Anda di halaman 1dari 11

JERE 4 (1) (2015)

Journal of Educational Research and Evaluation


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR


PEMBELAJARAN IPA MATERI TUMBUHAN HIJAU BERBASIS STARTER
EXPERIMENT APPROACH BERWAWASAN KONSERVASI

Fuadi  , Totok Sumaryanto, Wahyu Lestari

Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian psikomotor IPA
Diterima Juni 2015 berbasis kompetensi yang valid, reliabel dan praktis. Instrumen penilaian diujicobakan pada siswa
Disetujui Juli 2015 kelas V SD tahun pelajaran 2013/2014 dengan melibatkan 5 guru sebagai sampel
Dipublikasikan Agustus penilai.Penelitian ini menggunakan desain eksperimental. Pengambilan sampel menggunakan
2015 teknik cluster random sampling, terpilih SDN 2 Windusari sebagai kelas eksperimen, SDN 1
________________ Windusari sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi,
Keywords: observasi, dan angket. Analisis data bersifat kuantitatif untuk mengetahui efektivitas model secara
psychomotor instrument , empirik dengan menggunakan analisis multivariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwaprosedur
conservation, Starter pengembangan model di SD mampu menghasilkan instrumen penilaian yang valid,riliabel dan
Experiment Approach praktisdengan skor rerata masing-masing sebesar 3,7 (valid); 3,7 (reliabel) dan 3,7 (praktis).
____________________ Koefesien κ inter rater hasil penilaian terhadap keefektifan instrumen sebesar 0,75, sehingga
memenuhi syarat reliabel; tingkat keterlaksanaan model memiliki konsistensi yang tinggi,terbukti
percentage of egreement mencapai 84,85%; dan ditemukan adanya perbedaan prestasi antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Olah data uji banding dua sampel T-test didapat angka sig = 0,938 =
93,8%. Hasil penelitian, disimpulkan bahwa instrumen PAP-IPA materi tumbuhan hijau berbasis
kompetensi layak dan dapat meningkatkan penguasaan kompetensipsikomotor. Padapenerapan,
seluruh instrumen valid, reliabel, dan praktis.

Abstract
___________________________________________________________________
This study aims to produce a psychomotor assessment instrument competency-based valid, reliable and
practical. This study used an experimental design. Sampling using random cluster sampling, SDN 2
Windusari as an experimental class, SDN 1 Windusari as the control class. Methods of data collection using
the methods of documentation, observation, and questionnaires. Analysis of quantitative data to determine the
effectiveness of the model empirically by using MANOVA one lane. The results showed that the model
development procedure in SD is able to produce a valid assessment instruments and riliabel, with a mean score
of 3.7 each (valid); 3.7 (reliable). Κ coefficient of inter-rater assessment of the effectiveness of the instruments of
0.75, making it eligible reliably; keterlaksanaan level model has a high consistency, proven percentage of
egreement reached 84.85%; and achievement differences were found between the experimental class and control
class. If the comparative test data two samples T-test figures obtained sig = 0.938 = 93.8%. Comparative tests
obtained sig = 0,000 t = 0. Based on the findings, it was concluded that the IPA instrument PAP-green plant
material competency-based approach to conservation-minded SEA feasible and may improve psychomotor
competency mastery. At implementation, the entire instrument is valid, reliable, and practical.
© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6420
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id

1
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN Pembelajaran IPA harus menekankan


pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor untuk membangun pengetahuan melalui
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional serangkaian kegiatan untuk menciptakan
Pendidikan menegaskan bahwa pembelajaran pembelajaran bermakna bagi siswa.
dan penilaian harus dapat mengembangkan Pembelajaran dengan menggunakan model
kompetensi peserta didik yang berhubungan inquiry telah membuktikan bahwa keterampilan
dengan aspek kognitif , afektif, dan psikomotor yang berkaitan dengan penguasaan konsep
secara komprehensif dan berkelanjutan. Ketiga meningkat (Pujiastuti, 2013 ). Penguasaan
aspek tersebut harus menjadi bagian integral dari konsep dapat meningkat karena siswa
bahan pembelajaran dan harus tampak dalam memperoleh pengalaman belajar melalui belajar
proses pembelajaran dan hasil belajar yang sambil berbuat. Upaya untuk mencapai
dicapai oleh peserta didik, (Sudjana, 2012). keberhasilan proses pembelajaran adalah dengan
Kompetensi lulusan harus mencakup afektif, menerapkan pendekatan pembelajaran yang
kognitif, dan psikomotor. Terkait dengan efektif dan efisien, tujuan pembelajaran dapat
kelulusan dijelaskan bahwa peningkatan kualitas dicapai jika siswa mendapatkanpengetahuan
lulusan dapat ditempuh melalui implementasi dan pengalaman belajar yang bermaknaselama
proses penilaian hasil belajar yang sistemik dan proses pembelajaran, hal ini dapat dicapaijika
holistik, Djemari (2008). Pesatnya pembelajaran melibatkan keaktifan siswa
perkembangan ilmu pengetahuan dalam satu (Astutik , 2012).
dekade terakhir mempengaruhi kehidupan Pembelajaran IPA yang dilakukan oleh
masyarakat globaltermasuk di Indonesia . guru-guru SD di Kecamatan Windusari
Berdasarkan hal ini, timbul pemikiran reformasi Kabupaten Magelang masih berorientasi pada
kurikulum, strategi pembelajaran, dan pencapaian materi pembelajaran, sehingga
teknikevaluasi (Barlia, 2009). pembelajaran IPA yang seharusnya sebagai
Guru ikut bertanggung jawab dalam suatu proses belum tercapai. Pembelajaran
upaya memperbaiki mutu pendidikan. menjadi kurang bermakna. Di sisi penilaian juga
Peningkatan mutu harus dimulai dengan masih menekankan pada aspek kognitif baik
memperhatikan keadaan saat ini yang diperoleh formatif maupun sumatif.Aspek psikomotorik
melalui proses kegiatan penilaian hasil belajar. kurang mendapat perhatian. Hal ini disebabkan
Kemampuan guru dalam melaksanakan karena guru kurang memahami hakekat
penilaian harus menjadi prioritas dalam penilaian hasil pembelajaran yang seharusnya
meningkatkan mutu pendidikan.Penilaian jika bersifat komprehensif. Ketika akan
dilakukan dengan baik dan benar dapat melaksanakan penilaian aspek psikomotor
menghasilkan data dan informasi yang akurat tampak ketidaksiapan baik dari instrumen
tentang tingkat pencapaian hasil belajar siswa maupun pelaksanaannya. Lestari (2001)
dan kualitas proses pembelajaran. Oleh karena menyatakan bahwa pada suatu prases
itu instrumen penilaian khususnya aspek pembelajaran tes dan pengukuran keterampilan
psikomotor yang digunakan harus mampu cenderung tidak dipersiapkan dengan baik,
mengukur sejauh mana siswa mampu sedangkan masyarakat pemakai hasil
mendemontrasikan kompetensi yang telah pendidikan akan sangat memperhatikan hal-hal
ditetapkan.Praktikum dalam IPA merupakan yang berhubungan dengan pendidikan.
bagian dari kompetensi yang harus dilakukan Penerapan pendekatan pembelajaran IPA
penilaiannya. Muhammad (2008), dalam yang tepat dan pengembangan instrumen
melakukan penilaian terhadap pencapaian penilaian yang efektifsudah menjadi suatu
kompetensi siswa, guru perlu menerapkan keharusan bagi seorang guru dalam
secara komprehensif dalam menilai keberhasilan melaksanakan proses pembelajarannya. Melalui
pembelajaran praktik. penerapan pendekatan pembelajaran IPA yang

2
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

tepat akan sangat mendukung pencapaian akan lingkungan sejak dini.Gaya hidup yang
kompetensi yang seharusnya dan hasil dapat memecahkan masalah lingkungan adalah
penilaiannya juga akan akurat. Sejalan dengan gaya hidup yang memegang prinsip
ini, Sumaryanto (2000) berpendapat bahwa keberlanjutan dan menerapkan etika lingkungan
penggunaan pendekatan kegiatan belajar di dalam kehidupannya serta menerapkan
mengajar yang kurang tepat dengan prinsip 4R, yaitu: Reduce ,Reuse, Recycle, dan
sendirinya akan mempengaruhi prosedur dan Replanting,(Chiras, 1993).Pendidikan memegang
teknik evaluasi kegiatan belajar mengajarnya, peranan penting dalam membentuk perilaku dan
dalam arti bahwa jika pendekatan kegiatan keterampilan seseorang.Hal ini sesuai dengan
belajar mengajar yang digunakan tidak tepat, salah satu tujuan dari pendidikan lingkungan
maka prosedur dan teknik evaluasinya pun hidup yaitu membantu setiap individu untuk
cenderung salah, sehingga hasil penilaian memperoleh keterampilan dalam
tersebut tidak mencerminkan keadaan yang mengidentifikasi dan memecahkan masalah
sebenarnya lingkungan, (Adisendjaja, 1988).
Salah satu pendekatan pembelajaran IPA Starter Experimen Approach (SEA) sebagai
yang diyakini dapat membawa siswa mencapai salah satu pendekatan pembelajaran IPA yang
kompetensi psikomotor secara lebih optimal “akrab” dengan konservasi akan mampu
adalah Starter Experiment Approach meningkatkan kompetensi psikomotorik
(SEA).Pendekatan SEA merupakan pendekatan siswa.PendekatanSEA merupakan salah satu
IPA yang menggunakan keterampilan proses pendekatan pembelajaran yang menerapkan
dan memberikan fenomena alam lingkungan keterampilan proses sehingga siswa
sebagai penyulut awal sehingga pembelajaran mendapatkan kesempatan terlibat langsung
lebih berkualitas. Sulaiman (2009) menyatakan dalam pembelajaran. Hasil penelitian Suratno
bahwa, keterampilan proses sains dapat (2006) menunjukkan bahwa pembelajaran
meningkatkan prestasi siswa dan meningkatkan menggunakan SEA memberikan kontribusi
kualitas proses pembelajaran. PendekatanSEA terhadap peningkatan academic skill siswa.
memungkinkan siswa untuk membangun Hal ini sejalan dengan apa yang
konsep pengetahuan sendiri secara aktif, belajar dikemukakan oleh Wayan Memes (2000) bahwa
menemukan sendiri dengan melakukan langkah-langkah SEA meliputi starter experiment,
eksperimen sesuai langkah-langkah observasi, rumusan masalah, dugaan sementara,
pembelajaran, sertaakrab dengan percobaan/eksperimen, penyusunan konsep,
lingkungansehingga pembelajaran IPA menjadi menarik simpulan, penerapan
lebih bermakna.Agar pembelajaran menjadi konsep.Pembelajaran dengan pendekatan SEA
bermakna, kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman belajar secara
disesuaikan dengan pengetahuan siswa langsung melalui praktikum sehingga dapat
sebelumnya sehingga mereka dapatmembangun meningkatkan kompetensi psikomotor. Rahayu
ide-ide baru berdasarkan pengetahuan (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
sebelumnya.Pendidik juga harus peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa
menghubungkan ide baru siswa dan dipengaruhi oleh ketertarikan siswa terhadap
pengetahuan sebelumnya, untuk membangun proses pembelajaran. Pembelajaran yang
pengetahuan baru dan menerapkannya dalam memberikan kesempatan belajar langsung dapat
situasi yang berbeda (Medriati, 2011). meningkatkan motivasi siswa untuk aktif terlibat
Penerapan SEA dalam pembelajaran IPA dalam proses pelaksanaannya.Dalam
dapat memunculkan pengetahuan awal pembelajaran berbasis kompetensi, kegiatan
yangtelah dimiliki siswa sebelumnya yang penilaian dan pemantauan tentang apa yang
diperoleh dari lingkungannya. Dengan lebih telah dipelajari dan dikuasai peserta didik sesuai
mengenal lingkungannya,maka akan dengan Standar Kompetensi maupun
tumbuhgaya hidup yang memiliki kecintaan Kompetensi Dasar menjadi persoalan yang

3
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

utama. Tillema, et al. (2000) menyatakan bahwa sampling, didapatkan SDN 2 Windusari
menghubungkan penilaian dengan pembelajaran sebagai tempat ujicoba terbatas. Ujicoba
yang berfokus pada unjuk kerja yang sesuai
diperluas dilaksanakan di SDN 2
merupakan persoalan yang penting.
Dari hasil analisis kebutuhan penelitian Windusari sebagai kelas eksperimen dan
ini dapat penulis simpulkan bahwa aspek SDN 1 Windusari sebagai kelas
psikomotor pada pembelajaran IPA yang kontrol.Metode pengumpulan data
merupakan bagian integral dari penilaian belum menggunakan metode dokumentasi,
dapat dilaksanakan sepenuhnya secara
observasi, dan angket.Analisis data bersifat
proporsional di Kecamatan Windusari
kuantitatif untuk mengetahui efektivitas model
Kabupaten Magelang.Peneliti memandang perlu
secara empirik dengan analisis
diadakan pengembangan instrumen penilaian
multivariat.Subjek penelitian adalah siswa-siswa
aspek psikomotor pada pembelajaran IPA,
yang sedang menempuh belajarnya di kelas V
karena sebagian kompetensi pada pembelajaran
semester ganjil danguru-guru yang menjadi
IPA harus diukur dengan instrumen yang valid
subjek untuk uji coba model adalah guru kelas V
dan reliabel. Permasalahannya adalah (1)
.
kompetensi apa sajakah yang dapat diukur
Pengukuran tingkat kesepakatan antar
dengan instrument yang dikembangkan pada
penilai (inter-rater reliability) digunakan koefisien
materi tumbuhan hijau berbasis kompetensi
Cohen’s Kappa (Wood, 2007) dan percentages of
pendekatan SEA berwawasan konservasi?;
agreements (Grinnell, 1988). Untuk menghitung
(2)bagaimanakah karakteristik pengembangan
koefisien Cohen’s Kappa(κ) digunakan rumus
instrument yang dikembangkan pada materi
yang dikemukakan oleh Cohen (2001) sebagai
tumbuhan hijau berbasis kompetensi pendekatan
berikut:
SEA berwawasan konservasi?; (3) apakah
∑ ∑
instrumen yang dikembangkan valid, reliabel,

dan efektif pada implementasinya?
Tujuan dari penelitian pengembangan ini
Untuk menghitung tingkat percentages of
adalah (1) mengetahui kompetensi yang dapat
agreements antara kedua penilai yang datanya
diukur dengan instrument penilaian aspek
hanya “ya” atau “tidak” digunakan rumus yang
psikomotor pembelajaran IPA materi tumbuhan
dikemukakan oleh Grinnell (1988) sebagai
hijau berbasis kompetensi pendekatan SEA
berikut,
berwawasan konservasi; (2) menghasilkan
( )
instrumen penilaian aspek psikomotor
( )
pembelajaran IPA materi tumbuhan hijau
( ) ( )
berbasis kompetensi pendekatan SEA
berwawasan konservasi yang valid dan reliabel;
Batas bawah koefisien reliabilitas yang
(3) mengetahui tingkat efektivitas penerapan
digunakan untuk suatu pengamatan yang baik
instrument penilaian aspek psikomotor
yaitu sebesar 0,70 (Linn, 1989).
pembelajaran IPA materi tumbuhan hijau yang
Dalam penelitian ini dibedakan menjadi
dikembangkan dibandingkan dengan instrument
dua variabel, yaitu variabel independen dan
penilaian konvensional.
variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah:
METODE PENELITIAN
Keaktifan siswa selama proses
pembelajaran dengan model penilaian aspek
Metode penelitian yang digunakan adalah
psikomotor pembelajaran IPA berbasis standar
metode kuasi eksperimen, dengan disain Static-
kompetensi (X1).
Group Comparison Design. Pengambilan
Keterampilan proses selama pembelajaran
sampel dengan teknik cluster random dengan model penilaian aspek psikomotor

4
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

pembelajaran IPA berbasis standar kompetensi kebijakan di UPT Disdikpora Kecamatan


(X2). Sedangkan sebagai variabel dependen Windusari Kabupaten Magelang dan dua ahli
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dari praktisi di SD. Proses ini menghasilkan
kelas V pada materi tumbuhan hijau dengan draft model PAP-IPA yang ke-2. Draft ini
model penilaian aspek psikomotor pembelajaran selanjutnya dikritisi dan disempurnakan oleh
IPA berbasis standar kompetensi. guru-guru di Gugus Makukuhan melalui
kegiatan focus group discussion (FGD) pada
HASIL DAN PEMBAHASAN tanggal 19 Oktober 2013.
Tahap berikutnya adalah ujicoba terbatas.
Langkah pengembangan model diawali Pada tahap ini model PAP-IPA dan
dengan studi literatur dan observasi ke SDN1 perangkatnya diujicoba secara terbatas di kelas 5
Windusari, SDN 2 Windusari, SDN Genito, SD Negeri 2 Windusari. Setelah ujicoba
SDN 1 Tanjungsari, dan SDN Gondangrejo terbatas, perangkat model divalidasi oleh guru-
yang menghasilkan draft pertama model guru kelas 5 sebagai praktisi untuk
Penilaian Aspek Psikomotor-IPA (PAP-IPA) disempurnakan lagi terutama pada sisi teknis
dan perangkatnya. Selanjutnya draft ini pelaksanaan. Hasil penilaian dari 3 orang guru
divalidasi dan disempurnakan oleh 5 orang ahli, dirangkum dalam tabel 1.
dua ahli dari akademisi, satu dari pemegang
Tabel 1. Hasil Penilaian Instrumen Penilaian PAP-IPA setelah Ujicoba Terbatas
No. Aspek yang Dinilai Penilai I Penilai II Penilai III
1 Petunjuk BS BS BS
Penggunaan
2 Cakupan materi BS BS B
3 Bahasa B B B
4 Kepraktisan B B B
5 Pembiayaan B B B
6 Objektifitas BS BS BS
7 Sistematis BS BS BS
8 Konstruksi BS BS BS
Hasil penilaian antar rater tersebut dijelaskan dengan hasil penghitungan koefisien
digunakan untuk menilai konsistensi tiga raterreliabilitas antar penilai menggunakan koefisien
dalam menilai performansi masing-masing Cohen’s Kappa (κ) dengan bantuan Program
aspek melalui checklist yang menghasilkan dataSPSS versi 16 dan rangkuman hasil
nominal. Reliabilitas dari ketiga rater dapat perhitungannya disajikan pada Tabel 2.
Dari tabel 2 dapat diketahui selisih
Tabel 2 Koefisien κ Antar penilai Hasil Penilaian selisih koefisien κ Antar penilai. Antara
Instrumen PAP Setelah Ujicoba Terbatas penilai 1 dan 2 dengan penilai 1 dan 3
berselisih 0,25. Antara penilai 1 dan 3
Penilai dengan penilai 2 dan 3 berselisih
1 2 3 0,00.Rata-rata reliabilitas
1 1,00 0,750 antarpenilaiyang diperoleh (lihat tabel 2)
Penilai

2 0,750 lebih besardari kriteria minimal yang


digunakan, yaitu 0,70 (Linn, 1989),
3
sehingga instrumen tersebut memenuhi
Rerata 0,83 syarat reliabel.
Efektifitas model PAP-IPA pada uji

5
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

coba terbatasdapatdiketahuidari hasil tiga guru memenuhi syarat reliabel dan dapat digunakan
pengguna yang diberikan angket penilaian dalam penilaian pada skala yang lebih luas.
efektivitas model PAP-IPA yang meliputi aspek Ujicoba diperluas dilaksanakan di SD
validitas, reliabilitas, obyektivitas, sistematika Negeri 2 Windusari dan SDNegeri 1
dan kepraktisan.Tabel 3 menyajikan rangkuman Windusari.Pada tahap ujicoba diperluas ini,
hasil penilaian dari ketiga guru pengguna model dilakukan penilaian terhadap instrumen

Tabel 3 Hasil Penilaian Efektivitas Model PAP-IPA Pada Ujicoba Terbatas

No. Aspek yang Rata-rata Penilai


Dinilai I II III
1 Validitas Baik Baik Baik
2 Reliabilitas Baik Baik Baik
3 Objektifitas Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali
4 Sistematika Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali
5 Kepraktisan Baik Sekali Baik Baik

PAP-IPA dalam pembelajaran di kelas. penilaian kinerja proses, dan hasil


Hasil penilaian tersebut selanjutnya perhitungankoefisien Cohen’s Kappa (κ)
digunakan untuk menentukan koefisien κ disajikan pada Tabel 5.
antarpenilai yang hasilnya disajikan dalam tabel
4. Rata-rata koefisien κAntarpenilaidari
kelima pasang penilai sebagaimana terbaca
Tabel 4 Koefisien κ Antarpenilai Hasil
dalam tabel 5 menurut Altman DG (1991)
Penilaian Efektivitas Model PAP-
termasuk kategori very good agreement, sehingga
IPA Pada Ujicoba Terbatas
instrumen tersebut memenuhi syarat reliabel.
Penilai
Penilaian juga dilakukan terhadap instrumen
1 2 3 penilaian kinerja produkdan hasil perhitungan
1 0,61 0,615 koefisien Cohen’s Kappa (κ) disajikan pada
5 Tabel 6.
Penilai

2 1,00 Tabel 6 menunjukkan pasangan rater yang


3 memperolehkoefisien κ sempurna ada 60 % dan
Rerata 0,74 rata-rata reliabilitas kelima pasang raterdalam
Rata-rata reliabilitas ketiga pasang menilai instrumen penilaian kinerja produk.
penilai, sebagaimana terbaca dalam tabel 4, Nilai koefisien reliabilitas itu termasuk kategori
menunjukkan bahwa instrumen tersebut very good agreement.

Tabel 5 Koefisien κ Antarpenilai Hasil Penilaian Instrumen Penilaian


Kinerja Proses setelah Ujicoba Diperluas
Penilai
I II III IV V
I
II 1,00
Penilai

III 1,00 1,00


IV 0,714 0,714 0,714
V 1,00 1,00 1,00 0,714
Rata-rata 0,89

6
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

Selanjutnya dilakukan penilaian baik (diberi skor 4), baik (diberi skor 3), kurang

Tabel 6 Koefisien κ Antar penilai Hasil Penilaian Instrumen Penilaian


Kinerja Proses setelah Uji coba Diperluas
Penilai
I II III IV V
I
II 1,00
Penilai

III 1,00 1,00


IV 0,60 0,60 0,60
V 1,00 1,00 1,00 0,60
Rata-rata 0,89

efektivitas model PAP-IPA yang meliputi aspek (diberi skor 2) dan sangat kurang (diberi skor 1).
validitas, reliabilitas, obyektivitas, sistematis, Hasil rata-rata penilaian efektivitas model PAP-
dan kepraktisan dengan jumlah keseluruhan IPA oleh kelima guru dapat disajikan dalam

Tabel 7 Rata-rata Hasil Penilaian Efektivitas Model PAP-IPA


Setelah Ujicoba Diperluas

Aspek yang Rata-rata Hasil Penilaian Rata- Keterangan


Dinilai G1 G2 G3 G4 G5 rata
Validitas 3,7 3,7 3,7 3,7 3,7 3,7
Reliabilitas 4 4 3,7 3,3 3,3 3,7
Objektivitas 4 4 4 4 4 4
Sistematis 3,3 3,7 3,3 3,7 3,3 3,5
Praktis 3,75 3,75 3,5 3,75 3,75 3,7
Rata-rata 3,75 3,83 3,64 3,69 3,69 3,72

item pernyataan sebanyak 16. Masing-masing Tabel 7.


aspek dinilai dengan alternatif penilaian: sangat
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat digunakan nilai koefisien κ. Hasil penghitungan
reliabilitas instrumen model PAP-IPA, nilai koefisien ini dirangkum pada Tabel 8.

7
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

Tabel 8 Koefisien κ Antarpenilai Hasil Penilaian Keefektifan Instrumen Model PAP-IPA


setelah Ujicoba Diperluas

Penilai
I II III IV V
I
II 1,00
Penilai

III 0,71 0,71


IV 0,71 0,71 0,73
V 0,60 0,60 0,87 0,87
Rata-rata 0,89

very good agreement, sehingga instrumen tersebut


memenuhi syarat reliabel.
Untuk mengetahui tingkat konsistensi dan
Rata-rata reliabilitas kelima pasang kestabilan antar penilaitentang keterlaksanaan
raterdalam menilaikeefektifan instrumen Model model PAP-IPA pada ujicoba diperluas
PAP-IPA sebagaimana terbaca dalam Tabel 8 ditunjukkan oleh percentage of agreementyang
menurut Altman DG (1991) termasuk kategori terangkum dalam tabel 9.
kelas/laboraturium memiliki tingkat konsistensi
Tabel 9 Percentage of Agreement Keterlaksanaan Model PAP-IPA
pada Ujicoba Diperluas

Penilai Agreement Disagreement Percentage of keterangan


Agreement (R)
1 19 3 86,36 % Sangat baik
2 19 3 86,36 % Sangat baik
3 18 4 81,82 % Sangat baik
Jumlah 56 10 254,54 %
Rata-rata 18,67 3,33 84,85 % Sangat baik

Dari Tabel 9 dapat kita ketahui bahwa yang tinggi.


selisih percentage of agreement antar rater cukup Penilaian kinerja proses mencakup tiga
kecil, yaitu penilai 1 dan penilai 2 berselisih aspek, yaitu: (1) kegiatan persiapan yang
0,00%; penilai 1 dan penilai 3 berselisih 4,56%. meliputi enam item, (2) kegiatan proses
Dan jika dibaca pada rata-ratapercentage of praktikum yang terdiri dari 13 item dan , (3)
agreementdapat disimpulkan bahwa ketiga kegiatan akhir praktikum yang terdiri dari 6
pengamat memiliki persepsi dan pandangan item.Berikut dua gambar menunjukkan
yang hampir sama terhadap konstruk lembar perbedaan dalam kinerjanya antara kelas
pengamatan yang diamati. Jadi, data tentang eksperimen dan kelas kontrol.
keterlaksanaan model PAP-IPA dalam

8
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

Gambar 1. Kinerja Proses Kelas Eksperimen Gambar 2. Kinerja Proses Kelas Kontrol
Gambar 1 menunjukkan siswa secara rata Kelas
kelompok melaksanakan kegiatan kinerja proses Keterampilan Kinerja Proses
praktikum uji amilum dengan mengikuti Kelas Rata-rata Simp.baku
langkah-langkah dalam LKS sesuai instrumen Eksperimen 1 7,84 0,44
yang dikembangkan. Gambar 2 menunjukkan Eksperimen 2 7,94 0,48
kegiatan siswa secara kelompok melaksanakan Kontrol 7,29 0,51
praktik yang menekankan pada kinerja produk
tanpa disertai dengan LKS yang berisikan Pada Tabel 10, tampak secara
prosedur.Sehingga penilaian hanya berdasarkan keseluruhan perbandingan skor rata-rata kelas
benda karya saja dan dimensi perilaku untuk keterampilan kinerja proses.Rata-rata
ilmiahnya terabaikan. kedua kelas kelompok eksperimen 8,23% lebih
Hayat et al. (2011) menyatakan bahwa tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kelas
strategi belajar dengan praktikum dapat kelompok kontrol.Hal ini menunjukkan bahwa
mendukung siswa mengembangkan keterampilan kinerja proseskelas eksperimen
keterampilan dan kemampuan berpikir karena lebih tinggi dibanding kelas
merangsang siswa aktif dalam memecahkan kontrol.Perbandingan skor rata-rata hasil
masalah, berpikir kritis dalam menganalisis penilaian terhadap produk kerja uji amilum
permasalahan dan fakta, serta menemukan masing-masing kelas pada ujicoba diperluas
konsep dan prinsip.Dalam praktikum siswa akan ditampilkan pada Tabel 11.
familier dengan penggunaan peralatan praktik,
maka penilaian aspek psikomotor meliputi juga
penggunaan alat. Leighbody (1968) berpendapat
bahwa penilaian hasil belajar
psikomotor antara lain mencakup Tabel 12. Rata-rata Prestasi Belajar Kelas Eksperimen
kemampuan menggunakan alat dan dan Kontrol
sikapkerja.
Std.
Perbandingan skor rata-rata Std.
Kelas N Mean Error
dan simpangan baku hasil penilaian Deviation
Mean
tingkat keterampilan kinerja proses
kel.
siswa di masing-masing kelas selama 1.214
eksperim 59 78.63 9.323
praktikumuji hasil fotosintesis pada Pres
en
ujicoba diperluas ditampilkan pada _bel
Kel. 1.639
Tabel 10. 29 67.03 8.826
kontrol
Tabel 10. Perbandingan Skor Rata-

9
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

Kontrol 67,07 4,16


Tabel 11 Perbandingan Skor Rata-rata Kelas Dari Tabel 13 dapat diketahui perbedaan
Kinerja Produk
Kelas Rata-rata Simp.baku
Pada Tabel 11, tampak secara
Eksperimen 1 7,55 0,66
keseluruhan perbandingan skor rata-rata kelas
Eksperimen 2 7,46 0,61
untuk kinerja produk.Selisih rata-rata kedua
Kontrol 6,71 0,83
kelas kelompok eksperimen dengan kelas
nilai rata-rata psikomotor peserta didik
kontrol adalah 0,80 atau 11,85% lebih tinggi
kelompok eksperimen dengan nilai rata-rata
dibandingkan dengan skor rata-rata kelas
psikomotor peserta didik pada kelas kontrol.
kontrol.Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi
Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan
kinerja produk kelas eksperimen lebih tinggi
kemampuan psikomotor yang cukup besar, yaitu
dibanding kelas kontrol.
sekitar 14,73%. Hasil ini menunjukkan secara
Efektivitas model PAP-IPA secara
nyata bahwa penerapan model PAP-IPA dalam
empirisperlu diuji dengan menggunakan analisis
pembelajaran praktik IPA materi tumbuhan
multivariatterhadap hasil penilaian pada aspek
hijau kelas V berbasis kompetensi pendekatan
psikomotorik pada kelompok eksperimen
SEA berwawasan konservasi telah berhasil
dengan hasil penilaian pada aspek tersebut pada
meningkatkan kompetensi psikomotor peserta
kelompok kontrol.
didik yang mencakup keterampilan proses dan
Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-
kualitas produk.
rata prestasi belajar untuk kelas eksperimen
17,31% lebih tinggi dari pada rata-rata kelas
SIMPULAN
kontrol. Perbedaan rata-rata yang cukup tinggi
ini menunjukkan bahwa prestasi belajar kelas
Aspek psikomotor pada pembelajaran
eksperimen lebih baik dari pada prestasi belajar
IPA materi tumbuhan hijau berbasis kompetensi
kelas kontrol. Dengan demikian dapat
pendekatan SEA berwawasan konservasi yang
disimpulkan bahwa secara empiris model PAP-
dapat diukur dengan instrumen model PAP-IPA
IPA memiliki efektifitas yang cukup tinggi
mencakup perilaku ilmiah dan karya
dalam memberi perubahan peningkatan prestasi
ilmiah.Dimensi perilaku ilmiah dapat diukur
belajar atau penguasaan kompetensi peserta
melalui kinerja proses.Dimensi karya ilmiah
didik pada aspek psikomotorik.
dapat diukur melalui kinerja
produk.Berdasarkan uji banding t diperoleh nilai
sig. = 0,000 = 0%, maka menerima H1. Secara
empiris model PAP-IPA memiliki efektivitas
Perbedaan kemampuan psikomotor
yang cukup tinggi dalam memberi perubahan
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
peningkatan prestasi belajar (penguasaan
disebabkan oleh faktor penerapan model PAP-
kompetensi) peserta didik pada aspek
IPA pada pembelajaran yang lebih dipahami
psikomotor. Efektivitas itu terlihat dari nilai
oleh guru dan peserta didik sebagai pelatihan
rata-rata aspek psikomotor peserta didik pada
untuk mencapai kompetensi psikomotor.
kelompok eksperimen yang relative tinggi, yaitu
Perbedaan pencapaian kompetensi aspek
sebesar 78,66 sedangkan nilai rata-rata
psikomotor antara kelas eksperimen dan kelas
psikomotor peserta didik pada kelompok kontrol
kontrol dapat dilihat pada Tabel 13.
hanya sebesar 67,07. Hasil ini menunjukkan
Tabel 13 Perbandingan Nilai Rata-rata
adanya perbedaaan penguasaan kompetensi
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
aspek psikomotor yang cukup besar, yaitu
Kelas Rata-rata Simp.baku sekitar 14,73%.Data tentang keterlaksanaan
Eksperimen 1 77,83 3,61 model PAP-IPA dalam kelas/laboraturium
Eksperimen 2 79,48 3,5 memiliki tingkat konsistensi yang tinggiyaitu

10
Fuadi dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 4 (1) (2015)

dengan diperoleh rata-ratapercentage of Untuk Bidang Sains Di SD). Jurnal Exacta.


agreementsebesar 84,85 %. Berdasarkan data uji 9(2): 51-58.
coba pada tahap implementasi, seluruh Memes, W.2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP.
Jakarta: Proyek Pengemabnagn Guru Sekolah
instrument valid, reliabel, dan praktis, sehingga
Menengah.
dihasilkan buku panduan penilaian aspek
Pujiastuti, L. 2013. Penerapan Model Pembelajaran
psikomotor. Inkuiri Dalam Menumbuhkan Percaya Diri
dan Penguasaan Konsep Mata Pelajaran
IPA.Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
DAFTAR PUSTAKA SD.1(1): 12-23.
Rahayu, E., H. Susanto, & D. Yulianti.2011.
Adisendjaja, Y.H.1988, Hubungan antara Pembelajaran Sains dengan Pendekatan
Pemahaman IPA, Pengetahuan Lingkungan, Keterampilan Proses untuk Meningkatkan
dan Sikap terhadap Lingkungan dari Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir
Mahasiswa FMIPA IKIP Bandung, IKIP Kreatif Siswa.Jurnal Pendidikan Fisika
Bandung, Laporan Penelitian: tidak Indonesia. 7(2011): 106-110.
diterbitkan. Sudjana, N, 2012.Penilaian Hasil Proses Belajar
Astutik, S. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle Sulaiman, T. 2009. Readiness of Year 1 Students to
5E) Berbasis Eksperimen Pada Pembelajaran Learn Science Process Skills in English: A
Sains Di SDN Patrang I Jember.Jurnal Ilmu Malaysian Experience. International Journal
Pendidikan Sekolah Dasar. 1(2): 143-153. of Instruction. 2(1): 17-26.
Barlia, L. 2009. Konstruktivisme Dalam Sumaryanto, T., 2000. Kemampuan Musikal
Pembelajaran Sains di SD: Tinjauan (Musical Ability) dan Pengaruhnya Terhadap
Epistemologi, Ontologi, dan Keraguan Dalam Prestasi BelajarMusik. Diunduh di
Praksisnya. Jurnal Cakrawala Pendidikan. http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v1i1.83
30(3): 343-358. 9 tanggal 28 Juni 2015
Chiras, D.D. 1992. Lesson from Nature: Learning to Suratno. 2006. Peningkatan Academic Skill Siswa
Live Sustainably on the Earth. Washington melalui Pembelajaran Biologi dengan SEA
D.C.: Island Press. (Starter Experiment Approach). Jurnal
Linn, R.L.1989. Educational Measurement.(3rd Ed.). Pancaran Pendidikan, 19(65): 753-761.
New York: Macmillan Publishing Company. Tillema H.H, Kessels, J.W.M., &Meijers, F.(2000).
Grinnell, R.M. Jr.1988. Social Work Research and Competencies as building blocks for
Evaluation.(3rd Ed.) Itasca, Illionis: F.E. integrating assessment with instruction in
Peacok Publisher, Inc. vocational education: a case from the
Hayat, M. S., S. Redjeki, & S. Anggraeni.2011. Netherlands. Sssessment & Evaluation in
Pembelajaran Berbasis Praktikum pada Higher education, Vol.3, No.3, 265-
Konsep Invertebrata untuk Pengembangan 278.Diunduh di
Sikap Ilmiah Siswa.Bioma. 1(2) : 141-152. http://proquest.umi.com/pqdwebtanggal 7
Djemari, M., 2008. Peraturan Ujian Nasional dalam Agustus 2014.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Makalah Lestari, W. 2001. Usaha Menuju Internalisasi Seni
Seminar Temu Alumni Program Pascasarjana Tari Melalui Ketepatan Alat Ukur
UNY. Yogyakarta: Program Pascasarjana Keterampilan Seni Tari. Diunduh di
UNY. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere
Medriati, R. 2011. Pengembangan Model Siklus tanggal 29 Juni 2015.
Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Wood, J.M.(2007). Understanding and computing
Kemampuan Penguasan Aplikasi Konsep Cohen’s Kappa: A tutorial. Diunduh pada 18
(Studi Pengembangan Model Pembelajaran September 2013 dari
http://wpe.info/papers_table.html

11

Anda mungkin juga menyukai