Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1
PENJELASAN UMUM

1.1. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :


Peningkatan dan Rehabilitasi Dermaga Sungai Seruyan di Desa Mitak Kabupaten Seruyan.
1.2. Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana, uraian pekerjaan
dan RKS yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.
1.3. Pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan :
Gambar bestek dan detail terlampir.
Uraian kerja dan syarat-syaratnya dalam pasal-pasal berikut.
Risalah rapat penjelasan (aanwijzing) yang dilaksanakan.
Petunjuk-petunjuk dari direksi/direksi lapangan.
1.4. Lokasi Dermaga
Dermaga ini dibangun pada lokasi yang ditentukan sesuai dengan rencana, yaitu lokasi tanah
yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan Peningkatan dan Rehabilitasi Dermaga Sungai
Seruyan di Desa Mitak Kabupaten Seruyan.
1.5. Daerah Kegiatan
Adalah daerah termasuk segala sesuatu yang ada di dalam daerah tersebut yang dikuasai untuk
segala keperluan kegiatan.
1.6. Rencana Kerja
Dalam waktu 2 minggu setelah penandatanganan kontrak, penyedia barang/jasa wajib
menyerahkan suatu rencana kerja yang meliputi:
Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan masing-masing bagian
pekerjaan.
Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
Jam kerja yang diusulkan untuk pekerjaan di lapangan.
Jumlah pegawai penyedia barang/jasa yang diusulkan, selama pekerjaan berlangsung sesuai
dengan fungsi dan keahliannya.
1.7. Buku Harian
Penyedia barang/jasa harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjuk-petunjuk,
keputusan-keputusan dan semua detail-detail penting dari pekerja.
1.8. Persetujuan Konsultan Pengawas
Yang dimaksud dengan persetujuan konsultan pengawas adalah merupakan persetujuan
konsultan pengawas secara tertulis yang berisi persetujuan untuk sesuatu hal yang termasuk
dalam persyaratan ini.
1.9. Gambar Rencana
1.9.1. Gambar rencana untuk proyek ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin diadakan
dalam masa pelaksanaan. Penyedia barang/jasa wajib melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana dan spesifikasi ini maupun spesifikasi lainnya dan tidak
dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan pada gambar rencana atau perbedaan antara gambar rencana dan isi
spesifikasi.
1.9.2. Konsultan pengawas mengoreksi menjelaskan gambar rencana tersebut untuk
kelengkapan yang telah disebut dalam spesifikasi. Dimensi dalam gambar rencana harus
dihitung dengan teliti dan tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa gambar rencana
tersebut dibuat pada skala yang benar, kecuali atas petunjuk direksi /pengawas.
1.9.3. Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap gambar rencana ditentukan selanjutnya
oleh direksi/pengawas dan disampaikan kepada penyedia barang/jasa secara tertulis.
1.9.4. Penyedia barang/jasa harus membuat Shop Drawing sebelum memulai suatu pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
1.10. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
Penyedia barang/jasa harus memberikan penjelasan selengkapnya tentang langkah-langkah yang
diambil untuk suatu tahap pekerjaan yang dimulai pelaksanaannya. Dalam keadaan apapun
penyedia barang/jasa tidak diperkenankan memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.
1.11. Tanggung Jawab Kontraktor/Penyedia Barang/Jasa
Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat
persetujuan konsultan pengawas tidak berarti membebaskan penyedia barang/jasa atas tanggung
jawab pada pekerjaan tersebut sesuai dengan kontrak maupun Peraturan Pemerintah yang
berlaku.
PASAL 2
PEKERJAAN PENDAHULUAN
2.1. Pembersihan Lapangan
Pekerjaan pembersihan dan pengupasan adalah terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-
tumbuhan, pohon-pohon, semak belukar, tanaman lainnya, sampah-sampah dan bahan-bahan
lainnya yang mengganggu pekerjaan. Bilamana pada lokasi pekerjaan tersebut terdapat akar-akar
pepohonan harus dicabut agar tidak mengganggu atau mengurangi kualitas pekerjaan konstruksi
diatasnya, sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan.
2.2. Pagar Sementara, Penerangan dan Tanda – Tanda Pengaman
Kontraktor atas biaya sendiri dapat membuat pagar sementara dan harus memelihara pagar
tersebut agar tetap dalam keadaan baik dan dibuat sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah
lokasi kegiatan, pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan. Pemborong
harus menyediakan penerangan dan tanda-tanda pengaman yang diperlukan selama
melaksanakan pekerjaan berlangsung. Kontraktor juga harus menyediakan penerangan yang
diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
2.3. Bangsal Kerja
Bangsal kerja mesti disediakan oleh kontraktor untuk tempat penyimpanan bahan, peralatan dan
personil dan dibangun di lokasi yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2.4. Kantor Direksi
a. Pemborongan harus menyediakan kantor Direksi di lapangan, yang letaknya dekat dengan
Kantor Pemborong , terdiri dari ruangan – ruangan sbb :
Ruang Direksi
Ruang Rapat/Tamu
WC
Bangunan tersebut terbuat dari bahan kayu, dengan dinding dan lantai papan kayu lanan,
atap seng gelombang. Kantor pemborong dibuat dengan luas sesuai kebutuhan dan kualitas
minimum sama dengan kantor Direksi.
b. Pemborong menyediakan air dan penerangan yang diperlukan kantor Direksi.
c. Perlengkapan kantor
Pemborong menyediakan perlengkapan kantor Pemborong dan kursi Direksi masing – masing
sebagai berikut :
 Kursi dan meja tamu : secukupnya
 Kotak P3K : secukupnya
 Kursi dan meja tulis : secukupnya
 Papan Tulis : 1 buah
 Dan lain – lain yang menurut Direksi diperlukan
d. Pemborong bertangggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan Kantor Direksi.
e. Setelah pekerjaan selesai seluruh kantor dan perlengkapan Kantor Direksi diserahkan
bersamaan serah terima hasil pekerjaan.
2.5. Pembuatan Papan Nama Kegiatan
Membuat papan nama Kegiatan dari papan dengan ukuran 1 x 1,5 m. Didirikan tegak di atas kayu
ukuran 5/7 cm setinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama
Kegiatan memuat :
Nama Kegiatan : …………………………………
Nama Pekerjaan : …………………………………
Lokasi Kegiatan : …………………………………
Nomor Kontrak : …………………………………
Tanggal : …………………………………
Waktu Pelaksanaan : ....... ( ................ ) Hari Kalender
Mulai Tanggal : ………………………………….
Selesai Tanggal : ………………………………….
Harga Borongan : Rp………………( …………… )
 Kontaktor Pelaksana : CV/PT .........................................
Konsultan Perencana : CV/PT .........................................
 Konsultan Pengawas : CV/PT .........................................
2.6. Mobilisasi dan Demobilisasi
Yang dimaksud dalam pasal mengenai Mobilisasi dan Demobilisasi dalam Bill of Quantity,
mencakup antar jemput/ mendatangkan : Pekerja, Pegawai, Bahan-bahan bangunan, peralatan
dan keperluan-keperluan insidentil untuk melaksanakan seluruh pekerjaan, untuk pindah
didalam lokasi kegiatan dan pemindahan/ pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya
pekerjaan, termasuk :
a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi kegiatan beserta pemasangannya,
dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput : Staf, Pegawai dan pekerja ke lokasi kegiatan.
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan, armada
apung dan peralatan lainnya, sedemikian sehingga lokasi kegiatan bersih dan teratur kembali
dan diterima baik oleh Direksi Pekerjaan.
b. Pemindahan dari lokasi kegiatan untuk staf, pegawai dan pekerja setelah pekerjaan selesai.
Dalam waktu 15 (lima belas) hari setelah kontraktor menerima surat pelulusan, kontraktor harus
memasukkan rencana detail kepada Direksi mengenai prosedur Mobilisasi. Hal ini harus
menjamin selesainya Mobilisasi dalam poin a dan b tersebut diatas harus diselesaikan dalam
jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung mulai tanggal surat perintah mulai kerja.
2.7. Survey dan Pengukuran
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan Kontraktor dan Direksi Pekerjaan bersama-sama
melakukan pengukuran di lapangan yang meliputi antara lain :
 Penentuan titik terang
 Dari titik tersebut Kontraktor harus mengukur titik lainnya serta penentuan peil dari
seluruh pekerjaan yang dilaksanakan.
 Kontraktor tidak diperkenankan untuk merubah atau untuk menghapus titik tetap
tersebut tanpa memberitahukan kepada konsultan pengawas serta persetujuan Direksi
Pekerjaan.
2.8. Patok-Patok Referensi, Bouwplank dan Pengukuran
2.8.1. Direksi akan menetapkan dua ” Benchmark “ sebagai referensi pengukuran (setting out)
dan titik ± 0,00 sebagai referensi ketinggian (elevasi), yang ditetapkan dilapangan.
2.8.2. Bila Benchmark belum ada maka pemborong berkewajiban membuat Benchmark sesuai
dengan petunjuk Direksi.
2.9.3. Semua paras ketinggian ( elevasi ) dinyatakan dalam satuan metrik terhadap titik ± 0,00
yang ditetapkan Direksi.
2.8.4. Ukuran – ukuran dinyatakan dalam satuan metrik kecuali bila dinyatakan lain.
2.8.5. Bila diperlukan Pemborong harus memasang patok pembantu yang dipelihara keutuhan
letak dan ketinggiannya selama pekerjaaan berlangsung. Sebelum pekerjaaan dimulai
patok – patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh
Direksi.
2.9. Setting out
2.9.1. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan Pemborong
harus melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan
koordinat lapangan / Benchmark seperti yang ditunjukkan Direksi di lapangan.
2.9.2. Dalam hal terdapat perbedaan antara rencana dalam gambar dengan hasil pengukuran
yang dilaksanakan Pemborong dan kenyataan yang ada dilapangan maka pemborong
harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk mendapat keputusan dan dinyatakan
dalam Berita Acara.
2.9.3. Keputusan akan didasarkan atas keamanan konstruksi dan kelancaran operasional
penggunaan bangunan tersebut.
2.10. Peralatan Survey
2.10.1. Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran topografi
(Theodolite, Waterpass, bak geodetic, meteran dari pita dan rantai), pengukuran
bathymetrik (echosouner, sextant, station pointer), yang dapat digunakan Engineer setiap
saat untuk checking pemasangan tanda-tanda, penentuan elevasi dan lain-lain kegiatan
pengukuran yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus memelihara
alat-alat untuk survey ini secara baik sehingga selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap
digunakan secara baik.
2.10.1. Kontraktor harus menyediakan, atas biaya sendiri, patok-patok beton, patok-patok kayu,
penampang kedalaman sungai yang diminta Engineer untuk pemeriksaan atau
pengukuran bagian dari pekerjaan.
2.11. Material dan Alat-Alat
2.11.1. Material yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan
teknis yang ditentukan.
2.11.2. Bila pemborong mengajukan bahan lain yang akan digunakan, maka mutunya minimal
harus sama dengan yang disyaratkan dalam Dokumen Lelang. Pemesanan bahan harus
diberitahukan pada Direksi yang meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang
dipesan, untuk mendapat persetujuan.
2.11.3. Pemborong diwajibkan menyediakan alat – alat bantu untuk kelancaran pekerjaan dan
menjaga keamanannya dengan biaya sendiri.
2.12. Daerah Kerja dan Jalan Masuk
Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk melaksanakan pekerjaan ini. Pemborong harus
membatasi operasinya dilapangan yang betul – betul diperlukan untuk pekerjaan tersebut. Tata
letak yang meliputi jalan masuk lokasi penyimpanan bahan bangunan dan jalur pengangkutan
material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Direksi.
2.13. Lalu-Lintas
Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan – bahan keperluan pekerjaan,
Pemborong harus berhati – hati sedemikian sehingga tidak terganggu kelancaran lalu – lintas atau
menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan prasarana lainnya.
2.14. Keadaan Cuaca
Pekerjaan harus dihentikan apabila cuaca tidak mengizinkan yang mengakibatkan penurunan
mutu suatu pekerjaan.
2.15. Gambar-gambar untuk Keperluan Kontraktor
Daftar Gambar Perencanaan menunjukan gambar-gambar yang disyaratkan yang merupakan
bagian dari Dokumen Kontrak. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus dipajang pada papan gambar dibangsal
kerja dan kantor lapangan, untuk memudahkan pengecekan dari pihak Direksi.
2.16. Gambar-gambar yang Sebagaimana Dibangun (Asbuild Drawing)
Jika dminta oleh Direksi, Kontraktor harus menyediakan gambar-gambar sebagaimana yang
dilaksanakan. Gambar-gambar perencanaan, gambar-gambar pematokan dan survey yang
dilaksanakan yang dipersiapkan untuk mengukur hasil pekerjaan sebagaimana diuraikan dalam
pasal terdahulu dapat digunakan sebagai dasar untuk mempersiapkan gambar sebagaimana yang
dilaksanakan. Ukuran dan skala gambar ini harus disetuju Direksi.
2.17. Dokumentasi Pekerjaan
Dokumentasi yang memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan,
peralatan atau hal-hal yang menarik perhatian sehubungan dengan pekerjaan atau lingkungannya
harus menampilkan kondisi awal sebelum pekerjaan dimulai, menampilkan saat pekerjaan
berlangsung dan kondisi material yang akan digunakan/dipasang serta menampilkan kondisi
setelah pekerjaan selesai, dokumentasi ini sebagai laporan visual.

PASAL 3
SPESIFIKASI BAHAN
3.1. Umum
Bahan yang dipergunakan di dalam pekerjaan harus :
3.1.1. Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku.
3.1.2. Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang
disyaratkan dalam gambar dan spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus disetujui
tertulis oleh direksi pekerjaan.
3.1.3. Sejauh mungkin harus dipakai bahan produksi dalam negeri
untuk keperluan konstruksi.
3.1.4. Spesifikasi Standard
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi/Pengawas/Engineer
secara tertulis, semua bahan – bahan atau barang – barang harus sesuai dengan terbitan
terbaru dari J.I.S atau British Standard (selanjutnya disebut B.B) atau Normalisasi
Indonesia (selanjutnya disebut N.I). Bahan atau barang lain yang tidak sepenuhnya
disebut didalam dan untuk mana tidak ada didalam J.I.S, B.B, atau N.I, harus disetujui
secara khusus oleh Direksi/Pengawas/Engineer.
3.1.5. Pemeriksaan dan Pengujian
a. Semua bahan – bahan dan barang – barang/benda – benda yang disarankan oleh
Pemborong untuk dipakai didalam pekerjaan proyek harus dapat diperiksa, diuji dan
dianalisa sewaktu – waktu, bila diminta oleh Direksi/Pengawas/Engineer.
b.Jika Direksi/Pengawas/Engineer menganggap perlu, maka Pemborong atas biayanya
sendiri harus dapat memberikan sertifikat pengujian dari pabrik.
c. Pemborong harus menyediakan dan mempersiapkan bahan – bahan yang sewaktu –
waktu akan diminta dan disyaratkan. Semua biaya guna peninjauan dan ujian
menjadi tanggungan Pemborong.
d.Bahan atau pekerjaan yang telah selesai, harus diperiksa dan diuji oleh
Direksi/Pengawas/Engineer guna mengetahui apakah memenuhi persyaratan yang
diminta.
3.1.6. Semua bahan – bahan yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas/Engineer sebelum dipakai / dipasang, meskipun bahan –
bahan tersebut telah dinyatakan dapat diterima pada waktu didatangkan di lokasi
pekerjaan (site). Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan karena tidak
disetujuinya bahan – bahan tersebut oleh Direksi/Pengawas/Engineer menjadi tanggung
jawab Pemborong. Direksi/Pengawas/Engineer mempunyai kebebasan untuk menolak
salah satu atau semua bahan – bahan dan metode pelaksanaan yang tidak sama kualitas
dan sifatnya seperti contoh – contoh yang telah disetujui, dan Pemborong harus segera
memindahkan atau membongkar pekerjaan – pekerjaan yang dimaksud atas
tanggungannya.
3.2. Bracing Pipa Baja dan Tulangan Baja
3.2.1. Tiang Pancang Pipa Baja
Pipa Baja yang akan dipakai untuk pelaksanaan dalam kontrak ini menggunakan ukuran
Diameter 355.6 mm-Tbl.10 mm dan Dia. 250,00 mm-Tbl.10 mm. Komposisi kimia dan sifat
– sifat mekanisnya harus sesuai dengan standard – standard tersebut dibawah ini :
Komposisi Kimia :
C : 0,30 % max. ; Si = 0,35 max.
P : 0,04 % max. ; Mn = 0,30 - 1,00
S : 0.04 % max.
Sifat-sifat mekanis :
Kekuatan tarik : 40 kg / mm2 atau lebih/KHI : Grade X - 46
Yield point : 32 kg / mm2 atau lebih
Perpanjangan : 15 % atau lebih
Toleransi pada bentuk dan dimensi :
a. Diameter luar Toleransi
Ujung-ujung pile kurang lebih 0,50 %
Batang-batang pile kurang lebih 1.00 %
b. Tebal dinding tidak terbatas minimal 12 mm
c. Panjang pipa tidak terbatas minimal 12 m
d. Lenturan maximum 0,1 % dari panjang tiang
Toleransi tidak mulusnya sambungan-sambungan
Diameter luar Toleransi
Kurang dari 700 mm kurang dari 2 mm
Lebih dari 700 mm kurang dari 3 mm
Jika dianggap perlu, Direksi/Pengawas/Engineer dapat mengirim contoh (sample) dari
pipa – pipa baja tersebut ke laboratorium untuk analisa mekanis dan kimiawi atau
tempat lain yang disetujui Direksi atas usulan pemborong.
3.2.2. Pengangkatan dan Penyimpanan Pipa Baja
Dalam pengangkutan tiang baja harus diambil langkah – langkah yang cepat untuk
melindungi tiang baja menjadi bengkok dan/atau cacat – cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran tiang baja, semua tiang baja harus
diperlakukan sedemikian sehingga tidak terjadi perlengkungan – perlengkungan yang
besar.
Pipa baja tidak boleh ditumpuk diantara lapisan dengan jarak sebesar 2,5 m dan balok –
balok penumpunya ditempatkan diantara lapisan dengan jarak sebesar 3,0 m.
Ukuran standar balok kayu penumpu adalah 10x10 cm 2 . Dimana ada kemungkinan tiang
baja melendut, maka harus segera dilakukan penumpukan/pengaturan kembali.

3.2.3. Tulangan Baja dan Bendraad


Batang – batang besi untuk tulangan beton harus sesuai dengan persyaratan JIS tersebut
dibawah ini atau dengan Standard Industri Indonesia (selanjutnya disebut SII ) dan NI – 2.
Baja-baja deformed JIS G 3112 hot rolled deformed bar NI-2 SD-30 U-32 untuk Dia. ≥ 16
mm.
Baja bulat JIS G 3112 hot rolled bar, SR – 24 U – 24 untuk Dia. ≤ 16 mm. Bendraad JIS G
3532 SWM – A, diameter 0,9 mm atau lebih.
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk deformed bars, round bars dan bendraad.
3.2.4. Penyimpanan Tulangan Baja
Baja untuk tulangan tidak boleh ditempatkan langsung ditanah, tapi harus ditempatkan
diatas ganjal-ganjal atau rak-rak dan harus dibawah atap untuk melindungi terhadap
hujan. Tulangan baja dispan terpisah-pisah menurut diameter dan panjangnya.

3.3. Pengadaan dan Penyimpanan Semen


3.3.1. Semen
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/produksi pabrik yang disetujui dan
harus Portland Cement tahan sulfat yang memenuhi AASHTO M85 ditambah bahan
Additive yang sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C 150 dan atau SII-0013-81, terkecuali jika
ditentukan lain dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3.3.2. Pengangkutan dan Penyimpanan Semen
a. Untuk semen pada waktu dilapangan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dan
semen harus di pakai dalam waktu 2 (dua) bulan setelah datang di Site.
b. Semen harus diangkut ke lokasi pekerjaan (site) dalam kendaraan yang tertutup,
terlindungi dengan baik di dalam gudang – gudang yang mempunyai cukup ventilasi,
tahan terhadap cuaca dan tahan terhadap rembesan air untuk mencegah kerusakan
karena lembab.
c. Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm
diatas tanah dan di beri kayu ventilasi.
d. Setiap pengiriman semen harus dipisah–pisah agar dapat dengan mudah diidentifikasi,
diperiksa, diuji dan dipakai pada saat pelaksanaan sesuai urutan datangnya.
e. Penggunaan semen dalam jumlah yang besar tidak dilarang. Biar bagaimana
juga pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan harus mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas/Engineer terlebih dahulu.
f. Pemborong harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi/
Pengawas/Engineer mengenai pengiriman semen, penyimpanan dan penjelasan berapa
banyak yang diterima dan dikeluarkan selama seminggu tersebut, dari siapa/dari
mana dibeli dan bagian – bagian pekerjaan apa saja bahan semen telah dipergunakan.
3.4. Agregat untuk Beton
3.4.1. Umum
a. Agregat untuk beton harus diambil dari sumber – sumber yang disetujui dan
memenuhi syarat-syarat dalam SNI Standard lain yang disetujui
Direksi/Pengawas/Engineer.
b. Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh –
contoh yang telah disetujui dan tidak memenuhi syarat tersebut diatas, maka sumber
ini harus ditolak.
c. Jumlah persediaan (stock) agregat yang telah disetujui Direksi/Pengawas/ Engineer
harus selalu ada dilapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara
berkesinambungan untuk jangka waktu 2 minggu tanpa terhenti.
3.4.2. Agregat Kasar
Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan butir
maximal tidak melebihi daftar dibawah ini :
a. Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi
yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Tabel 1. Untuk saringan 40 mm – 5 mm,
20 mm – 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam NI.
Prosentase Terhadap Berat Yang Lolos Saringan
( JIS A 1002 sieve )

Ukuran
Ukuran saringan ( mm )
Agregat

50 40 30 25 20 5 10 5 2,5

40–50 % 100 95-100 35-70 10-30 0,5


25-5% 100 95-100 30-70 01-5 0-5

b. Apabila analisa gradasi menunjukan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Direksi/Pengawas/Engineer dapat memberikan
petunjuk kepada Kontraktor untuk menambah kekurangan ukuran agregat tersebut
diatas. Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh
Direksi/Pengawas/Engineer setelah dilakukan pengujian di lapangan.
c. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih dan tidak mengandung
lempung (clay) atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk
mendapat ukuran yang disyaratkan dengan pemecah (crusher) yang disetujui. Bubuk
atau partikel lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki
Direksi/Pengawas/ Engineer harus dicuci secara seksama.
3.4.3. Agregat Halus
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung (clay) atau zat – zat organik dan
harus mempunyai gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan
menghasilkan beton dengan kerapatan maximum.
Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198 –
1200 atau dalam NI atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase Terhadap Berat Yang Lolos Saringan
( JIS A 1102 Sieve )
Ukuran Saringan ( mm )

10 5 2,5 1,20 0,60 0,30 0,15

% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambah pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan
gradasi yang memenuhi syarat. Pasir yang hanya dari pecahan batu saja dapat dipakai
hanya atas persetujuan Direksi/Pengawas/Engineer.
3.4.4. Pengambilan Contoh dan Testing Untuk Agregat
Direksi/Pengawas/Engineer dapat memerintahkan kepada Pemborong setiap saat untuk
mengambil contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dilakukan pengujian
menurut cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS 1102 atau NI. Agregat yang dapat
memenuhi syarat dalam pengujian, harus diganti atau dicuci sampai pengujian lebih
lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan ini, menjadi tanggungan
Kontraktor.
3.4.5. Penyimpanan Agregat
Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak lantai papan yang
direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau
tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahan-bahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui oleh
Direksi/Pengawas/Engineer.
3.5. Air
3.5.1. Air yang digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari zat-zat
organik atau inorganik yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat
mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
3.5.2. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber lain
harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas/Engineer.
3.5.3. Hanya air dengan kualitas yang disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan beton,
penyemprotan dan membasahi acuan ( Form Work ) atau pengeringan beton.
3.5.4. Pemborong harus melakukan pengaturan dari sumber sumur di dalam lokasi proyek.
Apabila Pemborong menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya pengadaan,
pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya ditanggung Pemborong.
3.6. Batu
3.6.1. Batu yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus dari kualitas yang ada untuk
digunakan dalam bagian-bagian bangunan. Batu yang digunakan harus keras, tahan
lama, tahan terhadap goresan, cuaca dan bebas dari tanah atau sampah-sampah lain dan
cacat-cacat lain. Batu pecah tidak boleh mengandung lempung (clay), bagian-bagian yang
pipih atau panjang atau cadas yang lapuk dan sumber tempat pengambilan batu harus
disetujui Direksi/Pengawas/Engineer.
3.6.2. Kontraktor harus mengusahakan persediaan batu yang disyaratkan agar kualitasnya
dapat terjamin.

PASAL 4
PEKERJAAN STRUKTUR BETON
4.1. Perbandingan Campuran dan Kekuatan
4.1.1. Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang diberikan.
Uji (test) pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton yang direncanakan dan
harus mengikuti NI – 2 (PBI 71) untuk menentukan perbandingan semen, agregat dan air
yang akan digunakan.
4.1.2. Uji (test) pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan
(Work Ability) yang diinginkan dengan kekuatan yang diperoleh kira-kira 30%-60% lebih
tinggi dari kekuatan yang direncanakan.
4.1.3. Kekuatan yang lebih tinggi yang diterima oleh Direksi/Pengawas/Engineer adalah untuk
mencakup kemungkinan kegagalan hasil test karena keadaan mesin-mesin pengaduk,
peralatan, tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu beton.

TABEL CAMPURAN BETON

Kelas I II III

Mutu BO BI K125 K175 K225 K>225

Dipakai untuk Non Struk Struk Struk Struk Struk


Struk tural
Pekerjaan tural tural tural tural tural

Kekuatan beton
- - 125 175 225 >225
Karakteristik (Kg/cm2)

Agregat kasar (ukuran


31,5 31,5 31,5 16 8 8
mm)

275 325
Penggunaan semen (Kg)
130 200 250 s/d s/d >375
dalam 1m3 beton
325 375

Water cement ratio


- - Lihat tabel 4.34 PBI 1971
(γ max)

Slump Lihat tabel 4.34 PBI 1971

4.2. Uji (Test) Pendahuluan Untuk Menentukan Perbandingan Campuran Beton


4.2.1. Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambahan
yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan seperti dalam
tabel, harus ditentukan oleh Pemborong dari sejumlah campuran-campuran percobaan
yang dilakukan dalam laboratorium untuk Beton yang akan dipakai dalam pekerjaan.
4.2.2. Campuran-campuran percobaan tersebut diatas harus dibuat paling sedikit 42 hari
sebelum pengecoran beton dimulai dan harus cukup variasi perbandingan campurannya
agar dapat dipilih perbandingan campuran yang memenuhi keinginan
Direksi/Pengawas/Engineer.
4.2.3. Kekuatan beton rencana 7 (tujuh) dan 28 ( dua puluh delapan ) hari harus ditentukan.
Kekuatan campuran percobaan dalam laboratorium ditentukan sebagai karakteristik dari
20 contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja harganya lebih kecil dari yang
ditentukan.
4.2.4. Persetujuan Direksi/Pengawas/Engineer mengenai campuran percobaan termasuk
kekuatan 28 ( dua puluh delapan ) hari harus di dapat secara tertulis sebelum beton
diizinkan untuk dicor.
4.3. Laboratorium
4.3.1. Pemborong diwajibkan untuk mengadakan pengujian (test) di laboratorium. Untuk
pelaksanaan test yang diperlukan untuk pengawasan mutu beton dan test-test lain yang
tercantum dalam kontrak, pengadaan laboratorium harus dilaksanakan dalam waktu 90
(sembilan puluh) hari sejak tanggal Pelulusan Pekerjaan.
4.3.2. Pengadaan laboratorium tersebut, harus termasuk bangunan, peralatan, kelengkapan
laboratorium lainnya, persediaan air, oli, listrik dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
pengujian. Laboratorium dan kelengkapan-kelengkapan dan segala fasilitas-fasilitas akan
diserahkan kembali kepada Kontraktor setelah selesainya pekerjaan.
4.3.3. Pemborong atas tanggungannya sendiri, harus menyediakan seseorang asisten lab. yang
terlatih dan kompeten dan dua orang pembantu lab pekerja untuk pemeliharaan dan
operasi laboratorium yang efisien. Jumlah karyawan-karyawan rata-rata selama
pelaksanaan, tetapi untuk keperluan yang nyata pada setiap tahap pekerjaan, Kontraktor
harus menyediakan pekerja-pekerja sesuai dengan perintah dari Direksi/Pengawas/
Engineer. Pegawai lab. Akan ditempatkan langsung dibawah Direksi/Pengawas/ Engineer.
4.4. Bahan – bahan Penambah (Admixture)
Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diijinkan Direksi/Pengawas/ Engineer. Apabila
penggunaan admixture diijinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton dalam tempat
pengadukannya mempergunakan alat pengukur dan petunjuk-petunjuk pabrik mengenai
penggunaannya.
4.5. Tempat Adukan
5.5.1. Pengaduk dari semua semen, agregat kasar dan halus harus dilakukan dalam mesin
pengaduk beton yang disetujui dan mempunyai alat pengatur/petunjuk berat. Air yang
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk harus disalurkan dari tangki yang mempunyai
pengukur sehingga dalam pemberian air dapat dilakukan dengan tepat.
5.5.2. Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan sehingga banyaknya air yang akan
dimasukkan ditentukn dengan tepat. Kadar kelembaban setiap agregat biasanya
ditentukan dua kali sehari yaitu sekali diwaktu pagi, sekali diwaktu siang atau pada
waktu-waktu lain yang dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas/Engineer.
5.5.3. Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2% untuk semen dan 3% untuk agregat.

4.6. Pengujian Beton


4.6.1 Semua kubus percobaan diuji berdasarkan JIS A 1108, BS 1881 atau PBI 1971. Untuk
pengujian diperlukan 10 buah kubus yang diambil dari contoh setiap 50 M3 beton selama
pengecoran.
4.6.2 Setiap kubus harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut dan petunjuk-
petunjuk lain yang diperlukan oleh Direksi/Pengawas/Engineer dalam waktu 24 jam
setelah kubus tersebut dicor.
4.6.3 Kubus percobaan harus diuji sampai halus karena tekanan dan harus dilakukan dibawah
pengawasan (supervisi) Direksi/Pengawas/Engineer, lima dari setiap kekuatan tekannya
setelah 7 (tujuh) hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Direksi/Pengawas/Engineer
dan sisanya dilakukan setelah 28 hari atau sesuai dengan perintah
Direksi/Pengawas/Engineer.
4.6.4 Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data-data lain seperti
grade dan jumlah semen yang dipakai dan hasil analisa ayakan dari agregat dan
perbandingan adukan bermacam-macam kelas harus disampaikan kepada
Direksi/Pengawas/Engineer dalam 24 jam setelah penyelesaian pengujian.
4.6.5 Setiap kubus percobaan harus dibuat dari sample yang diambil dari salah satu adukan
atau dari adukan yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas/Engineer.
4.6.6 Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80 % dari kekuatan standar ( Design Standard )
yang dapat dilihat pada tabel campuran beton yang telah diberikan dan dengan
probabilitas lebih dari 1/20.
4.7. Pemotongan Contoh beton Untuk Pengujian
4.7.1 Apabila mutu beton yang sudah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal-hal lain
dimana kubus-kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti telah
diutarakan diatas, maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah
mengeras dan berbentuk silinder yang mempunyai diameter luar 100 mm untuk diuji.
4.7.2 Peralatan dan cara pemotongan/pengambilan contoh harus disampaikan kepada
Direksi/Pengawas/Engineer sebelum pelaksanaannya dan persiapan-persiapan dan
pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1108.
4.7.3 Jika kekuatan contoh silinder dari beton yang diambil dari beton yang telah
mengeras ini lebih rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi, maka pekerjaan beton
untuk bagian ini dianggap tidak memenuhi persyaratan.
4.8. Hasil Pengujian Yang Tidak Memenuhi Syarat
4.8.1 Jika Persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Pemborong harus mengambil
langkah-langkah perbaikan sesuai petunjuk Direksi/Pengawas/Engineer.
4.8.2 Kontraktor harus menyampaikan detail pelaksanaan kepada Direksi/Pengawas/
Engineer untuk mendapat persetujuan bahwa beton untuk bagian ini dianggap tidak
memenuhi persyaratan. Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk
pengujian, peralatan pemotongan dan peralatan lain-lain menjadi tanggungan Pemborong.
4.9. Spesi
4.9.1 Campuran spesi harus dibuat dari smen Portland biasa dan pasir yang disetujui
harus diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan
campuran 40 Kg semen dalam satu meter kubik spesi (perbandingan semen pasir satu
banding dua).
4.9.2 Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada pekerjaan spesi
untuk perlindungan tiang terhadap karat. Banyaknya air yang dipakai dalam campuran
harus disetujui oleh Direksi/Pengawas/Engineer dan merupakan kebutuhan minimum
untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
4.10. Peralatan Pengaduk Beton (Plant)
4.10.1 Peralatan pengaduk beton harus sesuai, baik tipe maupun kapasitas yang
direncanakan khusus untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat beton ini
harus memenuhi persyaratan Direksi/Pengawas/Engineer.
4.10.2 Waktu pengadukan harus lebih dari 1,5 menit dalam hal penggunaan pengaduk
yang dapat dimiringkan (Tilting Mixer) dan lebih dari satu menit dalam penggunaan fixed
mixer. Jika waktu pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali,
maka pengoperasian pengaduk (mixer) harus segera dihentikan. Tidak boleh dilakukan
penambahan bahan lagi kedalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan
dibersihkan.
4.10.3 Jika Pemborong menganggap lebih cocok menggunakan pengaduk (mixer) yang
lebih kecil untuk keperluan khusus atau bagian-bagian pekerjaan yang jauh letaknya,
maka hal ini disetujui Direksi/Pengawas/Engineer asal pengaduk (mixer) yang lebih kecil
ini juga dilengkapi alat timbang.
4.10.4 Dalam keadan biasa pengaduk beton dengan mempergunakan tangan tidak
diijinkan. Tetapi bila jumlah beton yang akan dicor sedikit atau pada bagian pekerjaan
yang dianggap kurang penting, pengadukan dapat dilakukan dengan tangan, hal ini
sepenuhnya tergantung kepada pertimbangan Direksi/Pengawas/Engineer.
4.11. Pengangkutan
4.11.1. Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin dari
pengaduk (mixer) agar dijamin bahwa tidak akan terjadi blending atau segresi dari
campuran agregat dan slump akan sesuai dengan harga-harga yang ditentukan.
4.11.2. Jika dipergunakan kereta dorong atau Trolley maka harus dibuat tepat jalannya yang rata
agar beton tidak beregresi selama diangkut.
4.11.3. Pemompaan beton dapat diijinkan jika Direksi/Pengawas/Engineer menyetujuinya. Setiap
perubahan perbandingan untuk campuran yang dianggap perlu dilakukan agar beton
dapat dipompa harus dilaksanakan oleh Pemborong dan sepenuhnya menjadi
tanggungannya.
4.11.4. Tempat pengadukan yang terapung (Floating) atau truk pengaduk akan dipakai untuk
pengangkutan beton yang dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan maritim (Breakwater
dan Groin) dan cara pengangkutannya harus disetujui oleh Direksi/Pengawas/Engineer.
4.12. Penempatan dan pemadatan
4.12.1. Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang-barang lain yang harus berada
dalam beton, harus dibersihkan dari semua macam kotoran. Semua cetakan dan pengatur
jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang akan diisi beton betul-betul
dibersihkan.
4.12.2. Pekerjaan pengecoran dibagian manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum
persiapan-persiapannya disetujui dan ijin pengecoran diberikan oleh Engineer. Pengecoran
beton selalu harus diawasi langsung oleh mandor (foreman) yang berpengalaman.
4.12.3. Kontraktor harus memberitahukan kepada Engineer pada saat akan mengecor. Beton
harus dicor sedemikian sehingga didalam satu bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Penempatan didalam lapisan-lapisan horizontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm (setelah
dipadatkan), kecuali ditentukan lain oleh Engineer
4.12.4. Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang
direncanakan atau disetujui tanpa terhenti termasuk waktu makan.
4.12.5. Jika dipakai corong-corong untuk mengalirkan beton, maka kemiringan harus sedemikian
sehingga tidak terjadi segregasi dan harus disediakan selang-selang penyemprot atau
pelat-pelat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama pengecoran. Beton tidak boleh
dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 Meter.
4.12.6. Kecepatan pengecoran harus sedemikian sehingga tebal beton tidak kurang dari 0,5
M/jam dan tidak lebih dari 1,5 M, kecuali disetujui lain oleh Engineer untuk tiang-tiang
pancang yang dicor setempat.
4.12.7. Semua beton harus dipadatkan dengan mempergunakan vibrator type yang digerakkan
dengan tenaga listrik (immersion type vibrator) yang baik type maupun cara kerjanya
disetujui Engineer.
4.12.8. Vibrator yang disediakan harus cukup jumlah, ukuran dan kapasitasnya sesuai dengan
banyaknya dengan beton yang dicor, ukuran-ukuran beton dan penulangannya.
4.12.9. Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik didalam acuan dan sekeliling penulangan
dan barang-barang lain yang diletakkan didalamnya tanpa harus memindahkannya.
Penggetaran yang berlebihan (overvibration) yang menyebabkan segregasi, permukaan
yang keropos atau kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.
4.13. Siar deletasi
4.13.1. Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar deletasi; letak dan pengaturannya
ditunjukkan dalam gambar-gambar atau seperti yang disetujui oleh Engineer.
Apabila siar deletasi harus dibuat diluar yang ditunjukkan oleh gambar, karena kerusakan
mesin.
4.13.2. pengaduk beton atau keadaan yang tidak terduga, harus dibuat bulk-head sedemikian
sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama. Apabila letaknya berdekatan
dengan tumpuan atau lokasi lain yang dianggap Engineer tidak dikehendaki, maka
pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut harus dibongkar sampai tempat
yang dianggap baik.
4.13.3. Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras,
maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan. Kemudian permukaan tersebut harus
dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dari kotoran-kotoran lainnya, disemprot dengan
air dan beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan secara baik pada bidang pertemuan
tersebut sebelum pengecoran, permukaan beton lama harus dilapis dengan adukan semen
dengan kwalitas yang sama dengan adukan beton.
4.14. Pengisi sambungan beton (concrete joint fillers)
Apabila digunakan pengisi sambungan beton maka harus diikuti rekomendasi pabrik pembuatnya
pada lokasi siar deletasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
4.15. Pengeringan beton
4.15.1. Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas matahari
yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda yang
dianggap praktis, dari beberapa metoda-metoda dibawah ini :
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan
sejenisnya, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari
untuk beton dengan portland semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas
kedap air yang disetujui atau membran plastik yang harus tetap pada beton selama 10
hari untuk beton dengan portland semen biasa.
c. Kecuali untuk pengeringan permukaan-permukaan beton dimana pengecoran
selanjutnya tersambung melalui lekatan pengeringan beton harus menggunakan
lapisan membran pengering yang disetujui.
4.15.2. Aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan rekomendasi
pabrik pembuatnya. Membran pengering digunakan pada permukaan-permukaan yang
horizontal segera setelah pengecoran beton dan pada permukaan-permukaan vertikal
segera setelah pelepasan acuan. Lapisan pengering ini dipasang dua lapis tanpa lubang-
lubang pengikat.
4.15.3. Metoda C ini digunakan juga untuk pengeringan sisi bawah balok dan pelat. Engineer
dapat menyaratkan penggunaan membran ini untuk permukaan yang vertikal atau miring.
4.15.4. Biaya untuk proses pengeringan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan pekerjaan
beton.
4.15.5. Dalam cuaca yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lamanya pengeringan dapat
diubah oleh Engineer tanpa pembayaran tambahan kepada kontraktor.
4.15.6. Air yang digunakan untuk tujuan pengeringan harus dari kwalitas yang sama dengan air
untuk adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.

PASAL 5
ACUAN DAN PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON
5.1. Perencanaan Konstruksi Acuan
5.1.1. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan kepada Engineer untuk
memperoleh persetujuannya sebelum pelulusan pembuatan beton diberikan.
5.1.2. Meskipun persetujuan Engineer untuk rencana konstruksi acuan tersebut telah diberikan,
kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap pekerjaan perancah dan acuan.
5.1.3. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi.
Acuan harus direncanakan sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian
permukaan dengan memasang "camber" misalnya, dan harus diperhitungkan untuk
mencapai elevasi-elevasi permukaan beton.
5.1.4. Acuan dibawah muka air tinggi, harus kedap air dan dapat menahan beban-beban akibat
pengaruh pasang surut dan gelombang.
5.2. Bahan Bangunan untuk Acuan
5.2.1. Semua bahan bangunan untuk acuan, termasuk oli atau coating yang lain harus
mendapat persetujuan Engineer.
5.2.2. Acuan kelas A
 Harus menggunakan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan kering udara atau
play-wood dengan permukaan yang keras, baja, plastik kaku atau bahan-bahan lain
disetujui. Permukaan bahan-bahan acuan tersebut harus rata dan bebas dari cacat-
cacat pada sisi yang akan berhubungan dengan beton.
 Acuan ini digunakan untuk permukaan beton dengan penyelesaian permukaan yang
"exposed" kayu untuk acuan A, tidak dapat digunakan dari 3 kali.
5.2.3. Acuan kelas B
 Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan baik atau bahan lain
yang disetujui, acuan ini digunakan untuk permukaan yang tidak "exposed", acuan ini
tidak dapat digunakan lebih dari 5 kali.
 Bahan bangunan lain untuk acuan dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung
jawab kontraktor, yang harus mendapat persetujuan Engineer.
 Klem untuk acuan harus dari produksi pabrik yang dikenal dan batang baja pengikat
yang kwalitasnya memadai, kawat pengikat dan pipa PVC atau pipa plastik tidak
diijinkan untuk digunakan.
5.3. Cara-Cara Pelaksanaan Acuan
5.3.1. Sebelum pembuatan acuan kontraktor harus mebuktikan bahwa rencana acuan telah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta sesuai dengan rencana pengecorannya
termasuk jenis atau produksi batang-batang pengikat atau klem yang akan digunakan.
5.3.2. Panil-panil acuan atau papan-papan penutup beton "exposed" untuk dipasang dengan pola
yang teratur yang dapat disetujui Engineer.
5.3.3. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton.
Lubang untuk inspeksi bagian dalam acuan dan membuang air yang digunakan untuk
pembersih harus dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran.
5.3.4. Batang baja yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau sebagai
alat pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus ditempatkan pada tempat-
tempat yang telah ditetapkan dan demikian rupa sehingga mudah diangkat baik
seluruhnya maupun sebagian, jika acuan dibuka dan lubang-lubang yang ada harus diisi
dengan spesi dan harus dicocok dengan baik. Tidak boleh mempergunakan spacer plastik.
5.3.5. Bagian-bagian dari metal pengikat dan spacer yang akan tinggal didalam beton jaraknya
tidak boleh kurang dari 5 CM dari permukaan beton. Acuan untuk balok dan pelat harus
dibuat sedemikian sehingga acuan pada sisi balok dan penyangga acuan pelat dapat
dilepas tanpa mengganggu penyangga acuan baloknya.
5.3.6. Seluruh pipa-pipa, baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang arus
ditanamkan didalam beton atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti
didalam acuan, harus dipotong dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-
sambungan dan harus dibuat kedap air dimana perlu untuk mencegat keluarnya adukan.
5.3.7. Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang,
kantong, alur-alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada acuan sebelum beton yang
basah mencapai tempatnya.
5.3.8. Bagian dalam dari acuan harus dibuat atau dikerjakan sedemikian rupa sehingga
mengurangi melekatnya beton.
5.3.9. Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa, maka harus diusahakan agar tidak
mengenai tulangan.
5.3.10. Jika tidak mempergunakan kayu yang telah direndam air, maka acuan harus dibasahi
seluruhnya sebelum dimulai pengecoran.
5.3.11. Sebelum pengecoran beton dimulai, semua acuan harus disemprot dengan udara sampai
bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji
dan sampah-sampah lain dan semua acuan harus diperiksa dan disetujui oleh Engineer,
sebelum beton dicor.
5.3.12. Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau apa saja dan harus diyakinkan
kemurniannya dalam kehadiran Engineer sebelum pelaksanaan pengecoran.

5.4. Pembukaan Acuan


5.4.1. Acuan tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Engineer, tapi ijin ini tidak berarti bahwa
kontraktor dibebaskan dari tanggung jawab terhadap kekuatan dan keamanan
konstruksi.
5.4.2. Pembukaan acuan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan
pada beton. Sebelum penyangga acuan dilepas beton akan diperiksa dengan membuka
acuan sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta oleh Engineer. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah mengeras.
5.4.3. Acuan-acuan yang tidak menahan beban, dapat dibuka setelah 24 jam, asal betonnya
sudah cukup kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah cukup telah
dilakukan untuk pengiringan.
5.4.4. Acuan-acuan yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang dikeringkan
ditempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan yang sebenarnya,
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus dipikul selama atau
setelah acuan dibongkar dan bila Engineer telah menganggap bahwa syarat-syarat yang
diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang berhubungan dengan ini telah dipenuhi.
5.4.5. Pembukaan acuan dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa
menimbulkan gangguan pada beton, pelaksanaannya harus diawasi oleh pengawas
(supervisor).
5.4.6. Beton yang memikul beban dianggap sudah cukup kuat sehingga acuannya dapat dibuka
ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton yang dimaksud dan dikeringkan ditempat
pekerjaan, telah mencapai kekuatan tekan hancur yang besarnya lebih besar dari setengah
kekuatan beton rencana 28 hari.
5.4.7. Waktu untuk pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah waktu
minimum yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa tabel ini
hanya diberikan sebagai gambaran saja, sedang waktu pembukaan acuan yang
dibutuhkan, dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan lain-lain.
5.4.8. Waktu pembukaan acuan
 Balok-balok 10 hari
 Penyangga pelat 7 hari
 Penunjang balok (penyangga) 14 hari
 Props to soffits (props left) 10 hari
5.4.9. Waktu pembongkaran acuan minimum untuk yang menggunakan semen portland yang
mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam tabel
diatas, dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat persetujuan
Engineer.
5.4.10. Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari
Engineer.
5.4.11. Pekerjaan akan diperiksa oleh Engineer setelah acuan dibuka dan sebelum dilakukan
perbaikan-perbaikan atas pekerjaan tersebut.
5.5. Toleransi dan Cacat pada Beton
5.5.1. Toleransi yang diijinkan untuk pekerjaan yang rata tidak boleh melebihi batas-batas yang
disebut dalam tabel, meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi secara
terperinci lebih diutamakan penggunaan toleransi yang dinyatakan secara khusus
didalam gambar, jika perlu Engineer dapat memaksakan pemakaian toleransi yang lebih
kecil.
5.5.2. Jika menurut pandangan Engineer acuan pecah berlubang, bengkok, menekuk, tidak rata
atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton atau merusak kekokohan atau
lurusnya acuan, maka acuan ini akan ditolak.
Contoh-contoh toleransi yang diijinkan :
Macam Toleransi Nilai Tolransi
Perbedaan dalam ukuran potongan melintang  6 mm
pada bagian-bagian strukturil
Penyimpangan dari alignment seperti tertera  10 mm
pada gambar (ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level permukaan puncak  10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level permukaan sebelah bawah  10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
Perbedaan-perbedaan ukuran dari yang tertera  3 mm
pada gambar yang diukur dari sebuah template (patok ukur)

PASAL 6
PEKERJAAN PENULANGAN
6.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan penulangan dilakukan pada seluruh pekerjaan beton bertulang dermaga seperti pile cap,
balok dan plat lantai dermaga serta pengisi beton bertulang tiang pancang.
6.2. Gambar Kerja
6.2.1. Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar penempatan
tulangan harus disiapkan oleh kontraktor dan disampaikan sebelum pelaksanaan
pekerjaan kepada Engineer untuk mendapat persetujuannya.
6.2.2. Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari BS 4466, S.S.C. (J.S.C.E)
138 dan PBI N I - 2 1971.
6.2.3. Persetujuan yang telah diberikan oleh Engineer tidak membebaskan kontraktor dari
tanggung jawabnya mengenai ketelitian dan/atau kelengkapan pekerjaan detail.

6.3. Persyaratan Bahan


6.3.1. Besi beton yang digunakan adalah baja sedang dengan mutu U - 32 (tegangan Leleh
karakteristik minimum 3200 kg/cm2) dengan diameter masing – masing D19 mm, D16
mm untuk tulangan pokok dan D13 mm untuk tulangan sengkang.
6.3.2. Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan
lainnya.
6.3.3. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di
udara terbuka dalam jangka waktu panjang.
6.3.4. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin.
Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta
persetujuan Direksi terlebih dahulu.
6.3.5. Jika kontraktor tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan
catatan : Harus ada persetujuan Direksi Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi
di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran
diameter besi menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.
6.4. Metode Pelaksanaan
6.4.1. Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C. (J.S.C.E) 138 atau PBI N
I - 2 1971 kecuali ditentukan lain.
6.4.2. Tulangan tidak boleh dibengkokan bila telah ditempatkan dipekerjaan, meskipun tulangan
tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain
oleh Engineer.
6.4.3. Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjel-ganjel dan dudukan-
dudukan yang diikat erat, batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus
diikat dengan binding wire sebagaimana ditentukan.
6.4.4. Macam dari ganjel-ganjel dan dudukan-dudukan yang dipakai harus mendapat
persetujuan Engineer dan setiap bagian dari ganjel-ganjel metal atau dudukan-dudukan
harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama dengan tulangan. Ganjel-
ganjel dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor. Binding wire
tidak boleh keluar dari beton.
6.4.5. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan dalam
gambar atau pada tempat-tempat yang disetujui oleh Engineer.
6.4.6. Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau S.S.C. (J.S.C.E) 20
atau PBI N I 1971 kecuali ditentukan lain dalam gambar.
6.4.7. Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan
penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh
dicor sebelum penulangan diperiksa dan izin pengecoran diberikan Engineer.
6.4.8. Tulang-tulang yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai dikerjakan
tidak boleh dibengkokan tanpa persetujuan Engineer, dan harus dijaga agar tidak bengkok
atau rusak dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
6.4.9. Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus ditumpu
dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang cukup
dan bagian-bagian pembuat jarak pada mana tulangan akan diikatkan dan ditahan
ditempatnya.
6.4.10. Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang
diizinkan adalah 4 mm.

PASAL 7
PEKERJAAN PLESTERAN
7.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada beton bertulang.
7.2. Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal beton
bertulang.
7.3. Pedoman Pelaksanaan
7.3.1. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Bagian yang diplester dibersihkan dari semua kotoran
 Bagian yang diplester dibasahi dengan air
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.
7.3.2. Adukan plesteran untuk beton bertulang dan pasangan batu
dipakai campuran 1 Pc : 2 Ps.
7.3.3. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama
tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal. Ketebalan
yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. untuk mencapai tebal
plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan
mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
7.3.4. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus
diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan
plesteran harus rata dengan sekitarnya.

PASAL 8
PEKERJAAN RANGKA DAN PLAT BAJA
8.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Rangka dan Plat Baja ini dilakukan pada konstruksi jembatan penghubung dan rangka
ponton.
8.2 Persyaratan Bahan
Baja Profil WF I.250.125.6.9, Baja Siku L70.70.7, plat baja tebal. 8 mm dan plat baja tebal. 10 mm
atau Bahan mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam standar baja.
8.3 Pedoman Pelaksanaan
8.3.1 Baja profil dan plat baja dikerjakan sesuai kebutuhan konstruksi yang akan
dilaksanakan atau sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis.
8.3.2 Untuk menghubungkan profil baja dan plat baja digunakan pekerjaan
pengelasan serta pekerjaan baut/mur atau sesuai petunjuk teknis.
8.3.3 Baja profil dan plat baja yang dipergunakan menyesuaikan kebutuhan
konstruksi yang akan dipasang/rakit menyesuaikan kebutuhan konstruksi atau petunjuk
teknis.

PASAL 9
PEKERJAAN KAYU
9.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan kayu ini dilakukan pada konstruksi jembatan penghubung dan rangka ponton.
9.2 Persyaratan Bahan
Kayu yang digunakan berukuran Papan Kayu Klas-I 2/20 cm, Balok Kayu Klas-I 5/5 cm, Balok
Kayu Klas-I 5/10 cm, dan Balok Kayu Klas-I 10/10 cm, Bahan mengikuti persyaratan standar
kayu yang dipersyaratkan.
9.3 Pedoman Pelaksanaan
2.1 Pekerjaan balok kayu 5/5 cm diperuntukkan untuk pekerjaan jembatan
penghubung sebagai balok injak tangga dikerjakan sesuai kebutuhan konstruksi yang
akan dikerjakan sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis.
2.2 Pekerjaan List Penutup Lantai Jembatan Balok Kayu Klas-I 5/10 cm
diperuntukkan untuk pekerjaan jembatan penghubung dikerjakan sesuai kebutuhan
konstruksi yang akan dikerjakan sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis
2.3 Pekerjaan Lantai Papan Kayu Klas-I 2/20 cm diperuntukkan untuk pekerjaan
jembatan penghubung dikerjakan sesuai kebutuhan konstruksi yang akan dikerjakan
sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis
2.4 Pekerjaan Lantai Ponton Papan Kayu Klas-I 2/20 cm diperuntukkan untuk
pekerjaan ponton dermaga dikerjakan sesuai kebutuhan konstruksi yang akan dikerjakan
sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis
2.5 Pekerjaan List Penutup Lantai Ponton Balok Kayu Klas-I 5/10 cm
diperuntukkan untuk pekerjaan ponton dermaga dikerjakan sesuai kebutuhan konstruksi
yang akan dikerjakan sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis
2.6 Pekerjaan List Penutup Samping Papan Kayu Klas-I 2/20 cm diperuntukkan
untuk pekerjaan ponton dermaga dikerjakan sesuai kebutuhan konstruksi yang akan
dikerjakan sesuai gambar kerja serta petunjuk teknis

PASAL 10
PERATURAN PENUTUP
10.1. Meskipun pada bestek ini pada uraian pekerjaan dan bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata
yang harus disediakan kontraktor atau dipasang kontraktor tetapi tidak dijelaskan dalam
penjelasan pekerjaan pembangunan ini, perkataan-perkataan tersebut dianggap ada dan dimuat
dalam bestek ini.
10.2. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian-bagian dari pekerjaan pembangunan tetapi tidak diuraikan
atau tidak dimuat dalam bestek ini harus dianggap pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam
bestek ini. Sehingga harus tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh kontraktor pelaksana
demi untuk menuju penyerahan selesainya pekerjaan yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan direksi.
10.3. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar kerja dapat berubah, dihilangkan sesuai
kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan pada waktu
pemberian penjelasan dari pekerjaan ini (Aanwijzing) dan dituangkan dalam Berita Acara.

Anda mungkin juga menyukai