Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA IV

KECEPATAN ANGIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : AISYAH NURUL LATHIFAH


NIM : 15405241014
KELAS/KELOMPOK : A/01

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

1
I. TUJUAN
1. Dapat mengoperasikan alat pengukuran angin, yaitu handcup
anemometer.
2. Dapat mengetahui arah datangnya angin.
3. Dapat menentukan kecepatan angin rata-rata.
4. Dapat menentukan kecepatan angin dengan skala Beaufort.

II. DASAR TEORI


Dalam Lakitan (1997:145) angin merupakan massa udara yang
bergerak. Dalam Kartasapoetra (1988:19) angin merupakan gerakan atau
perpindahan dari suatu massa udara dari satu tempat ke tempat lain secara
horizontal. Massa udara yaitu udara dalam ukuran yang sangat besar yang
mempunyai sifat pisik (temperatur dan kelembaban) yang seragam dalam
arah yang horizontal. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah
perbedaan tekanan udara antara satu tempat ke tempat lain.

Sifat massa udara ditentukan oleh (Kartasapoetra, 1988:19):

1. Daerah atau tempat di mana massa udara terjadi jika berasal dari daerah
yang banyak air maka massa udara bersifat lembab, bila berasal dari
daerah kering bersifat kering.
2. Jalan yang dilalui oleh massa udara, bila melalui daerah yang basah
akan bersifat semakin lembab dikarenakan menghisap air dari daerah
yang dilaluinya.
3. Umur dari massa udara, artinya waktu yang diperlukan mulai dari
terbentuk sampai berubah menjadi bentuk lain, semakin panjang umur
massa udara maka semakin banyak perubahan yang dialami.

Kita mengenal macam-macam angin, yaitu angin laut dan angin darat.
Prinsip terjadinya kedua macam angin tersebut disebabkan kerena terjadinya
pemanasan pada daratan dan lautan oleh matahari (Kartasapoetra, 1988:20):

2
1. Pada siang hari, daratan akan cepat panas daripada lautan, sehingga
temperatur daratan lebih tinggi dari suhunya. Tetapi apabila temperatur
tinggi maka panas akan rendah, sedangkan panas lautan akan tinggi,
sehingga terjadi gerakan angin dari lautan ke daratan.
2. Pada malam hari keadaan menjadi sebaliknya sehingga sehingga angin
bergerak dari daratan ke lautan.

Kecepatan angin dalam data klimatologi dalam Lakitan (1997:150)


adalah kecepatan angin horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan
tanah yang ditanami dengan rumput. Jadi, angin permukaan yang
kecepatannya dapat dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang
dialuinya. Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan
tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (faktor pendorong) dan
resistensi medan yang dilaluinya.
Alat pengukur kecepatan angin adalah anemometer. Dalam pmilihan
jenis anemometer perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain Benyamin
Lakitan (1997:151):
1. Kisaran kecepatan angin (range f wind speed) yang dapat mendeteksi.
2. Kelinieran tanggapan (linearity of response) pada kisaran kecepatan
angin yang diukur.
3. Kecepatan tanggapan (speed of response).
4. Ukuran alat (size of the instrument).
5. Kesesuaian alat dengan arah angin yang akan diukur kecepatannya.

Pola arah angin di Indonesia dalam Lakitan (1997:155) dipengaruhi


oleh keberadaan dua benua, yakni Asia dan Australia, dan dua samudera,
yakni Pasifik, dan Indonesia yang mengapit wilayah kepulauan Indonesia.
Pada musim hujan (Januari), pada wilayah di utara garis ekuator, angin
bertiup dari arah timur atau timur laut (dari arah Samudera Pasifik),
sedangkan pada wilayah di selatan garis ekuator, angin bertiup dari arah
barat atau barat daya (dari arah Samudera Indonesia). Pada musim kemarau
(Juli), angin bertiup dari arah barat daya di wilayah sebelah utara garis

3
ekuator dan bertiup dari arah tenggara untuk wilayah di selatan garis
ekuator. Angin ini berasal dari Benua Australia bergerak ke arah barat laut
dan setelah mendekati garis ekuator, arah angin tersebut membelok ke arah
timur laut. Angin yang berasal dari daratan benua Australia mengandung
sedikit uap air.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Hancup anemometer.
2. Kompas bidik.
3. Stopwatch.
4. Tisu.

IV. LANGKAH KERJA


1. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Memulai praktik dengan mengangkat handcup anemometer kurang
lebih 10 menit.
3. Memegang tisu untuk mengetahui ke mana arah angin.
4. Menghitung waktu dengan stopwatch pada menit atau detik ke berapa
handcup anemometer berputar.
5. Melihat kompas untuk mengetahui arah mata angin.

V. HASIL PRATIKUM
Intensitas hujan yang tidak jelas mengakibatkan berbagai macam
permasalahan. Hal ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tidak jelas.
Kondisi iklim yang telah mengalami perubahan akibat pemanasan global.
Hal ini mempengaruhi musim yang ada di Indonesia. Angin memiliki
hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena
banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta
tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga
menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak
ke tempat lain.

4
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya
berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara
menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya
udara dingin ini dinamanakan konveksi. Semakin tinggi tempat, semakin
kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya
gesekan yang menghambat laju udara.
Tabel 1 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas B Kelompok 1 di Rektorat pada
Hari Jumat, 30 Oktober 2015

Arah Angin Kecepatan Skala


No. Lama Angin (s)
Berhembus (°) (m/s) Beaufort
1. Dari selatan 1,70 1 0,75
2. Dari selatan 4,43 <1 <0,5
3. Dari tenggara 13,47 1,5 1,3
4. Dari baratdaya 3,12 <1 <0,5
5. Dari barat daya 1,09 <1 <0,5
6. Dari selatan 0,97 0,7 0,5
7. Dari tenggara 1,69 0,75 1
8. Dari selatan 1,56 1 0,75
9. Dari selatan 1,04 1 0,75
10. Dari barat daya 2,53 1 0,7

Kecepatan angin rata−rata=


∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
9 , 35 x 31,6
Kecepatan angin rata−rata=
31,6
Kecepatan anginrata−rata=9,35 m/s

Tabel 2 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas B Kelompok 1 di Selatan


Taman Mlanding pada Hari Jumat, 30 Oktober 2015

No. Arah Angin Lama Angin (s) Kecepatan Skala

5
Berhembus (°) (m/s) Beaufort
1. Dari selatan 0,97 <1 <0,5
2. Dari selatan 1 <1 <0,5
3. Dari timur laut 1,43 1 0,5
4. Dari selatan 0,78 <1 <0,5
5. Dari selatan 1,35 1 >0,5
6. Dari tenggara 0,91 <1 <0,5

Kecepatan angin rata−rata=


∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
5,2 x 6,44
Kecepatan angin rata−rata=
6,44
Kecepatan angin rata−rata=5,2 m/ s

Tabel 3 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas B Kelompok 2 di Rektorat

Arah Angin Kecepatan Skala


No. Lama Angin (s)
Berhembus (°) (m/s) Beaufort
1. 336 1 1 16,45
2. 334 8 1 16,45

Kecepatan angin rata−rata=


∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
2x 9
Kecepatan angin rata−rata=
9
Kecepatan angin rata−rata=2 m/s

Tabel 4 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas B Kelompok 2 di Taman


Mlanding

Arah Angin Kecepatan Skala


No. Lama Angin (s)
Berhembus (°) (m/s) Beaufort
1. 77 5 1 16,55

6
Kecepatan angin rata−rata=
∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
1x 5
Kecepatan angin rata−rata=
5
Kecepatan angin rata−rata=1 m/s

Tabel 5 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas A Kelompok 1 di Rektorat pada


Hari Selasa, 2 November 2015

Arah Angin
No. Lama Angin (s) Kecepatan (m/s)
Berhembus (°)
1, Menuju utara 5 1
2. Menuju utara 2 2
3. Menuju timur laut 8 1
4. Menuju timur 5 3
5. Menuju barat laut 2 2
6. Menuju barat 2 1
7. Menuju timur 3 1,5

Kecepatan angin rata−rata=


∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
11,5 x 27
Kecepatan angin rata−rata=
27
Kecepatan angin rata−rata=11,5 m/ s

Tabel 6 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas A Kelompok 1 di Selatan


Taman Mlanding pada Hari Selasa, 2 November 2015

Arah Angin
No. Lama Angin (s) Kecepatan (m/s)
Berhembus (°)
1. Menuju utara 8 1

Kecepatan angin rata−rata=


∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu

7
1x 8
Kecepatan angin rata−rata=
8
Kecepatan angin rata−rata=1 m/s

Tabel 7 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas A Kelompok 2 di Rektorat pada


Hari Rabu, 4 November 2015

Arah Angin Kecepatan Skala


No. Lama Angin (s)
Berhembus (°) (m/s) Beaufort
1. 350 12,71 1 0,5
2. 300 11,78 0,8 0,3
3. 60 3,68 1 0,5
4. 0 ke 20 18,49 1,5 1
5. 350 3 1 0,5
6. 60 4 1 0,5
7. 20 ke 340 11 2 1,5
8. 350 ke 300 9,83 1,5 1
9. 340 3 1 0,5
10. 60 ke 30 4 0,8 0,5
11. 10 ke 60 9,37 1,2 0,8

Kecepatan angin rata−rata=


∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
12,6 x 90,86
Kecepatan angin rata−rata=
90,86
Kecepatan angin rata−rata=12,6 m/s

Tabel 8 Pengukuran Kecepatan Angin Kelas A Kelompok 2 di Selatan


Taman Mlanding pada Hari Rabu, 4 November 2015

Arah Angin Kecepatan Skala


No. Lama Angin (s)
Berhembus (°) (m/s) Beaufort
1. 130 1,84 1 0,5
2. 300 4 1 0,5
3. 320 5 <1 0,3
4. 330 2,70 1,5 1
5. 320 3,89 <1 0,3

8
Kecepatan angin rata−rata=
∑ kecepatan angin x ∑ waktu angin
∑ waktu
5,1 x 17,43
Kecepatan angin rata−rata=
17,43
Kecepatan angin rata−rata=5,1 m/ s

Pada bulan-bulan ini, kita baru saja memasuki musim penghujan.


Menurut dasar teori yang saya peroleh, pada musim penghujan pada wilayah
di utara garis ekuator, angin bertiup dari arah timur atau timur laut (dari arah
Samudera Pasifik), sedangkan pada wilayah di selatan garis ekuator, angin
bertiup dari arah barat atau barat daya (dari arah Samudera Indonesia).
Karena kita baru saja mengalami peralihan musim dari musim kemarau ke
musim penghujan, khususnya daerah Yogyakarta maka wajar apabila
sebagian hasil praktikum arah angin berasal dari arah barat daya seperti
dasar teori di atas.
Kecepatan angin juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, letak tempat
dan juga waktu. Saat pengukuran angin di rektorat misalnya maka akan
berbeda nilai kecepatan angin di selatan Taman Mlanding. Begitu pula pada
ketinggian tertentu atau tidak sama, maka kecepatan anginpun akan
memiliki nilai yang berbeda. Di rektorat kami mengukur dengan ketinggian
yang lebih tinggi dari pada saat mengukur di selatan Taman Mlanding.
Pengukuran di Rektorat pada pukul 16.00 WIB dan pengukuran di
selatan Taman Mlanding pada pukul 16.30 WIB. Pengukuran di Rektorat
apabila dianalisis secara keseluruhan dan dibandingkan hasilnya lebih besar
daripada pengukuran di selatan Taman Mlanding. Hal ini dikarenakan faktor
tempat dan turbulensi angin. Di rektorat hanya ada satu penghalang yaitu
menara UNY sedangkan di selatan Taman Mlanding banyak pohon sebagai
penghalang sehingga turbulensi angin lebih mudah di rektorat jika
dibandingkan dengan turbulensi di selatan Taman Mlanding. Selain itu
waktu untuk pengukuran kecepatan angin di dua tempat tersebut dilakukan

9
pada sore hari karena pada sore hari kecepatan angin relatif lebih besar bila
dibandingkan pada pagi ataupun siang hari.
Tabel 9 Kelas-Kelas Kecepatan Angin Menurut Beaufort

Skala Kecepatan Kecepatan Kecepatan


Tingkatan
Beaufort (knot) (m/dt) (km/jam)
0 Tenang <1 0-0,2 <1
1 Teduh 1-3 0,3-1,5 1-5
2 Sepoi lemah 4-6 1,6-3,3 6-11
3 Sepoi lembut 7-10 3,4-5,4 12-19
4 Sepoi sedang 11-16 5,5-7,9 20-28
5 Sepoi segar 17-21 8-10,7 29-38
6 Sepoi kuat 22-27 10,8-13,8 39-49
Angin ribut
7 28-33 13,9-17,1 50-61
lemah
8 Angin ribut 34-40 17,2-20,7 62-74
9 Angin ribut kuat 41-47 20,8-24,4 75-88
10 Badai 48,55-55 24,5-28,4 89-102
11 Badai amuk 56-63 28,5-32,6 103-117
12 Topan >63 >32,6 >117

Handcup anemometer merupakan jenis anemometer yang digunakan


saat pengukuran pada hari Jumat sampai dengan hari Rabu. Hancup
anemometer digunakan di tempat yang tinggi supaya pada saat tertiup
anginn ataupun angin berhembus, baling-baling yang terdapat pada
anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Di dalam anemometer
terdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang
diperoleh alat pencacah dicatat, dan kemudian hasil tersebut akan
dicocokkan dengan skala Beaufort. Dengan menggunakan tisu dan kompas
bidik, kita bisa mengetahui dari mana angin tersebut atau kemana angin
tersebut melalui arah mata angin serta mencatat waktu menggunakan
stopwatch untuk mengetahui kapan angin muncul.
Kita dapat mencocokan hasil pengukuran dengan skala Beaufort.
Misalnya pengukuran yang dilakukan di selatan Taman Mlanding oleh
kelompok 2 kelas A nomer dua yang menunjukan arah angin 330°, lama
angin 2,70 s, kecepatan 1,5 m/s, skala Beaufort 1. Hal tersebut jika

10
dicocokkan dengan skala Beaufort menunjukkan suasana yang teduh. Saat
angin teduh keadaan di daratan yaitu angin terasa di muka, daun-daun
bergerak, dan kincir angin bergerak oleh angin. Sedangkan keadaan di laut
yaitu terdapat riuk kecil yang terbentuk namun tidak pecah dan permukaan
tetap seperti kaca.
Jadi, kita dapar mengukur angin dengan handcup anemometer pada
sore hari di tempat berbeda. Di rektorat turbulensi angin lebih mudah
daripada di Taman Mlanding. Hal ini dikarenakan Taman Mlanding
memiliki penghalang berupa pohon berjumlah cukup banyak sedangkan di
rektorat hanya ada satu penghalang yaitu tugu UNY sehingga pengukuran
kecepatan di rektorat lebih besar dibandingkan pengukuran di Taman
Mlanding. Contoh skala Beaufort yaitu pada pengukuran kelompok 2 kelas
A nomer dua yang termasuk skala Beaufort 1. Perhitungan kecepatan angin
rata-rata setiap pengukuran berbeda-beda. Pada tabel 1 kecepatan angin rata-
ratanya yaitu 9,35 m/s, tabel 2 kecepatan angin rata-ratanya yaitu 5,2 m/s,
tabel 3 kecepatan angin rata-ratanya yaitu 2 m/s, tabel 4 kecepatan angin
rata-ratanya yaitu 1 m/s, tabel 5 kecepatan angin rata-ratanya yaitu 11,5 m/s,
tabel 6 kecepatan angin rata-ratanya yaitu 1 m/s, tabel 7 kecepatan angin
rata-ratanya yaitu 12,8 m/s, dan tabel 8 kecepatan angin rata-ratanya yaitu
5,1 m/s.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1988. Klimatologi : Pengaruh Iklim terhadap


Tanah dan Tanaman. Jakarta: PT Bina Aksara Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 1997. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Soekardi Wisnubroto, dkk.1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai