Anda di halaman 1dari 12

NAMA : MUHAMMAD RIZQAN ALI

NIM : P07134018077

KELAS : B

PROSEDUR ANALISA KUALITATIF NARKOTIKA

1. GANJA

a. Tes presumtif
 Tes warna
Tes warna positif hanya memberi indikasi kemungkinan adanya bahan yang mengandung
ganja dan bukan identifikasi pasti ganja.

a) Tes Fast Corint V

(1) Pereaksi: Reagen A: petroleum eter, reagen B: garam Fast Corint V (1% w/w Dichloro
zinc; 2-methoxy- 5-methyl-4- (4-methyl- 2-nitrophenyl) diazenyl-
benzenediazonium; di chloride dalam sodium sulfat anhidrat,
reagen C: 1% w/w sodium bikarbonat dalam air.

(2) Prosedur

Lipat dua kertas saring yang diletakkan satu di atas yang lain, lipat membentuk
corong, letakkan sedikit sampel bubuk ke bagian tengah kertas atas. Tambahkan dua tetes
reagen A yang memungkinkan cairan untuk menembus ke kertas saring yang lebih rendah.
Buang kertas saring atas dan biarkan kertas saring yang bawah mengering. Tambahkan
sedikit pereaksi B ke bagian tengah kertas saring dan tambahkan dua tetes reagen C.

(3) Pengamatan

Adanya bercak berwarna merah ungu di bagian tengah kertas saring adalah indikasi
dari produk yang mengandung ganja. THC, CBN dan CBD menghasilkan rona yang sama.
b) Tes Fast Blue B

(1) Pereaksi: Reagen A: petroleum eter,


reagen B: garam Fast Blue B (1% w/w Di-o- anisidinetetrazolium chloride
dalam sodium sulfat anhidrat, reagen C: 10% w/w sodium bikarbonat dalam
air

(2) Prosedur, sama seperti pada prosedur Fast Corin V.

(3) Pengamatan :
Bercak berwarna merah ungu di bagian tengah kertas saring adalah
indikasi dari produk yang mengandung ganja. Warna ini adalah kombinasi
dari warna cannabinoids yang berbeda yang merupakan komponen utama
ganja: THC = merah, CBN = ungu, CBD = orange.

Catatan: Garam Fast Blue B harus disimpan dalam kulkas, agar tidak mengeras.

Rapid Duquenois test (Duquenois-Levine test)


Bisa menggunakan cara manual dengan tabung reaksi atau menggunakan
reagen kit.

b. Analisis Marijuana dalam Sampel Biologis

Test Skrining
Sampel : urine
a) Metode : Immunochromatografi Kompetitif
Prinsip : Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang mengandung
substrat enzim(ada dalam keadaan bebas di zone S) merupakan “Antibodi Pendeteksi
dalam Strip” oleh narkoba sampel/urine “Antigen dalam Sample” atau narkoba yang
telah dikonjugasi enzim “Antigen dalam Strip Test” (ada dan terfiksir di zone T). Jika
dijenuhi oleh narkoba dalam sampel (sampel positif narkoba), maka IgG anti narkoba-
substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi
enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba)
atau hanya sebagian dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah
ambang batas pemeriksaan/cut off value), maka IgG anti-narkoba-substrat akan
berikatan dengan narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi
enzim-substrat yang berwarna penuh atau samar-samar.
Valid tidaknya test dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone S suatu kontrol
validitas yang berupa IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi spesifiknya
narkoba, maka baik pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di bawah ambang
batas pemeriksaan atau tidak ada sama sekali narkobanya, semuanya tidak akan
menjenuhi dan hanya akan mendifusikan IgG goat-substrat dari zone S ke zone C untuk
menemui dan mengikat IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim sehingga terjadi
reaksi enzim-substrat yang berwarna di zone C.

Alat dan Bahan : Strip test Narkoba


Cara Kerja :
 Biarkan strip test dalam suhu kamar.
 Buka penutup strip test, kemudian celupkan strip test tersebut secara vertical ke
dalam sample urine selama 10-15 detik.
 Ketika strip test dicelupkan tidak boleh melewati batas garis yang paling bawah
Zona Sample (S).
 Tempatkan test strip itu pada bidang datar, baca hasil setelah 5-10 menit.

Interpretasi Hasil
Positif: Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)

Negative : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T)

Invalid: Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T) atau terbentuk pita
pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita pink.

Gambar 5.4 Hasil Pemeriksaan Ganja dengan Metode ICT Strip-test

c. Uji Konfirmasi

Analisis THC Metode Kromatografi Lapisan Tipis ( KLT )


Prinsip : Residu hasil hidrolisa yang dilanjutkan dengan ekstraksi yang dielusi dengan
pelarut tertentu akan membentuk bercak yang berwarna khas.
Perlatan:
a. Alat KLT
i. Plate KLT ( 20 x 20 cm, 10 x 10 cm, 10 x 5 cm )
ii. Bejana kromatografi
iii. Pipakapiler pipet mikro
iv. Botol semprot sprayer
b. Oven dan lampu UV

Reagen :
a. Lapisan tipis Silica Gel G
b. Eluen, dipilih salah satu :
A : Etil asetat-metanol-amonia-akuades (12 : 5 : 1 : 0.5)
B : Kloroform-metanol-amonia (70 : 30 : 2)
c. Larutan penampak bercak Fast Blue B, harus dibuat baru:
Larutan Fast Blue B Salt 0,1% dalam air, apabila dalam air tidak timbul
warna, dapat ditambahkan NaOH encer.

d. Larutan standar

Larutan 9-carboxy-THC 1 mg/mL dalam metanol

Cara Kerja:
Persiapan specimen
a. Hidrolisis
Hidrolisis alkali
Pipet 10 ml urin kedalam tabung gelas bertutup, untuk pemeriksaan dengan KG ditambah
standar internal. Tambahkan 2ml kalium hidroksida 10 N, tutup tabung dan inkubasi pada
50oC selama 20 menit dengan sekali-kali diaduk. Lanjutkan dengan ekstraksi.

b. Ekstraksi
Prinsip ekstraksi:

9 karboksil THC dari urin yang telah dihidrolisa diekstraksi dalam suasana asam. Hasil
ekstraksi diuapkan pada suhu 35-40oC. Residu siap untuk pemeriksaan dengan KLT dan
KG.

Cara ekstraksi ada 2

Cair-cair

 Spesimen hasil hidrolisa setelah didinginkan, pindahkan ke dalam corong pisah,


pH diatur sampai 2HCl 2N atau H2SO4 2 N
 Tambahkan 15 mL Sikloheksan-etil asetat (7:1, v/v)
 Pindahkan lapisan organik, saring melalui natrium sulfat kering kedalam tapered
tube, cuci saringan dengan 5 mL pelarut (sikloheksan-etil asetat)
 Uapkan sampai kering pada temperatur kamar dengan aliran udara atau gas
nitrogen, larutkan kembali residu dalam 0,2 mL methanol atau asetonitril-
methanol (3:1, v/v) dengan pengocokan atau sonikator.

Solid-phase extraction (SPE)


 Kolom SPE yang sesuai dicuci dengan mengalirkan pelan-pelan masing-masing 3
mL methanol, air suling, methanol dan air.
 plastic syringe 10 ml dipasangkan pada kolom sebagai reservoir. Gunakan vakum
dengan kecepatan rendah untuk menaikkan kecepatan aliran.
 Urin yang sudah dihidrolisa (2ml) masukkan kedalam kolom, cuci dengan 10 ml
HCL 0,1 N dan 25 mL larutan asam fosfat 50 M dalam asetonitril 10%.
 Elusi 9 – carboxy – THC dengan 1 mL aseton.
 Uapkan larutan dibawah aliran gas nitrogen, larutkan kembali dengan 0,1 mL
methanol.

2. Heroin dan Morfin


a. Pemeriksaan secara kualitatif dengan Kromatografi Lapisan Tipis

Prinsip : Residu hasil ekstraksi dielusi dengan eluen tertentu, kemudian ditetapkan secara KLT
sehingga terbentuk bercak yang berwarna khas.

Peralatan : a. Alat KLT lengkap :


 Plate kaca 20 x 20 cm, 10 x 10 cm, 10 x 5 cm
 Bejana kromatografi
 Botol semprot atau sprayer
 Pipet kapiler/pipet mikro
b. Lampu UV 254 nm
c.pH meter
d.Sentrifuge
e.Oven

Reagen :
a. Adsorben : silica gel G, tebal 0,2 mm
b. Eluen, dipilih salah satu :
1) Sistem A : toluene- aceton- etanol- ammonia (45 : 45 : 7 :3)
2) Sistem B : Etil asetat- Methanol - Ammonia (85 : 10 : 5)
c. Penampak bercak dipilih salah satu:
1) Kalium iodoplatinat:
Larutkan 0,25 g platinik klorida dan 5 g KI dalam air suling sampai 100, tambahkan
2 ml HCl pekat.

2) Reagen Dragendorff
Larutan A: Campur 2 gr bismuth subnitrat (bismuth oksinirat), 25 ml asam asetat
glacial atau pekat dan 100 ml air suling.

Larutan B: Larutan 40 gr KI dalam 100 ml air suling.

Campur 10 ml larutan A dan 10 ml larutan B, + 20 ml asam asetat glacial + 100 ml


air suling.

3) Reagen fluoresensi :
a.Buffer AMP (2-amino 2-metil 1,3 propandiol:
Tambahkan 105 mg 2-amino 2-metil 1,3 propandiol ke dalam 18,8 ml HCl pekat
dan encerkan dengan air sampai 1000 ml (pH = 9,3 ± 0,2)

b. Larutan kalium ferri sianida :


Larutkan 58 mg kalium ferri siabercak dalam 100 ml air suling. Simpan dalam
lemari es, siapkan larutan yang baru 1 minggu.

b) d. Standar Morfin dan codein


Buat larutan standar 1 mg/ml dalam methanol.

Garam atau basanya bisa digunakan sebagai standar, karena pada KLT senyawa tersebut
akan terpisah sebagai basa bebas

Cara kerja KLT


(1) Totolkan 5-10 µl larutan standard dan hasil ekstraksi pada plate dengan jarak 2 cm,
kemudian elusi dengan bejana kromatografi dengan salah satu larutan eluen.

(2) Keluarkan plate dari bejana kromatografi kemudian plate dikeringkan sebelum
disemprot dengan larutan penampak bercak.

(3) Pengeringan pada suhu kamar atau di dalam oven pada suhu 120ºC selama 10 menit
atau dengan menggunakan udara panas dari blower.

(4) Plate yang telah kering disemprotkan dengan laruan penampak bercak. Kemudian
setelah kering diamatai.
Catatan :

Eluen dengan system A akan memberikan hasil lebih bagus apabila menggunaka
penampak bercak Dragendorf.

Eluen dengan system B akan memberikan hasil yang lebih bagus apabila menggunakan
penampak bercak iodoplatinat.

b. Pemeriksaan secara kuantitatif dengan kromatografi gas


a) Prinsip :
1) Derivatisasi hasil ekstraksi dilarutkan dengan pelarut tertentu, diinjeksikan ke dalam
injektor pada kondisi tertentu, sehingga dapat diketahui waktu retensi, luas area dan puncak
kromatogram yang dihasilkan.
b) Peralatan :
1) Derivatisasi :
a. Tapered tube (tabung runcing berskala) 10 ml
b. Labu ukur 10 ml
2) Kromatografi gas
c) Reagen :
1) Standar kalibrasi : morfin, nalorfin
2) Derivatisasi :
a. BSA (N,O-bistrimetil silil asetamin)
b. MSTFA (N-metil N-trimetilsilil trifluro asetamid)
c. HMDS (Heksan metal disilasan)
d. TMCS (Trimetil Klorosilan)
e. Piridin
f. PFTA (Penta fluoro propianat anhidrat)
g. Etil asetat
3) Kromatografi gas
a. Gas nitrogen
b. Kolom

d) Cara Kerja :
1) Pembuatan larutan standar kalibrasi
Dibuat larutan induk morfin, nalorfin dengan kadar 1 mg/mL dalam methanol. Dari
larutan induk tersbeut dibuat larutan standar kalibrasi dalam air suling dengan konsentrasi
antara 0-10 µg/mL morfin dalam 5 µg nalorfin. Nalorfin digunakan sebagai standar
internal.
2) Derivatisasi spesimen ada 2 pilihan
a. Sililasi :
1) Ekstrak urin diuapkan sampai kering dengan uap nitrogen
2) Residu yang terbentuk di derivatisasi dengan 20 µl N, O-bis trimetil
sililasetamid (BSA) dalam vial tertutup dengan pemanasan 85 ºC selama 15
menit (BSA dapat diganti dengan campuran reagen sililasi dan piridin = 1 : 1
v/v).
Campuran tersebut disuntikkan ke dalam kromatografi gas.Jika dipakai detektor
NPD, reagen silisasi seperti N-metil-N-trimetilsilil triflouroasetamid (MSTFA)
atau campuran heksa metildisilasan (HMDS), trimetil klorosilan (TMCS) dan
piridin.

3) Derivatisasi harus dipersiapkan segera sebelum dianalisa, karena reagen


derivatisasi silil tidak stabil. 1-2 µl larutan standar kalibrasi dan hasil derivatisasi
diinjeksikan ke dalam injektor.
b. Asilasi :
1) Tambahkan 50 µl penta fluoropropionik anhidrat (PFPA) ke dalam hasil
ekstraksi urin, panaskan campuran tersebut selama 30 menit pada 65 ºC di dalam
tabung tertutup.
2) Uapkan kelebihan reagen PFPA dengan uap nitrogen.
3) Larutkan residu dengan 50 µl etil asetat.
4) Derivatisasi stabil dalam reagen selama beberapa bulan dan setelah penguapan
reagen, stabil dalam waktu 24 jam.
1-2 µl larutan standar kalibrasi dan hasil derivatisasi diinjeksikan ke dalam
injektor.

e) 3). Kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :


1) Detektor FID atau NPD
2) Kolom : packed kolom 2 m x 2-4 mm ID
a. Dimetil silicon (SE 30, OV-1)
b. Phenil metal silicon, 50% phenil (OV-17)
3) Gas nitrogen: kecepatan aliran nitrogen pada 70 ml/menit.
4) Suhu :
a. Injektor 275 ºC
b. Oven 230 ºC
c. Detektor 275 ºC
3. KOKAIN

Metode Kromatografi Lapisan Tipis (KLT)


Prinsip :
Residu hasil ekstraksi dielusi dengan eluen tertentu, kemudian ditetapkan secara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sehingga terbentuk bercak yang berwarna khas.

Peralatan :
Alat KLT : Plate KLT (20X20 cm, 10x10cm, dan 10x5 cm), bejana kromatografi
Lampu UV
Reagen
a) Eluen, dipilih salah satu :
A : Metanol – ammonia (100 : 1,5)

B : Kloroform – methanol (50 : 50 )

b) Larutan penampak bercak , dipilih salah satu :


(1) Reagen Dragendorf:

a. Larutan A : Campur 2 gr Bismut subnitrat (Bismut Oksinitrat), 25 ml asam


asetat glasial pekat atau 100 ml air.

b. Larutan B: Campur 10 ml larutan A dan 10 ml larutan B + 20 ml asam asetat


galsial + 100 ml air suling

(2) reagen: Kalium Iodoplatinat yang diasamkan

Larutan 0,25 gr platinat klorida dan 5 gr KI dalam air suling


sampai 100 ml, tambahkan 2 ml HCL pekat

(3) asam sulfat pekat 1 ml ditambahkan perlahan-lahan pada 10 ml larutan ferri


klorida (5% w/v) dan campurkan

c) Larutan Standar :
Larutan standar 1 mg/ml BE (Benzoylecgonine), kokain base dan Ecgonin metil
ester dalam metanol.

Cara Kerja
a) Ekstraksi
Prinsip Ekstraksi : Kokain diekstraksi dengan pelarut organik dalam suasana basa
pada PH 8-9,5. Spesimen diatur pH sampai 9 (8 – 9,5) dengan buffer yang tepat.
Hasil ekstraksi diuapkan, residu siap untuk pemeriksaan dengan alat KLT dan alat
KG.
Cara Ekstraksi :

1. Membuat larutan buffer


- Buffer borax (PH 9-9,6)
19,07 gr natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2O) dalam 1 liter air

-Buffer Ammonia (PH 9,5)


10,7 gr ammonium klorida dilarutkan dalam 40 ml larutan ammonia 5 M
tambahkan air suling sampai 1 L.

2. Spesimen urin sebanyak 20 ml diatur PH-nya sampai 9 (8-9,5) dengan buffer.


3. Dengan pelarut ekstraksi diklorometan – isopropanol (85 : 15 v/v) sebanyak 40
ml atau kloroform isopropanol (50:50 v/v) dua kali, tiap kali dengan larutan
ekstraksi 20 ml.
4. Diamkan lapisan memisah, lapisan air (atas) dan lapisan ekstrak organik
(bawah). Apabila terjadi emulsi gunakan kertas saring silikon
5. Tampung ekstrak organic, saring melalui kertas saring yang berisi sedikit
natrium sulfat kering.
6. Saringan dicuci dengan pelarut ekstraksi 5 ml, hasil ekstraksi diuapkan sampai
kering dengan pompa vakum atau uap nitrogen. Ekstrak siap dipakai untuk
penetapan secara Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) dan Kromatografi Gas
(KG).

b). Pemeriksaan KromatografI Lapisan Tipis


1. Ekstrak urin yang sudah dikeringkan dilarutkan dalam 50 ul metanol
2. Totolkan 5-10 ul larutan standar dan hasil ekstraksi pada plate dengan jarak 2
cm, kemudian elusi dalam bejana kromatografi dengan salah satu larutan
eluen
3. keluarkan plate dari bejana kromatografi kemudian dikeringkan
4. pengeringan dapat dilakukan pada suhu kamar atau dalam oven pada suhu
1200C selama 10 menit atau dengan menggunakan udara panas dari blower
5. plate yang telah kering disemprot dengan larutan penampak bercak, kemudian
diamati dengan lampu UV

Metode Kromatografi Gas (KG)


1) Prinsip :
Residu hasil ekstraksi yang dilanjutkan dengan derivatisasi dilarutkan dengan pelarut
kloroform, metanol disuntikkan kedalam kromatografi gas dengan kondisi tertentu
sehingga dapat diketahui waktu retensi (Rt) luas area dan puncak kromatografi yang
dihasilkan.
2) Peralatan :
Derivatisasi :
a) Vortex mixer
b) Heating block
c) Pipet mikro
d) Kromatografi gas
3) Reagen
Derivatisasi:
a) Pentafluoropropionik anhidrida (PFPA)
b) Pentafluoro-propanol (PFPOL)
c) Etil asetat
d) Gas nitrogen
e) Larutan Standar Kalibrasi
Pembuatan larutan kalibrasi :
Buat larutan induk 1 mg/ml dari kokain, BE dan ecgonine metil ester dari internal
standar dalam methanol.
Siapkan larutan standar urin dari larutan induk yang mengandung kokain 0,5 ug/ml,
benzoilecgonin dan ecgonine metil ester 0-25 ug/ml internal standar = 25ug/ml
Larutan standar kalibrasi dikerjakan dengan cara yang sama dengan spesimen
4) Cara Kerja
a) Ekstraksi (Lihat Ekstraksi Metoda KLT)
b) Derivatisasi
1. Urin tambahkan 50 μl PFPA dan 25 μl PFPOL ke dalam ekstrak kering hasil
ekstraksi. Kocok di atas vortex mixer dan panaskan di atas heating block pada
suhu 90oC selama 15 menit.
2. Biarkan tabung sampai dingin dan uapkan ekstrak spesimen sampai kering pada
suhu 480 C dengan aliran gas nitrogen, kemudian larutkan residudalam 25 μl etil
asetat.
3. Injeksikan 1-2 μl larutan standar kalibrasi dan hasil derivatisasi ke dalam injektor
4. Derivat PFPA stabil dalam reagen 1 bulan dan 24 jam setelah reagen diuapkan.
c) Pemeriksaan Kromatografi Gas
Kondisinya sebagai berikut :
1) Detektor : NPD atau FID
2) Kolom : Packed column *) :
i. Dimetil silikon (SE-30, OV-1)
ii. Fenil metil silikon, 50% fenil (OV-17)
3) Suhu :
i. oven : 2200 C
ii. Injektor : 2200 C
iii. Detector : 3000 C
4) Gas : Nitrogen dengan kecepatan alir 30 ml/menit
i. Hidrogen dengan kecepatan alir 30 ml/menit
ii. Cappilary Column yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai