mg
D. Ranitidin
1. Pengertian ranitidin
Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung
dalam perut. Fungsinya untuk mengatasi dan mencegah rasa panas perut
(heartburn), maag, dan sakit perut yang disebabkan oleh tukak lambung. Ranitidin
juga digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai penyakit perut dan
kerongkongan yang disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung, misalnya
erosive esophagitis dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease,
GERD).Ranitidine termasuk ke dalam golongan obat H2 histamine blocker.
Obat ini juga tersedia tanpa resep. Digunakan untuk mencegah dan mengobati
heartburn serta gejala lain yang diakibatkan terlalu banyak asam dalam perut
(gangguan pencernaan asam).
2. Dosis
a. Dosis Ranitidine untuk orang dewasa
Dosis ranitidin untuk orang dewasa dengan ulkus duodenal: oral 150 mg 2 kali
sehari, atau 300 mg sekali sehari setelah makan malam atau sebelum makan.
Parenteral: 50 mg, IV atau IM, setiao 6-8 jam. Alternatifnya, infus IV bisa
diberikan dengan rate 6.25 mg/jam selama 24 jam.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan dispepsia: 75 mg secara oral
sekali sehari (tanpa resep) 30-60 menit sebelum makan. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 75 mg dua kali sehari. Durasi pengobatan maksimum
untuk pengobatan sendiri tanpa resep adalah 14 hari.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan ulkus duodenal profilaksis: 150
mg secara oral sekali sehari sebelum tidur.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan ulkus perut: 150 mg secara oral
sekali sehari sebelum tidur.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan erosive esophagitis: Oral — di
awal: 150 mg 4 kali sehari, perawatan: 150 mg dua kali sehari. Parenteral: 50
mg, IV atau IM, setiap 6-8 hours. Alternatifnya, infus IV bisa diberikan
dengan rate 6.25 mg/jam selama 24 jam.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan stress ulcer profilaksis:
Parenteral: 50 mg, IV atau IM, setiap 6 – 8 jam.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan perdarahan gastrointestinal:
Parenteral: 50 mg IV dosis loading, diikuti dengan 6.25 mg/jam infus IV
berkelanjutan, titrasi hingga gastric pH >7.0 untuk perawatan.
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan surgical prophylaxis: Study
(n=80) – Prapengobatan di Thoracotomy untuk mengurangi GER: 150 mg
secara oral 2 jam sebelum operasi.
Dosis ranitidin untuk orang dewasa dengan Zollinger-Ellison Syndrome: Oral:
Dimulai dengan 150 mg 2 kali sehari. Sesuaikan dosis untuk mengontrol
sekresi asam lambung. Dosis hingga 6 gram per hari juga pernah digunakan.
Parenteral: 1 mg/kg/jam diberikan sebagai infus IV berkelanjutan hingga
maksimum 2.5 mg/kg/jam (rate infus hingga 220 mg/jam pernah digunakan).
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan kondisi Pathological
Hypersecretory: Oral: Dimulai dengan 150 mg 2 kali sehari. Sesuaikan dosis
untuk mengontrol sekresi asam lambung. Dosis hingga 6 gram per hari juga
pernah digunakan. Parenteral: 1 mg/kg/jam diberikan sebagai infus IV
berkelanjutan hingga maksimum 2.5 mg/kg/jam (rate infus hingga 220
mg/jam pernah digunakan).
Dosis ranitidine untuk orang dewasa dengan refluks asam lambung: Oral: 150
mg dua kali sehari. Parenteral: 50 mg, IV atau IM, setiap 6-8 jam.
E. Pseodeofedrin
1. Pengertian Pseodeofedrin
Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja dengan
cara langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara tak
langsung dapat membebaskan noradrenalin. Penggunaan utamanya adalah
bronkodilatasi kuat (β2), sebagai dekongestan. Efek midriatikum dari obat ini
kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Waktu paruh plasmanya
adalah lebih kurang 7 jam. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi
untuk flu. Volume distribusi 3L/Kg. Dosis 3-4 kali sehari 60 mg.
2. Dosis
Dosis pseudoefedrin yang digunakan dalam terapi adalah sebagai berikut
1) Dosis dewasa dan anak-anak > 12 tahun : 60 mg tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan
(tidak lebih dari 240 mg/hari). 120 mg untuk preparat lepas lambat tiap 12 jam
atau 240 mg preparat lepas lambat tiap 24 jam.
2) Dosis anak-anak 6-12 tahun : 30 mg tiap 4-6 jam sesuai keperluan (tidak lebih
dari 120 mg/hari) atau 4 mg/kgBB/hari atau 125 mg/m /hari terbagi dalam 4
dosis.
3) Dosis anak-anak 2-6 tahun : 15 mg tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 60 mg/hari)
atau 4 mg/kgBB/hari atau 125 mg/m 2 hari terbagi dalam 4 dosis.
4) Dosis anak-anak 1-2 tahun : 7 tetes 0,2 ml/kgBB tiap 4-6 jam (tidak lebih dari
4 dosis/24 jam).
5) Dosis anak-anak 3-12 bulan : 3 tetes/kgBB tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 4
dosis/24 jam)
3. Mekanisme kerja Pseodeofedrin
Mekanisme kerja pseudoefedrin adalah dengan cara menstimulasi secara langsung
reseptor 1 adrenergik yang terdapat pada pembuluh darah mukosa saluran
pernapasan bagian atas yang menyebabkan vasokontriksi. Pseudoefedrin juga
menstimulasi reseptor β adrenergik yang menyebabkan relaksasi bronkus dan
peningkatan kontraksi dan laju jantung. Efek terapeutik dari pseudoefedrin
adalah berkurangnya kongesti hidung, hiperemia dan pembengkakan saluran
hidung.
4. Efek samping
Reaksi merugikan dan efek samping dari pseudoefedrin antara lain:
gugup, eksitasi, gelisah, kelemahan, pusing, insomnia, sakit kepala, mengantuk,
takut, ansietas, halusinasi dan kejang. -
Kardiovaskular : takikardia, palpitasi, dan hipertensi.
Gastrointestinal : anoreksia, dan mulut kering.
Genitourinaria : disuria
Respirasi : kesulitan bernapas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Trimethoprim adalah obat antibiotik dengan fungsi untuk mengobati infeksi bakteri.
Ia bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
2. Obat tramadol adalah obat digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit yang
sedang hingga cukup parah.
3. Rifampicin adalah obat antibiotik rifamycin dengan fungsi untuk mengobati
berbagai infeksi, seperti:
tuberkulosis (TBC)
kusta
legionnaires’s disease
brucellosis dan infeksi stafilokokus serius
4. Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung
dalam perut.
5. Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja dengan
cara langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara tak
langsung dapat membebaskan noradrenalin.
B. Saran
1. Bagi pembaca agar tepat dalam pemberian obat terhadap gejala yang dirasakan juga
tepat dalam penggunaan dosis obat sesuai yang telah anjurkan.
2. Bagi mahasiwa agar lebih memperluas lagi wawasan mengenai obat-obatan
DAFTAR PUSTAKA
Tjay,T.H. dan Rahardja.K. 2002. “Obat-Obat Penting”. Edisi Kelima Cetakan Kedua.
Team Medical Mini Note. 2017. “Basic Pharmacology & Notes “. Makassar: MMN Publishing
2018