Pendahuluan
1. Latar Belakang
Demokrasi sering didefinisikan sebagai pemerintah dari dan untuk rakyat. 1 Dari
memerintah dan untuk kepentingan siapa pemerintah harus responsive ketika orang-
orang berada dalam perselisihan dan memiliki prefensi berbeda. Satu jawaban untuk
pertanyaan ini yaitu suara terbanyak (mayoritas). 2 Ini adalah inti dari model
mayoritas jelas lebih dekat dengan cita – cita demokrasi “Pmerintah oleh dan untuk
sendiri. Tidak akan ada demokrasi tanpa ada hukum yang tegak dan sebaliknya.
begitu juga sebaliknya. Ini menunjukkan konstitusi dan demokrasi terlahir sebagai
Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara
1
UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan,
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu,
kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang
biasa digunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut prinsip Negara Hukum
adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya
adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai
‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya. Keadilan dan kepastian hukum
adalah hal yang mutlak dan harus diwujudkan agar sebuah kemanfaatan dapat
politik secara horizontal maupun vertical pasti akan tercipta pada proses
Menurut Emanuel Kant dan Yulius Stahl, Negara hukum terdiri atas beberapa
komponen. Salah satu komponen Negara hukum adalah jaminan atas adanya paying
hukum.4
Hak setiap warga negara harus dijamin sesuai dengan dalil sebagai negara
hukum. Hak hak itu meliputi jaminan kebebasan berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pendapat sebagaimana telah diatur dalam pasal 28 UUD 1945 yang
4
Setiawan Noerdajasakti, “Law And Human Right Issues 1 Capital Punishment In The
Perspective of Non Deorgable Right”, (Brawijaya Law Journal V.3 N.1, Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, 2016), hal. 8.
2
lisan dan tulisan san sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Oleh sebab itu
maka negra tidak dapat tanpa dasar pertimbangan yang tepat dan melalui proses
peradilan mencabut hak berserikat dan berkumpul dalam sebuah organisasi resmi.
presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo pada tanggal 10 Juli 20171. Lahirnya
Perppu ini bukanlah merupakan hal yang baru dalam konteks bernegara. Peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) yaitu suatu peraturan yang dari segi
Melalui Perppu No 2 Tahun 2017 ini prosedur tata cara pembubaran ormas
kalau sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap baru bisa dibubarkan, dan
dibubarkan oleh pemerintah dengan mencabut status hukum pada ormas tersebut
dan bubar.
(Purn) Wiranto menjelaskan bahwa saat ini Negara sedang dalam kondisi darurat
5
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 3.
3
Ormas dan banyak ancaman kepada Negara terhadap ormas-ormas yang
yang kuat bagi pemerintah untuk bertindak tegas terhadap ormas-ormas yang
Hadirnya Perppu ini mengindikasikan adanya satu hal yang cukup menjadi
intoleran yang terjadi pada setiap organisasi masyarakat yang bertentangan dengan
ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu pancasila. Banyak pendapat Pro
dan Kontra dari berbagai kalangan akademisi, praktisi atau para pengamat hukum
tata negara mengatakan bahwa Perppu ini diterbitkan untuk melindungi rumah
Indonesia Tahun 1945 yang dimana substansi materinya adalah melindungi segenap
perbedaan dan menjaga ketertiban umum serta menjaga nilai-nilai yang terkandung
didalam butir pancasila. Ada pula yang memberikan pendapat bahwa perppu ini di
diterbitkannya Perppu ini oleh Presiden dan akan diserahkan kepada DPR untuk
disidangkan, karena kondisi hal ikhwal kegentingan yang memaksa dan akan tidak
6
http://nasional.kompas.com/read/2017/07/18/06060071/perppu-dinilai-lebih-demokratis-dari-uu-
ormas-ini-alasannya- Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019
4
terjangkaunya waktu yang ditentukan untuk mengajukan Rancangan Undang-
Undang baru sehingga pemerintah dengan lekas dan cepat membentuk Peraturan
efektif.
bahwa latar belakang penetapan Perppu oleh Presiden umumnya berbeda-beda. Hal
ini disebabkan karena ukuran kegentingan yang memaksa selalu bersifat multitafsir
ditambah lagi dengan tidak adanya batasan yang jelas tentang pengertian
yang otoriter.8
7
J. Ronald Mawuntu, “Eksistensi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam
Sistem Norma Hukum Indonesia”, (Jurnal Hukum Unsrat, Vol. XIX, No. 5, 2011), hal. 122.
8
Janpatar Simamora, “Multitafsir Pengertian “Ihwal Kegentingan yang Memaksa” dalam
Penerbitan Perppu”, (Mimbar Hukum, Volume 2, Nomor 1, 2010), hal. 68.
5
undangan yang bersangkutan”. Hal ini sesuai dengan kelaziman yang berlaku di
dunia ilmu hukum di mana pun, yaitu kecuali ditentukan lain maka semua norma
hukum mulai berlaku mengikat sejak tanggal ditetapkan atau diundangkan. Hal ini
berlaku juga terhadap Perppu, bahwa sejak ditetapkan atau diundangkan maka
Melihat dari substansi isi Perppu No. 2 Tahun 2017 ini merupakan kelanjutan
harus patuh dan tunduk kepada pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Perppu No. 2 Tahun 2017 ini menegaskan dan bersifat proaktif kepada
faham-faham yang bertentangan dengan pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945.
Menyangkut hal itu, Perppu ini terdiri dari 9 perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013
Kebijakan terhadap proses dan awal pembentukan perppu tentang ormas ini
politik dan para pakar hukum yang mencermati sikap presiden dalam menangani dan
6
menyelesaikan kasus-kasus penodaan, kekerasan, yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat yang saat ini menjadi perhatian dan target pemerintah dalam
membenahi dan menata organisasi masayarakat. Hal ini sangat menunjukan bahwa
2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah, sebagai berikut:
Undang (Perppu)?
Indonesia?
3. Tujuan Penelitian
di Indonesia.
7
Hukum.
(Perppu)
1. Teori Kewenangan
standard umum (semua jenis wewenang) dan standard khusus (untuk jenis
wewenang tertentu).
tindak pemerintah disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah, dan
diperoleh melalui tiga sumber, yaitu: atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan
9
Jimly Asshiddiqie, Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara, (Jakarta: Konstitusi
Pers, 2006), hal. 163.
8
dasar. Kewenangan delegasi dan mandat, meskipun sama-sama diperoleh
melalui pelimpahan, akan tetapi kewenangan yang berasal dari delegasi dan
formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-
negara berhak ikut campur hampir diseluruh bidang kehidupan rakyat, sehingga
yang ada dalam negara tersebut, bahkan hak-hak rakyat yang paling mendasar
Acton. Dengan demikian, moral kekuasaan tidak boleh hanya diserahkan pada
dan dibatasi.11
10
Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Cet. 10, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994),
hal. 78.
11
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD
1945, (Yogyakarta: FH UII PRESS, 2005), hal. 37.
9
Kewenangan Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Paham kedaulatan rakyat atau demokrasi sudah dianut oleh Indonesia sejak
negara ini berdiri.13 Konsekuensi dari paham ini menimbulkan pemilik kekuasaan
yang tertinggi adalah rakyat. Kekuasaan yang sesungguhnya adalah berasal dari
12
Ibid.
13
Jimly Ashidiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta :
Bhuana Ilmu Populer, 2008), hal. 144.
10
Menurut teori ini, Negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya dan bukan
dari Tuhan ataupun raja. Teori ini tidak sependapat dengan teori kedaulatan
yang diajarkan oleh teori kedaulatan Tuhan. 14 Raja yang seharusnya memerintah
rakyat dengan adil, jujur dan baik hati (sesuai dengan kehendak Tuhan) namun
alam pikiran baru yang memberi tempat pada pikiran manusia (Renaissance).
Alam baru ini dalam bidang kenegaraan akan menimbulkan paham baru, yakni
Paham inilah yang merupakan reaksi dari teori kedaulatan Tuhan dan teori
kemudian dapat menguasai seluruh dunia hingga sekarang dalam bentuk mythos
abad ke-19 yang membuat paham kedaulatan rakyat dan perwakilan (demokrasi).
sebab itu kedaulatan yang ada pada pemimpin negara merupakan kodrat alam
yang dimilikinya sejak lahirnya negara. Negara dianggap mempunyai hak yang
tidak terbatas terhadap life, liberty, da property warganya. Warga negara bersama-
negara. Warga negara harus bersedia mengikuti kegiatan bela negara dengan
14
C.S.T Kansil, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hal. 74.
11
segala macam wujudnya termasuk perang dan menyerahkan semua hartanya
walaupun rakyat tidak tahu. Rakyat tidak memiliki kewenangan apa-apa dan tidak
memiliki kedaulatan dalam teori ini. Teori kedaulatan negara hanyalah alat, bukan
yang memiliki kedaulatan. Jadi ajaran kedaulatan negara ini adalah penjelmaan
baru dari kedaulatan raja namun pelaksanaannya tetap pada negara (presiden
atua raja).
Menurut Teori ini adanya Negara itu merupakan kodrat alam, demikian pula
kekuasaan tertinggi yang ada pada pemimpin Negara itu. Adapun kedaulatan itu
sudah sejak lahirnya suatu Negara. Jadi jelaslah, bahwa Negara itu merupakan
bukanlah dari Tuhan ataupun dari raja maupun Negara, akan tetapi berdasarkan
atas hukum, yang berdaulat adalah hukum. Baik pemerintah maupun rakyat
memperoleh kekuasaan itu dari hukum. Ketentuan hukum yang disusun harus
15
Ibid, hal. 74.
12
bukan karena mandat Tuhan. Permasalahan yang sering muncul dalam teori
kedaulatan hukum adalah saat hukum tidak disusun berdasarkan nilai moral
adalah supremasi hukum tidak terwujud, hukum tajam ke bawah namun tumpul
ke atas.
beriringan sebagai dua sisi dari mata uang yang sama. Oleh karena Negara
Demokrasi yang ada saat ini adalah hasil proses politik dengan konfigurasi
politik yang ada. Konfigurasi politik suatu Negara melahirkan karakter produk
tidak lepas dari konfigurasi politik yang berimplikasi pada politik hukum dan
lahirnya peraturan.18 Menurut Prof. Mahfud MD, Politik Hukum adalah “Legal
Policy” atau arah hukum yang diberlakukan oleh Negara untuk mencapai tujuan
16
Jimly Ashidiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun
1945, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2007), hal. 155.
17
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan; dasar-dasar dalam pembentukannya,
(Jakarta : Kanisius, 1998), hal. 131.
18
Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia cet. II (Jakarta : LP3ES, 2001), hal. 9.
13
Negara yang bentuknya berupa pembuatan hukum baru dan mengganti hukum
yang lama. Dalam penafsiran seperti ini hukum harus berpijak pada tujuan
Negara dan system yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Secara otentik
dokumen tujuan Negara dari sistem yang berlaku di Indonesia adalah Naskah
penuntutan hukum.
Ilmu politik hukum itu membedah semua unsur dalam sistem yang unsur-
materi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. 19 Dalam hal ini ilmu politik
hukum bukan hanya mencakup politik hukum dalam arti sebagai arah resmi
tujuan Negara, melainkan juga mencakup latar belakang dan lingkungan yang
menegakkannya.
sistem hukum oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum
merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum
19
Lawrence M. Friedman, A History of American of Law, (New York : 1973); juga dalam
Lawrence M. Friedman, American Law; an Introduction, W, hal. 5-6.
20
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, , 2013, hal.
37.
14
yang paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan
kaidah hukum yang tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegangan pada norma
disusun tampa alasan, Undang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara
bawahnya harus mengacu pada Undang undang dasar 1945. Akibatnya, Undang-
undang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang
15
Peraturan Daerah Provinsi; dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
memaksa” jadi ada unsur paksaan keadaan untuk segera diantisipasi tetapi dalam
koridor hukum yakni melalui Perppu. Dan Perppu tersebut harus segera dibahas
Undang-Undang, jika tidak disetujui oleh DPR maka Perppu itu demi hukum harus
dicabut.24
yangditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. Jadi
24
Ni’matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review (Yogyakarta : UII Press, 2005),
hal. 60.
16
yang telah ditetapkan tidak mampu mengatasi keadaanyang mendesak dan
genting.
Unsur kegentingan yang memaksa harus memiliki ciri umum yaitu : Adanya
krisis dan kemendesakan . Suatu keadaan krisis apabila terdapat gangguan yang
nyata dan menurut nalar dan wajar (Reasonableness) yang apabila tidak diatur
pemerintahan. 25
Menurut Jimly Ashidiqie syarat materiil dalam penetapan Perppu itu ada 3,
yaitu:26
Tidak hanya itu, penerbitan perppu juga telah diatur oleh Mahkah Konstitusi
25
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Pusat Studi Hukum FH UII Kerjasama dengan Gama
Media (Yogyakarta : UII Press, 1999), hal. 60
26
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat (Jakarta : Rajawali Pers, 2007), hal. 282.
17
parameter adanya “kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk menetapkan
Perppu, yaitu: 27
Materi apa saja yang dapat dimuat dalam perppu tentunya tergantung
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat saja ditentukan oleh perppu
itu sepanjang hal itu dimaksudkan untuk menghadapi keadaan darurat guna
27
Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009
28
Jimly Ashidiqie, Op. cit. hal. 12-13,
18
D. Analisis Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2
pembaharuan dan cerminan masyarakat. Politik hukum dalam arti sempit sering
diartikan Legal Policy. Politik hukum dalam arti Legal Policy merupakan garis
resmi Negara tentang hukum yang akan diberlakukan dan tak akan diberlakukan
(membuat yang baru dan mengganti yang lama), untuk mencapai tujuan Negara,
dan disini peran hukum untuk mencapai tujuan Negara. Politik hukum merupakan
alat atau sarana dana langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
Pijakan dasar dalam politik hukum adalah cita-cita bangsa dan tujuan Negara
setiap karakter produk hukum akan ditentukan dan diwarnai dengan perimbangan
kekuatan atau konfigurasi politik yang melahirkannya. Hal ini merupakan suatu
fakta dimana setiap produk hukum adalah suatu Pengambilan suatu keputusan
(decision making) yakni keputusan politik sehingga dilihat bahwa hukum adalah
29
C.F.GSunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Suatu Sistem Hukum Nasional, (Alumni :
Bandung, Tahun 1991). hal.1.
19
kristalisasi dari setiap pemikiran politik yang berinteraksi diantara kalangan pejabat
ataupun politisi.
tidak bersifat kumulatif dalam proses pembentukan perppu no. 2 Tahun 2017 ini
dapat dikatakan dan melihat dengan kondisi Negara yang mungkin masih dalam
hak dan subjektifitas presiden dan ini yang menjadi persoalan bagi DPR dalam
apakah Perppu No. 2 Tahun 2017 diterbitkan untuk membubarkan HTI yang
20
Indonesia?. Pembubaran Hizbut Tahir Indonesia (HTI) yang semakin didekatkan
Indonesia. Sebab, melihat substansi pasal perpasal perubahan dari isi perppu ini
bersifat multitafsir, yakni target dan tujuannya tidak hanya menyasar kepada
Selain itu konfigurasi politik ini juga terlihat pada lanjutan sidang yang akan
dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menyetujui dan atau
menolak perppu ini. Dengan dua pilihan menyetujui ataupun menolak perppu ini
merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam hubungannya dengan politik
hukum suatu kebijakan dua lembaga dengan tugas dan wewenang yang berbeda.
Dapat kita lihat dengan seksama secara menyeluruh point konsideran dalam
organisasi kemasyarakatan yang didasarkan pada pancasila dan UUD NRI Tahun
21
bangsa Indonesia terlepas dari latar belakang etnis, agama, dan kebangsaan
dan bahkan secara factual terbukti ada asas organisasi kemasyarakatan dan
kegiatannya bertentangan dengan pancasila dan UUD NRI Tahun 1945; dan yang
sangat luar biasa dalam pengambilan keputusan tanpa melalui suatu proses
hukum yang baik dalam suatu Negara yang berdasarkan atas hukum yang
sebagaimana acuan bangsa dan Negara Indonesia dalam tertib berhukum sesuai
dengan pasal 1 Ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”.30
30
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 3
22
Bagir manan mencatat, dalam praktiknya dalam “hal ikhwal kegentingan
yang memaksa” tidak sekadar diartikan dengan adanya bahaya ancaman atau
baru terjadi pada saat perppu itu dibenarkan atau disahkan oleh DPR berdasarkan
ketentuan pasal 22 UUD NRI tahun 1945 dan diungkapkan dalam posisi DPR
reses.33
konstitusi, tetapi ada syarat konstitusional yang harus dipenuhi presiden dalam
“hal ikhwal kegentingan yang memaksa”. Dalam pandangan ALLF Van Dullemen
darurat yang dilakukan, kedua tindakan itu diperlukan karena tidak bisa digantikan
dengan tindakan yang lain, ketiga tindakan tersebut bersifat sementara dan
terakhir ketika tindakan diambil parlemen tidak bisa secara nyata dan sungguh-
31
Bagir Manan, Ibid, hal. 155.
32
Wirjono Prodjodikoro, Asas Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : Tahun 1970), hal. 23.
33
Jimly Ashidiqie, Ibid, hal. 23.
34
AALF Van Dullemen, Staatnoodrecht en Democratie, (Deen Hag University Of Amsterdam,
Nedherlands :Tahun 1947), hal. 155.
23
memaksa : 1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan yang mendesak untuk
Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang-
sejatinya cukup dan sangat jelas menjelaskan bagaimana posisi Perppu No. 2
Tahun 2017 tersebut secara formil dan materiil. Dari teori politik hukum yang telah
mengeluarkan perppu ormas ini secara politik hukum mengabaikan prinsip aspek-
apalagi perppu menajadi salah satu norma yang daya ikatnya setara dengan
pemerintah tidaklah tepat dalam mengeluarkan perppu ormas yang dimana dalam
data dan fakta ormas yang terbentuk danterdaftar secara hukum di Indonesia
internasional dengan landasan dan dasar untuk menguatkan Hak Asasi Manusia
24
Membahas lebih detail mengenai norma Perppu tersebut, pemerintah
melakukan jalan pintas untuk ruang lingkup pengaturan ormas, dan juga telah
melakukan pemutusan rantai dalam proses berhukum yang baik dan benar (Due
atau yudikatif. Hal demikian itu sangat jelas dalam pemakaian penggunaan asas
(1) Ormas yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan
Pasal 51 dan Pasal 59 ayat (1) dan ayat 92) dijatuhi sanksi administratif; dan
Pasal (2) Ormas yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 dan 59 ayat (3) dan (4) dijatuhi sanksi administratif dan/sanksi pidana yang
ancaman hukumannya pidana penjara seumur hidup dan atau pidana penjara
Ketentuan pasal 61 Perppu Nomor 2 Tahun 2017 ini berbunyi ; (1) Sanksi
badan hukum. lalu, dalam ormas yang tidak taat saat diberikan sanksi administratif
dari waktu yang ditentukan oleh Perppu ini dan menteri hukum dan HAM sesuai
35
Pasal 60 dan Pasal 61 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang no. 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 13 tahun 2017 Tentang Organisasi Kemayarakatan.
36
Pasal 82A Ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2 Tahun 2017
Tentang Peruhan Undang-undang no. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
25
dengan kewenangannya dalam perppu ini dapat menjatuhi sanksi penghentian
kegiatan, maka menteri dapat melakukan pencabutan status badan hukum dari
ormas tersebut dan dinyatakan bubar tanpa ada perlawanan di luar atau didalam
Hukum dan HAM yang ditugasi dalam hal pemberian dan pencabutan izin ini
ketidakpastian hukum yang dimana menjadi tujuan dari Negara hukum itu sendiri.
Tahun 1945 telah menegaskan lebih lanjut terhadap pembubaran partai melalaui
26
Pasal dalam Perppu ini terbukti telah mendiskreditkan norma-norma yang
E. Penutup
1. Kesimpulan
Dari kesimpulan dan hasil dari penelitian ilmiah yang telah penulis temukan
dalam politik hukum Pembentukan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 bahwa Perppu ini
masih sangat jauh dari parameter unsur-unsur dan aspek dalam proses
membentuk dan menetapkan Perppu Nomor 2 tahun 2017 merupakan salah satu
Penafsiran asas hal ikhwal kegentingan yang memaksa, penetapan Perppu No. 2
27
stabilitas keamanan, stabilitas politik, dan stabilitas hukum dalam mengatur dan
mengelola problematika ormas yang dihadapi Negara dewasa ini. Perppu tersebut
tertentu yang menyimpang dengan ideologi Negara seperti organisasi yang tujuan
dan anggaran dasar dari organisasi tersebut bertentangan dengan UUD Negara RI
Tahun 1945. Perppu ini juga menjadi salah suatu alat bagi pemerintah yang
2. Saran
menganalisa dengan baik terkait dengan unsur hal ikhwal kegentingan yang
memaksa sebagai dasar dikeluarkannya perppu secara objektif sehingga tidak ada
dibentuk oleh presiden, sebaiknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memiliki
28
Dalam perkembangannya sebaiknya pemerintah menjadikan hal ini sebagai
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara Darurat, Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Atmosudirjo, Prajudi. Hukum Administrasi Negara, Cet. 10, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1994.
30
Hartono, C.F.G Sunaryati. Politik Hukum Menuju Suatu Sistem Hukum Nasional, Alumni
Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo, , 2013.
Huda, Ni’matul, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review. Yogyakarta : UII
Press, 2005.
Kansil, C.S.T. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.
Kelsen, Hans “Teori hukum murni-dasasr-dasar ilmu hukum normative” terjemahan The
Media,bandung, 2010.
M. Friedman, Lawrence, A History of American of Law, New York : 1973. ; juga dalam
Mahfud MD, Moh. Politik Hukum di Indonesia cet. II, Jakarta : LP3ES, 2001.
Manan, Bagir. Lembaga Kepresidenan, Pusat Studi Hukum FH UII Kerjasama dengan
Prodjodikoro, Wirjono, Asas Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta : Tahun 1970.
Undang dalam Sistem Norma Hukum Indonesia”, Jurnal Hukum Unsrat, Vol. 19,
No. 5.
31
Noerdajasakti, Setiawan, (2016). “Law And Human Right Issues 1 Capital Punishment
http://nasional.kompas.com/read/2017/07/18/06060071/perppu-dinilai-lebih-demokratis-
dari-uu-ormas-ini-alasannya.
undangan
Kemayarakatan.
32