Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis
SEROSIS HEPATIS
Tingkat II A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Serosis Hepatis
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang
diberikan Dosen Mata Kuliah KMB 1.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi
maupun dalam penyusunan.oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses-proses
penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul dan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur.
(Smeltzer, Bare, 2001).
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketika pada pasien
yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia
sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap
tahun akibat penyakit ini. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju. Maka kasus Sirosis
hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan
lebih kurang 30% lainnya ditemukan secarakebetulan ketika berobat untuk penyakit lain,
sisanya ditemukan saat atopsi. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-
laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 449 tahun.(Mariyani,
2003)
Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat alkoholisme.
Namun tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya seperti kekurangan gizi, protein
deficiency, hepatitis dan jenis lain dari proses infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun
kimia. Gejala yang ditimbulkan sirosis hepatis akibat perubahan morfologi dapat
menggambarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti
hematemesis melena, koma hepatikum.
Peran dan fungsi perawat adalah memberi penyuluhan kesehatan agar masyarakat
dapat mewaspadai bahaya penyakit sirosis hepatis, merawat pasien dengan penyakit sirosis
hepatis adalah mencakup perbaikan masukan nutrisi klien, membantu klien mendapatkan
citra diri yang positif dan pemahaman dengan penyakit dan pengobatanya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai perawat dalam merawat
pasien dengan penyakit sirosis hepatis dengan penanganan tepat dan asuhan keperawatan
yang komprehensif.
2 .Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan
mengenai sirosis hepatis dan komplikasinya dan mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif kepada pasien.
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sirosis hepatis dan pengertian komplikasinya.
2. Mahasiswa mengetahui etiologi sirosis hepatis
3. Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi dan manifestasi klinis sirosis hepatis dan
komplikasinya.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan sirosis hepatis dan komplikasi yang
terjadi.
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sirosis hepatis dan
komplikasinya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Adapun faktor
predisposisinya:
1. Alkohol
Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi alkohol.
Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-sel hati.
Alkohol merupakan zat hepatotoksis yang merupakan penyebab utama pada perlemakan hati
sehingga menyebabkan infiltrasi lemak sehingga menghalangi pembentukan lipoprotein.
3. Klasifikasi
Secara Morfologi sirosis dibagi menjadi 3 jenis antara lain :
1) Mikronodular(portal).
a. Septa tebal teratur
b. Besar nodul sampai dengan 3 mm
c. Mengandung nodul kecil dan halus diseluruh lobulus
4.Patofisiologi
1. Sirosis Laennec (sirosis alkoholik, portal, dan sirosis gizi)Penggunaan >> alkohol
kronik >> inflamasi/nekrosis sel hepar
25% karena hepatitis virus, kasus kecil karena obat, kimia, jamur beracunBercak
necrotic pada hepar nodul besar dan kecil dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan
parut diselingi jaringan normal hipertensi portal gangguan faal hepar ensephalopati
hepatic
Sintesis oleh hati dengan memecah asam amino oleh protein menghasilkan ammonia
(kaya akan toksin berbahaya), saat hati mengalami kerusakan ammonia tidak dapat diubah
menjadi ureum peningkatan ammonia tertimbun didalam sirkulasi darah gangguan
system syaraf pusat koma hepaticum
b. Hipertensi portal
a) Asites
Gangguan sintesis albumin menurun volume intra vascular sekresi
aldosteron meningkat (ginjal mengeluarkan renin) ginjal menahan natrium dan air
kembali ke keadaan normal gradient osmotic meningkat tertariknya cairan ke kavum
peritoneal asites
b) Varises Esofagus
cardiac output darah terbanyak dihati hipertensi portal sirkulasi tidak
lancar
tekanan porta, peningkatan tekanan vena hepatica aliran kolateral refluks vasodilatasi
esophagus terdesak rupture perda rahan massif
c) Haemorroid
Pada perdarahan massif dalam keadaan varises esophagus vena mesentrika
interna kelainan bekuan darah traktus gastro hematoshezia dan vena
homoroid rectum
Gangguan Endokrin
- Ikterus
- Atrofi testis
- Ginekomastia
- Erithema palmaris
- Hiperpigmentasi
c. Gangguan hematologik
- Kecendrungan perdarahan, (varises esofagus), wasir, melena, hematemesis,
hematoschezia
- Anemia, trombositopenia, leukopenia
d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Edema
- Ascites
2. STADIUM II
Flapping tremor, apraksia
3. STADIUM III
Gelisah tidak bisa tidur
4. STADIUM IV
Koma hepaticum
6. Penatalaksanaan
1. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam
2. Diet tanpa protein. Bila ada asites diberikan diet rendah garam II.
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik (non hepato toksik) mis neomycin
4. Keseimbangan cairan dan elektrolit
5. No alcohol at all.(Setya, 2011)
Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti
1. Asites
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe yang
spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini
lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada sirosis hati terjadi
permiabilitas usus menurun dan mikroba ini berasal dari usus.
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime),
secara parental selama lima hari, atau Quinolon secara oral.
untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.
Penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam
keadaan ini maka dilakukan :
Pasien diistirahatkan daan dpuasakan
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfuse
Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya
yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan,
evaluasi darah. disamping melakukan aspirasi cairan lambung. Bila perdarahan
banyak, tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9 g% dilakukan pemberian
dekstrosa/salin dan tranfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g
dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
Menghentikan perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade (sb Tube)
Bedah anamtomosis porta-kava (Mariyani, 2003)
7. Komplikasi
1. Perdarahan Gastrointestinal
Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah, sehingga timbul
perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau
hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa nyeri di epigastrium. Darah
yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku, karena sudah tercampur
dengan asam lambung. Setelah hematemesis selalu disusul dengan melena (Sujono Hadi).
2. Koma hepatikum
Pada penyakit hati yang kronis timbullah gangguan metabolisme protein, dan
berkurangnya pembentukan asam glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses detoksifikasi
berkurang. Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam sirkulasi portal masuk ke
dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah menjadi urea. Pada penderita dengan kerusakan sel
hati yang berat, banyak amoniak yang bebas beredar dalam darah. Oleh karena sel hati tidak
dapat mengubah amoniak menjadi urea lagi, akhirnya amoniak menuju ke otak dan bersifat
toksik/iritatif pada otak.
3. Ulkus peptikum
Menurut Tumen timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar
bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya
ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada
mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan.
4. Karsinoma hepatoselular
Sherlock (1968) melaporkan dari 1073 penderita karsinoma hati menemukan 61,3 %
penderita disertai dengan Sirosis Hepatis. Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis
Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan
berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple.
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita
sirosis, kondisi badannya menurun. Menurut SCHIFF, SPELLBERG infeksi yang sering
timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia,
pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis, perikarditis,
endokarditis, erysipelas maupun septikemi.
8. Prognosis
Penderita serosis hepatis kompensata akan menjadi dekompensata dengan angka sebesr
10 % per tahun. Penderita serosis hepatis dekompensata mempunyai angka ketahanan hidup
5 tahun, hanya sekitar 20 %, ascites adalah tanda awal adanya dekompensata. Penderita
serosis hepatis dengan peritonitis bakterial spontan mempunyai angka ketahanan hidup 1
tahun sekitar 30-45 %, dan yang mengalami ensefalopati hepatik angka ketahanan hidup 1
tahun s ekitar 40 %.
4. Berikan tambahan garam bila 4. Tambahan garam meningkatkan rasa makanan
diizinkan; hindari yang dan membantu meningkatkan selera makan;
mengandung amonium. amonia potensial resiko ensefalopati.
5. Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi
5. Berikan makanan halus, hindari pada siriosis berat.
makanan kasar sesuai indikasi.
DP 2 :
Gangguan kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d gangguan mekanisme regulasi, retensi
natrium, hematemesis, melena
Tujuan: pemulihan balance cairan dan elektrolit adekuat
Kriteria Hasil: tidak terjadi kelebihan cairan, Tanda-tanda vital stabil, Asupan dan haluaran
seimbang, Edema bekurang, Tonus otot membaik, CRT <2 detik
Intervensi Rasional
1. Ukur masukan dan haluaran, catat1. Menunjukkan status volume sirkulasi,
keseimbangan positif. Timbang terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan
berat badan tiap hari dan catat respon terhadap terapi. Peningkatan berat badan
peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari sering menunjukkan retensi cairan lanjut.
3. Ukur lingkar abdomen per hari 3. Menunjukkan akumulasi cairan (asites)
diakibatkan oleh kehilangan protein
plasma/cairan kedalam area peritoneal.
DP3 :
Resiko tinggi pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra
abdomen (asites).
Tujuan: perbaikan status pernafasan
Kriteria Hasil: Mempertahankan pola pernapasan efektif, Pasien akan bebas dispnea dan
sianosis, dengan nilai BGA dan kapasitas vital dalam rentang normal.
Intervensi Rasional
1. Awasi frekuensi, kedalaman, dan
1. Pernapasan dangkal cepat/dispnea mungkin
upaya pernapasan ada sehubungan dengan hipoksia dan atau
akumulasi cairan dalam abdomen.
2. Menunjukkan terjadinya komplikasi, contoh:
2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi tambahan menunjukkan
krekels, mengi, ronkhi. akumulasi cairan/sekresi, tak ada /menurunnya
bunyi atelektasis), meningkatkan resiko
infeksi.
3. Perubahan mental dapat menunjukkan
3. Selidiki perubahan tingkat hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering
kesadaran. disertai koma hepatik.
4. Memudahkan pernapasan dengan
4. Pertahankan kepala tempat tidur menurunkan tekanan pada diafragma dan
tinggi. Posisi miring. meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
5. Membantu ekspansi paru dan memobilisasi
5. Ubah posisi dengan sering, sekret.
dorong napas dalam, latihan dan
batuk. 6. Menyatakan perubahan status pernapasan,
6. Awasi seri BGA, nadi oksimetri, terjadinya komplikasi paru.
ukur kapasitas vital, foto dada.
7. Berikan tambahan oksigen 7. untuk mengobati/mencegah hipoksia. Bila
sesuai indikasi. pernapasan /oksigenasi tidak adekuat, ventilasi
mekanik sesuai kebutuhan.
8. Siapkan untuk/bantu untuk 8. Kadang-kadang dilakukan untuk membuang
prosedur, contoh: parasintesis. cairan asites bila keadaan pernapasan tidak
mebaik dengan tindakan
DP 4 :
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan: gangguan sirkulasi/status
metabolic. adanya edema, asites.
Kriteria Hasil : mempertahankan integritas kulit, Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko
dan menunjukkan perilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan kulit.
Intervensi Rasional
1. Lihat permukaan kulit/titik 1. Edema jaringan lebih cenderung untuk
tekan secara rutin. Pijat mengalami kerusakan dan terbentuk dicubitus.
penonjolan tulang atau area yang Asites dapat meregangkan kulit sampai pada
tertekan terus menerus. Gunakan titik robekan pada sirosis berat
losion minyak.
2. Ubah posisi pada jadwal 2. Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada
teratur, saat di kursi/tempat tidur, jaringan edema untuk memperbaiki sirkulasi.
bantu dengan latihan rentang Latihan meningkatkan sirkulasi dan
gerak aktif/pasif. perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Sirosis hati merupakan penyebab kematian (setelah penyakit kardiovaskuler dan
kanker). Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan
dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30
– 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel –
sel hati sehingga susunan parenkim hati terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis
belum diketahui secara jelas, namun terdapat factor predisposisi yakni diantaranya pasien
dengan riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dll. Untuk menegakkan diagnosa
sirosis hepatis dapat diperoleh dari gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
baik pemeriksaan darah maupun pemeriksaan radiologis, pemeriksaan USG, dan pemeriksaan
CT scan. Pnatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung kondisi, komplikasi, dan prognosisnya.
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu
pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis dan komplikasinya
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan sirosis hepatis dan komplikasinya
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999).
Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: (EGC).
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-
proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Hudak, Gallo.(1992). Keperawatan Kritis.Jakarta: Penerbit ECC
Setiya, Yulis. (2010). Handout Materi Sirosis Hepatis.
Lestari. (2009). Jurnal Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis, FKUI, Jakarta
Mariyani, Sri (2005). Jurnal Sirosis Hepatis, FK UNSUMSEL