Anda di halaman 1dari 32

DIVISI-1

SYARAT – SYARAT UMUM

1.1 SATUAN PENGUKURAN


Satuan pengukuran yang digunakan dalam proyek ini adalah sistem metrik.

1.2 DATUM
Pada setiap gambar konstruksi paling tidak sebuah ketinggian utama harus
dikaitkan dengan keseluruhan data.

1.3 BENCH MARK


Bench Mark (BM) yang disediakan di lapangan selama survei terdahulu harus
digunakan oleh Kontraktor untuk Kontrak ini, semua jalur dan ketinggian yang
ditunjukkan pada gambar-gambar harus dihubungkan dengan titik ini. Sebelum
dimulainya pekerjaan seperti yang diisyaratkan dalam kontrak ini, pemeriksaan
seluruh lokasi dan ketinggian dari titik ini harus secara bersama-sama dilaksanakan
oleh Direksi dan Kontraktor dan harus disetujui tempat dan ketinggian dari setiap
titik.
Bila pada saat pelaksanaan ternyata BM tersebut karena disebabkan oleh sesuatu
telah hilang maka untuk ketinggian dapat digunakan muka air laut terendah dapat
ditentukan dari pengukuran pasang surut selama 36 jam. Chart Datum (CD)
kemudian dapat ditentukan rata-rata air terendah. Sebagai koordinat dapat
digunakan bangunan-bangunan atau tanda-tanda yang ada. Untuk mendapatkan
posisi yang tepat dipakai Global Position System (GPS).
Titik-titik selanjutnya harus dibuat oleh Kontraktor sebagaimana disyaratkan oleh
Direksi. Bench Mark (BM) akan terdiri dari pipa baja yang berdiameter 25 mm,
ditanam dalam blok beton sebagaimana disyaratkan oleh Direksi dan demikian pula
harus disetujui tempat serta ketinggiannya.
BM ini harus didirikan dengan tingkat ketelitian paling tinggi dan sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku. Pada BM harus ditulis nama dan ketinggian.
Kontraktor harus melindungi semua BM dari kerusakan atau salah pemindahan.
Apabila suatu BM pindah atau rusak, Kontraktor harus membetulkan, mengganti
dan/atau menempatkan kembali hingga memuaskan Direksi.
Suatu pemeriksaan bersama secara periodik atas semua lokasi Bench Mark dan
ketinggiannya harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan Direksi. Tanpa pemeriksaan
semacam itu Kontraktor harus bertanggungjawab menjamin ketelitian pelaksanaan
pekerjaan tahap permanen.

 1-1
1.4 PENGAMATAN
1.4.1 Pengamatan Cuaca dan Bencana
Selama pekaksanaan proyek, Kontraktor diwajibkan mencatat dan
melaporkan kondisi cuaca dan bencana setiap hari kerja. Yang dimaksud
cuaca adalah hujan dan angin. Sedang bencana adalah seperti banjir,
gempa, kebakaran, dan sebagainya yang terjadi di luar kekuasaan
manusia.

1.4.2 Pengamatan Pasang Surut


Selama pelaksanaan proyek, Kontraktor diwajibkan mengamati muka air
terendah dan tertinggi secara visual dengan menggunakan peilschaal.
Skala pembacaan yang terdapat di peilschaal harus dikaitkan ke Bench
Mark.

1.4.3 Pengamatan Gelombang


Selama pelaksanaan proyek, Kontraktor diwajibkan mengamati tinggi
gelombang secara visual.

1.4.4 Laporan Pengamatan


Hasil pengamatan seperti tersebut diatas harus dilaporkan setiap bulan
kepada Direksi.

1.5 JAMINAN KUALITAS


1.5.1 Gangguan
Kontraktor harus merencanakan dan mengkoordinasikan pekerjaan untuk
mengurangi gangguan terhadap instalasi atau fasilitas yang sudah ada
atau gangguan diantara beberapa pekerjaan dan disiplin.
Apabila gangguan ini terjadi, Direksi akan menentukan pengaturan tempat
kembali dari setiap bagian tanpa mempertimbangkan yang mana yang
telah dikerjakan lebih dahulu. Tempat peralatan dan/atau bahan-bahan
harus disesuaikan sebagaimana yang diminta dengan semua bahan
penunjang dan tenaga kerja yang diperlukan untuk pekerjaan
direncanakan.

1.5.2 Mutu Pekerjaan


Direksi hanya akan menyetujui pekerjaan dengan mutu yang memenuhi
standar. Pekerjaan dengan mutu di bawah standar tidak akan diterima.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi nama-nama karyawan
yang dipekerjakan dengan kualifikasi dan pengalamannya yang baik
dalam pekerjaan yang dilaksanakannya. Direksi berhak meminta
mengganti karyawan yang tidak sesuai dengan standar.

 1-2
1.5.3 Alat dan Bahan
Semua alat dan bahan-bahan yang digunakan, kecuali jika ditentukan lain
dan disetujui oleh Direksi, harus dalam keadaan baik dan bebas dari cacat
atau ketidaksempurnaan serta harus berasal dari produksi standar terbaru
dari pabrik yang biasa dipesan untuk pembuatan alat dan bahan-bahan
semacam itu.

1.5.4 Kondisi Lingkungan


Semua bahan dan alat yang digunakan, sebagaimana yang diterapkan
dalam kontrak ini harus memadai dan sesuai dengan keadaan lingkungan
proyek.
Semua bahan dan alat harus memadai dan sesuai dengan Kontrak, dan
Kontraktor harus mengetahui benar-benar keadaan lingkungan proyek.

1.5.5 Pemeriksaan
Tanggung jawab terhadap pemeriksaan bahan-bahan, pembuatan oleh
pabrik berada pada pihak Kontraktor, tetapi Direksi tetap berhak untuk
memeriksa setiap waktu selama pekerjaan berlangsung untuk menjamin
bahwa bahan-bahan dan mutu pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan
pelaksanaan kerja yang paling baik. Pemeriksaan yang dilaksanakan
Direksi terhadap pekerjaan tidak harus menyebabkan Kontraktor lepas
dari tanggung jawab sepenuhnya terhadap mutu pekerjaan. Kesalahan
atau kekurangan yang ditemukan selama pembuatan di pabrik dan setiap
bahan yang ditemukan tidak sempurna harus diperbaiki oleh Kontraktor
dengan biaya sendiri.

1.5.6 Penyimpanan
Untuk mendapat persetujuan. Untuk mendapatkan persetujuan Direksi,
Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan rencana yang terinci
lengkap dengan spesifikasinya dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh)
hari. Dibawah ketentuan kontrak, Kontraktor harus tetap
bertanggungjawab atas tidak selesainya pekerjaan dalam jangka waktu
atau waktu-waktu yang ditentukan dalam kontrak.
Persetujuan rencana dan persetujuan atas rencana alternatif oleh Direksi
tidak menyebabkan Kontraktor bebas atas kewajiban-kewajiban menurut
ketentuan kontrak dan Kontraktor harus menjamin rencana tersebut untuk
tujuan yang dimaksud dari bagian itu atau bagian-bagian dari pekerjaan
yang rencana alternatifnya telah diserahkan oleh Kontraktor.

1.5.7 Persyaratan Keamanan


Kontraktor harus menyediakan semua tanda peringatan, penghalang
untuk keamanan, alat pemadam kebakaran dan lain-lain yang diperlukan
atau yang diminta oleh Direksi, untuk menjamin keamanan personil dan
kendaraan-kendaraan dalam lingkungan kerja dan jalan masuknya.

 1-3
1.5.8 Pengawasan Pabrikan
Kontraktor harus meminta pabrik yang alatnya banyak dibeli atau dipakai
atau merupakan peralatan ataupun konstruksi khusus untuk menyediakan
pelayanan teknisi yang bermutu untuk mengawasi, memeriksa,
menyelesaikan dan menjalankan alat yang telah dipasang, sebelum atau
pada waktu alat tersebut diperiksa dan atau dipergunakan.
Pengawasan, pemeriksaan, penyelesaian dan pengoperasian tersebut
tidak akan membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk
melaksanakan terpasangnya alat dengan baik dan siap untuk
pengoperasian.

1.5.9 Sumber Produksi


Sumber produksi yang ditentukan dalam spesifikasi menunjukkan standar
kualitas yang harus digunakan sebagai dasar pemilihan bahan oleh
Kontraktor, Direksi akan mempertimbangkan produksi alat yang serupa
dari pihak-pihak lain yang mempunyai reputasi baik.

1.5.10 Pembersihan
Kontraktor harus meninggalkan bangunan-bangunan dan daerah-daerah
kerja dalam keadaan sepenuhnya bersih dan rapi. Kontraktor harus
membersihkan lokasi perkerjaan dari sisa – sisa bahan dan peralatan
yang tidak terpakai. Kontraktor harus memindahkan semua halangan-
halangan sementara, peringatan-peringatan dan alat pelindung sementara
setelah memperbaiki tempat tersebut kepada keadaan semula.

1.6 PENGAWASAN KUALITAS


Kontraktor harus memakai (i) sistem pemeriksaan yang baik dan melaksanakan
pemeriksaan yang dimaksud serta menguji bahwa pekerjaan yang dilaksanakan
telah sesuai dengan kontrak dengan persyaratannya dan (ii) memelihara serta
menyediakan untuk Direksi, catatan-catatan yang memadai dari pemeriksaan dan
pengujian tersebut. Pemeriksaan kualitas harus mengacu pada peraturan standar
Indonesia.

1.7 DAERAH KERJA KONTRAKTOR


Kontraktor bekerja sama dengan pemilik, pejabat setempat dan pemilik tanah untuk
menetapkan seluruh daerah kerja Kontraktor. Dalam hal ini, Kontraktor bila perlu
mendirikan dan memelihara kantor, gudang-gudang, perbekalan, bengkel reparasi,
bengkel kerja, penyimpanan kendaraan, penyimpanan bahan dan lain-lain, serta
semua fasilitas yang menunjang pelaksanaan kerja demi tercapainya efisiensi kerja.
Dibawah pengawasan Direksi, Kontraktor juga harus mendirikan, memelihara, dan
menjalankan atau menyewa sebuah laboratorium beserta ruangan dan alat yang
lengkap guna pengujian agregat, contoh beton, tanah dan batu, serta lain-lain
sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknis.

 1-4
Apabila fasilitas diatas tidak dapat ditampung didaerah kerja, Kontraktor akan
memberikan tata letak dari instalasi di lapangan dimana ditentukan perkiraan luas
yang diperlukan.
Tiga puluh hari sebelum tanggal dimana Kontraktor memulai pembangunan
perkemahan, Kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar dan spesifikasi-
spesifikasi dengan rincian mempermudah penentuan lokasi yang tepat, untuk
mendapat persetujuan dari Direksi. Tidak ada perkemahan lain yang akan dibangun
selain perkemahan yang sifatnya sementara yang pembangunannya menurut
gambar-gambar dan spesifikasi-spesifikasi yang telah disetujui oleh Direksi.
Tanpa menunggu persetujuan Direksi, Kontraktor harus mentaati hukum dan
peraturan setempat yang mengatur bangunan, pemeliharaan atau pengelolaan
kemah-kemah mereka serta harus bertanggungjawab atas setiap kerusakan atau
tuntutan yang diakibatkan dari tidak memadai atau tidak layaknya fasilitas.

1.8 PELAYANAN UNTUK PERKEMBANGAN DAN DAERAH KERJA KONTRAKTOR


1.8.1 Pelayanan Umum
Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan sumber
tenaga listrik, penerangan, air, sarana komunikasi, tempat pembuangan
air kotor dan sampah selama masa konstruksi.

1.8.2 Penjagaan dan Penerangan


Untuk menjaga keselamatan kerja, Kontraktor harus menyediakan dan
memelihara pelampung atau tanda-tanda lain, lampu penerangan,
penjagaan, pagar dan penjaga apabila diminta oleh Direksi atau pejabat
resmi untuk perlindungan pekerjaan. Kontraktor harus mengganti setiap
kerugian dan membebaskan pemilik dari setiap kerugian atau kerusakan
yang diderita pihak ketiga karena kesalahan Kontraktor yang tidak
menyediakan lampu atau tanda-tanda lain yang diperlukan.

1.8.3 Lain-lain
Kegiatan survei adalah tanggung jawab Kontraktor, tetapi Direksi berhak
untuk memeriksa survei tersebut selama masa berlakunya Kontrak.
Atas permintaan Direksi, semua survei yang diperlukan dan peralatan
yang digunakan oleh Direksi untuk pengujian dan pemeriksaan harus
disediakan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus mendirikan stasiun meteorologi yang memenuhi syarat
untuk pencatatan temperatur, arah dan kecepatan angin, tekanan
barometrik, curah hujan, kelembaban dan lain-lain. Kontraktor harus
mencatat data-data tersebut setiap hari, diperiksa dan diserahkan setiap
bulan kepada Direksi.

 1-5
1.9 JALAN MASUK KE DAERAH KERJA

Pada awal pekerjaan, Kontraktor harus menjamin adanya jalan masuk ke daerah
kerja yang memungkinkan untuk pemindahan alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan.

Kontraktor harus memperbaiki dan memelihara jalan masuk untuk menghindari


kelambatan angkutan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
Jalan masuk sementara harus sekecil mungkin menghalangi alinemen jalan-jalan
yang ada.

Semua pengoperasian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dan


pekerjaan sementara sedapat mungkin memenuhi persyaratan Kontrak agar tidak
menggangu saluran-saluran air umum, jalan-jalan umum atau pribadi, jalan setapak
ke atau dari tanah milik orang lain atau Pemilik Proyek. Kontraktor harus mengganti
kerugian kepada Pemilik terhadap semua tuntutan-tuntutan secara hukum, proses
hukum, kerugian, biaya-biaya, ongkos-ongkos dan pengeluaran apapun yang timbul
atau dalam hubungannya dengan setiap hal semacam itu sejauh masih menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

Kontraktor harus menyesuaikan pekerjaannya dengan peraturan dari pejabat


pengawasan pelabuhan, jalan raya, jalan kereta api dan harus mematuhi perintah-
perintah dari pejabat yang berwenang dari instansi tersebut tentang penggunaan
jalan air pelabuhan, jalan raya, jalan kereta api. Pelaksanaan pekerjaan oleh
Kontraktor harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu, merusak dan
membahayakan penggunaan dan bekerjanya fasilitas pelabuhan yang ada termasuk
jalan air, jalan, jalan kereta api, dan lalu lintas setempat, kecuali mendapat
persetujuan dari Direksi untuk pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan
pekerjaan.

Kontraktor harus mengganti kerugian atas kerusakan pada jalan, jembatan dan hak
milik orang lain, sebagaimana tersebut diatas karena kelalaian Kontraktor atau Sub
Kontraktornya dalam hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan.

1.10 KANTOR DIREKSI


Kontraktor harus menyediakan kantor dengan luas minimal  12 m2.
Atas persetujuan Direksi kantor harus dilengkapi dengan meja, kursi meja rapat,
meja gambar, lemari arsip, dan lain-lain.
Kontraktor harus menyerahkan layout fasilitas yang lengkap untuk wakil-wakil
Pemilik dan Direksi untuk mendapat persetujuan Direksi.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan fasilitas-
fasilitas tersebut dan harus menyediakan kelengkapan sarana keperluan kantor,
barang sanitasi dan konsumsi selama masa kontrak.

 1-6
1.11 PENYERAHAN-PENYERAHAN KONTRAKTOR
1.11.1 Umum
 Rencana proyek termasuk peralatan konstruksi, alat dan rencana
tenaga kerja.
 Rencana kejadian penting bagi persiapan dokumen, pengadaan,
pengapalan, pembangunan dan pemasangan.
 Program pengawasan kualitas.
 Catatan dokumen yang dikirimkan untuk pemeliharaan, informasi atau
persetujuan.
 Program penyerahan.
 Petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan.
 Daftar pemasok.
 Daftar gambar-gambar Kontraktor.
 Gambar-gambar dari pemasok dan dokumen-dokumen termasuk
spesifikasi, data, daftar bagian-bagian dan suku cadang yang
disarankan.
 Gambar-gambar dari Kontraktor, data dan perhitungan fasilitas-
fasilitas sementara dan daerah kerja Kontraktor.
 Daftar alat utama, daftar suku cadang yang disarankan, dan jadwal
pemberian minyak pelumas.
 Laporan pemeriksaan/pengujian pabrik dan prosedur.
 Laporan kemajuan bulanan.
 Laporan akhir proyek.

Setiap perubahan di lapangan dari gambar perencanaan/spesifikasi,


Kontraktor harus membuat Shop Drawing (gambar kerja) sebelum suatu
komponen kerja dilaksanakan, dan untuk selanjutnya dimasukkan dalam
“as built drawing” yang disiapkan oleh Kontraktor. Setiap saat pada masa
konstruksi, kontraktor harus menyediakan gambar-gambar yang telah
direvisi sebagai referensi oleh Direksi.

1.11.2 Pekerjaan Sipil dan Struktur


 Usulan lokasi pengambilan material
 Daftar peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan berikut :
a. Pengambilan material
b. Pekerjaan tanah
c. Pekerjaan struktur yang lain
d. Gambar-gambar kerja, prosedur, dan jadwal kerja

 1-7
1.12 LAPORAN KEMAJUAN
Selama pelaksanaan pekerjaan, setiap hari ke sepuluh bulan berikutnya, Kontraktor
harus menyerahkan kepada Direksi Laporan Kemajuan Bulanan dalam rangkap 6
(enam) yang berisi kemajuan pekerjaan yang sesungguhnya. Laporan ini dibagi
menurut pekerjaan utama berdasarkan kontrak yang tersusun dalam Lingkup
Kontrak. Laporan tersebut harus berisi hal-hal sebagai berikut :
a. Kemajuan pekerjaan selama satu periode pelaporan, yaitu pekerjaan yang telah
selesai dan yang sedang dikerjakan berikut dengan tanggal mulai, tanggal
penyelesaian dan tanggal perkiraan penyelesaian.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang direncanakan akan dimulai untuk 2 masa pelaporan
yang akan datang berikut dengan perkiraan tanggal rencana mulai.
c. Uraian singkat mengenai kemajuan kontrak dan penjelasan dari setiap
perubahan-perubahan dari rencana kontrak serta perkiraan dampak perubahan
tersebut berikut tindakan perbaikan yang diusulkan.
d. Daftar alat yang digunakan di tempat pekerjaan selama masa pelaporan dan
daftar alat yang belum/tidak digunakan selama masa pelaporan.
e. Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang sebenarnya dipekerjakan di tempat
pekerjaan selama masa pelaporan, yang dirinci atas jumlah karyawan di kantor,
pengawas dan pekerja kasar.
f. Perkiraan jumlah tenaga kerja dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan yang sedang berlangsung dan direncanakan.
g. Laporan penerimaan bahan-bahan yang berisi tentang bahan yang diterima di
tempat pekerjaan, bahan yang seharusnya diterima tetapi belum masuk selama
periode pelaporan, dan perkiraan pengiriman bahan-bahan untuk setiap
bulannya sampai pekerjaan selesai.
h. Daftar pengujian dan pemeriksaan bahan dan alat yang dipasang untuk
pekerjaan permanen.
i. Ikhtisar laporan atas semua aspek Program Keselamatan Kontraktor yang
mencakup semua jenis kecelakaan dan jumlah jam kerja hilang karena
kecelakaan termasuk sub kontraktor.
j. Foto-foto yang menunjukkan kemajuan pekerjaan, minimal 8 (delapan) buah.
k. Grafik kemajuan fisik dan keuangan baik yang direncanakan maupun
realisasinya.

1.13 GAMBAR YANG SEBENARNYA TERPASANG DAN PENYERAHAN DATA


Sebelum penyerahan penyerahan pertama dari seluruh atau sebagian pekerjaan,
satu berkas gambar yang sebenarnya terpasang (as built drawing) yang lengkap,
data-data, kepustakaan pabrikan, pedoman pengoperasian, dan dokumen lainnya
yang berhubungan dengan pembangunan, bangunan, alat, sistem atau
perlengkapan-perlengkapan yang termasuk dalam pekerjaan, harus sudah disetujui
dan diserehkan kepada Direksi untuk digunakan dalam mengoperasikan dan
memelihara hasil pekerjaan. Semua bahan yang diserahkan itu harus dengan jelas
diberi tanda “SEBENARNYA TERPASANG (AS BUILT)”.

 1-8
1.14 DAFTAR ALAT
Kontraktor harus menyediakan dan bertanggung jawab atas daftar alat sebagai
bagian dari persyaratan kontrak untuk pemasangan oleh Kontraktor, Sub
Kontraktornya atau tenaga ahli teknis pemasangan yang mewakili pabrikan.
Kontraktor harus mencantumkan nomor katalog milik pabrikan, nomor, nomor-nomor
bagian, nomor model, gaya, jenis, tariff dan setiap identifikasi lainnya yang diminta
untuk memudahkan identifikasi komponen alat.

1.15 SYARAT-SYARAT PENYIMPANAN BAHAN DAN PERALATAN


Syarat-syarat penyimpanan yang baik harus diadakan untuk mengurangi
kemungkinan turunnya mutu. Syarat-syarat tersebut seperti disebutkan dibawah ini :
a. Gudang harus mampu melindungi semua bahan, barang dan peralatan yang
disimpan dari hujan, angin yang menghembuskan pasir dan debu, sinar
matahari langsung (diatas 15oC, dibawah 30oC) dan kelembaban yang tidak
lebih dari 70%. Gudang harus mempunyai ventilasi yang baik, bersih dan rapi.
b. Lantai harus kering dan bebas dari getaran.
c. Gudang harus terhindar dari asap penyebab karat.
d. Dinding dan lantai harus disikat secara berkala dan tetap dijaga kebersihannya.
e. Sedapat mungkin gudang harus bebas dari tikus dan serangga yang merugikan.
Apabila memungkinkan, barang-barang harus disimpan dalam tumpukan-
tumpukan yang seragam paling tidak 15 cm diatas lantai, dengan ketinggian
tumpukan yang memudahkan pemeriksaan.
f. Semua barang-barang harus diletakkan jauh dari dinding dan disimpan
sedemikian rupa sehingga terdapat lorong-lorong untuk mempercepat
pemeriksaan menyeluruh.

1.16 PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BARANG-BARANG


a. Apabila memungkinkan, semua barang-barang harus dibongkar di dalam
gudang.
b. Apabila memungkinkan, barang-barang yang dikirim dengan peti-peti yang
terlindung harus dibongkar di dalam gudang dan diperiksa kelengkapannya,
kerusakannya dan penurunan mutunya, kecuali diduga rusak, maka peti
tersebut tidak boleh dibongkar. Panel-panel instrumen dan panel listrik harus
dipak dengan baik sebelum dikirimkan agar tahan lama dalam gudang yang
kurang memenuhi syarat. Panel sebaiknya dibungkus dengan kantung-kantung
politin yang mengandung dessicant dan dengan hati-hari diletakkan dalam
kotak pembungkus. Peti pembungkus sebaiknya tidak dibuka (kecuali bila telah
turun mutunya atau rusak dalam perjalanan) sampai panel-panel tersebut
digunakan dan harus diperiksa dalam selang yang teratur seperti dirinci dalam
subbab 7.4 dibawah.
c. Semua barang harus dilengkapi dengan lapisan pelindung. Pembungkus, blok
kayu dan tutupnya, dan sebagainya sebelum dikirim. Barang-barang harus
selalu berada dalam keadaan baik. Apabila setiap bentuk pelindung merosot
mutunya, hilang atau rusak dalam pengiriman, maka harus diganti, kecuali
diduga ada kerusakan-kerusakan pada permukaan barang, maka pelindungnya

 1-9
tidak boleh diganti. Setiap kerusakan pada lapisan pelindung atau penutup
harus segera diganti/diperbaiki. Bagian tertentu mungkin harus dicat kembali
pada selang yang teratur, hal-hal ini akan dicantumkan dalam Dokumen
Kontrak atau Dokumen yang menyertai barang-barang.
d. Pembukaan setiap peti yang berisi peralatan yang mudah pecah, alat elektronik,
meteran-meteran, pengontrol, dan lain-lain harus di dalam gudang dan dibawah
pengawasan mekanik yang ahli atau kepala tukang yang dapat diandalkan serta
dihadiri pihak berwenang yang ditunjuk oleh Direksi. Peralatan tersebut harus
ditangani secara hati-hati.

1.17 PEMERIKSAAN BARANG-BARANG DALAM GUDANG


Semua barang-barang harus diperiksa secara teratur terhadap tanda-tanda
kerusakan berikut ini:
a. Permukaan logam : berkarat dan berlubang.
b. Sambungan dan paking : mengeras, retak, hancur, memudarnya warna dan
perubahan bentuk.
c. Mesin : kekakuan dari bagian-bagian yang bergerak, karatan dan perubahan
bentuk.
d. Permukaan-permukaan yang dicat : kerusakan pada pekerjaan cat dan karat.
e. Peti-peti yang isinya belum pernah dipindahkan (contoh: panel peralatan) : kayu
pemisah, bentuk dan lubang simpul, bukan sambungan, penggerogotan kayu
oleh binatang pengerat dan serangga, lubang-lubang bor dan puing-puing.
f. Pembungkus dan kantung-kantung plastik : memudarnya warna, merosotnya
mutu dan sobek-sobek.

1.18 PENGUJIAN PENERIMAAN PABRIK


Pemberitahuan mengenai jadwal pengujian yang tepat harus diberikan oleh
Kontraktor. Setiap kekurangan-kekurangan dalam alat atau mutu pekerjaan yang
ditemukan oleh pengujian ini harus diperbaiki oleh kontraktor dengan biaya sendiri
sebelum penerimaan pekerjaan.
Kontraktor harus menjamin bahwa pabrikan melaksanakan semua pengujian sesuai
dengan Spesifikasi Teknik dan Standar yang dapat diterapkan.

1.19 PENGUJIAN PENYERAHAN


Pengujian penyerahan peralatan permanen harus dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk pabrikan dan prosedur pemasangan serta persyaratan-persyaratan
Spesifikasi Kontrak.
Pengujian penyerahan harus membuktikan bahwa fungsi unit-unit yang saling
tergantung cukup memuaskan satu dengan lainnya menurut pengoperasian dan
pengawasan dalam keadaan normal dan keadaan darurat. Apabila diperintahkan
oleh Direksi, kesalahan dan kemacetan harus disimulasikan untuk menunjukkan
kelengkapan dan fungsi alat keselamatan.

 1 - 10
1.20 PERATURAN / PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT
1.20.1 Peraturan Teknik Yang Dikeluarkan/Ditetapkan Oleh Pemerintah RI
Apabila tidak disebutkan lain dalam RKS dan Gambar Rencana maka
berlaku mengikat peraturan-peraturan di bawah ini :
a. Peraturan Pelaksanaan Bahan-bahan bangunan (PUPB NI-3/56)
b. Peraturan Beton Indonesia PBI 1971/1989
c. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
d. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Pengerahan Tenaga
Kerja)
e. Peraturan-peraturan Pemerintah / Perda setempat

1.20.2 Persyaratan Teknik Pada Gambar / RKS Yang Harus Diikuti


a. Pelaksanaan berdasarkan gambar kerja, syarat-syarat dan uraian
dalam RKS ini, gambar tambahan serta perubahan-perubahan dalam
Berita Acara Aanwijzing, petunjuk serta perintah Pimpinan Kegiatan
pada waktu atau sebelum berlangsungnya pekerjaan. Termasuk hari
ini adalah pekerjaan-pekerjaan tambah / kurang yang timbul dalam
pelaksanaan. Namun demikian harus dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada Pimpinan Kegiatan.
b. Perbedaan ukuran.
Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidaksesuaian antara :
1. Gambar rencana dan detail, maka yang mengikat adalah
gambar yang skalanya besar.
2. Gambar dengan bestek yang berlaku adalah bestek atau
petunjuk / penjelasan dari Pimpinan Kegiatan.
3. Bila pada gambar terlukis sedang dalam bestek tidak
dilukiskan maka gambar yang mengikat.
c. Bilamana dalam bestek tersebut disebutkan, sedang dalam gambar
tidak dilukiskan, maka yang mengikat adalah bestek. Meskipun
demikian, hal-hal tersebut diatas harus diberitahukan kepada
Pimpinan Kegiatan untuk mendapatkan persetujuan sebelum
dilaksanakan.
d. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun
tercantum skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar
dapat dipergunakan.

 1 - 11
DIVISI-2

SYARAT – SYARAT
TEKNIK DERMAGA

2.1 PEKERJAAN BETON

2.1.1. Lingkup Pekerjaan


(1) Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab spesifikasi teknik ini meliputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat, bahan material,
pengujian, pehengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan dengan
pekerjaan beton sesuai dengan gambar rencana.
(2) Item pekerjaan yang terkait adalah:
a. Tiang pancang
b. Dudukan fender
c. Kanstin
d. Pile cap tiang pancang
e. Balok dermaga
f. Lantai dermaga
g. Pekerjaan lainnya yang terkait

2.1.2. Kode dan Standar


1. PUBI 1970/NI-3 & ASTM Untuk air beton
2. PBI 71 NI-2; PUBI 1970/NI-3 & ASTM Untuk agregat beton
3. SI I 1984 & ASTM C150 Untuk bahan semen
4. Sll 1984; BS 4449 atau BS 4461 Untuk baja tulangan
5. PBI 71; BS 8100 & ASTM Untuk Campuran Beton

2.1.3. Ketentuan Umum


1. Diberitahukan kepada Kontraktor bahwa pekerjaan beton di lingkungan
laut merupakan pekerjaan khusus dan perlu mendapatkan perhatian
yang tinggi. Pemberi tugas dan direksi akan menjaga agar pengalaman
buruk struktur beton yang lalu tidak terulang pada pekerjaan ini. Untuk itu
terhitung 15 hari sebelum melaksanakan pembetonan, Kontraktor harus
menyampaikan proposal pekerjaan beton mulai dari pengadaan material
beton hingga pemeliharaan beton pasca pengecoran (curing) kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
2. Apabila Kontraktor ingin membeli beton jadi dari pabrik, maka Kontraktor
harus menyampaikan spesifikasi teknik ini kepada pabrik yang
bersangkutan dan pihak pabrik harus membuat pemyataan kesanggupan
untuk mengikuti semua persyaratan yang diminta.
3. Dalam hal Kontraktor ingin membeli agregat dari sumber lain seperti dari

  2-1
pabrik atau supplier, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan, hasil uji, data dan informasi iainnya
sehubungan dengan sifat-sifat fisik dan kimiawi serta mutu agregat yang
akan dibeli dan dipakai sekurang-kurangnya tiga puluh (15) hari sebelum
agregat itu digunakan.
4. Semua biaya yang timbul dari pembuatan atau pembelian agregat beton
harus sudah dimasukkan dalam harga satuan dalam kontrak per meter
kubik yang disebutkan pada masing-masing item untuk beton dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.
2.1.4. Material
 Semen
1. Semen yang dipakai harus memenuhi Sll 0013-77 yang tahan
terhadap sulfat dan harus ditegaskan dengan ASTM C-150 tipe V untuk
bangunan disekitar laut atau tipe Iainnya yang telah melalui penelitian
dan disetujui digunakan oleh Direksi. Semen tipe I menurut ASTM C
150 untuk struktur dan bangunan di darat.
2. Semen yang menggumpal tidak boleh dipakai.
3. Zak semen disimpan, ditutup dan diletakkan di atas rak dan tidak boleh
berhubungan langsung dengan tanah, dan ditimbun tidak lebih dari 2 m.
 Agregat
1. Istilah agregat kasar dipakai untuk agregat dengan ukuran minimum lima
(5) mm dan di proyek ini untuk pekerjaan beton diperlukan agregat kasar
dengan ukuran berkisar dari lima (5) mm sampai dengan dua puluh lima
(25) mm.
2. Agregat kasar terbuat dari batu pecan (crush stone) yang dihasilkan oleh
pabrik pemecah batu dari bahan dasar batu kali atau gunung.
3. Agregat kasar harus bersih, keras, tawar (tidak asin), tidak rapuh, bentuk
tajam, padat, tidak berselaput, merupakan pecahan batu yang tahan
lama serta bebas dari batu-batu pipih, panjang serta tidak mengandung
bahan organis dan bahan jelek lainnya.
4. Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran maksimum seperti
diperlukan untuk bermacam-macam Was beton sesuai dengan PBI
1971.N.1.2.
5. Agregat kasar akan ditolak bila:
 Kehilangan berat saat menggunakan grading A dalam Los Angeles
abrasion test, melebihi sepuluh persen (10%) tehadap berat pada
seratus (100) putaran atau empat puluh persen (40%) terhadap pada
lima ratus (500) putaran . (ASTM C.131)
 Kehilangan berat agregat bila dikerjakan dengan lima (5) putaran
"sodium sulphate" untuk "soundness" adalah lebih dari dua belas
persen (12%) terhadap berat. (ASTM C.88)
 Total presentasi terhadap berat dari butir yang bentuknya pipih dan
lonjong tidak melebihi empat puluh persen (40%). Bentuk butir pipih
dan lonjong apabila mempunyai ukuran sisi maksimum melebihi tiga
(3) kali ukuran sisi minimumnya.
6. Agregat kasar harus dihasilkan dari ayakan getar yang dipasang di mesin
pemecah batu, atau sesuai pilihan Kontraktor, dimana ayakannya biasa
dipasang ditanah dekat mesin pemecah batu.

  2-2
7. Pemisahan agregat kasar dilakukan sesuai dengan ayakan ASTM E.11
dan cara kerja ASTM C.136 dan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan berikut:
Ukuran ayakan
Prosentasi dengan Bobot yang lolos untuk setiap
ASTM Standar
ukuran ayakan
Luas Lubang
Ayakan No. 4 s.d 0.75 in 0.75 s.d 1.50 in 1.50 s.d 3 in
4 in - - 100
3 in - 100 90-100
2 in - 90-100 20-45
1.5 in - 20-45 0-10
8. 1Pin 100 0-10 0-5
0.75
e in 90-100 0-5 -
3/8
n in 30-55 - -
No. 4 a(3/16 in) 0-5 - -
n
g
a
nan dan penyimpanan agregat kasar harus sedemikian rupa sehingga
segregasi atau masuknya benda-benda asing kedalam bahan agregat
tidak terjadi. Direksi bisa meminta agregat kasar harus disimpan di
landasan terpisah yang memadai.
9. Agregat yang tidak memenuhi spesifikasi teknik, namun bisa dibuktikan
dengan uji khusus bahwa agregat tersebut menghasilkan kekuatan beton
yang dikehendaki, bisa digunakan asal diperoleh ijin dari direksi. Agregat
tidak mengandung alkali reaktif. Algregat harus diuji dengan standar B
55835/SII 0455-81.
10. Istilah agregat halus berarti agregat yang mempunyai ukuran maksimum
lima (5) mm dan bahannya bersifat keras.
11. Agregat halus harus bersih, keras, kuat, padat, tahan air, tidak berlapis-
lapis, dan harus bersih dari debu, tidak bergumpal, tidak lunak, tidak
keropos, tidak pipih, tidak alkali, tidak ada bahan organik atau bahan lain
yang rapuh. Tidak boleh mengandung lebih dari tig a persen (3%) bahan
yang lolos saringan 0,088 mm atau ayakan No. 200 dengan pencucian
atau tidak boleh lebih satu persen (1%) lempung atau satu persen (1%)
bahan lunak. Menggunakan pasir dari pantai laut tidak diijinkan tanpa
persetujuan dari Direksi.
12. Untuk beton yang expose tidak boleh menggunakan agregat halus yang
menyebabkan perubahan warna pada permukaan warna pada
permukaan beton.
13. Agregat halus diuji terhadap "sodium sulphate soundness" sesuai
dengan JIS A 1122 atau SNI 1750-90-A untuk lima (5) putaran dan harus
menunjukkan kehilangan maksimum tidak boleh lebih dari sepuluh
persen (10%).
14. Agregat halus serba merata gradasinya dan bila diuji sesuai PBI 1971
N.1.2 hasilnya sebagai berikut:
■ sebagai aggregat halus bila kurang dari dua persen (2%) terhadap

  2-3
berat tertahan pada ayakan 4 mm.
■ sebagai agregat halus bila kurang dari ssepuluh persen (10%)
terhadap berat tertahan pada ayakan 1 mm.
■ sebagai agregat halus bila delapan puluh persen (80%) sampai
sembilan puluh lima persen (95%) terhadap berat tertahan ayakan
0,25 mm atau yang setara dari tabel sebagai berikut:

Ayakan yang dipakai Standar persentase berdasar


denganukuran lubang rata-rata bobot yang lolos dari setiap
(mm) ayakan (%)
10 100
5 90-100
2.5 80-100
1.2 50-90
0.6 25-65
0.3 1-35
0.15 2-10

15. Modulus kehalusan dari agregat halus bekisar antara 2.5 sampai 3.3.
Presentasi dari bahan yang merugikan agregat halus tidak boleh lebih
dari nilai-nilai berikut:

Persentasi berat (%)


Jenis

 Gumpalan lempung 1.0


 Material yang lolos dari ayakan ukuran 0,088 mm 3.0*
 Material yang tertahan dari ayakan ukuran 0,297
mm dan mengapung didalam cairan yang 0.5
mempunyai berat jenis 1,95

2.1.5. Air
1. Air untuk adukan beton dan mortar serta air untuk mencuci agregat harus
disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan sub-pasal 7.3.4 dari
Spesifikasi Umum dan harus mendapat persetujuan dari Direksi.
2. Air yang digunakan untuk beton harus bebas dari minyak, asam, garam,
alkali, bahan organis dan bahan jelek lainnya. Mutu air adukan harus
sesuai dengan Standar AASHTO T 26 (Standart Method of Test for
Quality of to be used in concrete). Bila diminta oleh Direksi contoh air
harus diambil dari tempat yang diusulkan dan dibandingkan dengan air
dari PDAM. Perbandingan air untuk campuran harus dibuat dengan

  2-4
pengujian standar semen guna mengetahui ketelitian, waktu ikat serta
kekuatan mortar beton. Indikasi ketidak telitian, perbedaan waktu ikat
sampai kurang lebih tiga puluh (30) menit ataupun perbedaan kekuatan
mortar sampai kurang lebih sepuluh persen (10%) dibanding dengan
beton yang mengunakan air PDAM, cukup untuk dipakai sebagai alas an
untuk menolak penggunaan air yang bersangkutan.
3. Semua biaya yang timbul dari pengujian dan pemakaian air yang
digunakan untuk adukan beton dan mortar serta pencucian agregat harus
sudah termasuk dalam harga masing-masing item satuan kontrak
permeter kubik untuk beton maupun mortar seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.1.6. Bahan tambah (additive)


1. Penggunaan bahan tambah (additive) kecuali untuk bahan water reducing
compound tidak diperkenankan kecuali mendapatkan persetujuan direksi.
2. Dalam hal bahan tambah diperiukan, kontraktor harus menyampaikan
sertifikat hasil uji bahan tersebut dan membuktikan bahwa bahan tersebut
tidak memberikan dampak negat'rf tertiadap kekuatan dan ketahanan
beton.
3. Pada pertimbangan khusus, Kontraktor bisa diijinkan secara tertuiis oleh
Direksi untuk menggunakan bahan tambah di antaranya untuk
memperbaiki workabilitas campuran maupun untuk penyelesaian akhir
pekerjaan beton dan adukan mortar.
4. Bahan tambah jenis air-entraining admixture bisa dipakai untuk semua
beton atas izin Direksi. Bahan tambah ini harus sesuai dengan ASTM
nomor C. 260 atau yang ekivalen dan disetujui oleh Direksi.
5. Kontraktor harus memberitahu Direksi atas usul bahan tambah ini baik
sebagai obat set-retarding, water reducing ataupun mempercepat
pengentalan beton termasuk sumber darimana obat ini dapat diperoleh,
sekurang-kurangnya sembilan puluh (90) hari sebelum digunakan.
Kontraktor hanjs menyampaikan kepada Direksi spesifikasi teknik
termasuk hasil uji laboratorium dan contoh-contoh bahan tambahan yang
akan dipergunakan.
6. Semua pengujian bahan tambah ini dilakukan oleh Kontraktor dengan
biaya sendiri dan hasilnya diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuannya.
7. Banyaknya bahan tambah yang dipakai pada masing-masing adukan beton
dan pada bagian dari pekerjaan beton yang akan menggunakan bahan ini
akan ditentukan oleh Direksi. Kisaran nilai slump yang disyaratkan lamanya
waktu yang diperkenankan untuk beton tetap berada dimixer (waktu
pengadukan oleh mixer) bisa dirubah oleh Direksi apabila persetujuan
penggunaan bahan ini diberikan.
8. Semua biaya penggunaan obat ini harus sudah termasuk dalam harga
satuan kontrak per meter kubik dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
item beton yang digunakan dimana bahan tambah akan digunakan.

2.1.7. Tulangan

  2-5
1. Tulangan harus memenuhi standard dan dimensi yang tertera dalam
gambar. Tulangan adalah baja deform (ulir) atau polos yang mutunya harus
memenuhi tegangan tarik karakteristik minimum 2780 kg/cm2 (di periksa
dengan standar Sll, BS 4449 atau BS 4461).
2. Tidak diperkenankan tulangan diikat dengan las kecuali terdapat petunjuk
pada gambar rencana atau atas ijin direksi. Deformasi ,las harus
memenuhi BS 4483.
3. Tulangan hendaknya disimpan di rak di atas tanah dan didukung
sepanjang tulangan hingga tidak bengkok.
4. Tulangan harus terlindungi dari hujan kelembaban udara dan sebagainya,
dan karat-karat harus dibersihkan dan memenuhi criteria Sll 0136-84.

2.1.8. Uji Material


1. Sertifikat pengujian semen, agregat dan baja tuiangan hendaknya
diajukan kepada direksi untuk memperoleh ijin penggunaan.
2. Apabila dlanggap perlu oleh direksi. Kontraktor harus melakukan
pengujian fisik semen berdasarkan standar ASTM/SII atas biaya sendiri.
3. Dalam hal terdapat keragu-raguan pihak direksi atas kualitas air yang
diajukan Kontraktor, maka direksi berhak memenntahkan Kontraktor
untuk mengadakan pengujian laboratonum.
4. Agregat kasar dan halus yang akan digunakan harus dilakukan pengujian
laboratonum tertiadap parameter secara lengkap sebagaimana diatur
dalam PBI 71 dan ASTM.
5. Kontraktor harus melakukan pengujian rutin temadap agregat kasar dan
halus yang digunakan dengan frekwensi sesuai standar atau menurut
hemat direksi.
6. Kontraktor harus melakukan pengujian rutin temadap besi tulangan yang
digunakan dengan frekuensi sesuai yang diatur dalam Sll. Jenis
pengujian adalah syarat fisik, kuat tank dan uji bengkok.
7. Jika selama pelaksanan konstruksi, material mengalami perubahan,
maka sample dari tipe material harus diajukan kepada direksi untuk
memperoleh ijin penggunaannya.

2.1.9. Mutu & Pembuatan Campuran Beton


1. Penentuan komposisi campuran beton harus melalui prosedur mix design dan
trial mix terhadap beberapa altematif perbandingan campuran yang dianggap
terbaik untuk menghasilkan beton K300. sebagaimana diminta.
2. Disyaratkan jumlah kandungan semen dalam beton masing-masing tidak
kurang dari 380 kg dan 325 kg dengan nilai factor air semen maksimum 0,48
dan 0,54.
3. Kontraktor harus mengajukan rancangan campuran (mix design) tersebut
kepada direksi selambat-lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan beton
dilakukan untuk selanjutnya disetujui dibuat percobaan campuran, pengujian
nilai slump, pembuatan benda uji (kubus atau silinder) hingga diperoleh hasil
uji kuat tekan umur 7, 14 dan 28 hari.
4. Proposal mix design yang diajukan harus memuat secara lengkap macam
dan sumber bahan-bahan beton yang akan digunakan disertai hasil pengujian
karakteristik masing-masing bahan.

  2-6
5. Jumlah benda uji sekurang-kurangnya mengikuti ketentuan dalam PBI 71 sub
bab 4.6.
6. Komposisi campuran yang digunakan adalah komposisi finai yang ditetapkan
oleh direksi berdasarkan hasil uji kuat tekan campuran percobaan tersebut.
7. Semua beton harus memenuhi CP 110 BS 1881 atau PBI 71. Ketika beton
dicor pada kondisi cuaca panas, maka perlu dilakukan tindakan preventif agar
tidak terjadi retak. Pengecoran pada cuaca panas harus memenuhi CP 110 atau
PBI 71.
8. Beton harus dicampur dengan mesin pencampur hingga campuran material
merata.
9. Semua bahan beton hendaknya dicampur secara mekanis dengan takaran
komposisi menggunakan ukuran berat.
10. Dalam melaksanakan pembuatan campuran, moisture agregat khususnya
agregat halus harus selalu dikontrol untuk menghindari pemberian air campuran
yang beriebih dari perbandingan factor air semen rencana.
11. Kekentalan campuran beton harus diuji dengan slump test sebagaimana
diatur dalam PBI; Sll dan ASTM. Untuk beton tanpa bahan tambah ditetapkan
nilai slump test tidak boleh melebihi 7 cm, dan jika menggunakan bahan
tambah water reducing entrainmet dapat diperkenankan 12 cm.
12. Untuk mengontrol kuat tekan beton memenuhi spesifikasi, Kontraktor harus
mengadakan pembuatan sample uji kubus 15x15 cm atau silinder diameter
15 cm dan pengujian kuat tekan di laboratorium untuk umur beton 7, 14 dan
28 hari.
13. Frekuensi pelaksanaan slump test, pembuatan dan pengujian serta jumlah
benda uji selama pelaksanaan pengecoran harus mengikuti ketentuan yang
tertuang dalam PBI 71 dan/atau Sll 84.
14. Pada pengecoran pada daerah sempit dilakukan dengan mempertimbangkan
kedalaman, jika diarahkan oleh direksi, bisa dilakukan dengan membuka sisi
bekisting sementara dengan lebih dulu memberikan kesempatan beton untuk
mengering dan konsolidasi.
15. Pengecoran beton pada bekisting dengan ujung siku-siku, tekukan, baut,
angkur baja, baut konektor, pipa, celah lobang, sasis atau segala
sesuatu yang akan terpasang pada saat pengecoran, pengecoran harus
sampai selesai dan tidak boleh ada penghentian pengecoran jika tidak ada
ijin dari direksi secara tertulis. 16. Kontraktor dalam pelaksanaan pengecoran
senantiasa menginformasikan jadwal pelaksanaan terutama pada item
pekerjaan pengecoran seperti di atas.

2.1.10. Bekisting
1. Bekisting untuk beton pracetak hanya dapat digunakan setelah mendapatkan
persetujuan dari direksi pada shop drawing yang diajukan Kontraktor.
2. Kekuatan bekisting dan perancahnya harus melalui perhitungan oleh
kontraktor untuk menghindari lendutan-lendutan dan bocoran-bocoran yang
dapat terjadi selama penempatan campuran ke dalamnya. Rancangan
tersebut dilampirkan pada surat permohonan ijin pelaksanaan pengecoran.
3. Semua bekisting didukung oleh perancah yang rremadai dan diberi pengaku
untuk menahan defleksi yang berlebihan atau gerakan akibat dari berat
sendiri struktur dan akibat pergerakan pekerja pelaksanan pengecoran di

  2-7
atasnya.
4. Semua bekisting dibuat agar beton yang dihasilkan memperoleh ukuran yang
tepat, halus dan menghindari dari cacat-cacat lainnya apabila permukaan
beton di ekspos. Sambungan panel pada bekisting dirancang dengan pola
baku seperti ditunjukkan dalam gambar shop drawing.
5. Tidak boleh terjadi defleksi yang melebihi defleksi maksimum yang
disyaratkan dalam standar BS dan ASTM atau menurut pendapat direksi.
6. Setiap bagian dari bekisting beton tidak diperbolehkan bergeser selama 1
minggu setelah pengecoran kecuali jika ada pendapat lain dari direksi atas
permintaan Kontraktor.
7. Sebelum pelaksanaan pengecoran, bekisting harus dalam kondisi bersih,
bekisting hendaknya dibersihkan untuk menghindari terjadinya karat-karat
pada baja beton, di lapisi oleh lapisan yang dapat menimbulkan adhesi kecil
sesuai dengan arahan direksi.

2.1.11. Selimut Beton


1. Yang dimaksud dengan selimut beton adalah jarak terkecil dari permukaan
luar beton jadi dengan ujung atau permukaan logam (besi tulangan, kawat
beton atau logam lainnya yang terdapat dalam struktur beton tersebut)
terdekat.
2. Selimut beton dibuat sesuai kebutuhan yang termuat pada PBI 71 N.l-2
kecuali ada ditunjukkan dalam gambar.
3. Penggunaan pemisah antara baja beton dengan bekisting dibuat dengan
tahu beton untuk menjamin tebal selimut tidak berobah saat pengecoran, dan
tidak boleh dibuat dari kayu atau logam lainnya.

2.1.12. Penempatan Tulangan Beton


1. Pemasangan tulangan beton khususnya jarak-jarak antar tulangan,
kelurusan, bengkokan dan panjang overlap sambungan harus mengikuti
ketentuan PBI 71 Bab.8.
2. Sebelum meletakkan tulangan pada bekisting, hendaknya bekisting dalam
kondisi bersih dari karat, campuran yang menyebabkan kerusakan pada
tulangan. Diletakkan di atas tahu beton yang menjamin ketepatan posisi dan
tebal selimut.
3. Tebal selimut beton dan pabrikasi tulangan beton hendaknya mengikuti saran
yang termuat di dalam PBI-71 dan hal-hal lain yang termuat di dalam gambar

2.1.13. Peralatan untuk Pengangkutan dan Pengecoran Beton


Cara dan peralatan yang digunakan untuk pengangkutan dan pengecoran
beton harus sedemikian sehingga beton mempunyai komposisi yang
diperlukan dan konsisten akan tidak menyebabkan segregasi yang berarti
dari agregat kasar, atau menyebabkan kehiiangan "slump" melebihi dua
puluh lima (25) mm, atau kehiiangan dalam kandungan-udara sebelum
konsolidasi melebihi satu persen (1 %) dalam beton. Dalam hal beton
diangkut dan/atau dicor dengan salah satu tipe peralatan seperti daftar
dibawah ini maka alat-alat itu harus dipasang dan ditangani sesuai dengan
uraian sebagai berikut:

  2-8
 Truk Pengaduk Beton
Kecepatan mengaduk dari drum harus diantara dua (2) sampai empat
(4) putaran permenit. Isi campuran beton didalam drum harus tidak
melebihi kapasitas yang ditetapkan oleh pabrik atau tidak melebihi tujuh
puluh persen (70 %) dari isi penuh drum. Atas persetujuan Direksi truk-
pengaduk bisa digunakan aatau dipakai untuk mmenggantikan truk-
pengaduk saat pengangkutan beton. Interval antara dimasukkannya air
ke dalam dmm dan pengeluaran akhir dari beton dari pengaduk harus
tidak melebihi satu (1) jam. Selama dalam interval ini, campuran harus
diaduk terns menerus dengan kecepatan seperti diatas.
 Truk Biasa (Non-Agitasi)
1. Badan truk biasa non-agitasi harus halus dan kedap air. Untuk
melindungi tehadap hujan, maka harus diberi tutup. Truk non-
agitasi harus mengeluarkan campuran beton ke lokasi pekerjaan
sebagai adukan yang merata dan teraduk sempurna.
2. Adukan yang merata akan dapat dianggap memuaskan, bila contoh
dari bagian satu dan bagian lainnya dari bahan-campuran
mempunyai "slump" yang tidak berbeda melebihi dua puluh lima
(25) mm. Pengecoran beton harus selesai dalam satu (1) jam
sesudah memasukkan air kedalam semen dan agregat.
3. Dalam keadaan yang tertentu untuk mempercepat pengerasan
beton, atau bila suhu udara tiga puluh derajat celcius (300C) atau
lebih, batas waktu pengeluaran beton harus kurang dari satu (1)
jam.
 Corong Luncuran
Umumnya pengecoran beton dengan corong-luncuran ("chute") tidak
diijinkan kecuali mendapatkan persetujuan dari Direksi. Bila disetujui,
"chute” / corong harus mempunyai penampang yang pojoknya bulat dan
harus mempunyai kemiringan yang tetap, sehingga beton dapat
meluncur tanpa segregasi. Bagian-bawah harus diberi sebuah alat-
penuntun atau "drop-chute" atau alat-penuntun dan corong yang tidak
melebihi satu setengah (1,5) meter tingginya untuk mencegah
segregasi saat jatuhnya campuran beton. "Chute" atau corong luncuran
harus dihndungi dari smar matahari langsung.
 Pompa Beton dan Peralatan Pengecoran
Sebelum mulai memompa atau "placer", kira-kira satu (1) m3 mortar
dengan perbandingan air, bahan campuran tambahan, semen dan
agregat-halus sesuai dengan yang direncanakan untuk adukan beton
biasa, harus dicoba untuk dilewatkan melalui selang pompa. Selang
pompa diusahakan harus dipasang selurus mungkin.
 Ban Berjalan ("Belt Conveyor")
1. Tidak boleh mengangkut adukan beton dengan alat atau beban ban
berjalan ("belt conveyor"), kecuali mendapat persetujuan dari
Direksi. Jika diijinkan alat ban-berjalan harus digunakan dengan
syarat-syarat bahwa alat harus dilindungi dari hujan, angin dan
sinar matahari, dan suatu corong-khusus dengan "chute" tegak
harus dipasang diujung masing-masing alat ban berjalan untuk
membatasi jatuhnya beton yang akan dicor dengan tinggi-jatuh

  2-9
campuran beton maksimal satu setengah (1,5) m.
2. Perincian lengkap tentang katalog dari pabrik, cetak biru dan
sebagainya untuk masing-masing tipe dari alat-alat diatas harus
diserahkan ke Direksi. Semua alat-alat itu harus dioperasikan dan
dipelihara sesuai dengan buku-petunjuk dari pabrik.
3. Alat tipe lain dari yang disebut diatas harus mendapat persetujuan
dari Direksi sekurang-kurangnya tiga puluh (30) hari sebelum
digunakan.

2.1.14. Penuangan Campuran Beton


1. Campuran beton hendaknya dituangkan paling lama 30 menit setelah
pengadukan atau sesuai dengan ijin direksi. Penuangan dilakukan
sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi antara agregat halus atau
agregat kasar.
2. Tinggi jatuh penuangan harus kurang dari 1,5 m. Penggumpalan yang tebal
dihindari agar tidak terjadi hidrasi pada cuaca panas.
3. Vibrator yang digunakan adalah vibrator elektrik atau tipe hidrolik untuk
memadatkan beton dengan frekuensi minimum 7000 impul per menit untuk
menghasilkan harga slump 25 mm berjarak 50 mm dari vibrator.
4. Beton tetrapod adalah beton pracetak, sehingga harus di cor di tempat
kering bukan di lokasi pemasangannya.

2.1.15. Curing Beton


1. Dalam proses pengeringan dan pengerasan, beton sangat penting dilindungi dari
perubahan temperatur di sekitarnya. Untuk itu kontraktor harus melakukan
pemeliharaan (curing) beton sesaat setelah pengecoran selesai.
2. Kontraktor harus memahami bahwa tahapan curing merupakan salah satu aspek
yang sangat menentukan ketahanan/keawetan beton di lingkungan agresif.
3. Suatu metode pemeliharaan beton harus diajukan oleh Kontraktor kepada direksi
untuk disetujui sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
4. Sekurang-kurangnya metode pemeliharaan yang harus dilaksanakan adalah
dibasahi secara terus menerus selama 2 minggu a.l. dengan menutupi dengan
karung-karung basah sebagaimana diatur dalam PBI 1971 sub bab 6.6. atau
direndam dalam air menurut BS.

2.1.16. Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan beton harus didasarkan pada
volume beton yang terpasang jadi dalam m3 dan memenuhi ketentuan
dalam spesifikasi
b. Pembayaran
Pembayaran harus didasarkan pada jumlah volume (m3) terhitung
berdasarkan hasil pengukuran bersama dengan Direksi dikalikan dengan
harga satuan yang telah mengandung biaya tidak langsung. Dalam
pembayaran tersebut dianggap sudah termasuk semua kompensasi untuk
penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, sarana konstruksi, alat bantu
dan sebagainya untuk menghasilkan pekerjaan yang lengkap memenuhi

  2-10
syarat dengan teknik pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya sesuai dengan
semua ketentuan tersebut didalam spesifikasi ini.

2.2 TIANG PANCANG


2.2.1. Umum
1) Uraian
Pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini akan mencakup tiang pancang
yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai dengan
Spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati Gambar menurut
penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan ini mencakup jenis-jenis tiang pancang berikut ini :
 Tiang Pancang Pipa Baja
 Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar.

2) Tiang Uji (Test Pile)


Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melaksanakan tiang uji,
bilamana dianggap perlu untuk mengetahui dengan pasti daya dukung
dari jenis pondasi pada setiap jembatan. Kontraktor akan melengkapi dan
melaksanakan tiang uji pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Semua pengujian tiang uji harus dilaksanakan dengan
pengawasan Direksi Pekerjaan. Bilamana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, tiang uji harus diuji dengan pengujian pembebanan sesuai
dengan ketentuan dari dari Spesifikasi ini.
Setelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, pemancangan
tiang uji harus dilanjutkan sampai diperintahkan untuk dihentikan.
Pemancangan tiang uji melampaui kedalaman telah ditentukan
diperlukan untuk menunjukkan bahwa daya dukung tiang pancang masih
terus meningkat. Kontraktor selanjutnya harus melengkapi sisa tiang
pancang dalam struktur yang belum diselesaikan. Dalam menentukan
panjang tiang pancang, Kontraktor harus mengikuti daftar panjang tiang
pancang yang diperkirakan untuk sisa panjang yang harus diselesaikan
dalam struktur.
Jumlah tiang pancang yang diuji akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan,
tetapi jumlah ini tidak kurang dari satu atau tidak lebih dari empat untuk
setiap jembatan. Tiang uji dapat dilaksanakan di dalam atau di luar
keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang
permanen.
3) Pengujian Pembebanan (Loading Test)
Percobaan pembebanan harus dilakukan dengan cara yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan detil gambar
peralatan pembebanan yang akan digunakannya kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapat persetujuan.
Peralatan tersebut harus dibuat sedemikian hingga memungkinkan
penambahan beban tanpa menyebabkan getaran terhadap tiang uji.
Bilamana cara yang disetujui ini membutuhkan tiang (jangkar) tarik, tiang

  2-11
tarik semacam ini harus dari jenis dan diameter yang sama dengan pipa
yang permanen dan harus dilaksanakan di lokasi pipa permanen
tersebut. Tiang dan selongsong pipa yang dinding-dindingnya tidak
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban percobaan bila
dalam keadaan kosong, harus diberi penulangan yang diperlukan dan
beton yang dicor sebelum dilakukan pembebanan. Beban-beban untuk
pengujian pembebanan tidak boleh diberikan sampai beton memcapai
kuat tekan minimum 95 % dari kuat tekan beton berumur 28 hari.
Bilamana Kontraktor menghendaki lain, Kontraktor dapat menggunakan
semen dengan kekuatan awal yang tinggi (high-early-strength-cement),
jenis III atau IIIA untuk beton dalam tiang pengujian pembebanan dan
untuk tiang tarik.
Peralatan yang disetujui dan cocok untuk mengukur beban tiang dan
penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap peningkatan
beban harus disediakan oleh Kontraktor.
Peralatan tersebut harus mempunyai kapasitas kerja tiga kali beban
rancangan untuk tiang yang akan diuji yang ditunjukkan dalam Gambar.
Titik referensi untuk mengukur penurunan (settlement) tiang pancang
harus dipindahkan dari tiang uji untuk menghindari semua kemungkinan
gangguan yang akan terjadi. Semua penurunan tiang pancang yang
dibebani harus diukur dengan peralatan yang memadai, seperti alat
pengukur (gauges) tekanan, dan harus diperiksa dengan alat pengukur
elevasi.
Peningkatan lendutan akan dibaca segera setelah setiap penambahan
beban diberikan dan setiap interval 15 menit setelah penambahan
beban tersebut. Beban yang aman dan diijinkan adalah 50 % beban
yang telah diberikan selama 48 jam secara terus menerus
menyebabkan penurunan tetap (permanent settlement) tidak lebih dari
6,5 mm yang diukur pada puncak tiang. Beban pengujian harus dua kali
beban rancangan yang ditunjukkan dalam Gambar.
Beban pertama yang harus diberikan pada tiang percobaan adalah
beban rancangan tiang pancang. Beban pada tiang pancang dinaikkan
sampai mencapai dua kali beban rancangan dengan interval tiga kali
penambahan beban yang sama. Setiap penambahan beban harus
dalam interval waktu minimum 2 jam, kecuali jika tidak terdapat
penambahan penurunan kurang dari 0,12 mm dalam interval waktu 15
menit akibat penambahan beban sebelumnya. Bilamana kekuatan tiang
uji untuk mendukung beban pengujian diragukan, penambahan beban
harus dikurangi sampai 50 % masing-masing beban pengujian, sesuai
dengan perintah Direksi Pekerjaan agar kurva keruntuhan yang halus
dapat digambar. Beban pengujian penuh harus dipertahankan pada
tiang uji dalam waktu tidak kurang dari 48 jam. Kemudian beban
ditiadakan dan penurunan permanen dibaca. Bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan, pembebanan diteruskan melebihi 2 kali beban
rancangan dengan penambahan beban setiap kali 10 ton sampai tiang
runtuh atau kapasitas peralatan pembebanan ini dilampaui. Tiang
pancang dapat dianggap runtuh bila penurunan total akibat beban
melebihi 2,5 cm atau penurunan permanen melebihi 6,5 mm.

  2-12
Setelah pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban
yang digunakan harus disingkirkan, dan tiang pancang, termasuk tiang
tarik dapat digunakan untuk struktur bilamana oleh Direksi Pekerjaan
dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan. Tiang uji yang
tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang
setelah digunakan sebagai tiang uji atau tiang tarik dianggap tidak
memenuhi ketentuan untuk digunakan dalam struktur, harus segera
disingkirkan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau harus
dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar pondasi
telapak, mana yang dapat dilaksanakan.
Jumlah dan lokasi tiang uji untuk pengujian pembebanan akan
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Untuk tiang dengan diameter lebih
dari 600 mm jumlah ini tidak boleh kurang dari satu dan tidak lebih dari
tiga untuk setiap jembatan, untuk tiang dengan diameter kurang dari dan
sampai dengan 600 mm jumlah tiang tidak boleh kurang dari satu untuk
setiap 30 tiang.
Kontraktor harus membuat laporan untuk setiap pengujian
pembebanan. Laporan ini harus meliputi dokumen-dokumen berikut ini :
 Denah pondasi
 Lapisan (stratifikasi) tanah
 Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan
 Gambar diameter piston dongkrak
 Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat
untuk penurunan (settlement) dalam desimal mm.
 Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur tekanan dalam
atmosfir, beban dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata
dimana semua itu merupakan fungsi dari waktu (tanggal dan jam).
Bilamana kapasitas daya dukung yang aman dari setiap tiang pancang,
diketahui kurang dari beban rancangan, maka tiang pancang harus
diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
4) Pekerjaan seksi lain yang berhubungan dengan seksi ini
a) Beton
b) Baja Tulangan
5) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil penyelesaian
harus dipantau dan dikendalikan seperti yang ditetapkan dalam Standar
Rujukan dalam dari Spesifikasi ini.
6) Toleransi
a) Lokasi Kepala Tiang Pancang
Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar. Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari
posisi yang ditentukan tidak boleh melampaui 75 mm dalam segala
arah.
b) Kemiringan Tiang Pancang
Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak
boleh lebih melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50).
c) Kelengkungan (Bow)

  2-13
Kelengkungan lateral tiang pancang Pipa baja tidak boleh
melampaui 0,0007 dari panjang total tiang pancang.
7) Standar Rujukan
 AASHTO M133 – 86 : Preservatives and Pressure Treatment
Process for Timber
 AASHTO M168 – 84 : Wood Products
 AASHTO M183 – 90 : Structural Steel
 AASHTO M202 – 90 : Steel Sheet Piling
 ASTM A252 : Steel Pipe
8) Pengajuan Kesiapan Kerja
Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus
mengajukan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal sebagai berikut :
 Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.
 Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau
penurunan tiang ber-sama dengan peralatan yang akan digunakan.
 Perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang
menunjukkan kapasitas tiang pancang bilamana penumbukan
menggunakan peralatan yang diusul-kan oleh Kontraktor.
 Usulan untuk pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini
mencakup metode pemberian beban, pengukuran beban dan
penurunan serta penyajian data yang diusulkan.
Persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan untuk pengajuan tersebut di
atas harus diperoleh terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan
pemancangan.
9) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
Semen, agregat dan baja tulangan harus disimpan sebagaimana yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Unit-unit beton bertulang atau
pratekan dan unit-unit baja harus ditempatkan bebas dari kontak
langsung dengan permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga
kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun baik musin hujan
maupun kemarau, akibat beban dari unit-unit tersebut. Bilamana unit-
unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3
lapisan dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan.
Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang
terdahulu. Untuk gelagar dan tiang pancang, penyangga harus dipasang
pada jarak tidak lebih dari 20 % dari ukuran panjang unit, yang diukur
dari setiap ujung.
10) Mutu Pekerjaan dan perbaikan atas pekerjaan yang tidak memenuhi
ketentuan
Bilamana toleransi yang diberikan telah dilampaui, maka Kontraktor
harus menyelesaikan setiap langkah perbaikan yang dianggap perlu
oleh Direksi Pekerjaan dengan biaya sendiri.
Setiap tiang pancang yang rusak akibat cacat dalam (internal) atau
pemancangan tidak sebagaimana mestinya, dipancang keluar dari
lokasi yang semestinya atau dipancang di bawah elevasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

  2-14
Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan dan dikerjakan atas biaya Kontraktor, akan mencakup, tetapi
tidak perlu dibatasi berikut ini :
i. Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian
dengan tiang panjang baru atau lebih panjang, sesuai dengan yang
diperlukan.
ii. Pemancangan tiang panjang kedua sepanjang sisi tiang pancang
yang cacat atau pendek. Perpanjangan tiang pancang dengan cara
penyambungan, seperti yang telah disyaratkan di bagian lain dari
Seksi ini, untuk memungkinkan penempatan kepala tiang pancang
yang sebagaimana mestinya dalam pur (pile cap).

2.2.2. Bahan
Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai
dengan persyaratan-persyaratan berikut:
a. Dimensi/Ukuran-ukuran :
Jenis tiang yang dipakai adalah tiang beton precast prestress
dengan ukuran bulat diameter 400 mm, seperti ditunjukkan pada
gambar-gambar struktur.
b. Beton Mutu beton minimum yang dipakai adalah K-500 Kg/cm2 ,
yang harus sudah dicapai pada waktu pemancangan.
c. Penulangan :
Mutu Baja tulangan utama (BJTD) U -39, dengan dimens i
tulangan sesuai dengan spesif ikasi pabrik yang telah
melalui uji kekuatan pancang .

2.2.3. Pemancangan Tiang


1) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang
pancang tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah
ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa
kerusakan.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah
permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu
sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar
pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau
mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi
tempat atau besi non-magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang
harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat
satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang miring
harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi
yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan
dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi

  2-15
Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau
penetrasi tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai
mencapai kedalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang
dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk
sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala
tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih
tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang
pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat
didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung
yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan
bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel.
Untuk tiang pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel.
Berat palu pada jenis gravitasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat
tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang
dari setengah jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum
2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu
harus dua kali berat tiang beserta topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis
gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan
tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm
dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan
sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui,
yang digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh
kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton
sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang
pancang beton harus mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap
gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap
meter kubik beton tiang pancang tersebut.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang
dijatuhkan harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter.
Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan
bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh
berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :
 Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah
yang harus ditembus pada saat awal pemancangan untuk tiang
pancang yang panjang.
 Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian
hingga penetrasi yang dalam terjadi pada setiap penumbukan.
 Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan

  2-16
mendapat penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak
dapat ditembus lainnya.
Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali
pukulan terakhir telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan,
penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dan
pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir
berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu
berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus
dilakukan sesuai dengan Spesifikasi ini
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak
dapat dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus
dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan,
sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari
beton yang berumur kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan
menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat
memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu yang
lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya sendiri.
2) Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat
memberikan kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus
diperkaku dengan tali atau palang yang kaku agar dapat memegang
tiang pancang selama pemancangan. Kecuali jika tiang pancang
dipancang dalam air, penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai
panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang
panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya
digunakan untuk pemancangan tiang pancang miring.
3) Tiang Pancang Yang Naik
Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah,
maka elevasi kepala tiang pancang harus diukur dalam interval waktu
dimana tiang pancang yang berdekatan sedang dipancang. Tiang
pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang
berdekatan, harus dipancang kembali sampai kedalaman atau
ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada
tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan
ulang ini tidak diperlukan.
4) Tiang Pancang Yang Cacat
Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami
tegangan yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan
pengelupasan dan pecahnya beton, pembelahan, pecahnya dan
kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang pancang dengan
memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang sebagaimana mestinya,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan
diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya
Kontraktor sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 7.6.1.(10) dan
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula
tidak memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin

  2-17
dengan posisi semula, atau tiang pancang tambahan harus dipancang
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
5) Catatan Pemancangan (Kalendering)
Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus
disimpan oleh Direksi Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu
Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini
: jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal
pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat
penumbukan terakhir, enerji pukulan palu, panjang perpanjangan,
panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.
6) Rumus Dinamis Untuk Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan
menggunakan rumus dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan
rumus lain untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan
e f WH W  n 2W p
Pu  
C1  C 2  C3 W P
S
2
Dimana:
Pu : Kapasitas daya dukung batas (cm)
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef ; Efisiensi palu
ef= 1,00 untuk palu diesel
ef= 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan
katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
Wp : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n= 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H= 2H’ untuk palu diesel (H’=tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir atau
“set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur
(m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastic dari
batang tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan
(m)
N : Faktor keamanan
Nilai C1+C2+C3 harus diukur selama pemancangan

2.2.4. Pengukuran dan Pembayaran


 Pengukuran
a) Kuantitas Tiang Pancang Pipa Beton Precast ø 40 cm, yang akan
diukur untuk pembayaran sebagai jumlah dalam m’ dan buah
pekerjaan yang telah selesai di tempat dan diterima. Panjang dan

  2-18
jumlah lainnya harus sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar
atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Panjang dan jumlah bahan yang dihitung harus merupakan jumlah
dan panjang dari pekerjaan pancang beton yang telah selesai
dikerjakan, terdiri dari pelat, bagian-bagian yang dikerjakan. Tidak
ada pengurangan yang dibuat untuk penakikan, lubang baut
sebagainya dengan luas kurang dari 0,03 m2.
 Pembayaran
Kuantitas pekerjaan Pancang Beton akan ditentukan sebagaimana
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Penawaran per satuan
pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran
ini harus dianggap sebagai kompensasi penuh untuk pemasokan,
fabrikasi dan pemasangan bahan, termasuk semua tenaga kerja,
peralatan, perkakas, pengujian dan biaya tambahan lainnya yang
diperlukan atau biasa untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya dilaksanakan seperti pada gambar rencana.

2.3 SISTEM FENDER


2.3.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab spesifikasi teknik ini meiiputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat, bahan material,
pedengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan dengan pekerjaan
pemasangan sistem fender pada tempat-tempat yang ditunjukkan dalam
gambar.

2.3.2. Jenis Fender


Jenis fender yang digunakan adalah fender karet yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuat.

2.3.3. Standar
Untuk fender karet mengikuti standar yang berlaku.

2.3.4. Material
1. Jenis fender yang digunakan adalah fender karet yang dikeluarkan oleh
pabrik dengan type KVF ukuran tinggi 250 mm dan panjang 150 cm.
2. Beton dudukan fender adalah beton K300 yang dicor bersamaan
dengan kepala tiang (pilecap).
3. Fender harus dibaut dengan kuat pada dudukannya. Baut, mur dan plat
dari baja dari jenis stainless.

2.3.5. Pemasangan
1. Tiga minggu sebelum pelaksanaan pemasangan fender, Kontraktor
harus menyampaikan usulan yang berisi metode pelaksanaan,
peralatan yang digunakan, formasi jalannya pekerjaan pemasangan
fender dan lain-lainnya serta jadwal penyelesaian pekerjaan, kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan.dilengkapi dengan shop

  2-19
drawing dan data material lainnya kepada Direksi dan persetujuan harus
dikeluarkan paling kurang 1 minggu sebelum pelaksanaan.
2. Hal-hal mengenai dimensi, ukuran, detail dan posisi pemasangan harus
sesuai dengan gambar pelaksanaan.
3. Tidak ada kelanjutan pemasangan sistem fender, jika satu pias sistem
fender pertama belum memuaskan Direksi. Kontraktor harus
menyampaikan permintaan pemeriksaan yang diakhiri dengan
persetujuan Direksi pada pias pertama tersebut termasuk percobaan
operasi fender dengan kapal yang ada. Kontaktor dapat melanjutkan
dan menyelesaikan pemasangan sistem fender hingga memuaskan
Direksi dan memenuhi persyatan kontrak, apabila persetujuan Direksi
sudah dikeluarkan.
4. Fender ban dipasang duduk di atas balok angker dermaga dan diikat
dengan angker bolt tahan karat atau bahan lain yang memberikan
kekuatan dan keawetan yang sama sesuai dengan petunjuk direksi.

2.3.6. Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan sistem fender didasarkan
pada: Jumlah fender yang terpasang lengakp dengan baut dan mur
pengikat.

b. Pembayaran
Pembayaran didasarkan pada volume masing-masing pengukuran
tersebut dan tidak melebihi volume yang tercantum dalam gambar
kontrak. Nilai pembayaran diperoleh dari perkalian volume tersebut
dengan harga satuan kontrak setiap meter dan harus dianggap sudah
termasuk semua kompensasi untuk penyediaan tenaga kerja, material,
peralatan, Sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya untuk
mengnasilkan pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknik
pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya sesuai dengan semua ketentuan
tersebut didalam spesifikasi ini.

2.4 PERALATAN TAMBAT KAPAL (BOLDER/BOLLARD)


2.4.1. Lingkup
Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab spesifikasi teknik ini meliputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat, bahan material,
periengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan dengan pekerjaan
pemasangan bolder (peralatan tambat kapal).

2.4.2. Material
1. Bolder dibuat dari pipa baja, yang dibuat sesuai dengan gambar
dipasang dengan kuat pada lantai dermaga.
2. Bolder yang telah dipasang dilapis cat besi.

2.4.3. Pelaksanaan
1. Border yang telah dibuat harus sudah mendapat pesetujuan dari Direksi sebelum

  2-20
pelaksanaan pemasangan dimulai.
2. Metode pemasangan bolder harus diajukan Kontarktor kepada direksi
sebelum pekerjaan dimulai untuk mendapatkan persetujuan.

2.4.4. Pengukuran dan Pembayaran


a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan bolder didasarkan pada
jumlah bolder yang di dalamnya termasuk stang, casing pipa, beton
bertulang, dll yang dibuat berdasarkan gambar dan dokumen kontrak.

b. Pembayaran
Pembayaran didasarkan pada volume hasil pengukuran dalam satuan
unit (buah) dan tidak melebihi volume yang tercantum dalam gambar
kontrak. Nilai pembayaran diperoleh dari perkalian volume tersebut
dengan harga satuan kontrak setiap buahnya dan harus dianggap
sudah termasuk semua kompensasi untuk penyediaan tenaga kerja,
material, peralatan, Sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya untuk
menghasilkan pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknik
pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya sesuai dengan semua ketentuan
tersebut didalam spesifikasi ini.

  2-21

Anda mungkin juga menyukai