Nim : 19.014
Kelas : D3 keperawatan tingkat 1
2. Pesan (Message)
Pesan adalah informasi yang akan kita kirimkan kepada komunikate atau penerima
pesan. Pesan yang kita kirimkan dapat berupa pesan-pesan verbal maupun pesan nonverbal.
Agar pesan menjadi efektif, maka komunikator harus memahami sifat dan profil komunikate
atau penerima pesan, kebutuhan khalayak sasaran, serta harapan dan kemungkinan respon
yang diberikan oleh komunikate atau penerima pesan.
3. Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam sebuah
bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan disampaikan harus dapat
di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah pesan harus dapat dikirimkan dalam bentuk
dimana komunikate atau penerima pesan mampu melakukan decode atau pesan tidak akan
dapat dikirimkan.
5. Decoding
Decoding terjadi ketika komunikate atau penerima pesan menerima pesan yang telah
dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi untuk melakukan decode sebuah pesan
dengan baik, kemampuan membaca secara menyeluruh, mendengarkan secara aktif, atau
menanyakan atau mengkonfirmasi ketika dibutuhkan.
8. Konteks (Context)
Konteks dalam proses komunikasi adalah situasi dimana kita melakukan komunikasi.
Konteks dapat berupa lingkungan dimana kita berada dan dimana komunikate atau penerima
pesan berada, budaya organisasi, dan berbagai unsur atau elemen seperti hubungan antara
komunikator dan komunikate. Komunikasi yang kita lakukan dengan rekan kerja bisa jadi
tidak sama jika dibandingkan dengan ketika kita berkomunikasi dengan atasan kita. Sebuah
konteks dapat membantu menentukan gaya kita berkomunikasi.
9. Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam
proses encode atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan dalam proses
komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat keras, atau perilaku yang
tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga dapat berupa gangguan mental,
gangguan psikologis, atau gangguan semantik. Dalam proses komunikasi, gangguan dapat
berupa segala sesuatu yang dapat mengganggu dalam proses penerimaan, penafsiran, atau
penyediaan umpan balik tentang sebuah pesan.
Hambatan fisik
Hambatan kepribadian
Hambatan usia
Hambatan budaya
Hambatan bahasa
Hambatan kecakapan teknologi
Hambatan lingkungan alam dan kondisi sekitar
4. Jelaskan perbedaan komunikasi verbal dan non verbal
dan aplikasinya
Perbedaan :
1. Struktur dan derajat kepentingan. Perbedaan budaya telah mengembangkan bahasa dan
kata-kata melalui berbagai Negara ke keadaan seperti sekarang. Hal ini membuat komunikasi
menjadi lebih mudah. Itulah alasannya mengapa komunikasi verbal begitu penting.
4. Proses neuro-fisiologis.
Komunikasi verbal ditafsirkan oleh otak kiri yang dapat membantu dalam melakukan
analisis. Hal ini terjadi hampir setiap kali namun otak tidak mengikuti setiap waktu.
Komunikasi nonverbal ditafsirkan oleh otak kanan. Oleh karena itu, penafsiran yang
terjadi melibatkan berbagai kegiatan ruang, gambar, dan gestalt dalam otak dan menciptakan
berbagai macam respon.
Komunikasi verbal dapat disampaikan secara keras dan orang lain dapat
menyaksikannya. Karena itu, komunikasi verbal dapat didokumentasikan dan menjadi barang
bukti.
Komunikasi nonverbal tidak dapat didokumentasikan dan dijadikan barang bukti.
Kecuali ada pihak ketiga yang menjadi saksi terjadinya komunikasi nonverbal yang
dilakukan oleh para partisipan komunikasi.
9. Penggunaan
Komunikasi verbal yang digunakan oleh manusia hanya sekitar 7 (tujuh) persen saja
dari keseluruhan komunikasi yang dilakukan.
Komunikasi nonverbal sangat penting dibandingkan komunikasi verbal. Hal ini
dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Albert Mehrabian yang menunjukkan
bahwa sebanyak 93 persen dari komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi
nonverbal.
10. Tujuan
Penting bagi sang komunikator untuk mengetahui latar belakang komunikan agar
komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Latar belakang yang perlu diketahui
oleh komunikator antara lain pendidikan dan pengalaman. Seseorang tidak akan mungkin
berhasil menyampaikan sesuatu bila berbeda tingkat pendidikan dan pengalamannya. Oleh
karena itu, komunikator harus dapat menyesuaikan topik atau materi sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan pengalaman komunikannya agar mudah dimengerti dan dipahami.
Sebagai seorang komunikator harus selalu mempersiapkan materi atau topik yang
akan disampaikan sebaik-baiknya. Persiapan dan pemahaman yang lebih dapat sangat
membantu ketika ada pertanyaan dari komunikan, sehingga pesan yang diinginkan tercapai
dan komunikan merasa puas atas keingintahuan mereka.
Salah satu faktor agar komunikasi yang dilakukan berhasil dengan baik adalah
kejelasan saat berbicara, hal ini penting agar setiap kalimat yang disampaikan dapat terdengar
oleh komunikan dengan baik. Komunikator juga dituntut berbicara secara sistematis
mengenai topik yang dibahas agar tidak terjadi overlap pembahasan yang dibawakan.
Sistematis penyampaian materi juga membantu komunikan memahami materi yang
dibawakan dengan mudah.
Memperhatikan bahasa tubuh komunikan juga penting, hal ini bertujuan agar kita
dapat mengetahui kondisi komunikan itu sendiri. Ketika komunikator menyadari bahwa
bahasa tubuh dari komunikan sudah terlihat bosan dengan topik yang komunikator
sampaikan, komunikator dapat menghidupkan suasana dengan mencoba memberikan lelucon
agar komunikan dapat kembali fokus kepada topik yang disampaikan.
6. Be confident.
Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah be confident. Percaya diri sangat
membantu dalam menyampaikan pesan. Hal ini dapat mempengaruhi secara psikologis pada
diri komunikan. Komunikan akan memberikan perhatian lebih bila melihat komunikator yang
percaya diri, sehingga komunikan lebih dapat memahami topik yang disampaikan.