Anda di halaman 1dari 10

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

NON BANK

OLEH :

CITRA MAWAR INDAH RHAMSY


196602061

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU

EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI

2019
A. Pengertian Bank Menurut Para Ahli
 Menurut Prof. GM. Verrijin Stuart
Arti bank menurut Verrijin Stuart adalah suatu badan usaha yang bertujuan
memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau
dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan
mengedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral.
 Menurut Thomas Suyatno
Definisi bank menurut Thomas Suyatno adalah suatu badan yang tugas
utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan
kredit pada waktu yang ditentukan.
 Menurut Kuncoro
Definisi bank menurut Kuncoro adalaha lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebtu
ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang.
 Menurut Dr. B.N.  Ajuha
Pengertian bank menurut Ajuha adalah tempat menyalurkan modal dari
mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan kepada mereka
yang dapat membuatnya dapat lebih produktif untuk dapat keuntungan
masyarakat.
 Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Pengertian bank menurut Hasibuan adalah badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk aset keuangan serta bermotif profit juga sosial, jadi
bukan hanya mencari keuntungan saja.
 Menurut Pierson
Ahli ekonomi Belanda, Pierson, mengemukakan pengertian bank adalah
badan atau lembaga yang menerima kredit, menerima simpanan dari
masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan, yang
kemudian dikelola dengan cara menyalurkannya dalam bentuk investasi dan
kredit kepada badan usaha swata atau pemerintah.
 Menurut Gunarto Suhardi
Pengertian bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan
menyimpan dana-dananya
 Menurut Sulad S. Hardanto
Definisi bank menurut Sulad S. Hardanto adalah sebuah institusi yang
memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan
pinjaman, dan menerima serta menerbitkan cek.
 Menurut Rachmadi Usman
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang melayani kepentingan
masyarakat dalam segala bentuk transaksi yang menyangkut kepentingan dari
pihak yang memakai jasa bank, dengan tanpa mengabaikan keuntungan bank
baik secara langsung maupun tidak.
B. Sejarah Bank
Bank Indonesia berdiri pada tahun 1960-an dimana pada masa itu Bank
Indonesia difokuskan sebagai sarana untuk pemulihan perkonomian dengan
tugas untuk menstabilkan dan merehabilitasi perekonomian yang
berkonsentrasi pada pengendalian Inflasi, penertiban Bank swasta Nasional
dengan sasaran untuk mengurangi Jumlah Bank Swasta Nasional yang pada
saat itu sangat banyak dan lemah serta memperkuat Bank Yang inin
melanjutkan kegiatannya, meningkatkan Mobilisasi dana masyarakat guna
menopang pembiayaan pembangunan.
Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini
memiliki nama lain De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia
Belanda. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan
jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Pada tahun 1828 De
Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank
sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.
Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan
pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank
sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan,
dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting
lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank
komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang
mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah
dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas
pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah
sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat.

C. Jenis-Jenis Bank
1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang-undang
nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran
uang, mengatur pengarahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur
perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan percetakan /
penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank Indonesia
adalah satu-satunya bank sentral sebagai pusat dari seluruh bank yang ada
di Indonesia.
Tugas Bank Sentral :
 Melaksanakan dan menetapkan
kebijakan moneter.
 Mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran.
 Mengatur dan mengawasi
kerja bank-bank.
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika
undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009.
Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam
merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya
sebagaimana ditentukan dalam undang- undang tersebut. Pihak luar tidak
dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank
Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi
dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan
yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih
efektif dan efisien.
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai
satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan
terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada
perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
2. Bank Umum
Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.
9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang
diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Dengan demikian
bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai
layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi
seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam
berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan, jual beli valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi,
jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain
sebagainya.
Tugas Bank Umum:

 Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada


masyarakat dalam bentuk pinjaman.
 Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien
dalam kegiatan ekonomi.
 Menciptakan uang melalui pembayaran kredit dan investasi.
 Menyediakan jasa dan pengelolaan dana dan trust atau wali
amanatan kepada individu dan perusahaan.
 Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
 Memberikan pelayanan penyimpanan barang berharga.
 Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek
perjalanan,ATM, transfer dana dan lainnya.

3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah,
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan
kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima simpanan giro,
kegiatan valas, dan perasuransian.
Berikut usaha yang dapat dilaksanakan oleh BPR:

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan


berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah,sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI),deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada
bank yang lain .
4. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya
1) Bank Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank dimana baik akta pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan
bank dimiliki oleh pemerintah juga. Contohnya: Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Mandiri, dan
Bank Negara Indonesia (BNI).
Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di
daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Sedangkan
bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I
dan tingkat II. Contoh bank pemerintah daerah adalah BPD DKI
Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur,
BPD Sumatera Utara, BPD Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan,
dan BPD lainnya
2) Bank swasta nasional
Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
swasta nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta,
begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh
bank milik swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank
Central Asia, Bank ICB Bumiputera Indonesia, Bank
Danamon Indonesia, Bank Mestika Dharma, Bank Mayapada
Internasional, Bank Internasional Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
Bank BNI Syariah, Bank Sinarmas, dll
3) Bank Koperasi
Bank Koperasi adalah cooperative bank yaitu bank yang
berbentuk badan hukum koperasi; seperti halnya dengan koperasi,
modal bank koperasi juga diperoleh dari simpanan wajib dan
simpanan sukarela anggotanya.
4) Bank campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas
dimiliki oleh warga negara Indonesia. Berdasarkan Direktori
Perbankan Indonesia bank campuran yang ada saat ini adalah:
 Bank Agris
 Bank ANZ Indonesia
 Bank BNP Paribas Indonesia
 Bank Capital Indonesia, Tbk
 Bank Chinatrust Indonesia
 Bank Commonwealth
 Bank DBS Indonesia
 Bank KEB Indonesia
 Bank Maybank Syariah Indonesia
 10. Bank Mizuho Indonesia

 Bank Rabobank International Indonesia


 Bank Resona Perdania
 Bank Sumitomo Mitsui Trust Bank Limited
 Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk.
 Bank Woori Indonesia

5) Bank Asing
Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh
pihak luar negeri. Saat ini ada 10 Kantor Cabang Bank Asing (KCBA)
yang tercatat di direktori perbankan Indonesia.
KCBA tersebut terdiri dari :
 Bank of America, N.A
 The Royal Bank of Scotland N.V
 Bangkok Bank Pcl, Citibank N.A
 The Hongkong & Shanghai B.C (HCBC)
 Ltd, Bank of China Limited
 Deutche Bank Ag, JP
 Morgan Chase Bank, N.A
 The Bank of Tokyo- Mitsubishi UFJ Ltd
 Standard Chartered Bank.

5. Dilihat Dari Segi Status


Pengklasifikasian ini berdasarkan kedudukan atau status bank
tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan
bank dalam melayani masyarakat baik dari jumlah produk, modal,
maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh
status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteris tertentu.
Status bank yang dimaksud adalah:

1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri,
traveller cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan
transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini
ditentukan oleh Bank Indonesia.
2) Bank Non-Defisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa.
Jadi bank non-devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan
transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan
transaksi dalam negeri saja.
6. Jenis Bank Berdasarkan Operasionalnya
1) Bank Konvensional
Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
“berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman.
Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang
dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode
bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai
secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan
mengeluarkan produk- produk untuk menyerap dana masyarakat
antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro;
menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara
mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja,
kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan
antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-
jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat,
penjamin emisi, dan perdagangan efek. Bank konvensional dapat
memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari :
 Nasabah berupa rekening giro
 Deposit on call
 Sertifikat deposito
 Dana transfer
 Saham
 Obligasi
Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar.
Pendapatan bank tersebut, kemudian dialokasikan untuk cadangan
primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi. Bank
konvensional contohnya bank umum dan BPR.
2) Bank Syariah
B a n k s y a r i a h adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
(UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal 1).
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa
menggunakan embel- embel Islam, karena adanya kekhawatiran
rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan
fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El
Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit
sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.
Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah
berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang
tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar
berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara
langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang
didapat dengan para penabung.
Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an.
Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam
operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan
ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API),
untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap
kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem
perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis
mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor
perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem
perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank,
serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang
beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam
bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta
layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan
yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem
perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh
golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Kegiatan bank
syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda
dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank syariah
didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan
dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang
akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima
penyimpan. Prinsip-prinsip bank syariah secara umum adalah
melarang melakukan transaksi yang mengandung unsur-unsur riba,
maisir, gharar, dan jual beli barang haram. Prinsip bank syariah
ini diterapkan untuk mencapai tujuan sesuai jalur syariah.
Setidaknya ada 11 macam prinsip bank syariah, yaitu Mudharabah,
Musyarakah, Wadi’ah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Qardh,
Rahn, Hiwalah/Hawalah, dan Wakalah.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008,
maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin
memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat.

D. Landasan Operasional Bank


Landasan operasinal yang digunakan oleh Bank Konvensional dan Bank
syariah ialah sebagai berikut :
1. Bank Konvensional
Landasan operasional yang digunakan oleh Bank Konvensional adalah
menggunakan system perhitungan bunga kredit atau pinjaman (invest
note), sedangkan yang dimaksud dengan bunga ialah sebagai balas jasa
yang diberikan bank kepada nasabah karena membeli atau menjual
produknya, atau dengan kata lain bahwa bunga itu sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah karena memiliki simpanan dan harga yang
harus dibayar oleh nasabah kepada bank karena nasabah sebagai pihak
peminjam atau debitan.
2. Bank Syariah
Landasan Operasional yang digunakan oleh Bank Syariah adalah :
 Menghindari riba, karena memang riba mengandung ketidak-adilan
dan dapat merusak prinsip kemitraan.
 Memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan.
 Pembiayaan hanya dilakukan terhadap aktivitas ekonomi maupun
kebutuhan nasabah lainnya yang disamping bankable, juga tidak
bertentangan dengan syariah.
 Tidak membenarkan transaksi spekulatif (maysir), jual-beli atas suatu
barang yang belum dimiliki (garar) dan jual-beli bersyarat
(mengandung unsur riba).
 Dalam berinteraksi dengan nasabah, bank syariah memposisikan diri
sebagai mitra investor dan pedagang, bukan dalam hubungan lender &
borrower sebagaimana yang berlaku pada bank konvensional.
 Akad transaksi yang sudah disepakati dengan nasabah tidak akan
mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya, walaupun misalnya
terjadi gejolak moneter.

Anda mungkin juga menyukai