Askep Distosia INSYA ALLAH FIX

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Distosia

Untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas

Kelompok 3

Disusun oleh :

Linda Riana Putri (22020112140016)


Vika Asyharul Ulya (22020112120003)
Ita Rosita (22020112140020)
Nurbaiti (22020112140102)
Diksi Puspita Dewi (22020112130031)
Amanat Buya A (22020112140095)

Program Studi Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

2014
DISTOSIA

A. Definisi Distosia
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994).
Persalinan abnormal yang erat kaitannya dengan kelainan pada 4P (pelvis, passenger, power,
dan plasenta) dan ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi (Bobak, 2004 : 784).

B. Klasifikasi Distosia
1. Distosia karena HIS
Distosia kelainan tenaga/his adalah tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet.
Dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :
 Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.
 Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim
 Kekuatanya seperti memeras isi otot rahim
 Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis – jenis kelainan his :
a. His hipotonik
1) His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
2) Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
3) Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
4) Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
5) Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama
dan terjadi pada kala 1 fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
- Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi
pada kala 1 fase aktif.
- His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama
sehinggga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia uteri
sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi
pengawasan baik waktu persalinan.

b. His Hipertonik
1) His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.
2) Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada
kekuatan his.
3) His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat (<3 jam disebut partus presipitatus)
4) Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :
a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversion
uteri.
5) Tetania uteri juga menyebabkan afiksia intra uterine sampai kematian janin dalam
rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir,
khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi
perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu
singkat.
c. His tidak terkoordinasi
1) Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic
Urine Contraction.
2) Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
3) Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

2. Karena kelainan letak dan bentuk janin


a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
1) Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas
panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil
dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri
belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan
terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam
keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
2) Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya
maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka.
Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya
ringan sehingga ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan
kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang
kepala.
3) Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka
bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar.
Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan
persentasi muka.
4) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi
merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang
bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan
presentasi muka.
5)  Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis
letak sungsang yakni :
a) Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
b) Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
c) Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain
terangkat keatas.
d) Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
6) Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada
umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan
bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang,
di atas, atau di bawah.
7) Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai
tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai
tangan.
b. Kelainan bentuk janin
1) Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram.
Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi
uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan
dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000
gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
2) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan  cairan serebrospinal
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvic
3) Kelainan bentuk janin yang lain
a)  Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang
paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor
hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
4) Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin
didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus
funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit
antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi
bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup
oleh bagian bawah janin.
3. Karena kelainan pelvis
Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan pada panggul.
Tipe Panggul
Pada dasarnya panggul wanita diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama.
a. Panggul ginekoid yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan per vagiam dan
dijumpai. Ditandai oleh pintu atas panggul berbentuk oval (diameter transversum
sedikit melebihi diameter anteroposterior), dinding samping lurus, spina iskiadika
tidak menonjol, arkus subpubis dan lebar dan sacrum cekung.
b. Panggul android (seperti laki – laki) yaitu dimana pintu atas panggul androis
berbentuk baji, dinding samping panggul konvergen, spina iskiadika menonjok, arkus
subpubis sempit dan sacrum melengkung ke depan pada sepertiga bagian bawah.
Kemungkinan besar disertai dengan posisi oksiput posterior persisten dan distosia
akibat macet ditransversa dalam.
c. Panggul antropoid, yaitu ditandai dengan pintu atas panggul berbentuk oval (tetapi
diameter anteroposterior melebihi diameter transversa), dinding samping panggul
divergen dan sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling mungkin
disertai dengan distosia oksiput posterior.
d. Panggul platipeloid, ditandai dengan diameter transversa pintu atas panggul yang
lebar. Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena kepala janin tidak dapat
masuk ke dalam pelvis minor. Penghentian secara melingtang dapat terjadi di panggul
tengah karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul yang tidak
mendukung.
Penyempitan pada panggul terbagi menjadi :
a. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit jika diameter anteroposterior lebih dari 10 cm
atau transversa kurang dari 12 cm. Hal ini ditandai oleh satu atau lebih tanda – tanda
berikut : presentasi vertex mengambang pada cukup bulan atau pada awal persalinan,
bagian terbawah janin tidak berada pada kedudukan baik terhadap serviks pada saat
persalinan, presentasi abnormal. Prolaps tali pusat, kemajuan persalinan yang buruk.
Komplikasi meliputi persalinan lama, pecah selaput ketuban yang lama dan
pembentukan cincin retraksi patologis di taut segmen bawah rahim dan fundus.
Biasanya diperlukan seksio sesarea pada penyempitan pintu atas panggul sejati.
b. Penyempitan panggul tengah
Penyempitan panggul tengah hampir selalu terjadi akibat panjang diameter
interspinosa kurang dari 9.5 cm. keadaan ini dapat dicurigai jika dinding samping
panggul konvergen dan arkus pelvis sempit. Petunjuk klinis lainnya seperti kala dua
memanjang, oksiputposterior persisten, macet di transversa dalam, distosia uteri atau
moulase kepala janin berlebih. Jika pada distosia pintu atas panggul distosia panggul
tengah yang terabaikan dapat enyebabkan rupture uteri atau fistula karena nekrosis
akibat tekanan. Seksio sesarea merukan terapipilihan karena persalinan dengan alat
dapat menyebabkan trauma pada janin atau ibu.
c. Penyempitan pintu bawah panggul
Distosia pintu bawah panggul tersendiri sangat jarang, tetapi dapat terjadi jika
panjang diameter intertuberosa tidak lebih dari 8 cm atau jumlah diameter
intertuberosa dan diameter sagitallis posterior pintu bawah panggul kurang dari sama
dengan 15 cm.
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang ibu multipara G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan merasa kenceng-kenceng,
dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut : TD 140/100 mmHg, Nadi
80x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase laten memanjang
14 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku.

PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny A
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Pondok Bukit Agung AA-4 Sumurboto Banyumanik
Pekerjaan : Guru

1. Riwayat Kesehatan:
a. Kehamilan saat ini
Ibu multipara G2P1A0 dengan usia gestasi 37 minggu, mengalami distosia, mengeluh
kenceng-kenceng, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase
laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku, HPHT : 6 Oktober 2018,
dan HPL : 13 Agustus 2019
b. Kehamilan dahulu
Klien mengatakan saat ini adalah kehamilan yang kedua, klien belum pernah mengalami
abortus.
c. Keluhan utama
Klien mengeluh kenceng-kenceng di abdomennya.
d. Riwayat Ginekologi
Menarche : 12 th
Siklus Haid : 28 hari
Teratur/ tidak teratur : Teratur
Sifat darah : Encer
Banyak : 3x ganti pembalut
Lamanya : 7 hari
Keluhan : Klien mengatakan bahwa ia mengalami dismenorhoe
e. Riwayat Medis
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti HIV, diabetes, kanker,
ginjal, jantung.
f. Riwayat Medis Keluarga
Saudara kandung klien pernah mengalami kesulitan melahirkan karena kelainan HIS
g. Riwayat Pekerjaan
Klien merupakan wanita karir yang bekerja sebagai guru dan harus menjaga toko setelah
pulang bekerja.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
1) Tinggi badan : 155 cm
2) Berat badan : Sebelum : 48 Kg, Sekarang : 58 Kg
3) TTV :
a) TD : 140/100 Nadi : 80x/ menit
b) RR : 26x/ menit Suhu : 36,5 C
b. Kepala
1) Bentuk kepala Mesochepal, kepala teampak kurang bersih, tidak terdapat cloasma
gravidarum, dan atau benjolan.
2) Pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar tioroid.
3) Pemeriksaan mata tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva anemis,
selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kuning.
4) Telinga simetris, telinga tampak bersih dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
5) Pemeriksatidak terdapat polip pada hidung.
c. Kulit
1) Telapak kaki dan tangan tampak kemerahan
2) Jumlah keringat meningkat
3) Kulit berminyak dan berjerawat
4) Terdapat gars-garis putih pada kulit (striae gravidarum)
d. Wajah
1) Pucat
2) Bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada pipi dan dahi (Chloasma gravidarum).
3) Tidak terlihat adanya oedema
e. Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pd wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah ringan. Bila murmur
sistolik 2/6< harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.
f. Dada
1) Letak payudara simetris                  
2) Hyperpigmentasi areola mamae    
3) Puting susu menonjol
4) Terdapat colostrum
5) Bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
g. Abdomen
1) Inspeksi
a) Tidak terdapat bekas luka operasi
b) Terdapat Linea nigra di garis tengah perut
c) Terjadi M. Rectus abdominis terbelah kiri-kanan pada trisemester ketiga
kehamilan
d) Terdapat Striae Gravidarum
e) Bising usus berkurang
2) Palpasi
a) Tonus meningkat dan terdapat nyeri tekan
b) Terdapat strie gravidarum (garis yang terlihat pada kulit perut wanita hamil).
c) Leopold I :-
d) Leopold II :  Sering dijumpai kesalahan letak
e) Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun, letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul.
f) Leopold IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
3) Perkusi :Reflek lutut +/+
h. Genitalia
1) Tidak terdapat kelainan genetalia, terdapat pengeluaran air ketuban, adanya kelainan letak
anak.
2) Pengkajian genitalia eksterna:warna kemerahan dan peningkatan vaskularisasi yang
menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick ).
3) Pengkajian vagina dan serviks: tidak adanya rabas vagina, servisitis mukopurulen dan lesi.

i. Dengan inersia sekunder


1) Subjektif : Pada keluhan utama : perut mules bagian bawah dan menjalar sampai
kepinggang disertai pengeluaran lendir campur darah dari alat kelamin ibu
2) Objektif : perut kenceng-kenceng bagian bawah dan menjalar ke pinggang serta his
tidak teratur dengan frekuensi 1 x dalam 7 menit dengan lama 32 detik
3) Anemia ringan
a) Subjektif : ibu mengeluh pusing dan badan lemas
b) Objektif  : konjungtiva pucat, kuku agak pucat
c) Penunjang : Hb 9,5 gr%
4) Janin tunggal hasil pemeriksaan leopold 1 – IV : teraba 1 bokong, 1 bagian besar di
bagian kanan di bagian kanan dan 1 kepala
5) Janin hidup : hasil pemeriksaan DJJ + : 150 x/ menit
6) Presentasi kepala
hasil pemeriksaan Leopold I – IV : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan
melenting
j. Anus
Tidak terdapat oedema dan nyeri, tidak ada haemoroid pada rectum.

3. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia


a. Aktivitas/istrahat
1) Melaporkan keletihan, kurang energi
2) Letargi, penurunan penampilan
b. Sirkulasi
1) Tekanan darah dapat meningkat
2) Mungkin menerima magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan
c. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih
d. Integritas ego
Sangat cemas dan ketakutan
e. Nyeri/ketidaknyamanan
1) Klien menunjukan persalinan palsu di rumah
2) Kontraksi jarang, dengan intensitas ringan sampai sedang (kontraksi setiap 7 menit sekali)
3) Dapat terjadi sebelum awitan persalinan (diasfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan
terjadi (disfungsi fase aktif sekunder)
4) Fase laten persalinan dapat memanjang : pembukaan 3 dalam 14 jam
5) Tonus istrahat miometrial mungkin 8 mm Hg atau kurang dan kontraksi dapat terukur kurang
dari 30 mm Hg atau dapat terjadi masing-masing lebih dari 5 menit. Sedangkan, tonus
istrahat dapat lebih besar dari 15 mm Hg, pada peningkatan kontraksi 50 sampai 85 mm Hg
dengan peningkatan frekuensi dan penurunan intensitas.
f. Keamanan
1) Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
2) Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam
pada multipara (penurunan dengan durasi yang lebih lama (protracted). Tidak ada kemajuan
yang terjadi dalam 1 jam atau lebih untuk nulipara atau dalam 30 menit pada multipara
(penghentian penurunan)
3) Serviks kaku/tidak siap.
4) Dilatasi kurang dari 1,2 cm/jam pada primipara atau kurang dari 1,5 cm/jam untuk multipara,
pada (fase aktif protraksi)
g. Seksualitas
1) Dapat primigravida atau grand multipara
2) Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel, janin besar, atau
grand multriparitis.
3) Dapat mengalami tumor uterus tidak teridentifikasi.
h. Nutrisi dan cairan
Klien mengalami penurunan nafsu makan (1 kali/ hari), frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan (3 gelas/ 8 jam). Klien mengalami pengeluaran air ketuban yang
banyak.
i. Nyeri
Gangguan ketidaknyamanan dan nyeri pada daerah pinggang karena kontraksi intermiten
sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam
30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan awitan nyeri yang dialami klien setiap
7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
j. Personal Hygiene
Klien mandi 1x/ hari, sikat gigi 2x/ hari
k. Seksualitas
Biasanya terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena keterbatasan gerak ibu hamil, menurunan libido.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus, kontraksi tidak efektif
2. Cedera resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi
janin, hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
3. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis ; kehamilan

ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Keperawatan

1 DS :
- Pasien Nyeri b/d intensitas kontraksi uterus,
mengeluh kenceng-kenceng di kontraksi tidak efektif.
abdomennya
- Pasien
mengeluh perut mules bagian bawah
dan menjalar ke pinggang
DO :
- Klien
mengalami kontraksi intermiten sampai
regular setiap 7 menit sekali selama 30
detik dengan skala nyeri 9.
- TTV
TD: 140/100
Nadi : 80x/ menit
RR : 26x/ menit
Suhu : 36,5 C
3 DS : Cedera resiko tinggi terhadap janin
b/d penekanan kepala pada panggul,
DO : partus lama.
- DJJ + : 150 x/ menit
- Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
- TD tinggi 140/100 mmHg
- Fase laten memanjang sampai 14 jam pada
kala 1
- Kontraksi setiap 7 menit selama 32 detik
- Serviks kaku disertai pengeluaran lendir
campur darah
4 DS :
Keletihan berhubungan dengan
- Pasien
faktor fisiologis ; kehamilan
mengatakan dirinya lemas.
- Fase laten
memanjang 14 jam
DO :

- Pasien
tampak keletihan.
- Pasien terlihat
kurang energy.
- Pasien terlihat
pucat dan lemah.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan - Menentukan - Membantu dalam
berhubungan intervensi selama 1x24 sifat, lokasi, mendiagnosa dan
dengan jam kebutuhan rasa dan durasi memilih tindakan,
intensitas nyaman pasien terpenuhi nyeri. penekanan kepala
kontraksi dengan kriteria hasil : pada servik yang
uterus, - Nyeri yang dirasakan berlangsung lama
kontraksi tidak klien menurun dari 9 akan menyebabkan
efektif. menjadi 3 nyeri
- Klien tampak rileks - Setiap individu
- Kontraksi uterus - Kaji mempunyai tingkat
efektif intensitas ambang nyeri yang
- Ada kemajuan nyeri ibu berbeda, denga skala
persalinan yang baik dengan skala dapat diketahui
nyeri intensitas nyeri klien.
- Lingkungan yang
nyaman dapat
mengalihkan rasa
nyeri yang dirasakan
- Berikan pasien.
lingkungan
yang nyaman, - Teknik relaksasi dapat
tenang dan mengalihkan
aktivitas perhatian
untuk dan  mengurangi rasa
mengalihkan nyeri
nyeri - Untuk memastikan
keefektifitasan
metode relaksasi yang
- Bantu klien telah dilakukan.
dalam - Dengan kehadiran
menggunakan keluarga akan
metode membuat klien
relaksasi dan nyaman, dan dapat
jelaskan mengurangi tingkat
prosedur. kecemasan dalam
melewati persalinan,
- Tinjau klien merasa
kembali diperhatikan dan
penggunaan perhatian terhadap
metode nyeri akan terhindari
relaksasi. - Pemberian narkotik
atau sedative dapat
mengurangi nyeri
- Kuatkan hebat
dukungan
social/
dukungan
keluarga.
- Berikan
sedative
sesuai dosis
yang telah
ditetntukan
dokter
2. Cedera resiko Setelah dilakukan - Kaji denyut - Bradikardi dan
tinggi terhadap intervensi selama 1x24 jantung janin takikardi pada janin
janin jam cedera pada janin secara manual dapat disebabkan
berhubungan dapat dihindari dengan dan oleh stres, hipoksia,
dengan kriteria hasil: elektronik,dan asidosis, atau sepsis
penekanan - DJJ dalam batas kaji irama - Tekanan dan
kepala pada normal. jantung janin. kontraksi yang besar
panggul, partus - Kemajuan persalinan - Perhatikan dapat menggangu
lama. baik. tekanan uterus oksigenasi dalam
selama ruang intravilos
istirahat dan - Kontraksi yang
fase kontraksi terjadi setiap 2
melalui kateter menit atau kurang
tekanan tidak
intrauterus bila memungkinkan
tersedia oksigenasi adekuat
dari ruang
- Perhatikan intravilous
frekuensi - Menentukan
kontaksi pembaringan
uterus. Beri janin,posisi,dan
tahu dokter persentase dapat
bila frekuensi mengidentifikasi
dua menit atau faktor-faktor yang
kurang memperberat
disfungsional
- Kaji malposisi persalinan
dengan - Penurunan jalan
menggunakan lahir merupakan
manuver tanda CPD atau
Leopold dan malposisi
temuan - Kelebihan cairan
pemeriksaan amnion yang
internal.tinjau berlebihan
ulang hasil menyebabkan
USG distensi uterus
dihubungkan
dengan anomali
- Pantau janin
penurunan - Infeksi asenden dan
janin pada sepsis disertai
jalan lahir dengan takikardia
dalam dapat terjadi pada
hubungannya pecah ketuban lama
dengan - Mencegah
kolumna /mengatasi infeksi
vertebralis asenden dan juga
iskial akan melindungi
janin
- Melahirkan janin
dalam posisi
posterior
- Perhatikan mengakibatkan
warna dan insiden lebih tinggi
jumlah cairan dari laserasi
amnion bila maternal
pecah ketuban - Untuk menghindari
cedera pada
kolumna vertebralis
bila melahirkan
pervagina dari
- Perhatikan bau bokong
dan perubahan
warna cairan
amnion pada
pecah ketuban
lama.
Dapatkan
kultur bila
temuan
abnormal
- Berikan
antibiotik pada
klien sesuai
indikasi

- Siapkan untuk
melahirkan
pada posisi
posterior,bila
janin gagal
memutar dari
oksiput
posterior ke
anterior

- Siapkan untuk
kelahiran
secara sesaria
bila presentasi
bokong terjadi
3. Keletihan Setelah dilakukan - Monitoring - Pemantauan sumber
berhubungan tindakan keperawatan sumber energy energy guna
dengan faktor selama 2 x 24 jam maka yang adekuat. pengukuran nutrisi
fisiologis ; kebutuhan aman nyaman yang akan diberikan
kehamilan. pada pasien dapat - Memperhitungkan
terpenuhi dengan criteria jumlah kalori yang
hasil - Konsultasi akan diberikan pada
- dengan ahli pasien.
segar. gizi untuk
- meningkatkan - Pemantauan apakah
berenergi. asupan keletihan ini juga
makanan yang akibat dari
berenergi kurangnya istirahat.
tinggi. - Dapat mengurangi
- Monitoring tingkat kelelahan.
pola tidur dan
lamanya
istirahat
pasien.

- Bantu aktivitas
sehari – hari
sesuai dengan
kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. HK, Joseph dan S, Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta:
Nuha Medika.
2. Ralph C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC.
3. Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi Ed. 2.
Jakarta : EGC.
4. Mochlar, Rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC
5. FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi. 
Bandung : Eleman
6. Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo
7. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetric untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta:EGC
8. Farrer, Helen. 2001. Perawatan Meternitas Edisi II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai