Anda di halaman 1dari 29

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

PENGENALAN JENIS VERTEBRATA KELAS MAMALIA, AVES, DAN REPTIL


DI BEBERAPA TEMPAT KOTA LANGSA

INTRODUCTION TO VERTEBRATE TYPES CLASS MAMMAL, AVES, AND


REPTIL IN SEVERAL PLACES LANGSA CITY

Annisa Ayu Safitri (1), Annisa Munawarah(1), Maulinda(1), Mughni Al-Ula (1),
Munadia(1), Nur Asiah (1), Nurul Hidayat(1), M. Ali S(2), Abdullah(3), Safrida(3)
(1) Mahasiswa, (2) Pembimbing I, (3) Pembimbing II

1
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh

ABSTRAK
Vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang belakang
berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau notokorda (korda
dorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa embrionik, setelah dewasa akan
mengalami penulangan menjadi sistem penyokong tubuh sekunder, yaitu tulang belakang
(vertebrae). Dalam memenuhi kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki sistem kerja
sempurna peredaran darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi
salurannya. Penelitian ini berjudul Pengenalan Jenis Hewan Kelas Mamalia, Aves, dan
Reptil Di Beberapa Tempat Kota Langsa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ciri-ciri,
ordo, klasifikasi, yang perlu untuk di identifikasi. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap beberapa spesimen dengan
memperhatikan morfologi. Hasil yang didapati pada penelitian ini adalah hasil yang
diperoleh dari observasi di beberapa tempat di kota Langsa, praktikan mendapatkan data
hewan kelas mamalia sebanyak 19 jenis.
Kata kunci: Vertebrata, Mamalia, Aves, Reptil

ABSTRACT
Vertebrates are animals that have a backbone. The spine comes from the
development of the primary body supporting axis or notocorda (dorsal cord). Vertebrate
notochorda only exists in the embryonic period, after adulthood will experience repetition
into a secondary body support system, namely the spine (vertebrae). In meeting their
needs, vertebrate animals already have a perfect circulatory system of work centered on
the heart organ with vessels into their channels. This study is entitled Introduction to Class
of Mammal, Aves, and Reptile Class Animals in Several Places in Langsa City. The
purpose of this study is to determine the characteristics, orders, classifications, which need
to be identified. This research was conducted using the method of direct observation of
several specimens with regard to morphology. The results found in this study are the

1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

results obtained from observations in several places in the town of Langsa, praktikan get
data on mammal class animals as many as 19 species.
Keywords: Vertebrates, Mammals, Aves, Reptiles

PENDAHULUAN

Skema taksonomi yang kita anut mengakui adanya dua superkelas subfilum
Vertebrata yang masih hidup hingga saat ini. Anggota superkelas Agnatha, hagfish dan
lamprey, tidak memiliki rahang. Superkelas lain, Gnathostomata, meliputi enam kelas
vertebrata berahang: kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan, hiu, dan ikan pari); kelas
Ostheichthyes (ikan bertulang keras); Amphibia (katak dan salamander), Reptilia (reptile),
Aves (burung dan unggas), dan Mammalia (binatang menyusui). Amphibia, Reptilia, Aves
dan Mammalia secara kolektif disebut tetraphoda (Campbell, N., A. 2010: 251).
Mamalia merupakan kelas vertebrata yang dicirikan oleh adanya kelenjar susu pada
betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, adanya rambut dan tubuh
yang endoterm atau "berdarah panas". Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang
tersebar dalam 425 famili dan 46 ordo. Sebagian besar mamalia me-lahirkan, kecuali
kelompok monotremata yang bertelur (Kuswanda, 2010: 60).
Burung atau Aves merupakan satwa liar yang hidup di alam secara bebas dan
mmepunyai peranan yang penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Indonesia
menjadi salah satu negara prioritas utama dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.
Burung merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Saat ini
terdapat 1.539 spesies burung yang tercatat di Indonesia baik sebagai burung endemic
maupun endemis (Kamal, dkk, 2016: 15).
Secara klasifikasi ikan digolongkan ke dalam superkelas Pisces. Superkelas Pisces
dibedakan menjadi 3 kelas yaitu kelas Agnata, ikan dari kelas ini belum mempunyai
rahang. Kelas Chondrichthyes yaitu ikan yang bertulang rawan. Dan kelas Ostheichthes
yaitu semua ikan yang bertulang keras (Marliani, N, 2015: 58). Ikan termasuk hewan
bertulang belakang, berdarah dingin, berinsang dan hidup di perairan. Diantara hewan
bertulang belakang (Vertebrata), ikan merupakan kelompok terbesar yaitu 42,6% dari
jumlah vertebrata yang sudah dikenal. Tubuh ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
kepala, badan dan ekor. Batas kepala mulai moncong sampai bagian belakang tutup insang,
badan mulai dari belakang tutup insang sampai dubur, sedangkan batas ekor mulai dari
dubur sampai ujung sirip ekor (Nursyahra, 2012: 102).
Reptil merupakan kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang suhu tubuhnya
sangat bergantung pada suhu lingkungan tempat tinggalnya. Beragam satwa yang ada
merupakan salah satu kekayaan alam tersendiri bagi negara Indonesia (Ramlah, dkk, 2017:
87).
Amphibi adalah salah satu hewan bertulang belakang (vertebrata) yang suhu
tubuhnya tergantung pada suhu lingkungan, serta mempunyai kulit licin dan berkalenjar

2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

(Pough: 1998, Novarino, dkk, 2014: 349). Amphibi terdiri dari tiga Ordo, yaitu Caecilia,
Caudata, dan Anura. Salah satu Famili dari Ordo Anura adalah Rhacoporidae dengan
spesies Polypedates leucomystax.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu hutan mangrove, taman hutan lindung di
kota Langsa dan di pertambakan desa Cinta Raja untuk mengamati persebaran burung
migran. Jadwal penelitian dilaksanakan pada waktu yang berbeda untuk setiap tempat.
Pengamatan di hutan Mangrove kota Langsa dilakukan pada tanggal 14 Maret 2020
dengan waktu pukul 10.00 hingga 13.00 WIB, pengamatan burung migran yang dilakukan
di pertambakan desa Cinta Raja dilakukan pada tanggal 14 Maret 2020 dengan waktu
pukul 15.30 sampai dengan 18.00 WIB. Sedangkan pengamatan yang dilakukan di Taman
Hutan Lindung, kota Langsa dilakukan pada tanggal 15 Maret 2010 dengan waktu pukul
10.30 sampai dengan pukul 15.30 WIB.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, notes, dan kamera
digital yang digunakan untuk memotret jenis-jenis hewan yang diamati.

Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan yaitu diamati jenis-jenis hewan yang terdapat hutan
Mangrove, Taman Hutan Lindung di kota Langsa dan pertambakan di desa Cinta Raja dan
di foto setiap spesies yang diamati menggunakan kamera digital, kemudian ditentukan
famili, nama lokal, nama ilmiah, dan lokasi dari masing-masing hewan yang diamati serta
dijabarkan pada hasil dan pembahasan.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan data


Data pada penelitian ini berupa gambar hasil pengamatan yang diamati langsung.
Teknik pengumpulan data yaitu berupa pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan berupa deskriptif, foto dan gambar hasil pengamatan.
Foto didapatkan langsung dari pengamatan terhadap proses yang diamati dan gambar yang
merupakan pembanding dari hasil yang didapatkan melalui penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Baik itu flora
maupun fauna yang tersebar luas di berbagai daerah yang ada di Indonesia dari Sabang
sampai Merauke. Wilayah Indonesia di bagi menjadi tiga bagian yaitu Indonesia bagian

3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

barat, Indonesia bagian tengah, dan Indonesia bagian timur. Masing-masing dari bagian
tersebut mempunyai ciri khas hewan yang berbeda serta beberapa hewan endemik.
Kingdom Animalia terbagi menjadi 2 Filum yaitu Invertebrata dan Chordata.
Chordata dibagi lagi menjadi subphylum vertebrata, urochordata, hemichordate, dan
cepalochordata. Hewan vertebrata merupakan hewan yang mempunyai ruas-ruas tulang
belakang. Vertebrata dibagi menjadi kelas Animalia, kelas Aves, kelas Amphibia, kelas
Reptil dan kelas Pisces. Pada praktikum yang dilakukan yaitu mengamati vertebrata kelas
Aves, Mamalia dan Reptil.

1. Kelas Aves
Burung merupakan bagian penting dari ekosistem dengan melakukan seperti
membantu penyerbukan bunga dan menyebarkan benih dari banyak tanaman bagi manusia
secara ekonomis maupun ekologi, serta juga membantu mengendalikan hama, sehingga
perlu adanya pelestarian yang baik pada spesies tersebut. Penelitian terbaru dari lembaga.
Burung Indonesia mencatatkan keanekaragaman jenis burung di lndonesia pada 2014
meningkat drastis menjadi 1.666 jenis. Tahun lalu, Indonesia tercatat memiliki 1.605 jenis
burung. Penambahan tercatat sebagian besar merupakan hasil pemisahan jenis yang sudah
ada, karena perbedaan morfologi ataupun suara. Saat ini di Indonesia tercatat 118 (7,38%)
spesies burung dikategorikan menjadi spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List
(Saputra, 2019:310).
Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi mamalia kecil dan mamalia besar.
Menurut batasan International Biological Program, yang dimaksud dengan mamalia kecil
adalah jenis mamalia yang memiliki berat badan dewasa yang kurang dari lima kilogram,
sedangkan selebihnya termasuk ke dalam kelompok mamalia besar. Umumnya jenis-jenis
mamalia kecil termasuk ke dalam ordo Rodentia dan Chiroptera. Penelitian ini lebih
difokuskan pada keanekaragaman jenis mamalia berdasarkan setiap ordo mamalia selain
ordo Rodentia dan Chiroptera (Gunawan, 2008:322). Mamalia kecil merupakan jenis-jenis
mamalia yang memiliki berat badan dewasanya kurang dari lima kilogram. Tikus dan
mencit merupakan binatang terrestrial yang kosmopolitan atau tersebar di semua tempat,
baik di dataran tinggi maupun dataran rendah (Susanto, 2014:116).

1. Lokasi Penelitian Pertambakan Desa Cinta Raja


Penelitian yang dilakukan di pertambakan Desa Cinta Raja ini bertujuan untuk
mengamati adanya burung migran. Burung migran di tandai dengan ciri-ciri memiliki kaki
dan paruh yang lebih panjang dari burung local.
Burung Kuntul besar (Ergetta alba) merupakan jenis burung famili Ardeidae yang
dilindungi dari genus Ergetta berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, karena populasinya mengalami
penurunan. Tingginya manfaat burung yang diberikan, mengakibatkan pemanfaatan jenis
burung berlebih oleh manusia yang mengakibatkan terjadinya tekanan terhadap spesie dan
habitat alami (Aggriana, 2018: 74).

4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Kuntul besar memiliki tubuh berukuran besar dengan panjang sekitar 95 cm. jauh
lebih besar dari burung kuntul putih lainnya. Paruh lebih berat, dan leher bersimpul khas.
Perbedaan dengan burung kuntul perak adalah pada garis pruh yang melewati belakang
mata. Pada musim berbiak: tampak kulit mukanya berwarna hijau biru dan tidak berbulu.
Sedangkan pada musim tidak berbiak bercirikan kulit muka kekuningan. Paruh berwarna
kuning biasanya berujung hitam. Kaki dan tungkai hitam. Warna iris matanya kuning.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan ikan, udang, belalang dan larva
capung yang memiliki habitat di mangrove, gosong lumpur dan pasar, sawah, dan laguna.
Hidup sendiri atau berkelompok. Berdiri agak tegak, mematuk mangsanya dari atas. Pada
waktu kawin, pasangan burung saling menari dan mengejar. Terbang dengan gerakan
kepakan sayap pelan dan anggun, namun penuh tenaga. Bersarang dalam sebuah koloni
bersama dengan burung air lainnya. Sarang tersusun dari ranting-ranting yang dangkal,
pada pucuk pohon. Telur burung ini berwarna pucat kebiru-bruan, dengan jumlah hingga 4
butir pada musim berbiak dibulan Desember hingga Maret, dan juga bulan Februari hingga
Juli.

Gambar 1. 1 Burung Kuntul Besar (Ergetta alba)

Klasifikasi Ergetta alba


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Famili : Ardeidae
Genus : Ergetta
Spesies : Ergetta alba

Satwa burung trinil pantai merupakan jenis satwa yang tersebar luas di seluruh
wellace, merupakan burung pemakan kepiting, cacing, moluska yang memiliki habitat di
perairan pasang surut. Burung trinil pantai biasanya mencari makan dan bermain di pesisir

5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

pantai serta biasanya burung ini berterbangan di udara dengan bergerombolan (Seipalla,
2020: 18).
Burung trinil pantai memiliki ciri umum seperti, bulu berwarna cokelat dan putih,
dengan paruh pendek. Bersifat tidak mudah lelah. Bagian atas berwarna cokelat, bulu saat
terbang tampak kehitaman. Sedangkan bagian bawah burung berbulu putih dengan bercak
warna abu-abu coklat terlihat pada sisi dada. Ciri khas trinil pantai sewaktu terbang adalah
ada garis sayap yang berwarna putih, tunggir tidak berwarna putih, ada terlihat garis putih
pada bagian bulu ekor terluar.
Burung trinil pantai sangat sering mengunjungi habitat yang sangat luas, dari
gosong lumput pantaidan beting pasir sampai dengan ke lahan persawahan di dataran
tinggi hingga ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut, pada sepanjang aliran dan pinggir
sungai. Berjalan dengan cara menyentak tiada henti disertai dengan gerakan mematuk
makanan berupa serangga dan udang-udangan kecil. Trinil pantai terbang dengan pola
yang sangat khas, yaitu melayang dengan gerakan sayap yang tampak kaku.

Gambar 1. 2 Burung Trinil Pantai (Acititis hypoleucos)

Klasifikasi Acititis hypoleucos


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Charadriiformes
Famili : Scolopacidae
Genus : Acititis
Spesies : Acititis hypoleucos

Burung kokokan laut memiliki ciri umum yaitu, burung yang telah dewasa memiliki
tubuh berukuran kecil dengan panjang sekitar 45 cm. pada burung dewasa tampak bulu
mahkota berwarna hitam kehijauan mengkilat. Ada jamnul yang panjang menjuntai.
Terlihat garis hitam mulai pangkal paruh hingga ke bawah sampai pada mata dan pipi.
Bulu sayap dan ekornya berwarna biru kehitaman, sedikit mengkilap warna kehijauan dan

6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

berpinggir warna kuning tua. Bagian sisi perut tampak abu-abau kemerahjambuan dan
berdagu putih.
Kokokan laut merupakan jenis burung pemangsa ikan, udang, katak, serangga, larva,
dan terkadang ular kecil yang memiliki habitat dipesisir pantai, karang, muara, tambak,
danau dan vegetasi sepanjang aliran sungai dekat pantai. Burung ini hidup secara soliter
atau dalam koloni yang kecil. Burung kokokan laut juga dapat dijumpai di kawasan
mangrove sepanjang pesisir pantai yang cukup jauh dari gangguan manusia. Pada lokasi
pengamatan sering juga terlihat dengan famili Ardeidae lainnya seperti kuntul-kuntulan.
Jenis Butorides striata memiliki nilai kelimpahan yang rendah, hal ini dibuktikan
dengan keadaan hutan magrove yang kering dan sedikit berlumpur. Ardeidae merupakan
famili burung air pemangsa ikan. Ketersediaan pakan ekosistem mangrove ini sangat
sedikit untuk Butorides striata, sehingga menyebabkan kelimpahan Butorides striata yang
rendah (Fikriyanti, 2018: 162-163).

Gambar 1. 3 Burung Kokokan Laut (Butorides striata)

Klasifikasi Butorides striata


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Famili : Ardeidae
Genus : Butorides
Spesies : Butorides striata

2. Lokasi Penelitian Taman Hutan Lindung Langsa


Taman hutan lindung kota Langsa merupakan salah satu taman yang didirikan oleh
pemerintahan kota Langsa. Di lokasi ini selain kelas Aves juga terdapat hewan dari kelas
Mamalia dan Reptil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan beberapa jenis
Aves dari faaamili yang berbeda-beda.
Kelompok burung paruh bengkok (Pssitaciformes) merupakan burung yang banyak
diminati dan menjadi komoditi perdagangan dalam dan luar negeri. Oleh karena itu
perburuan di alam tak terkontrol dan kerusakan habitatnya serta sifat endemisme menjadi

7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

penyebab penurunan populasinya. Sehingga burung paruh bengkok masuk kedalam CITES
Appendix. Salah satunya marga Psittacula yang masuk ke dalam CITES Appendix II dan
masuk di dalam daftar spesies-spesies prioritas nasional Permenhut Nomor P 57 Tahun
2008 (Astuti, 2017: 117).
Spesies Rose-ringer Paerkeet (Psittacula krameri) sangat menyukai jenis pohon dari
genus Ficus sebagai pohon tidurnya yaitu Ficus tilsa, Ficus bebghalensis, Ficus
glomerata, Ficus religiosa dan Morus alba (Arini, 2017: 66).
Burung ini memiliki rentang asli terpisah di Afrika da Asia Selatan, dan sekarang
diperkenalkan ke banyak bagian lain dunia di mana populasi liar telah memantapkan diri
dan dibiakkan untuk perdagangan hewan peliharaan yang eksotis. Burung parkit cincin
mawar rata-rata berukuran panjang 40 cm, termasuk bulu ekor, sebagian besar daripanjang
totalnya. Di alam liar, burung ini adalah spesies yang berisik dengan suara seruan yang
tidak salah lagi. Mereka adalah spesies herbivora dan non-imigrasi.

Gambar 1. 4 Burung Parkit Cincin Mawar (Psittacula krameri)

Klasifikasi Psittacula krameri


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Psittaculidae
Genus : Psittacula
Spesies : Psittacula krameri

Burung Melopsittacus undulatus merupakan slaah satu jenis burung paruh bengkok
yang memiliki keindahan warna bulu dan sifatnya atraktif. Burung ini mudah adaptasi
dengan lingkungan. Pemeliharaan yang mengarah pada breeding memerlukan proses
pemilihan yang teliti dan terencana terhadap burung yang akan dibiakan. Berdasarkan
International Union for Conservation of Nature Resources (IUCN), burung ini termasuk
termasuk dalam status Least Concern (spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke
dalam kategori manapun) dan produktivitasnya cenderung turun (Rukmana, 2019: 66).

8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Burung kesturi merupakan burung pemakan biji-bijian, buah dan sayuran dan
merupakan satu satunya spesies dari genus Melopsittacus. Burung ini ditemukan hidup liar
di daerah kering di Australia, dimana spesies ini mampu bertahan dalam kondisi yang
keras selama lima juta tahun hal ini diperkuat dengan penemuan fosildi Australia
mengungkapkan bahwa burung ini telah hidup di bumi lebih lama dari pada manusia.
Burung ini ialah hewan monogami. Mereka hanay memiliki satu pasangan seumur hidup
mereka. Memiliki dua jari yang menghadap ke depan dan dua jari menghadap ke belakang.
Unggas memiliki tiga jari menghadap ke depan dan satu jari menghadap ke belakang.
Burung ini dapat mendengar suara dengan jangkauan 400- 20.000 Hz.

Gambar 1. 5 Burung Kesturi (Melopsittacus undulatus)

Klasifikasi Melopsittacus undulatus


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Psittaculidae
Genus : Melopsittacus
Spesies : Melopsittacus endulatus

Elang bondol merupakan burung yang termasuk ke dalam kategori pemangsa. Di


dalam ekosistem, burung pemangsa menempati posisi sebagai pemangsa puncak dan
memegang peranan penting untuk mengontrol populasi mangsanya. Selain itu,
kepekaannya terhadap lingkungan menjadikan mereka sebagai indikatorlingkungan yang
sehat. Mata dari burung pemburu atau pemangsa selalu mengarah lurus kedepan memberi
pandangan binokuler. Pandangan binokuler memungkinkan burung pemangsa melihat
mangsa yang mendekat (Syari’ati, 2015: 47-51).
Elang bondol berukuran sedang (43-51 cm), memiliki sayap yang lebar dengan
ekor pendek dan membulat ketika membentang. Bagian kepala, leher dan dada berwarna
putih, sisanya berwarna merah bata pucat, bagian ujung bulu primer berwarna hitam, dan

9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

tungkai berwarna kuning. Pada individu anak secara keseluruhan berwarna cokelat gelap,
pada beberapa bagian bergaris-garis putih mengkilap. Di Indonesia, penyebaran burung ini
ada do Sumatera, Kalimanta, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Di
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat burung ini dapat ditemui dan keberadaan elang bondol
disana sangat berlimpah. Elang bondol lebih mirip burung pemakan bangkai dibanding
burung pemangsa, namun burung ini memangsa buruan kecil seperti ikan, kepiting, kerang,
katak, pengerat, reptil dan bahkan serangga. Elang bondol menangkap mangsanya di atas
permukaan air dengan cakarnya, burung ini tidak menyelam ke dalam air. Habitat terbaik
untuk elang bondol adalah area tepi laut yang berlumpur seperti hutan magrove, muara
sungai,dan pesisir pantai. Burung ini juga dapat ditemukan di lahan basah seperti sawah
dan rawa.

Gambar 1. 6 Burung Elang Bondol (Haliastur indus)


Klasifikasi Haliastur indus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformees
Famili : Accipitridae
Genus : Haliastur
Spesies : Haliastur indus

Elang laut dada putih memilii ciri yaitu panjang tubuh 70-85 cm, rentang sayap
178-218 cm dengan berat tubuh jantan 1,8- 2,9 kg dan betina 2,5- 3,9 kg. bagian atas
berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan bagian bawah, kepala dan leher berwarna putih.
Saat terbang, ekornya yang pendek tampak berbentuk baji dan sayapnya terangkat ke atas
membentuk huruf V. Saat masih mudan atau juvenile, berwarna cokelat seperti elang
bondol muda.biasanya elang ini bertelur 1-2 butir. Elang ini dapat ditemukan diseluruh
daerag, berputar-putar sendirian atau berkelompok di aatas perairan. Mengunjungi pesisir,
sungai, rawa-rawa dan danau sampai ketinggian 3000 m.

10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Famili Accipitridae diketahui sebagai kelompok besar dari burung pemangsa dan
sebagian besar berada di wilayah tropis termasuk Indomalaya. Saat ini keberadaan burung
pemangsa terancam oleh kerusakan habitat, kontaminan lingkungan, perburuan, dan
gangguan langsung lingkungan. Secara taksonomi burung pemangsa terdiri dari dua ordo,
yaitu Falconiformes dan Stigiformes, kedua ordo ini sebenarnya memiliki kekerabatan
yang jauh, tapi karena sama maka kedua ordo ini dikelompokkan menjadi satu sebagai
burung pemangsa. Ordo Falconiformes yang aktif pada siang hari (diunrnal) terdiri dari
empat famili,yaitu Accipitridae (elang), Cathartidae (burung pemakan bangkai),
Sagitaridae (burung secretary), dan Falconidae (alap-alap), sedangkan ordo Strigtiformes
yang aktif pada malam hari (nokturnal) terdiri dari famili yaitu Srigidae dan Tytonidae
(Semiadi, 2018: 166).

Gambar 1. 7 Burung Elang Laut Dada Putih (Haliaeetus leucogaster)


Klasifikasi Haliaeetus leucogaster
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Falconiformes
Famili : Accipitridae
Genus : Haliaeetus
Spesies : Haliaeetus leucogaster

Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) atau juga dikenal dengan nama Lesser
adjutant, merupakan salah satu spesies burung rawa yang memiliki ukuran besar yang
termasuk kedalam famili Ciconiidae. Ciri khas dari keluarga burung ini ialah memiliki
leher dan kepala tanpa bulu. Bangau tongtong memiliki tinggi sekitar 110-120 cm dengan
berat 5 kg dan rentang sayap sekitar 210 cm. Burung mudah memiliki warna yang lebih
kusam daripada burung dewasa. Merupakan burung yang memakan ikan, kodok, kadal,

11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

serangga besar dan invertebrata lainnya. Bangau tongtong merupakan spesies burung dari
famili Ciconiidae yang tersebar di selatan asia mulai dari hindia timur sampai pulau jawa.
Bangau tongtong hidup secara berpasangan yang hidup di daerah dekat dengn air seperti
rawa, tambak, persawahan dan pantai. Menurut data Red List IUCN, populasi bangau
tongtong secara global berada pada status rentan. (Sutiawan, 2016) mengatakan bahwa
populasi bangau tongtong di Indonesia pada tahun 2003 diperkirakan tidak lebih dari 2000
ekor. Populasi bangau tongtong yang terus mengalami gangguan akibat degradasi
dankonversi hutan.

Gambar 1. 8 Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus)

Klasifikasi : Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Famili : Ciconiidae
Genus : Leptoptilos
Spesies : Leptoptilos javanicus

Ayam Pheasant (Gallus domesticus) atau yang disebut dengan ayam pegar
merupakan jenis ayam yang berasal dari cina hidup di daerah pegunungan, Ayam pheasant
telah dipelihara di Eropa setidaknya sejak tahun 1740 dan ayam pegar ini tercatat dalam
tradisi Cina dan seni Cina selama berabad-abad lamanya. lain lagi di Eropa, apa ayam
pegar sering disebut dengan game bird, yang berarti Banyak dipelihara untuk olahraga
berburu atau bersenang-senang. Ayam pheasant tergolong kedalam keluarga aves
dikarenakan ayam ini tidak suka terbang dan hanya mengahbiskan waktu di tanah sehingga
disebut sebgai ayam.

12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Ayam pegar memiliki ekor panjang yang indah. Jika di ukur panjang tubuh dari
ujung kepala hingga ekornya bisa mencapai 1,5 meter, ayam pegar jantan rata-rata
berukuran 90-105 cm, sementara betina berukuran 60-80 cm. Selain penampilan yang
cantik ayam pegar juga mudah beradaptasi dan cepat jinak dibandingkan dengan jenis
ayam lainnya. Ayam pegar memiliki bulu yang indah, bersifat agresif dan bergerak sangat
lincah mirip seperti burung. Banyak spesies burung ini yang dibedakan berdasarkan warna
bulunya.

Gambar 1. 9 Ayam Pheasant (Gallus domesticus)

Klasifikasi : Ayam Pheasant (Gallus domesticus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Vertebrata
Ordo : Aves
Famili : Galiformes
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus

Ayam kuwoe atau yang sering disebut sebagai merak biru juga dikatakan sebagai
merak india merupakan jenis burung terbesar (Netty, 2009) mengatakan merak biru jantan
dapat mencapai 230 cm, sedangkan burung merak betina berukuran lebih kecil. Bagian
bulu-bulunya tidak terlihat mengkilap, warnanya coklat agak kehijauan dengan garis-garis
hitam dan tanpa dilengkapi dengan hiasan bulu penutup ekor.

Merak biru memiliki bulu yang berwarna biru gelap mengilap dan bulu penutup
ekor yang sangat panjang berwarna hijau metalik. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak
berbentuk kipas. Bulu-bulu penutup ekor hanya dimiliki oleh merak jantan. Sedangkan
burung merak yang berzina ukurannya lebih kecil dibandingkan burung jantan yang
ukurannya lebih dari 2 meter.

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Burung merak jantan merupakan poligami spesies, punya pasangan yang lebih dari
satu. Saat musim berkembang biak, burung jantan akan memamerkan bulu bagian ekornya
di hadapan burung yang betina. bulu-bulu yang menutupi ekor akan dibuka dan mekar
membentuk tepat dengan bintik yang bentuk mata dengan warna biru. untuk burung yang
betina pada umumnya akan menetaskan 3 hingga 6 butir telur.Habitat burung merak biru di
hutan dan ada juga yang hidup di hutan hujan yang banyak ditemukan di Hindia, Pakistan,
Asia Tenggara, Srilangka dan Afrika Tengah.

Gambar 1. 10 Merak Biru (Pavo cristatus)

Klasifikasi : Merak Biru (Pavo cristatus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Pavo
Spesies : Pavo cristatus

Burung Belibis (Dendrocygna) merupakan salah satu jenis burung yang hidup di
air. Di Indonesia terdapat dua jenis Belibis yakni burung jenis Belibis kembang dan burung
jenis Belibis batu. Burung ini memiiki bulu yang berwarna kecoklatan dimana lehernya
yang panjng dan kecil sdangkan paruh dan kakinya berwarna hitam. Belabis memiliki kaki
yang berselaput seperti bebek yang digunakan untuk berenang. Memiliki sayap digunakan
untuk terbang hingga jauh, biasanya burung ini terbang berkelompok dengan susunan
khusus, sambil mengeuarkan suara seperti siulan.

14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Burung belibis biasanya dalam satu tahun akan mengalami masa kawin selama 3
kali dan pada saat masa itu burung ini biasanya menghasilkan telur sekitar 6 sampai
dengan 10 butir. Telur tersebut akan menetas dalam jangka waktu kurang lebih 21 hari.
Belibis dikenal sebagai burung pengembara karena burung ini suka berpindah-pindah
tempat. Biasanya mereka terbang pada malam hari. Belibis (Dendrocygna arcuata) biasa
dijumpai ketika mereka sedang mencari mangsa di daerah-daerah tambak dekat pantai,
rawa, dan danau dekat pegunungan. Mereka memakan hewan kecil yang erada di air,
tanaman di air dan biji-bijian.

Gambar 1. 11 Burung Belibis (Dendrocygna)

Klasifikasi : Burung Belibis (Dendrocygna)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Dendrocygna
Spesies : Dendrcygna

Sahara (2013), dalam tulisannya mengatakan bahwa merpati (Columbia livia)


merupakan salah satu unggas yang dekat dnegan manusia, selain dipelihara untuk
kesenangan, burung merpati juga dapat dikonsumsi. Popuasi merpati hingga saat ini sulit
dihitung dan jenisnya bermacam-macam. Anggota badannya tertutupi oleh bulu kecuali
pada paruh dan kakinya. Kakinya dapat digunakan untuk berjalan, bertengger maupun
berenang (dengan selaput interdigital), merpati tidak bergigi dan mempunyai paruh yang
berbeda-beda sesuai jenis makanannya. Sistem pencernaan pada burung merpati (Columba
domestica) terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, usus halus, usus besar dan berakhir di
cloaca. Saluran pencernaan pada burung terdiri dari paruh dan merupakan modifikasi dari

15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

gigi, rongga mulut, pharink yang berupa saluran pendek, oesophagus yang dibagian
tengahnya pada pangkal leher melebar menjadi tembolok yang merupakan tempat
penyimpanan sementara lalu menuju lambung.

Gambar 1. 12 Merpati (Columbia livia)

Klasifikasi : Merpati (Columbia livia)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbia former
Famili : Columbiadae
Genus : Columbia
Spesies : Columbia livia

2. Kelas Reptil
Reptil merupakan kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang suhu tubuhnya
sangat tergantung pada suhu lingkungan di sekitarnya. Indonesia merupakan salah satu dari
tujuh negara mega biodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman
hayati dunia (Putra, 2017, p.87).
Reptil merupakan salah satu fauna yang terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia
menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki kekayaan jenis reptil paling
tinggi di dunia , lebih dari 600 jenis reptil terdapat di Indonesia (Bappenas, 1993), Pulau
Sumatera memiliki 300 jenis reptil dan amfibi dan 23% diantaranya merupakan jenis
endemik. Reptilmerupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang
kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace untuk
menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar. Reptil adalah
komponen penting dari jaring makanan disebagian besar ekosistem. Mereka mengisi peran
penting baik sebagai predator dan spesies mangsa. Spesies herbivora juga bisa menjadi

16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

penyebar biji yang penting, terutama pada habitat pulau. Penghapusan spesies dari
ekosistem yang drastis dapat mengubah populasi organisme lain, tetapi mereka yang
memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam suatu ekosistem dikenal sebagai spesies
kunci. Predator puncak, seperti buaya, sering sebagai jenis kunci, meskipun mereka juga
berkontribusi pada rantai makanan sebagai mangsa saat mereka masih muda. Beberapa
spesies dianggap penting untuk cara mereka memodifikasi habitat mereka. Reptil
merupakan salah satu bagian dari tingginya kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia
(Iskandar dan Erdelen 2006), yang bisa diambil manfaatnya. Menurut Gibbons, Scott,
Ryan, Buhlmann, Tuberville, Metts, Greene, Mills, Leiden, Poppy dan Winne
(2000),disebutkan manfaat yang bisa diambil dari reptil diantaranya untuk bahan makanan,
obat-obatan tradisional, hewan peliharaan. Di berbagai tempat di Indonesia reptil
digunakan sebagai pemberantas hama. Bagian yang diperdagangkan yaitu kulit (Yuwono
1998), daging dan reptil hidup sebagai peliharaan (Mardiastuti dan Soehartono 2003).
Pengambilan langsung dari alam merupakan salah satu ancaman terhadap kelangsungan
hidup reptil di Indonesia, terutama kura-kura yang sangat sensitif apabila diambil dari
alam, karena kelompok kura-kura memiliki resiko kematian telur dan anakan yang tinggi
dan memerlukan waktu yang lama untuk bisa berepropduksi (Findua, 2016, pp.52-58).
Kelompok hewan reptil dan amfibi lebih dikenal dengan herpetofauna. Kelompok
hewan ini perlu dipelajari, karena manfaatnya bagi lingkungan dan manusia. Mitologi,
budaya, seni dan sastra memandang kelompok hewan tersebut sebagai karakter menarik
bahkan sering dijumpai dalam iklan komersial. Reptil memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia dan lingkungan, sebagai objek pertanian dan peternakan, dan dalam
bidang pengobatan dijadikan suplemen (Yudha, 2015, p.8).

1. Lokasi penelitian di Hutan Kota langsa

Gambar 2.1 Kadal Terbang (Draco obscurus)

Klasifikasi : Kadal Terbang (Draco obscurus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata

17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Famili : Agamidae
Genus : Draco
Spesies : Draco obscurus

Kadal terbang (Draco obscurus) sering kaliditemukan berada pada dahan, atau
batang pohon, berwarna dominan abu-abu dengan corak hitam. Reptil ini ditemukan setiap
hari dan di semua plot. Menurut Das (2010), kadal ini memiliki tubuh yang ramping dan
bergerak lincah, biasanya memakan spesies lain seperti semut dan rayap. Cicak/kadal
terbang (Draco volans) selama penelitian ditemukan sering kali berada pada dahan, batang
pohon, berwarna dominan abu-abu seperti batang pohon. Reptil ini ditemukan di setiap
harinya dan di semua plot dengan jumlah 28 ekor. Menurut Das (2010) Kadal yang
berukuran kecil ini memiliki panjang total hingga 200 mm. Patagium (sayap) berupa
perpanjangan enam pasang tulang rusuk yang diliputi kulit (Findua, 2016, p.54)

Gambar 2. 2 Buaya Muara (Crocodylus porosus)

Klasifikasi : Buaya Muara (Crocodylus porosus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Chelonia
Famili : Chelodae
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus porosus

Buaya muara (Crocodylus porosus) adalah sejenis buaya yang terutama hidup di
sungai-sungai dan di laut dekat muara. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh
perairan Indonesia. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada
tengkuknya. Sedang panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang
pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.Penyebarannya buaya muara memiliki
wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India)

18
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk
mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia. Buaya muara bereproduksi dengan cara
ovipar. Kopulasi dilakukan di dalam air dan berlangsung hanya beberapa menit saja pada
siang hari (Ripai, 2016, pp.156-167).

Gambar 2. 3 Ular Piton (Phyton reticulatus)

Klasifikasi : Ular Piton (Phyton reticulatus)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Phytonedae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton reticulatus

Piton ialah nama umum bagi sekelompok ular pembelit dari suku phytonidae. Di
kenal umumnya sebagai phytons dalam bahasa inggris, kata ini sesungguhnya di pinjam
dari bahasa gerika phyton, yang mengacu pada ular yang sama. Ciri-ciri piton yaitu:
panjang rata-rata retic dewasa adalah 5-7 meter, coraknya ya seperti batik, pada
punggungnya terdapat rangakain pola berwarna hitam yang memebentuk berbagai pola.

19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 2. 4 Kura-kura (Testudo graeca)

Klasifikasi : Kura-kura (Testudo graeca)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Testunidae
Genus : Testudo
Spesies : Testudo graeca

Kura-kura termasuk dalam kelas reptilia, ordo testudine. Kura-kura pertama muncul
di bumi lebih dari 200 juta tahun yang lalu dalam periode Triassic. Kura-kura memiliki
tengkorak primitif dengan kranium yang solid serta memiliki perisai. Kura-kura dapat
ditemukan di air tawar, air laut maupun darat. Tubuh kura-kura dilindungi oleh cangkang
atau perisai pada bagian punggung dan bagian perut. Perisai bagian atas atau bagian
punggung disebut karapaks, sedangakan bagian bawah atau perut disebut plastron.
Karapaks dan plastron tersusun atas beberapa pelat yang menanduk dengan bentuk dan
ukuran yang bervariasi (Sari, 2019, p.26).

2. Lokasi penelitian di Hutan Mangrove


Penelitian yang dilakukan di hutan mangrove ini hanya di dapati satu jenis
reptile yaitu biawak. Biawak melakukan aktivitas pada hutan rawa karena pada tipe
habitat ini biawak lebih mudah menjumpai mangsa (prey) yang sedang melakukan
aktivitas mencari makan dan minum pada perairan (Putra, 2017, p.89).

20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 2. 5 Biawak Air (Varanus salvator)

Klasifikasi : Biawak Air (Varanus salvator)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvator

Biawak air (Varanus salvator) merupakan salah satu hewan reptil yang terdapat di
Indonesia (Gumilang, 2001). Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pada biawak
air, diantaranya morfologi kelenjar saliva (Hamny et al., 2015) dan sebaran karbohidrat
pada kelenjar saliva (Idawati et al., 2014). Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan
adanya kesamaan dan perbedaan dari beberapa organ pencernaan antara mamalia dengan
hewan reptil. Pankreas biawak air yang terdiri atas dua lobus yaitu lobus dorsal (splenic
lobe) dan lobus ventral (duodenal lobe). Lobus dorsal berbentuk bulat dan lobus ventral
berbentuk bulat panjang. Lobus dorsal terletak di ventral limpa dan melekat pada limpa.
Lobus ventral terletak memanjang di antara lambung dan duodenum yang terfiksir oleh
mesenterium. Kedua lobus pankreas ini berwarna putih kekuningan dengan bentuk yang
berlobus-lobus (Hamny, 2016, pp.153-354).

3. Kelas Mamalia
Mamalia merupakan salah satu hewan dari kelas vertebrata yang memiliki sifat
homoetherm atau disebut juga dengan berdarah panas. Ciri khas mamalia mempunyai
kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Berdasarkan ukurannya, mamalia
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mamalia besar dan mamalia kecil. International
Biological Program mendefinisikan mamalia kecil sebagai jenis-jenis mamalia yang
memiliki ukuran berat badan dewasa kurang dari 5 kg seperti tikus, bajing, dan tupai.
Mamalia yang masih hidup diperkirakan ada 4.000 spesies, dua pertiga diantaranya adalah
rodentia (hewan pengerat). Tikus termasuk hewan menyusui kelas mamalia, ordo rodentia.

21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Ordo rodentia merupakan kelompok mamalia utama (42%) yang dapat berkembang pada
berbagai lingkungan di seluruh dunia dengan jumlah yang tercatat lebih dari 2.050 spesies
(Baco, 2011). Tikus dapat hidup berdampingan dengan manusia, memiliki hubungan yang
parasitisme dan mutualisme makhluk hidup (Nasir, 2017:2).
Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi mamalia kecil dan mamalia besar.
Menurut batasan International Biological Program, yang dimaksud dengan mamalia kecil
adalah jenis mamalia yang memiliki berat badan dewasa yang kurang dari lima kilogram,
sedangkan selebihnya termasuk ke dalam kelompok mamalia besar. Umumnya jenis-jenis
mamalia kecil termasuk ke dalam ordo Rodentia dan Chiroptera (Gunawan, 2009:321).

2. Lokasi Penelitian Taman Hutan Lindung Langsa


Landak Raya (Hystrix brachyura). Populasi landak diperkirakan tersebar di semua
hutan Aceh yang luasnya mencapai 3,5 juta hektar. Populasi landak diperkirakan mencapai
angka ribuan, namun keberadaannya terdesak aktivitas perambahan hutan. Landak
merupakan mamalia unik berambut keras, menyerupai duri tajam yang menutupi bagian
atas tubuhnya. Satwa pengerat ini termasuk bangsa rodensia dan dari suku Hystricidae.
Duri landak merupakan alat pertahanan menghadapi musuhnya. Bila ada gangguan atau
merasa terancam, landak akan menegakkan duri-duri tajamnya, sehingga tubuhnya akan
kelihatan penuh dan besar (Salviana, 2017:92).
Landak mempunyai panjang badan antara 40 sampai dengan 91 cm dan panjang ekor
berkisar antara 6 sampai dengan 25 cm. Bobot badan landak secara normal berada di antara
5.4 sampai dengan 16 kg (tergantung spesies). Landak memiliki berbagai macam corak
rambut dan duri, yaitu coklat, hitam, abu-abu, dan putih. Duri landak merupakan
karakteristik dari suatu spesies landak yang dapat berbeda antara spesies landak satu
dengan spesies landak yang lainnya. Ekor landak juga ditutup oleh rambut yang
mengalami modifikasi menjadi duri yang dapat berderak. Landak termasuk hewan
poliestrus. Masa kebuntingan pada landak adalah sekitar 94 sampai dengan 100 hari.
Seekor landak biasanya memiliki 2 sampai dengan 4 anak per kelahiran. Landak betina
dapat melahirkan sebanyak dua kali dalam setahun. Sebelum melahirkan, landak betina
akan menggali tanah untuk membuat suatu ruangan sebagai tempat melahirkan. Landak
yang baru dilahirkan memiliki duri-duri lembut yang akan mengeras beberapa jam
kemudian setelah kelahiran. Walaupun anak landak mulai dapat memakan pakan keras
setelah 2 minggu kelahiran, induk landak masih harus menyusuinya selama 13 sampai 19
minggu postpartus. Landak muda akan tinggal secara berkoloni sampai mereka mencapai
umur dua tahun. Sebelum mereka mencapai umur 2 tahun, mereka akan tinggal bersama
dengan induknya di dalam sarang (Inayah, 2016:38).

22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 3. 1 Landak (Hystrix brachyura)

Klasifikasi : Landak (Hystrix brachyura)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Hystricomorpha
Genus : Hystrix
Spesies : Hystrix brachyura

Landak Jawa (Hystrix javanica) atau Sun-da Porcupine adalah satwa liar endemik
Indonesia, penyebarannya meliputi Jawa, Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores.
Satwa terestrial ini dapat dijumpai terutama di daerah dataran rendah, hutan sekunder, dan
lahan terdegradasi. Panjang tubuhnya berkisar 42,5-70 cm dan ekornya 5-12,5 cm. Warna
rambut tubuhnya coklat kehitaman dengan duri-duri runcing berwarna putih bercincin
hitam. Habitat landak di gua-gua, daerah bebatuan, lubang-lubang kayu, dan hewan ini
dapat menggali tanah untuk sarangnya hingga kedalaman 5 m yang dapat dihuni 6-8 ekor
lan- dak. Landak bersifat aktif di malam hari (nocturnal), sementara di siang hari berdiam
di sarangnya berupa lubang yang panjang di dalam tanah. Satwa herbivora ini di habitatnya
menyukai buah-buahan yang jatuh di lantai hutan, umbi-umbian, kulit kayu, dan dedaunan.
Landak dianggap hama oleh petani karena sering merusak tanaman pertanian. Di Jawa
Tengah dan Jawa Timur landak diburu untuk dijual dan dikonsumsi dagingnya. Sebagian
masyarakat mempercayai bahwa mengkonsumsi daging landak dapat menyembuhkan
penyakit asma dan meningkatkan vitalitas tubuh (Farida, 2013:312).
Rusa Bawean memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan rusa jenis
lainnya. Tingginya sekitar 60-70 cm. Beratnya dapat berkisar 50-60kg pada ukuran rusa
dewasa, sedangkan pada saat lahir rusa betina memiliki bobot kisaran 1-1,5 kg dan rusa
jantan 1,5-2 kg. Ukuran panjangnya dari kepala hingga tubuh menyamping sekitar 140 cm.
Tubuhnya yang lebih kecil menjadikannya terkenal sebagai rusa yang dapat berlari dengan

23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

sangat lincah khususnya jika akan disergap oleh pemangsa. Panjang ekornya mencapai 20
cm dengan warna cokelat dan warna keputihan yang terdapat pada bagian lipatan dalam.
Bulunya pendek dengan warna cokelat kemerahan. Di sekitar mulutnya memiliki warna
bulu yang lebih terang dibandingkan warna bulu di sekitarnya untuk rusa betina. Rusa
jantan memiliki bulu berwarna cokelat kehitaman. Rusa yang masih kanak-kanak memiliki
warna bulu yang berbeda dengan rusa yang sudah dewasa. Rusa yang masih kanak-kanak
memiliki bulu dengan corak totol-totol dan seiring bertambahnya usia rusa, corak tersebut
akan menghilang.

Gambar 3. 2 Rusa Bawean (Axis kuhlii)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Upaordo : Ruminantia
Famili : Cervidae
Upafamili : Cervinae
Genus : Axis
Spesies : Axis kuhlii.

Rusa tutul (Axis axis) adalah salah satudariempat jenis rusa di Indonesia yang sudah
dilindungi, namun jumlah populasinya terus berkurang akibat pemburuanliar dan semakin
tingginya degradasi habitataslinya (Elfrida, 2019, p.8).
Rusa tutul (Axis axis) mempunyai tubuh yang tidak proporsional karena kaki
belakang lebih panjang dari kaki depan. Spesies ini juga mempunyai kaki yang kecil.
Mempunyai pola warna tubuh bagian ventral putih dan bagian dorsal coklat tutul. Glandula
mamalia terletak di daerah pelvis. Memiliki tipe gigi lophodont karena termasuk hewan
herbivora. Rusa tutul (Axis axis) termasuk hewan herbivora. Jenis makanannya biasanya

24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

rumput, daun, bunga dan biji-bijian tertentu. Untuk pakannya sendiri, rusa Tutul sama
dengan rusa-rusa lainnya, yaitu daun-daunan dan dan rumput-rumputan.

Gambar 3. 3 Rusa tutul (Axis axis)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Cervidae
Subfamili : Cervinae
Genus : Axis
Spesies : Axis axis

Musang Luwak (Paradoxurus hermaproditus) merupakan mamalia yang memiliki


sebaran geografis yang luas. Persebaran geografis luwak terbentang dari Asia Selatan
hingga Asia Tenggara yang meliputi, India, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand,
Vietnam, Kamboja, Singapura, Malaysia, Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali),
Sri Lanka, Brunei Darrusalam dan Filipina. Musang luwak merupakan hewan arboreal
yang pada habitatnya menghabiskan sebagian hidupnya berada di atas pepohonan
(Anindya, 2019, p.53).
Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang bersifat
arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang Luwak juga
merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Musang Luwak merupakan
hewan omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi,

25
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

mangga, pepaya, dan rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan
mamalia kecil. Pencernaan Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) sangat sederhana
sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya.
Dari sinilah kemudian Luwak dikenal sebagai penghasil kopi pilihan berkualitas baik yang
kerap disebut Kopi Luwak. Selain itu, kebiasaan makan hewan ini membuatnya
mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik yang
kemudian dapat tumbuh menjadi benih-benih pohon baru di hutan.

Gambar 3. 4 Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebtara
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Viverridae
Genus : Paradoxurus
Spesies : Paradoxurus hermaphroditus

26
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan di kota Langsa, diperoleh 19 spesies dari
hewan vertebrata dari kelompok mammalia, reptile dan aves yang mana setiap spesies
memiliki ciri dan kharakteristik yang berbeda serta yang paling mendominasi adalah dari
kelompok aves. Kharakteristik secara umum yang dimiliki antara lain hewan-hewan
mammalia semuanya menghasilkan susu sebagai makanan anaknya. Susu dihasilkan oleh
kelenjar susu (mammae) yang terdapat di daerah perut atau dada. Mammalia disebut juga
dengan hewan menyusui, karena menyusui anaknya. Aves atau burung memiliki bulu yang
terbuat dari keratin. Bulu yang membentuk sayap berperan untuk terbang. Dan Reptilia
memiliki kulit bersisik yang terbuat dari zat tanduk (keratin). Sisik berfungsi mencegah
kekeringan. Vertebrata dapat dijumpai di berbagai habitat di darat maupun di perairan,
termasuk laut, danau maupun sungai. Dan sering didapati keunikan dari ciri morfologi
setiap spesies yang ditemukan pada suatu wilayah.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. 2015. Jual beli Ular Piton dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Al-
Mujaddid Humaniora, Vol 1 (1): 1-17.
Aggriana, P., dkk. 2018. Populasi dan Pola Sebaran Burung Kuntul Besar (Ergetta alba) di
Lampung Mangrove Center. Jurnal Sylva Lestari,Vol 6 (3): 73-80
Anindya, dkk. 2019. Aktivitas Harian Musang Luwak (Paradoxurus hermaproditus) yang
dikandangkan. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. Vol, 8,(1): 52-60.
Arini, D. I. D., Pudyatmoko, S., & Poedjirahajoe, E. 2017. Roosting selection by red and
blue Lory (Eos histrio Muller, 1776) in Karakelang Island North Sulawesi. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol 6 (1): 61-71
Astuti, D. 2017. Struktur genetik populasi burung betet jawa (Psittacula alexandri
alexandri) berdasarkan sekuen DNA mitokondria gen ND2. Jurnal Biologi
Indonesia, Vol 13 (1): 117-124.
Burhanuddin. 2018. Evolusi dan Klasifikasi Hewan Laut Bertulang Belakang, Jakarta: Cd
Budi Utama.
Campbell, N., A. 2010. Biologi Jilid 2. Ciracas: Erlangga.
Elfrida, dkk. 2019. Aktivitas Harian Rusa Tutul (Axis axis) pada Lahan Konservasi di
Hutan Kota Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. Jurnal Biotik. Vol. 7, (1): 8-17.
Farida, W., R. 2013. Fisik dan Kimia Daging Landak Jawa (Hystrix javanica F. Cuvier,
1823) yang Diberi Tambahan Pakan Konsentrat. Jurnal Biologi Indonesia. Vol
9(2): 311-325.
Fikriyanti, M., dkk. 2018. Keragaman Jenis Burung pada Berbagai Komunitas di Pulau
Sangiang, Provinsi Banten. Jurnal Biodjati, Vol 3 (2): 157-165.
Findua, A.W., dkk. 2016. Keanekaragaman Reptil di Repong Damar Pekon Pahmungan
Pesisir Barat (Studi Kasus Plot Permanen Universitas Lampung). Jurnal Sylva
Lestari, Vol 4 (1): 51-60.

27
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gunawan., dkk. 2009. Keanekaragaman Mamalia Besar Berdasarkan Ketinggian Tempat


di Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Biologi Indonesia. Vol 4 (5): 321-334.
Hamny, H., dkk. 2016. Studi Anatomis dan Histiologis Pankreas Biawak Air (Varanus
salvator). Jurnal kedokteran Hewan, Vol 10 (2): 153-156.
Inayah, N. 2016. Potensi Pengembangan Landak (Hystrix sp.) Sebagai Produk Komersial.
Jurnal Fauna Indonesia. Vol 15 (2): 37-43.
Kamal, dkk. 2016. Spesies Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Kecamatan Lhoknga
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik, Vol 4 (1): 15-32
Kuswanda, Wanda. & Syarif, Abdullah Mukhtar. 2010. Pengelolaan Populasi Mamalia
Besar Terestrial Di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Vol 7 (1): 59-74.
Marliani, N. 2015. Spesies Ikan Bertulang Keras (Ostheichethes) Hasil Tangkapan
Nelayan di Kawasan Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya. Prosiding Seminar Nasional
Biotik, P. 58-61
Nasir, M., dkk. 2017. Keanekaragaman Jenis Mamalia Kecil (Famili Muridae) pada Tiga
Habitat yang Berbeda di Lhokseumawe Provinsi Aceh. Jurnal Bio Leuser. Vol 1
(1): 1-6.
Netty & Astuti, 2009. Tata Rias Wajah Fantasi Merak Biru Untuk Karnaval. Jurnal
Perkembangan, Vol 8:4, 45-81.
Novarino, dkk. 2014. Variasi Morfologi Katak Pohon Bergaris Polypedates leucomystax
Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatra Barat. Online Jurnal of
Natural Science, Vol 4 (3): 348-354
Nursyahra. 2012. Jenis-Jenis Ikan Yang Tertangkap Di Batang Air Dingin Kelurahan Balai
Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Pelangi, Vol 4 (2): 100-108
Putra, A. R., dkk. 2017. Eksplorasi Jenis Reptil di Suaka Margasatwa Tanjung Santigi
Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba, Vol 5 (2): 87-92.
Ramlah, dkk. 2017. Eksplorasi Jenis Reptil di Suaka Margasatwa Tanjung Santigi
Kabupaten Parigi Meutong. Warta Rimba, Vol 5 (1): 87-92
Ripai Ahmad., dkk. 2016. Penagkaran Buaya Muara di PT. Makmur Abadi Permai
Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR, Vol 15 (2): 155-170.
Rukmana, I. D., dkk. 2019. Sistem Reproduksi Parkit (Melopsittacus undulatus) Jantan dan
Betina yang Diberi Suplemen Serbuk Kunyit (Curcuma longa L.) Secara Oral.
Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol 4 (1): 65-72.
Sahara, A. Dkk. 2013. Identifikasi Cacing Trematoda dan Gambaran Patologi Ginjal
Burung Merpati yang Terinfeksi. Jurnal Veterineer, Vol 14 (4): 402-407
Salviana, M., dkk. 2017. Kondisi Habitat Landak Raya (Hystrix brachyura) Di
Penangkaran Taman Rusa Desa Lamtanjong Kabupaten Aceh Besar Dan Desa
Panton Luas Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah. Vol 2 (1): 91-97.

28
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Saputra, T. A., Yuhanna, W. L., & Ardhi, M. W. 2019. Identifikasi Aves di Cemoro Sewu
Mageta sebagai Bahan Penyusun Modul Biologi Materi Kenekaragaman Hayati.
Jurnal Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS, Vol 4 (1): 310-317.
Sari, I.I., dkk. 2019. Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Untuk Menilai upaya
Konservasi Kura-kura. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, Vol 3 (1): 25-
31.
Seipalla, B. 2020. Invebtarisasi Jenis Burung Pantai di Kawasan Pulau Marsegu Kabupaten
Seram Barat Provinsi Maluku. Jurnal Hutan Tropis, Vol 8 (1): 16-22.
Semiadi, G., dkk. 2018. Barkoding DNA Burung Elang (Famili Accipitridae) di Indonesia.
Jurnal Ilmu-ilmu Hayati, Vol 17 (2): 165-173.
Sutiawan, R & Jarwadi, B.H. 2016. Analisis Populasi dan Habitat Bangau Tongtong
(Leptoptilos Javanicus) di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Jurnal Media
Konservasi. Vol 21 (3): 207-215.
Syari’ati, E., dkk. 2015. Perbandingan Perilaku Harian Jantan dan Betina Burung Elang
Bondol (Haliastus indus Boddaert, 1783) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
Jurnal Bioma, Vol 2 (1): 47-55.
Yudha, Ds., dkk. 2015. Keanekaragaman Spesies Amfibi dan Reptil di Kawasan Suaka
Margasatwa Sermodaerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MIPA, Vol 38 (1): 7-12.

29

Anda mungkin juga menyukai