Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bertolak dari pandangan, bahwa alam semesta dengan segala isinya ini termasuk
manusia diciptakan oleh Alloh SWT dengan segala kebaikan dan rahmat-Nya. Dalam
kehidupan di alam semesta ini Alloh memiliki petunjuk dan aturan untuk kehidupan
manusia di dunia dengan di turunkannya kitab suci Al-Qur’an sebagai penyempurna dan
Agama Islam sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya hingga akhir zaman.
Dalam petunjuk dan aturan Alloh SWT untuk kehidupan manusia, kita harus bisa
memahami dengan sebenar-benarnya agar semua nya bermanfaat untuk kehidupan baik di
dunia maupun di akhirat. Dengan potensi akal pikiran dan hati manusia yang diberikan oleh
Alloh SWT kita seharusnya mampu memahami nya dengan cara terus mempelajarinya
dengan hati-hati.
Dalam proses pemahaman terhadap petunjuk dan aturan Alloh SWT, tidaklah
mudah untuk manusia namun itu sangat bisa dilakukan. Pemikiran, pembelajaran dan lain-
lainnya akan terjadi suatu kendala, baik pemahaman yang kurang dimengerti ataupun ada
kesalahpahaman yang akan menimbulkan suatu penyimpangan dan penyelewengan dalam
pemahamannya itu kita harus mengantisipasinya dengan berbagai cara.
Untuk meminimalisir suatu kesalahan pemahaman terhadap petunjuk dan aturan
Alloh SWT, kita memerlukan pembimbing yang benar-benar paham. Peringatan dan ajakan
Alloh SWT disalurkan melalui Rasul-rasul-Nya melalui wahyu-wahyu-Nya. Dengan
demikian kehadiran Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul Alloh yang terakhir diberi tugas
oleh Alloh SWT untuk membawa berita gembira dan peringatan kepada seluruh umat
manusia.
Kemudian setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat, tugas tersebut dilanjutkan
dengan dakwah oleh ummatnya. Karena itu kita sebagai ummat Islam bertugas untuk
melanjutkannya berdasarkan dengan ajaran yang benar. Kebenaran Islam, telah mendapat

1
jaminan kesempurnaan sebagai peraturan tata hidup dan kehidupan yang dapat mengantar
manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Aktivitas dakwah pada
hakikatnya merupakan proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan,
karenanya kegiatan dakwah merupakan kerja dan karya besar manusia, baik secara
individual maupun kelompok yang dipersembahkan untuk Alloh SWT dan sesamanya
dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan, menyuburkan
persaudaraan dan kebersamaan, serta mencapai kebahagiaan baik di dunia kini maupun di
akhirat kelak.
Bersumber pada Al-Qur'an sebagai kitab dakwah, Sunnah Nabi sebagai penjelas
kitab dakwah, dan produk ijtihad para ulama sebagai waratsah al-anbiya (pewaris para
nabi), dipahami bahwa dakwah merupakan kewajiban setiap muslim sebagai upaya
transmisi, transformasi, difusi dan internalisasi ajaran Islam kepada umat manusia. Dalam
implementasinya, dakwah melibatkan unsur subyek (da'i), pesan (maudhu), metode
(ushlub), media (washilah) dan obyek (mad'u) yang bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan masyarakat yang adil, sejahtera, persaudaraan, selamat dan bahagia serta
memperoleh ridha Alloh SWT.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dibahas dalam latar belakang, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Tanggung Jawab Dakwah?
2. Bagaimana Kriteria da’I menurut Islam?
3. Bagaimana cara menghadapi tantangan yang dihadapi dalam dakwah kontemporer?
4. Bagaimana solusi ideal untuk memecahkan tantangan dakwah?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Maksud dari tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja Tanggung Jawab Dakwah
2. Untuk memahami Kriteria-kriteria da’i menurut Agama Islam.
3. Untuk mengetahui apa saja Tantangan-tantangan yang dihadapi didalam dakwah
kontemporer.

2
4. Untuk menemukan solusi untuk memecahkan tantangan dakwah yang harus dihadapi
zaman dewasa ini.
D. Sistimatika Penulisan
Bab I Pendahuluan : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Sistematika Penulisan dan Manfaat Makalah
Bab II Pembahasan : Islam dan Dakwah, Tanggung Jawab Dakwah, Kriteria Da’I
Menurut Islam, Tantangan-tantangan dalam dakwah
kontemporer,
Solusi Untuk Memecahkan Tantangan Dakwah
Bab III Penutup : Kesimpulan dan Saran

E. Manfaat Makalah
Kegunaan yang diharpkan dalam makalah ini adalah:
1. Bagi penulis, dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai peranan Islam
dan dakwah. Dan meningkatkan pemahaman dengan membandingkan apa yang sudah
dipelajari selama perkuliahan.
2. Bagi pihak lain, dapat memberikan pemahaman lebih dalam lagi tentang Islam dan
dakwah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam dan Dakwah


Dakwah merupakan fenomena keagaaman yang bersifat ideal normatif sekaligus
juga merupakan fenomena sosial yang rasional, aktual dan empiris sebagai sunnnahtullah.
Justru itu dakwah berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut sejalan
dengan pandangan bahwa dakwah merupakan amal saleh (syariah dan akhlak) yang
bersumber dari iman (aqidah), takwa dan Islam yang harus dilaksanakan sesuai sunnatullah
yang dipahami manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan. (Prof. Dr. Anwar Arifin, 2011,
halaman 16)
Dakwah (da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Alloh SWT sesuai dengan garis aqidah,
syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a
yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah sering dirangkaikan dengan
kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-
dakwah al-Islamiyah.
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik
perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu
ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah
disebut "da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "mad'u". Setiap Muslim yang
menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "da'i".
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Alloh SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai
dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada
saat itu.
Penggunaan Kata Dakwah dalam Al'quran. Penggunaan kata Dakwah sendiri di
dalam Al-Qur'an memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Kata Dakwah di dalam Al-
Qur'an digunakan sebanyak 198 kali dan Dakwah sendiri tidak merujuk pada satu arti akan
tetapi merujuk pada beberapa arti kata. Kata Dakwah dalam Al-Qur'an digunakan dalam
bentuk Dakwah sebagai Ajakan.

4
Kata Dakwah merujuk pada ajakan yang dilakukan seseorang agar orang lain
mengikuti keinginan. Ajakan bisa disampaikan melalui ceramah atau nasihat secara
individu agar seseorang bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki si Pendakwah.
Dalam kasus ini baik atau buruknya isi dari Dakwah bergantung pada si penyampai atau
orang yang berdakwah. Pada Suarat An-Nahl ayat 125 menjelaskan bahwa serulah kepada
mereka agar menjadi bijak dan belajar dalam hal kebaikan. 
Dakwah sebagai Doa Nabi nuh adalah nabi yang berdakwa dengan salah satu cara
Berdoa kepada Alloh. Tujuan dari Do'a yang disampaikan nabi Nuh agar umatnya dapat
kembali ke jalan yang benar sehingga Alloh tidak menjatuhkan hukuman kepada kaumnya
berupa banjir yang sangat besar. Kata Dakwah dapat diartikan adalah sebagai usaha yang
dilakukan seseorang agar do'a yang disampaikan kepada Alloh S.W.T dikabulkan.
Selain dari dua kata di atas, di dalam Al-Qur'an juga dijelaskan mengenai kata
dakwah sebagai bentuk:  Aduan atau memanggil seseorang untuk menyampaikan keluh dan
kesahnya.  Permintaan atau memiliki makna yang hampir sama dengan do'a namun
pendekatan kata yang lebih umum.  Mengundang atau seruan yang bersifat ajakan yang
mengajak seseorang menghadiri acara. 
Pengertian Dakwah Secara Terminologis. Dalam artian terminologies lebih
cenderung diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seorang pendakwah agar kembali ke
jalan yang benar. Dalam pembahasan ini pendakwa merujuk pada seseorang muballigh atau
penceramah yang menyampaikan Dakwah. Penggunaan kata dakwah hanya merujuk pada
ajakan yang disampaikan oleh penceramah dalam agama Islam karena asala bahasa Arab
yang sangat erat dikaitkan sebagai asal dan tempat agama Islam berkembang.

Dari beberapa pendapat Ahli, seperti Salahuddin Sanusi, Timur Djaelani, Thoha
Yahya Omar, Hasymi dan Abdul Karim hanya menyampaikan kata Dakwah dalam redaksi
yang berbeda namun arti yang dimaksud adalah seruan yang berupa penyampaian larangan
serta perintah Alloh agama seseorang menghindari tindakan yang dapat menghasilkan Dosa.
Dalam kajian dawkah pada kasus ini, Dakwah juga bisa digunakan dalam menyampaikan
ancaman yang diberikan ketika seseorang tidak melakukan sesuatu yang baik di mata
Agama.
Jenis dan Metode Dakwah ada yang disebut Fiqhud-dakwah. Fihud Dakwah artinya
adalah suatu proses memahami aspek serta tatacara yang berhubungan dengan dakwah,
Tujuan ini adalah menyampaikan suatu kabar atau seruan dengan cara-cara yang benar

5
sehingga terhindar dari perbuatan Fasiq. Anjuran dalam menyampaikan dakwah yang sesuai
dengan kebenaran Islam dalam menyampaikan Risalah al islamiyah.
Dakwah fardiah Dakwah fardiah adalah suatu metode dakwah yang ditujukan
kepada kelompok kecil orang dan disampaikan secara terbatas. Dakwah Fardiah
disampaikan tanpa terencana sehingga proses penyampaian tidak terstruktur dengan baik
dari segi tata tertib. Metode dakwah seperti dapat berupa menasehati orang lain ketika
melakukan kesalahan secara langsung dalam bentuk teguran, anjuran atau contoh dalam
melakukan sesuatu. Dalam hal ini juga dapat dikategorikan seperti menjenguk orang yang
sakit, memberikan ucapan selamat atau tahniah seperti acara kelahiran atau tasmiyah.
Dakwah ammah Dakwah Ammah adalah berdakwah dengan cara menyampaikan
sesuatu secara lisan keapad orang banyak, tujuan dari Dakwah Amma adalah menanamkan
sebuah faham agar orang yang mendengar terpengaruh dengan ucapan yang disampaikan.
Contoh dari Dakwah amma bisa dalam bentuk ceramah atau dalam ranah yang lebih formal
adalah Khutbah karena memiliki rukun yang harus dilaksanakan tertib.

Dakwah bil-lisan Dakwah bil-lisan hampir sejenis dengan Dakwah Ammah, metode
penyampaiannya disampaikan secara lisan. Kata lisan merujuk pada kata ceramah atau
komunikasi menggunakan lidah atau ucapan. Dakwah jenis ini menjadi efektif bila
disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti hari raya idul fitri, idul adha ataupun pada
hari jum'at.

Dakwah bil-Haal Dakwah bil al-hal merupakan metode dakwah dengan memberikan
contoh melalui perbuatan secara langsung. Dakwah bil Hal ini bertujuan agar orang-orang
mengikuti jejak dari si pendakwah atau Da'i. Dari beberapa kajian psikologi, hal yang
paling berpengaruh adalah dakwah Bil-Haal karena menunjukkan sesuatu yang bisa
dilaksanakan dan lebih mudah membuat orang lain percaya melalui perbuatan dibandingkan
dengan lisan. Dakwah bit-tadwin Dakwah bit-tadwin adalah sebuah metode dakwah yang
dilakukan melalui tulisan. Metode dakwah ini disampaikan dengan cara menuliskan
penjelasan mengenai seruan yang hendak disampaikan. Seruan tersebut boleh dituliskan
dalam berbagai media yang populer digunakan orang banyak sehingga mudah untuk dibaca,
seperti menuliskan dalam buku, media sosial, blog dan sejenisnya. Nabi Muhammad pernah
bersabda bahwa "sesungguhnya Tinta pada ulama lebih baik dari darah para Syuhada".
Dakwah bil hikmah Dakwah bil hikmah adalah menyampaikan seruan secara arif dan juga
bijaksana. Memberikan kesempatan bagi para pendengar untuk mengambil keputusan

6
sendiri dan tidak dengan melalui paksaan sehingga pelaku benar-benar melakukan karena
Alloh. Menyampaikan dakwah secara persuasif dan membuat tersadar dengan sendirinya.

Metode dakwah ini adalah metode dakwah yang paling sulit namun paling
bermakna, biasanya ditujukan pada mereka yang belum memeluk agama Islam.

B. Tanggung Jawab Dakwah


Ada beberapa kriteria tanggung jawab dakwah yang harus kita ketahui dan pahami, seperti
halnya:
1. DAKWAH TERHADAP DIRI SENDIRI DAN KELUARGA

Alloh SWT berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".
(QS At-Tahrim 6)
Dalam ayat ini firman Alloh ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada
Alloh dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api
neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh
melaksanakan perintah Alloh, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh
kepada perintah Alloh untuk menyelamatkan mereka dari api neraka.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan
bersabar, sebagaimana firman Alloh SWT :

7
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu
mengerjakannya" (QS. Taha 132).
Dan dijelaskan pula dengan firman-Nya :

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (QS Asy Syu'ara' 214).

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata: "Wahai Rasulullah,
kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?"
Rasulullah saw menjawab: "Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang
mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Alloh memerintahkan
kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka. Neraka itu
dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas
malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai
Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan Alloh.
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menjelaskan, "Penjaganya adalah para
malaikat
Zabaniyah yang hati mereka keras, kaku, tidak mengasihi jika dimohon kepada mereka agar
menaruh iba.
Ada yang mengatakan, para malaikat itu kasar ucapannya dan keras perbuatannya.
Ada yang berpendapat, malaikat tersebut sangat kasar dalam menyiksa penduduk neraka,
keras terhadap mereka. Bila dalam bahasa Arab dinyatakan: "Fulanun Syadiidun ‘alaa
fulaanin" maksudnya Fulan menguasainya dengan kuat, menyiksanya dengan berbagai
macam siksaan.
Ibnu Abbas radhiyAllohu ‘anhuma berkata, "Jarak antara dua pundak salah seorang
dari malaikat tersebut adalah sejauh perjalanan setahun. Kekuatan salah seorang dari
mereka adalah bila ia memukul dengan alat pukul niscaya dengan sekali pukulan tersebut

8
tersungkur 70.000 manusia ke dalam jurang Jahannam." (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an,
18/218)
Sebagaimana ayat ini mengharuskan seseorang menjaga keluarga dan anak-anak
dari api neraka dengan cara memberikan pendidikan dan pengajaran kepada mereka, serta
memberitahu mereka tentang perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Seorang hamba tidak
dapat selamat kecuali bila ia menegakkan apa yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala perintahkan
terhadap dirinya dan orang-orang yang di bawah penguasaannya, baik istri-istrinya, anak-
anaknya, dan selain mereka dari orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan
pengaturannya.

2. DAKWAH TERHADAP KAUM KERABAT DAN TETANGGA DEKAT

Alloh SWT berfirman :

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (QS Asy Syu'ara' 214).

Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wasallam mendatangi bukit Shafa dan menaikinya,


lalu
menyeru manusia untuk berkumpul. Maka orang-orang pun berkumpul di sekitar beliau.
Sampai-sampai yang tidak dapat hadir mengirim utusannya untuk mendengarkan apa
gerangan yang akan disampaikan oleh Muhammad ShallAllohu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wasallam kemudian memanggil kerabat-kerabatnya,
"Wahai Bani Abdil Muththallib! Wahai Bani Fihr! Wahai Bani Lu’ai! Apa pendapat kalian
andai aku beritakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda dari balik bukit ini akan
menyerang kalian. Adakah kalian akan membenarkan aku?" Mereka serempak menjawab,
"Iya." Beliau melanjutkan, "Sungguh aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab
yang pedih." (HR Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyAllohu ‘anhuma)
Aisyah radhiyAllohu ‘anha memberitakan bahwa ketika turun ayat di atas,
Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wasallam bangkit seraya berkata, "Wahai Fathimah putri
Muhammad! Wahai Shafiyyah putrid Abdul Muththalib! Wahai Bani Abdil Muththalib!
Aku tidak memiliki kuasa sedikit pun di hadapan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala untuk

9
menolong kalian kelak. (Adapun di kehidupan dunia ini) maka mintalah harta dariku semau
kalian." (HR. Muslim)
Dari Ibnu Abbas r.huma menceritakan, "Ketika Alloh SWT. Menurun ayat : Berilah
peringatan kepada kaum keluargamu yang dekat." (QS Asy Syu'ara' 214).
Maka Nabi SAW naik ke bukit Shafa dan berseru, "Hai manusia, Maka orang-orang
pun berkumpul (menyambut seruan) beliau, ada yang datang sendiri dan ada yang mengutus
wakil-wakilnya. Lalu Rasulullah SAW menyeru, "Wahai Bani Abdil Muthalib, wahai Bani
Fihir, wahai Bani anu, Bani anu..! Bagaimana menurut kalian seandainya aku beritahukan
pada kalian bahwa di balik bukit ini ada pasukan musuh berkuda yang siap menyerang
kalian, apakah kalian mempercayai ucapku?" Mereka menjawab, "Ya, (kami percaya)."
Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian akan azab yang
pedih."
Mendengar hal itu, Abu Lahab langsung berkata, "Celakalah kamu sepanjang hari
ini, apakah kamu mengundang kami semua hanya untuk ini?" (Sebagai jawaban atas celaan
Abu Lahab ini), maka Alloh ‘Azza wajalla menurunkan ayat :

"Celaka kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia." (QS. Al Lahab ayat 1)

3. DAKWAH TERHADAP KAMPUNG ATAU DAERAH SEKITARNYA

Alloh SWT berfirman :

"dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi
peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar
lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu

10
beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya". (QS
Al-An’am 92).

Sesudah itu Alloh SWT. menjelaskan bahwa Alquran itu adalah kitab yang bernilai
tinggi, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. penutup para Rasul. Kitab itu turun dari
Alloh seperti halnya Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. Hanya saja Alquran itu
mempunyai nilai-nilai yang lebih sempurna karena Alquran itu berlaku abadi untuk
sepanjang masa. Alquran itu di samping sebagai petunjuk juga sebagai pembenar kitab-
kitab yang diturunkan sebelumnya dalam urusan tauhid, melenyapkan kemusyrikan dan
mengandung ajaran-ajaran pokok hukum syarat yang abadi yang tidak berubah ubah
sepanjang masa.
Juga sebagai pegangan bagi Rasulullah saw. untuk memperingatkan umatnya, baik
yang berada di Mekah atau di sekitar kota Mekah, ialah orang-orang yang berada di seluruh
penjuru bumi ini. Dimaksud dengan orang-orang yang berada di sekitar kota Mekah, ialah
orang-orang yang berada di seluruh penjuru bumi, sesuai dengan pemahaman bahasa dan
pengertian ini ditegaskan sendiri oleh Alloh SWT :

"..Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan
kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah
sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Alloh?"
Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan
Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
(dengan Alloh)". (Q.S Al An'am 19)

Juga firman Alloh SWT :

11
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu
Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya
(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S Al A'raf 158)

Dan sabda Nabi SAW : Semua nabi itu diutus hanya kepada kaumnya saja,
sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia. (HR Bukhari dan Muslim dari Jabir bin
Abdullah (Sahih Bukhari jilid 1, 70)
Dalam pada itu Alloh SWT. menjelaskan bahwa orang-orang yang percaya akan
terjadinya hari kiamat dan kehidupan di akhirat, sudah pasti mereka percaya kepada
Alquran, karena orang-orang yang percaya kepada kehidupan akhirat itu percaya pula akan
akibat yang diterima pada hari itu. Itulah sebabnya maka mereka selalu mencari petunjuk-
petunjuk yang dapat menyelamatkan diri mereka di akhirat kelak. Petunjuk-petunjuk itu
terdapat dalam Alquran, maka mereka tentu akan mempercayai Alquran itu, percaya pada
Rasulullah saw. yang menerima kitab itu dan taat kepada perintah-Nya, melaksanakan salat
pada waktunya secara terus menerus.
Disebutkan salat dalam ayat ini, karena salat itu adalah tiang agama dan pokok dari
semua ibadah. Orang yang melaksanakan salat dengan sebaik-baiknya adalah pertanda
bahwa orang itu suka melaksanakan ibadah lainnya serta dapat mengendalikan hawa
nafsunya untuk tidak melakukan larangan larangan Alloh.
Dalam ayat ini terdapat sindiran yang tegas yaitu adanya keingkaran penduduk
Mekah dan manusia-manusia yang mempunyai sikap seperti mereka kepada Alquran dan
menjelaskan bahwa mereka tidak mau menerima agama Islam dan kerasulan Muhammad

12
saw. Adalah karena mereka tidak percaya kepada kehidupan akhirat. Mereka merasa bahwa
kehidupan hanya terjadi di dunia saja.

4. DAKWAH ATAU TANGGUNG JAWAB MANUSIA SELURUH ALAM.

Alloh SWT berfirman :

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk seluruh manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."  (QS Ali Imran
110).

Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap
memelihara sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat,
yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada
Alloh. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa nabi dan telah menjadi
darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu
yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah
naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka
sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling
berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka
menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar
makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu

13
mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan
sebagaimana tersebut dalam firman Alloh SWT :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, hanyalah orang-orang yang beriman kepada


Alloh dan rasul Nya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh, mereka itulah orang-orang yang benar". (QS. Al
Hujurat 15)

Jadi ada dua syarat untuk menjadi sebaik-baik umat di dunia, sebagaimana
diterangkan dalam ayat ini, pertama iman yang kuat dan; kedua menegakkan amar makruf
dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu
jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak diperdulikan lagi, maka tidak
dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.
Selanjutnya Alloh menerangkan bahwa Ahli Kitab itu jika beriman tentulah itu lebih
baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka yang beriman seperti Abdullah bin
Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik tidak
mau beriman. Mereka percaya kepada sebagian kitab dan kafir kepada sebagiannya yang
lain, atau mereka percaya kepada sebagian Rasul seperti Musa dan Isa dan kafir kepada
Nabi Muhammad SAW.
Ibnu katsir mengatakan ayat ini mengandung makna umum mencakup semua ummat
ini dalam setiap generasinya dan sebaik-baik generasi mereka ialah orang-orang yang
Rasulullah SAW diutus dikalangan mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka,
kemudian orang-orang sesudah mereka.
Untuk mengamalkan ayat tersebut harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga salah
satu usahanya yaitu kita adakan ta'lim di rumah.
Untuk kaum kerabat dan tetangga dekat silahturahmi, nasihat menasihati dan saling
mengingatkan.

14
Untuk kampung sekitar atau kota sekitar maka waktunya kita luangkan minimal 3
hari setiap bulan untuk berdakwah lewat sarana masjid, musholla dari rumah ke rumah.
Kemudian yang terakhir untuk seluruh manusia ini tentunya sangat berat karena
jumlah manusia lebih dari 6 milliar, maka dengan kelemahan kami alim ulama telah ajak
keluar dalam waktu yang agak lama yaitu 40 hari dan atau 4 bulan baik di dalam negeri
maupun ke luar negeri. Memang seumur hidup belum tentu bisa mendatangi semua orang,
tetapi Insya Alloh dengan niat untuk mendatangi seluruh manusia kemudian mengajak
orang yang lain buat usaha yang sama maka Alloh akan terima niat kita, sebagaimana
Rasulullah saw diutus untuk seluruh umat sampai hari terakhir yang Alloh kehendaki
namun umur beliau hanya 63 tahun, tapi Alloh terima usaha yang dilakukan Rasulullah
SAW sehingga usaha ini masih akan berlanjut sampai hari terakhir yang Alloh kehendaki.
Jadi usaha da'wah rasulullah yang dilakukan ini bukan hanya 3 hari, 40 hari atau 4 bulan
saja, tapi setiap hari dan seumur hidup kita untuk dakwah dan dakwah menjadi maksud
hidup.

C. KRITERIA DA’I MENURUT ISLAM


Berdakwah adalah seni yang hanya mampu dilakoni dengan baik oleh para Da’i
yang tulus,sebagaimana halnya seni membangun oleh para Arsitek yang profesional dan
seni kerajinan oleh para pengrajin yang terampil. Untuk itu, sudah semestinya para Da’i
mengemban problematika dakwah dan piawai didalam menyajikannya kepada para audiens
karena mereka menempati pewaris para Nabi.
Dengan demikian, bila sudah disadari  maka apapun kesalahan yang dilakukan oleh
seorang Da’i akan selalu berimbas pada umat.para da’ilah yang pertamakali bertanggung
jawab atas kesalahan atau kegagalan yang terjadi,sebab mereka ibarat nakhoda kapal yang
bilamana kapal dibawa berlayar menuju daratan aman, maka akan selamatlah ia dengan izin
Alloh.
Oleh karena itu para Da’i harus memprisai diri mereka dengan beberapa etika
sehingga menjadi para utusan yang membawa petunjuk dan lentera kebenaran serta
kebaikan yang melaksanakan risalah yang sesuai dengan Alloh SWT.dalil-dalil yang
menjelaskan kita harus berdakwah{mengajak}itu sangat banyak sekali baik dari Al-Quran
ataupun As-Sunnah bahkan pahalanya banyak sekali.
Alloh berfirman :

15
Dan hendaklah diantara kalian ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf,dan mencegah yangmungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.{Q.S.Ali-imran:104}

1. Pengertian Da’i
Adalah orang yang mengajak,menyeru kejalan kebaikan yang berlandaskan Al-
Quran dan As-Sunnah. Da’i yang mengajak kepada Alloh adalah mereka sebagai pewaris
para Nabi,
yang mengajak dari jalan kesesatan menuju jalan yang benar{petunjuk}dan mereka sabar
dari
orang-orang yang menyakiti baik dengan ucapan atau perbuatan,dan mereka yang
senantiasa
menghidupkan dengan kitab Alloh dan menghidupkan Sunnah-sunnah Rasulullah.

2. Keutamaannya
Banyak sekali dalil-dalil yang menjelaskan tentang keutamaan Da’i/dakwah dijalan
Alloh  baik dari Al-Quran ataupun As-Sunnah.
Alloh berfirman:
      

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada
Alloh dan mengerjakan kebaiakan dan berkata:sungguh aku termasuk orang
muslim.{Q.S fussilat:33}
      

16
Nabi bersabda :
Sesungguhnya Alloh dan para malaikat dan penduduk langit dan bumi hingga semut
didalam lubang{rumahnya}dan ikan ikan dilautan akan memohonkan ampunan bagi orang
yang mengajarkan kebaikan.H.R Imam Tirmidzi dan disohihkan oleh imam Albani.
Barangsiapa yang menunjukan kebaikan maka pahalanya seperti orang yang
melakukannya.{H.R Imam Muslim}
Sampaikanlah oleh kalian dariku meskipun satu ayat.{H.R.Imam Bukhari}
Dan didalam hadist yang lainnya yang diriwayatkan oleh imam Muslim Rasululllah
bersabda: Alloh akan memberikan petunjuk dengan perantara seseorang itu lebih baik dari
onta merah/barang mewah/dunia seisinya.wallohualam.

Jadi secara garis besar dakwah adalah:


1. Dakwah adalah Muhimmatur Rasul{Tugas utama para Rasul alahimussalam}
2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal{Amal yang terbaik}.
3. Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’i akan memperoleh balasan
yang
4. besar dan berlipat ganda.
5. Dakwah dapat menyelamatkan kita dari adzab Alloh SWT
6. Dakwah adalah jalan menuju khairu  ummah.
Demikian melihat keberkahan dalam hidup seseorang,dimana kehidupan yang
berkah
itu menurut beliau dan sesuai arahan Al-Quran ditentukan oleh aktivitas memberi manfaat
kepada orang lain melalui dakwah dan kebaikan yang disebarkan demi meninggikan
kalimat
Alloh SWT.

3. Sifat dan karakter Da’i


Secara sifat dan karakter para Da’i harus memiliki hal-hal berikut ini:
 Ikhlas didalam berdakwah.
 Mendefinisakan tujuan.
 Mengoleksi sifat Mujahid.
 Mencari ilmu yang bermanfaat.
 Tidak memiliki pola hidup serba sempurna.

17
 Tidak berputus asa dari Rahmat Alloh.
 Tidak menyebut nama, bila menghujat individu.
 Seorang Da’i tidak boleh mentazkiyah{Merekomendasikan}diri sendiri dihadapan
orang.
 Tidak mengeluhkan merajalelanya kerusakan dan para perusak.
 Tidak menambah-nambah apa yang sudah termuat didalam Kitabullah.
 Tidak berargumentasi dengan hadit-hadits maudu’{palsu}.
 Tidak boleh mencemarkan nama baik suatu instansi, lembaga, organisasi dan kelompok.
 Seorang da’i harus mengukur sesutu sesuai dengan proposinya.
 Bersifat lemah lembut didalam bicara dan welas asih dalam menasehati.
 Berinteraksi dengan manusia secara baik dan menghargai kedudukan mereka.
 Menjadi panutan{Qudwah}mulai dari dirinya sendiri.
 Mengkondisikan sesuai dengan pemahan umat.
 Tidak membeberkan aib seseorang dihadapan orang lain.
 Wala’ dan barro seorang da’i terhadap seseorang harus bersifat nisbi{relatif}.
 Mengambil simpati manusia.
 Mengintropeksi diri sembari berdoa.
 Ibadah seorang da’i harus lebih ekstra.
 Berjuhud didunia dan mempersiapkan buat kematian.
 Berpenampilan menarik.
 Seorang da’i harus familiar.

Da’i ilAlloh (yang mengajak ke jalan Alloh) Subhanahu wa ta’ala mereka mengerjakan


salah satu aktifitas yang paling terbaik.
Maka secara garis besar da’i harus memenuhi beberapa hal:
Pertama hendaknya ia mengilmu apa yang ia dakwahkan. Yaitu ia memiliki ilmu
tentang syariat Alloh hingga ia tidak mendakwahkan orang kepada kesesatan dalam
keadaan tidak menyadarinya atau tidak mengetahuinya. Maka seorang da’i itu harus belajar
terlebih dahulu mengenai apa-apa yang hendak ia dakwahkan dan mempelajari amalan-
amalan yang akan ia dakwahkan, mempelajari pendapat-pendapat yang akan ia dakwahkan,
mempelajari apa saja amalan-amalan yang dilarang agama, dan semisalnya

18
Kedua hendaknya ia memahami kondisi orang-orang yang didakwahi. Karena objek
dakwah itu bermacam-macam keadaannya. Di antara mereka ada yang memiliki ilmu
sehingga da’i membutuhkan kekuatan ilmu dalam debat dan diskusi. Di antara mereka ada
yang tidak berilmu. Di antara mereka ada yang keras kepala, dan ada pula yang tidak keras
kepala. Intinya keadaan mereka berbeda-beda, bahkan penerapan hukumnya juga akan
berbeda karena perbedaan kondisinya.
Ketika hendaknya bersikap hikmah dalam dakwahnya. Yaitu ia menyikapi orang
yang didakwahi dengan sikap yang sesuai dan menyikapi setiap persoalan dengan sikap
yang sesuai pula. Kemudian ia memulai dakwahnya dari hal yang paling urgen baru setelah
itu hal yang urgensinya dibawahnya.
Nabi Muhammad ShallAllohu’alaihi Wasallam mengurutkan prioritas dakwah
sesuai dengan tingkat urgensinya. Bukan sikap yang hikmah jika engkau melihat orang
yang kafir sedang merokok lalu engkau larang ia merokok sebelum mengajaknya kepada
Islam. Ini adalah poin yang sangat penting yang banyak dilalaikan pada da’i, karena banyak
diantara mereka begitu terikat pada perkara-perkara parsial tanpa melihat secara
komprehensif.
Keempat hendaknya da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan
penampilan yang baik. Maksudnya penampilan yang baik adalah penampilan yang layak
untuk seorang da’i. Juga perbuatannya dan perkataannya layak untuk seorang da’i. Yaitu
hendaknya ia berhati-hati dan tenang dalam berkata dan berbuat, memiliki pandangan yang
mendalam. Sehingga ia tidak mengesankan bahwa agama itu sulit, selama masih bisa untuk
dihindari kesan tersebut. Dan hendaknya ia tidak mengambil sikap yang keras selama masih
bisa berlemah lembut.
Demikianlah semestinya seorang insan ketika ia hendak berdakwah kepada orang-
orang kepada agama Alloh. Karena banyak orang yang berdakwah kepada orang-orang
terkadang ia perbuatan dan perkataannya tidak mencerminkan apa yang ia dakwahkan,
karena menyelesihi apa yang ia dakwahkan sendiri.
Padahal ada sebagian orang yang sudah menjadi da’i bil haal (dakwah dengan
praktek) sebelum ia berdakwah dengan lisannya (ceramah), yaitu ketika orang-orang
melihatnya mereka bisa mengingat Alloh ‘azza wa jalla, hati mereka jadi tenang, dan
mereka punya kecondongan hati pada kebenaran.
Maka hendaknya para da’i memperhatikan masalah-masalah ini agar dakwahnya
diterima orang-orang dengan lebih hidmat dan mendalam.

19
Inilah sifat-sifat dan karakteristik da’i yang harus dimiliki oleh setiap orang
yangmengemban dakwahnya,supaya lebih terarah dan mendapatkan ridha dari Alloh SWT.

D. TANTANGAN-TANTANGAN DALAM DAKWAH KONTEMPORER


Dewasa ini, tantangan dakwah tampaknya semakin berat, terutama tantangan akibat
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampak dari arus modernisasi dan
globalisasi. Walaupun di balik tantangan tersebut sesungguhnya juga menawarkan peluang-
peluang yang harus dimanfaatkan. Tantangan dakwah kontemporer dapat dibedakan
menjadi dua hal, yaitu: Pertama, tantangan yang merupakan ekses atau dampak dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sisi buruk dari globalisasi. Kedua, tantangan
yang berasal dari pihak non-Muslim, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri, berbagai progam dan strategi yang mereka lakukan. Ketiga, tantangan dakwah
akibat dari berbagai persoalan kebangsaan yang memberikan efek negatif kepada kegiatan
dakwah. Sementara pada sisi lain, dakwah juga dihadapkan dengan persoalan kemiskinan,
terutama dampak dari krisis ekonomi, yang telah mengakibatkan penduduk Indonesia
berada di bawah garis kemiskinan. Selain itu, tantangan atau permasalahan pemurtadan
dan ghazwul Fikr yang dilakukan pihak non-Muslim dan hal ini hanya selalu diwaspadai.
Dalam konteks ghaswul Fikr, terdapat berbagai tuduhan dari pihak luar Islam seperti Islam
dikembangkan dengan pedang dan perang, serta tuduhan Islam agama teroris.
Mereka telah menyalahgunakan kebebasan berekspresi untuk memprovokasi,
menghina keyakinan dan melukai hati umat Islam. Semua bentuk serangan terhadap Islam,
Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks dakwah, semua tuduhan itu harus
dijawab secara akademis, bukan dengan sentiment yang berlebihan. Sejauh ini memang
sudah ada beberapa upaya untuk mengkanternya, seperti yang dilakukan oleh Irena
Handono dan teman-temannya. Ia menulis buku dengan judul: Islam Dihujat: Menjawab
buku the Islamic Invasion. Ke depan usaha-usaha seperti itu, harus dilakukan, sehingga ada
keseimbangan antara informasi dan wawasan bagi masyarakat dunia.
Tantangan dakwah pada tataran nasional juga sangat beragam. Bangsa Indonesia
sekarang sedang melangkah dari kehidupan agraris yang bersahaja kepada kehidupan
industry. Proses industrialism dan modernisasi, manusia dapat lupa terhadap hakikat hidup
dan fungsi ganda yang diembankannya, yaitu sebagai pengabdi kepada Alloh (abdun),
sebagai khalifah dan penerus risalah kenabian.  Manusia dapat menjadi makhluk
penyembah teknologi, materu dan kepada sesame. Kalau kondisi ini muncul akibatnya akan

20
menghasilkan industri yang mengelu-elukan teknologi, serta muncul sikap mental arogan
terhadap nilai-nilai transenden yang ditawarkan oleh wahyu Ilahi. Kemudian pada
gilirannya akan menjurus kepada pemikiran dan sikap hidup yang sekuler, baik dalam
pengertian pemisahan agama dengan politik, maupun dalam pengertian terbebasnya
manusia dari kontrol ataupun komitmen terhadap nilai-nilai agama.
Dakwah Islam dituntut untuk memberikan nilai terhadap ilmu pengetahuan, yaitu
pada tahap aksiologis, sehingga penerapan ilmu tidak memberikan dampak negatif bagi
kehidupan umat manusia. Demikian juga halnya dalam penerapan teknologi. Baik terhadap
ilmu pengetahuan maupun terhadap teknologi, yang sangat menentukan disinilah adalah
manusianya yang mengendalikan ilmu dan teknologi itu. Tantangan berikutnya, yang
semakin terasa saat ini adalah akibat dari munculnya era globalisasi. Pada era ini, dunia
terasa tidak luas lagi dan kehidupann manusia antar Negara menjadi transparan. Akibatnya
adalah muncul nilai-nilai baru yang dapat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang.
Media massa saat ini, seperti radio, televisi, pers dan teknologi mutakhir, dikuasai oleh
pihak barat. Dalam konteks dakwah keberadaannya harus selalu diperhitungkan, sebab
secara teori media masa mempunyai fungsi memberikan informasi (to inform), mendidik (to
educated) dan menghibur (to entertainment). Media massa juga bersifat ambivalen, pada
satu sisi menawarkan “rahmat” yaitu kebaikan, kemudahan, dan pencerahan kepada umat
manusia sebagaimana fungsi diatas.

E. SOLUSI UNTUK MEMECAHKAN TANTANGAN DAKWAH


Dakwah pada era kontemporer ini dihadapkan pada berbagai tantangan dan
problematika yang semakin kompleks. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan dan
dinamika masyarakat yang semakin maju dan beradab. Pada masyarakat agraris yang
dimana kehidupan manusia penuh dengan kesederhanaan dan kesahajaan tentunya terdapat
problematika hidup yang berbeda dengan masyarakat kontemporer sekarang ini yang
cenderung materialistik dan individualistik. Begitu juga tantangan dan problematika dakwah
yang dihadapkan pada berbagai persoalan yang sesuai dengan tuntutan pada era sekarang
ini.
Untuk umat Islam kita harus bisa mengambil sisi positif dari segala perubahan yang
ada, kita harus bisa menyaring serta memfilter mana yang memang cocok untuk diambil dan
dianut. Dakwah kontemporer disini banyak dihadapkan pada beberapa tantangan dan
problematika yang semakin kompleks. Dakwah kontemporer menggunakan fasilitas media

21
massa sebagai proses penyebaran dakwah informasi. Kita sebagai umat Islam harus bisa
mengetahui dan mengikuti mana yang baik untuk diambil.
Metode dakwah Rasulullah SAW. pada awalnya dilakukan melalui pendekatan
individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa.
Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah
ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya
fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi – lokasi yang didiami
para da’i dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan
dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan
tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni
kawasan itu berdosa di mata Alloh.
Dengan demikian, sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap
individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di
lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena
merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Alloh SWT.. Penyampaian
dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
sehingga cahaya hidayah Alloh SWT tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan nabi
adalah tokoh – tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena
mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna.
Melihat persoalan ummat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan
dengan upaya yang seriaus dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan,
dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan –
perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat.
Mudah – mudahan Alloh SWT. Senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita
tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Alloh.
Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural
dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat,tetapi dakwah
kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang.
Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang
periklanan adalah, merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari
kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud
penulis adalah, dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan
yang lagi semarak dewasa inzi.

22
           

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah yang pada intinya menyeru kepada Alloh, adalah kewajiban setiap muslim.
Kesadaran ini penting ditanamkan pada setiap muslim. Alloh SWT berfirman dalam QS an
Nahl : 125 yang artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da’i kepada dakwah, yakni
ajaran agama Islam sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an dan Hadits.
            Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada objek dakwah, baik
itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah
diterima, diyakini dan diamalkan
Secara syar’i, kewajiban dakwah memiliki banyak perintah dan qorinah yang
menunjukkan betapa kewajibannya bernilai amat tinggi dan menentukan; diantaranya
firman Alloh SWT.
Maka dari itu cara berdakwah dari zaman ke zaman harus lah berkembang
mengikuti kondisi umat yang dinamis sesuai dengan perkembagan zaman, dengan hal
tersebut maka dakwah dapat diterima dengan baik.

B. Saran       

Lakukanlah dakwah sebisa mungkin, walau hanya dari hal-hal yang paling kecil
Insya Alloh akan membawa kebaikan bagi diri kita dan umat pada umumnya, dengan
catatan kita jangan pernah merasa lebih baik ataupun lebih suci dari insan yang lain, karena
Nabi Muhammad SAW pun selalu menyampaikan dakwahnya dengan rendah hati.
Hargailah semua perjuangan Nabi Muhammad SAW, dengan beribadah dan tidak
melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.

24

Anda mungkin juga menyukai