Anda di halaman 1dari 7

Hari, Tanggal: 24/03/2020 : Rabu, 01/04/2020

Mata kuliah/Sks : SPI/2 sks


Prodi/Sem/Kelas : PPKn/6/A.B
Tema/Topik : 1. Pengertian Sistem Politik Indonesia (tambahan materi
pertemuan ke 3)
2. Budaya Politik Indonesia
Dosen : Supriyadi

Assalamu’alaikum ww

Para Mhs Peserta MK SPI Tercinta,


Selamat berjumpa, Salam SPI !

Kita akan pelajari dua Topik :


1. Sistem Politik Indonesia:
Kita akaan pelajari dari awal, pengertian sistem politik; dan Pengertian Sistem Politik Indonesia
(SPI dan SP di Indonesia).
Topik I sebagai materi tambahan dari perkuliahan sebelum perkuliahan on line, karena materi
topik satu sangat penting sebagai pengetahuan dasar mata kuliah ini, walaupun sebenarnya
materi ini sudah dibahas pada mata kuliah Ilmu Politik di semester2. Topik-topik berikutnya
selalu memiliki relasi dengan topik ini.
2. Budaya Politik (Topik II) :
Pengertian dasar (teoritis), sebenarnya juga sudah dipelajari di semester 2.
Budaya politik masyarakat sistem politik Indonesia

Topik I
Konsep Sistem Politik

Kita sudah belajar tentang “sistem politik”, pengertiannya, dan unsur-unsur atau” struktur-
struktur” serta”fungsi- fungsi” politiknya. Soal-soal yang telah anda kerjakan pada pekan yang lalu,
ada yang menjawab dengan benar, ada yang belum sepenuhnya benar. Terlepas dari benar atau
salah jawaban yang anda tulis, ada poin yang sangat penting, yakni bahwa (1) setiap “sistem politik”
memiliki struktur politik (supra dan infra) dan fungsi-fungsi politik (input dan output). Fungsi-fungsi
politik melekat pada strukturnya. Ketika struktur dan fungsinya itu bekerja, berarti ada “proses
politik”. Proses pengertiannya adl. aktifitas yang berlangsung secara terus menerus, jika berhenti
berarti tidak ada proses.
Proses politik dimulai dari berfungsinya struktur politik yang ada dalam masyarakat paling
bawah. Warga masyarakat menerima informasi dan pengetahuan politik (fungsi sosialisasi) melalui
komunikasi sesama warga atau dengan struktur lainnya (fungsi komunikasi politik). Warga yang
pengetahuannya tinggi bisa terpilih menjadi tokoh, menjadi wakil warga lainnya, dan bahkan bisa
terpilih untuk dicalonkan sebagai pemimpin atau pejabat politik dan pemerintahan (Ia direkrut atau
diseleksi, disebutfungsi rekrutman politik). Dari struktur bawah, bila ada gagasan2, aspirasi, ada
kepentingan2 politik maka kelompok2 masyarakat, termasuk kelompok mahasiswa, atau yang lain
dapat mengutarakannya atau di sebut mengartikulasikan kepenringan (Fungsi Artikulasi Kepentingan
melekat pada struktur politik Kelompok Kepentingan, bisa juga pada Pressure Group atau kelompok
kepentingan yang melakukan penekanan). Dalam suatu sistem politik terdapat banyak sekali
kelompok kepentingan, kelompok ini biasanya dihimpun oleh partai politik. Contoh oganisasi Buruh,
kelompok pemuda Ampi, PNS/Korpri, serikat pekerja, kelompok Tani, dsb dihimpun sebagai bagian
pendukung partai Golkar. Partai politik-partai politik kemudian mengagregasikan (menggabung-
gabungkan banyak gagasan, ide, aspirasi, tuntutan, dukungan, dsb yang berasal dari masyarakat,
biasanya melalui kelompok2 kepentingan, dipadukan dan dirumuskan untuk menjadi usulan
kebijaksanaan (fungsi agregasi kepentingan). Selanjutnya wakil-wakil partai politik di DPR membawa
usulan-usulan (input) kebijaksanaan untuk diajukan melalui perdebatan di lembaga legislatif (DPR).
Struktur politik legislatif ini yang fungsinya mengubah usulan (input) menjadi output berupa
kebijaksanaan, yang bentuknya berupa Undang2 (DPR menjalankan fungsi rule making). UU yang
sudah diputuskan/disahkan DPR diberikan kepada Presiden (badan Eksekutif) untuk dijalankan
(fungsi rule application) dan diberikan kepada badan Yudikatif (Mahkamah Agung) untuk diawasi
pelaksanaanya (fungsi rule adjudication). Demikian proses politik berjalan dalam suatu sistem politik,
(dikaji dengan menggunakan teori sistem).
 Perhatikkan Bagaan Sistem Politik di bwah ini:
Sistem politik, budaya politik, struktur2 dan fungsi2 politik. Lihat dan perhatikan secara teliti bagan di bawah :
1. Negara sebagai sistem social dalam arti luas (sistem yang besar), memiliki sistem2 yang lebih keecil, sistem
ekonomi, sistem social dalam arti sempit; agama, pendidikan) daan salah satunya adalah sistem politik.
2. Sistem politik digambarkan dalam lingkaran biru.
3. Dalam sistem politik terdapat komponen-komponen sistem, berupa struktur2 politik supradan infra struktur
politik.
4. Supra struktur, ada Legislatif, Eksekutif, Yudikatif (struktur formal karena diatur dalam konstitusi atau UUD)
5. Infra struktur politik adalah struktur2 yang menjakankan fungsi2 kekuasaan yang terdapat pada masyarakat
politik. Parpol, dan kelompok2 yangpinya kepentingan kekuasaan (politik)
6. Fungsi2 politik terdiri atas fungsi inputdan fungsi output. (sudah dipelajari minggu yg lalu)
7. Proses politik, proses adalah suuatu aktifitas yang berjalan secara terus menerus. Proses berlangsung karena
struktur2 politik menjalankan fungsi2nya.
8. Dalam masyarakat berlangsung komunikasi baik dari atas kebwah maupun sebaliknya. Kebijakan2 penguasa
dikomunikasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat patuh, dsb. Partai politik menjadi jembatan yang
mengantarkan komunikasi baik ke atas maupun ke bawah. Fungsi sosialisasi politik atau bisa disebut sebagai
pendidikan politik. Fungsi recrutmen politik, dimaksudkan mencari orang2 siapa sekiranya yang bisa lolos seleksi
untuk menduduki jabatan2 politik, caleg, ca.. ca.. lainya. Biasanya kelompok2 kepentingan bersuara Fungsi
artikulasi kepentingan), partai politik juga menampung suara2 dari masyarakat, individu maupun kelompok,
kemudian menggabung-gabungkan pendapat sana, pendapat sini (fungsi agregasi kepentingan).
9. Aspirasi2 yang bisa ditangkap dari masyarakat dirumuskan partai politik, kemudian diperjuangakn dibawa ke
badan Legislatif unduk didiskusikan, diperdebatkan dan diputuskan. Di sini input akan/diubah menjadi output,
yakni kebijakan beurpa undang-undang (fungsi Rule making). UU kemudian diserahkan kepada Eksekutif untuk di
jalankan (Rule Application) dan diterima badan Yudikatif untuk ditegakkan, diawasi pelanggraannya (fungsi Rule
Adjudication.
10. Sementara itu, warga masyarakat sistem politik memiliki nilai2, norma2, orientasi, sikap2 dan kecakapan politik
sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya masing2. Ada yang setia, dan yang tidak setia dengan sistem
politiknya. Ada yang berpengetahuan luas tentang politik, ada yang bego nggak ngerti blas tentang politik,
tahunya amplop, dsb. Itulah persoalan2 budaya politik mereka.
11. Sistem politik memiliki juga ideology politik, yaitu paham yang dianut sistem politik sebagai pedoman dalam
bersikap dan bertindak penguasa dan masyarakatnya. Di Indonesia ada Pancasila. Tetapi perlu ditelusuri, selain
Pancasila sebagai ideology besar terdapat ideologi kecil dalam ideology besar itu. Ideologi atau paham2 itu di
anut oleh masyarakatnya, bia individu2nya, bisa kelompok2nya. Ideeologi PDIP berbeda dengan ideology PKS, dll.

Bagan: Negara dan Sistem Politik

Sistem Politik Negara Sistem Ekonomi,

Sistem Sosial,
Klp Kepentingan2
(Artikulasi Kepentingan)
dll

Budaya Politik: ada


dalam masy.
Sistem politik

Dalam Masy. Politik. Parpol2


ada Fungsi2: (Agregasi Kepentingan)
Sosialisasi Politik Struktur2 Politik :
Komunikasi Politik Supra (L, E, Y)
Recrutmen Politik dan Infra ( Parpol
dan Klp Kept)
Yudikatif
Rule Adjudication

Fungsi2 Politik
Legislatif (Input an Output)
Rule Making

Eksekutif
Rule Application

Kita bisa melihat sejarah politik Indonesia, tokoh2 politik Indonesia di tahun sebelum kita lahir
di dunia ini, kelompok2 kepentingan, seperti gerakan mhs tahun 1966, 1974, 1978, 1998, dsb., ,
partai-partai politik, militer dengan dwi fungsi ABRI, dll, golongan ulama, kelompok buruh, dsb
memainkan peran politiknya sesuai fungsi-fungsi politik memperjuangkan tuntutan-tuntutan dan
dukungan-dukungan politik adalah bagian dari proses politik fungsi input. Di sisi lain apa respon
yang ditunjukkan pihak penguasa, sebagai bagian fungsi outputnya ? Apa kebijakan-kebijakan
eksekutif, presiden2 Indonesia, para legislator (DPR/MPR/DPD- di tingkat pusat kekuasaan), para
jaksa dan hakim, sebagai bagian fungsi yudikatif. Kalau kita membaca sejarah politik Indonesia,
tampak sekali bahwa fungsi input selalu sangat besar, tetapi tidak diikuti produktifnya fungsi output.
Masukan banyak tetapi kebijakan-kebijakan pemerintah sangat minim tidak memadai tuntutan-
tuntutannya. Ada usul/masukan ditampung, ditampung lagi, tidak menjelma menjadi kebijakan,
begitu selalu terjadi, terlalu banyak input lama-lama menggelembung, proses politik macet, sistem
tidak kuat lalu meledak, terakhir 1998 terjadi ledakan besar......, sistem politik ini harus di ubah,
sistem lama “usang” ganti saja dengan sistem politik yang baru, lahirlah periode sistem politik
“reformasi”, konstitusinya di ubah,  Amandemen UUD 1945.
Agar suatu sistem itu bisa hidup perlu energi. Dmk pula sistem politik, sistem itu akan hidup
bila memang memiliki kemampuan dan daya tahan (disebut: kapabilitas sistem politik) untuk hidup.
Kapabilitas sistem sebagai penopang hidupnya sistem politik dapat diidentifikasi, meliputi
kemampuan/kapabilitas2: (1) ekstraktif (SDA dan SDM); (2) Distributif (sumber daya diolah,
kemudian didistribusikan untuk masyarakatnya); (3) Regulatif (kemampuan mengatur/mengawasi);
(4) Kapabilitas Simbolik (bagaimana simbol2 sistem politik mengalir pada lingkungannya); (5)
Kapabilitas Responsif (kemampuan daya tanggap sistem dalam merespon hubungan input dan
output); dan (6) Kapabiltas interaksi dengan lingkungan domestik dan internasional.
Kehidupan sistem politik merupakan aspek dinamis suatu sistem politik. Ada sistem politik,
pertanyaannya, sistemnya hidup atau mati ? Apa pengertian kehidupan sistem politik itu ? Mana
yang pengertiannya lebih luas pengertian sistem politiknya atau pengertian kehidupan politik ?

Kehidupan politik

Sistem
Negara Politik

Kemudian, kita sudah pahami bahwa suatu sistem politik ada dalam suatu negara, karena dalam
suatu negara terdapat sistem-sistem yang lain selain sistem politik. Maka sistem politik hidup
berdampingan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dalam arti sempit, sistem hukum, dan sistem
lainnya. Artinya sistem politik memiliki faktor lingkungan berupa sistem-sistem selain sistem politik
itu sendiri. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam negara itu (lingkungan domestik), bisa juga
berasal dari negara lain (lingkungan internasional). Apakah wabah penyakit korona (Covid 19)
mempengaruhi sistem politik Indonsia ? Dari lingkungan mana wabah korona berasal ? Untuk
memahami tentang sistem politik hubungannya dengan lingkungannya, silakan diperdalam sendiri,
bisa baca buku Perbandingan Sistem Politik, tulisan p. Mochtar Mas’oed dan Collin McAndrew atau
buku lainnya.
Kembali pada posisi sutau sistem politik, kita dapat melihat bhw dalam sistem politik terdapat
struktur2 kekuasaan, yakni (1) Rakyat (yaitu warga masyarakat sistem politik sebagai keseluruhan
suatu negara, sifatnya kolektif, bukan perorangan) sebagai pihak yang dikuasai; dan (2) Penguasa
atau pemerintah yakni beberapa, atau sekelompok orang yang dipercaya dan memiliki wewenang
untuk mengendalikan atau mengatur organisasi kekuasaan (sistem politik). Kedua duanya (rakyat
dan penguasa) adalah manusia-manusia yang hidup dan berakal, sehingga mereka memiliki
keinginan, motivasi, kehendak, sikap, tindakan, kepentingan, dsb. untuk hidup bersama mencapai
tujuan atau cita-cita bersama (common good). Keduanya memiliki perilaku (pikiran, sikap, dan
perbuatan) politik, yakni untuk hidup bersama. Mencapai tujuan “hidup bersama” adalah pengertian
mendasar atau hakekat “politik” itu sendiri. Manusia memiliki kodrat untuk itu (Zoo on politicon)
yakni bahwa manusia adalah binatang politik. Perilaku politik penguasa berbeda dengan perilaku
politik warga masyarakat sistem politiknya. Penguasa itu mengatur, mengendalikan (menguasai),
sedang perilaku warga masyarakat sistem politik itu yang dikuasai atau diatur.
Pengertian Sistem Politik Indonesia (SPI) dan Sistem Politik di Indonesia (SPdi I) sudah
dikuliahkan (di sini tidak perlu diuraikan lagi).

Topik II Budaya Pilitik


Guna menjamin tertib dan tercapainya tujuan bersama sistem politik, maka diperlukan norma,
kaidah, atau aturan. Aturan yang sifatnya mendasar kita kenali dengan sebutan konstitusi. Dalam
sistem politik yang demokrasi, yaitu sistem politik yang dibangun berdasar keinginan segenap
rakyatnya, baik kepemimpinannya, kebijaksanan2nya, dan tujuan bersamanya. Berbeda dengan
negara atau sistem politik yang monarkhi, asal kekuasaan bukan dari rakyatnya. Dalam paham
“kekuasaan jawa” kekuasaan adalah “pulung” atau wahyu yang berasal dari Tuhan.
Pada setiap sistem politik terdapat nialai-nilai dan norma-norma yang berlaku untuk
tercapainya kehidupan bersama. Perilaku-perilaku poltik penguasa (pemerintah) dan rakyatnya
didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma itu. Pada sistem politik yang demokrasi di situ ada
konstitusi. Konstitusi menjamin dan melindungi warga masyarakat sistem politik, juga membatasi
perilaku penguasa untuk tidak menjalankan kekuasaan seenaknya. Kebebasan warga dilindungi,
diatur agar perbuatan2 mereka tidak saling bertabrakan satu dengan lainnya. Begitu pula
penguasanya diatur dengan konstitusi agar menjalankan kekuasaan dengan lurus tidak
menginjak/melanggar garis laulintas kekuasaan yang ditetapkan rakyatnya. Studi tentang sistem
politik, antara lain perlunya melihat persoalan “bagaimana masyarakat politik memegangi nilai dan
norma yang ada dalam sistem itu sebagai pedoman bertingkah lakunya” ?. Artinya, kita akan
membahas budaya politik masyarakat suatu sistem politik. Apa pengertian budaya politik ?
Jawabnya, budaya politik adl pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik
yang dihayati oleh para anggota sistem politik. Jadi singkat kata, budaya politik itu berkenaan
dengan perilaku politik warga atau anggota sistem politik.
Untuk memperdalam pemahaman, ada pertanyaan:
 Berbeda atau sama kah budaya politik orang-orang pedesaan yang tidak pernah sekolah
dibanding dengan budaya politik para tokoh mahasiswa dan kaum intelektual ? (Anda masuk
yang mana ?

Budaya politik bisa sebagai nilai-nilai, norma, paham atau ideology, perilaku (persepsi, pemikiran,
sikap, orientasi, dan tindakan) politik, dsb. Para politisi memiliki persepsi, pengetahuan, dan
pengalaman politik yang berbeda dengan para petani dipedesaan yang tidak pernah sekolah.
Bagaimana perilaku mereka ketika akan mencoblos partai dan calon pilihannya dalam pemilihan
umum, berbeda atau sama pertimbangannya ? Apa kiranya pertimbangan seseorang yang akan
memilih/mencoblos ?, hanya sekedar amplop 50.000 an ? dan sebagainya adalah pertanyaan2
berkaitan dengan budaya politik.
Studi tentang budaya politik, akan memahamkan kita mengenai “peradaban politik”. Pada
masyarakat tradisional persoalan kekerabatan (family ties), menjadi penting untuk dijadikan
pemimpin. Figur, kharisma, kebaikan hati, kedekatan berinteraksi dengan seseorang menjadi
pertimbangan utama dalam memilih para pemilih emosional, berbeda halnya dengan pertimbangan
masyarakat modern (misal: kaum akademisi/intelektual, tokoh mahasiswa yang intelektual, ulama
intelektual, negarawan, dsb.) akan menjadikan kompetensi, achievement atau prestasi sebagai
pertimbangan utama par pemilihrasional. Pertanyaannya, anda masuk yang mana, amplop 50.000 an
kah ?. Begitu juga perilaku-politik masyarakat dalam membuat keputusan bersama, lebih
mentingkan figur, tradisi, ataukah lebih berdasar pertimbangan2 rasional obyektif ? Tidak sedikit
masyarakat membuat keputusan yang sebenarnya tidak sesuai aspirasi, dan keinginannya tetapi
dikalahkan oleh kehendak figur tokoh tertentu, dan tradisinya. Kapan masyarakatnya mau maju, Ini
salah satu studi tentang budaya politik.
Studi ini bisa diperluas, ada banyak hal dbicarakan dalam tema budaya politik ini. Masyarakat
itu punya perilaku poiltik yang sangat beragam. Untuk mengkaji, diperlukan suatu pendekatan.
Berkali dikemukakan, ilmu politik memerlukan bantuan ilmu-ilmu sosial lainnya. Kajian budaya
politik ini, sosiologi dan antropologi sangat diperlukan untuk mengungkap bagaimana masyarakat
dengan pengelompokannya saling berintaraksi dan menghasilkan budayanya dibidang kehidupan
politik. Sesrorang sebagai warga mesyarakat memiliki kemampuan pengetahuan dan pengalaman
serta aktivitas yang berbeda satu dengan lainnya. Berbeda pengetahuan, berbeda persepsi, dan
berbeda orientasi politik. Berbeda orientasi politik dapat diartikan bahwa masing-masing orang
berbeda pengetahuan dalam melihat sistem politiknya sendiri, berbeda pengetahuan dalam
mengamati proses-proses, berbeda pengalaman politiknya, ada yang pikirannya lemah tapi aktif,
ada yang cerdas tapi golput, dsb., ...., anda masuk yang mana ..? . Dari perbedaan-perbedaan itu
kemudian bisa dibuat tipe (tipologi) budaya poltiknya. Secara teoritis, budaya politik bisa dibedakan
menjadi tiga tipe atau klasifikasi, yakni : (1) Budaya politik parokhial (parochial political culture),
biasanya adalah masyarakat primitif, masyarakat selalu kompak dalam membuat keputusan terdapat
pada masyarakat yang berada pada lingkup lokal, kecil, terbatas, tingaagkat pendidikan rendah;
contoh ......... (jangan2 anda sendiri masuk di sini...) (2) Budaya politik kaula (subject political culture),
yakni anggota masyarakat yang mempunyai minat politik, perhatian, kasaaran tentang sistem
politiknya, tetapi tak berdaya  misal orang yang golput; dan (3) Budaya politik participan
(participant political culture), seseorang aktif, dan memiliki kasadaran politik yang tinggi dalam
kehidupan politik sistem politiknya.
Konstatasi budaya politik Indonesia harus ditelaah dan dibuktikan, bisa diamati variabel2nya,
diantarnya :
1. Konfigurasi sub budaya di Indonesia beraneka ragam (kompleks), sehingga menjadikan kesulitan
tersendiri dalam nation building. Indonesia negara kepulauan yang luas.
2. Budaya politik Indonesia sebagian bersifat parokhial kaula, di sisi lain berbudayapartisipan.
Sebagian mereka ketinggalan sejalan akibat kolonialisme, di sisi lain terdapat masyarakat
berpendidikan tinggi, bahkan terdapat pengaruh kebuddayaan barat yang sekular. Kita bisa lihat
sejarah bangsa bahwa para kaum elit menjadi pemrakarrsa kemerdekaan.
3. Sifat primordial yang masih berakar, indikatornya antara lain sifat kedaerahan tinggi, kesukuan,
keagamaan yang sebagian puritanisme, sebagian lainnya biasa2 saja, bahkan di kalangan Islam
dikenal adanya masyarakat abangan.
4. Ada kecenderungan mengukuhi sikap2 paternalisme dan patrimonial, seperti asal bapak senang,
dsb.
5. Terdapat dilemma interaksi masyarakat yang memiliki pola2 masyarakat tradisional dengan
dinamika masyarakat modern, sehingga terdapat kesenjangan2.
Diantara variabel2 satu dengan lainnya terjalin, berinteraksi, kadang bersilangan antara satu
dengann lainnya. Data tentang budaya politik tentu saja diperlukan bagi sistem politik sebagai
pertimbangan dalam setiap proses pengambilan keputusan (output). Bagi Indonesia tujuan yang
dikehendaki tentu saja disesuaikan dengan nilai,ideologi negara, falsafah dan ddasar negara
(Pancasila).
……………………………………..
 Tugas: Kumpulkan/kirim kembali hari ini; alamat sama seperti minggu yang lalu; Presensi
berdasar tugas yang dikumpulkan.

1. Tugas hari ini: Buatlah review (resume, kritik, dan komenntar) materi kuliah di atas (Topik I
dan Topik II). Maksimal 2 halaman 1,5 spasi.

Anda mungkin juga menyukai