Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian: asuransi adalah suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seseorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan
syariah, tolong – menolong secara mutual yang melibatkan Peserta dan Pengelola. Syariah
berasal dari ketentuan – ketentuan di dalam Al – Qur’an dan Hadis. Sebenarnya konsep
asuransi syariah tidak terlalu berbeda jauh dengan konsep pengelolaan risiko konvensional
yang dilakukan secara mutual, seperti Mutual Insurance dan Protection and Indemnity Club
( P & IClub).
Letak perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional terdapat pada bagaimana
risiko itu dikelola dan ditanggung, dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan
lebih jauh adalah pada hubungan antara Pengelola dengan Peserta . Dalam pengelolaan dan
penanggungan risiko, asuransi syariah tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian
atau spekulasi) dan maisir (perjudian). Dalam investasi atau manajemen dana tidak
diperkenankan adanya riba (bunga). Ketiga larangan ini, gharar, maisir dan riba adalah area
yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah dan yang menjadi pembeda utama
dengan asuransi konvensional.
Dalam upaya menghindari gharar, pada setiap kontrak asuransi syariah harus dibuat
sejelas mungkin dan sepenuhnya terbuka. Keterbukaan itu dapat diterapkan di kedua sisi,
yaitu baik pada pokok permasalahan maupun pada ketentuan kontrak . Tidak diperbolehkan
di dalam kontrak asuransi syariah bila terdapat hal yang tidak jelas dalam pokok
permasalahan atau ruang lingkup kontrak itu sendiri. Di dalam kontrak asuransi syariah tidak
diperkenankan adanya jual beli ketidakpastian (gharar) antara satu pihak dengan pihak
lainnya. Maisir (perjudian) timbul karena adanya gharar. Peserta mungkin memiliki
kepentingan yang dipertanggungkan, tetapi apabila perpindahan risiko (atau pembagian risiko
dalam asuransi syariah) berisikan elemen – elemen spekulatif, maka tidak diperkenankan
dalam asuransi syariah. Riba (Bunga) sama sekali dilarang di bawah hukum syariah dan di
bawah pengaturan asuransi syariah.
Untuk menghindari riba, dalam asuransi syariah, kontribusi para pesertanya dikelola
dalam skema pembagian risiko (risk sharing) dan bukan sebagai premi seperti layaknya pada
asuransi konvensional. Dalam ketentuan asuransi syariah diberlakukan adanya kontribusi
dalam bentuk donasi dengan kondisi atas kompensasi (tabarru’). Lebih jauh lagi,sumber dana
yang berasal dari kontribusi atau donasi para peserta itu,harus dikelola dan diinvestasikan
berdasarkan ketentuan syariah. Dengan cara yang sama gharar dan maisir memberikan
suatutantangan kepada operator asuransi syariah dalam upayanya untuk memastikan tidak
ada adanya kedua unsur tersebut dalam asuransi syariah. Dalam asuransi konvensional,
asuransi adalah sebuah mekanisme perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat
diubah dari tidak pasti menjadi pasti. Ketidakpastian mencakup beberapa faktor, antara lain
apakah kerugian akan muncul, kapan terjadinya, dan seberapa besar dampaknya dan beberapa
kali kemungkinannya terjadi dalam satu tahun.
Asuransi memberikan peluang untuk menukar kerugian yang tidak pasti ini menjadi
suatu kerugian yang pasti yakni premi asuransi. Suatu organisasi akan setuju untuk
membayarkan premi tetap dan sebagai gantinya perusahaan asuransi setuju untuk menutup
semua kerugian yang akan terjadi yang termasuk dalam ketentuan – ketentuan polis.
Pertukaan kerugian tidak pasti dengan kerugian pasti, seperti yang diterapkan dalam asuransi
konvensional masuk dalam ruang lingkup pengertian gharar dan tidak diperbolehkan dalam
Islam. Maka dalam konsep asuransi syariah, tidak ada perpindahan risiko dari para peserta
kepada Operator asuransi syariah. Risiko dibagi diantara para peserta dalam skema jaminan
mutual atau skema asuransi syariah. Operator asuransi syariah hanya sebagai wakil untuk
membuat skema tersebut bekerja. Sudah menjadi bagian dari peran Operator untuk
memastikan seseorang yang ditimpa kemalangan sehingga mengalami kerugian bisa
mendapatkan kompensasi yang layak
ASURANSI SYARIAH
Asuransi Syariah merupakan usaha syariah yang memiliki prinsip saling tolong menolong
antara pihak yang bekerjasama. Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional
mengeluarkan fatwa khusus tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah yaitu sebagai berikut:
Asuransi Syariah (Ta`min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau
tabarru` yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
yang sesuai dengan syariah.Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang
tidak mengandung gharar, maysir (perjudian), riba (bunga), zulmu (Penganiayaan), riswah
(suap), barang haram dan maksiat.
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersil.
Akad tabarru` adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong
menolong, bukan semata untuk tujuan komersil. Premi adalah kewajiban peserta untuk
memberikan sejumlah dana kepada perusahaan sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib dibeh perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
Asuransi konvensional mengunakan akad jual beli. Hal itu berbeda dengan asuransi syariah
yang memiliki tiga akad yaitu:
Akad Tabarru
Tabarru’ dalam makna hibah atau pemberian dapat kita lihat dalam firman Allah surat an-
Nisa’ (4): 4 berikut ini
ص ُدقَاتِ ِه َّن نِحْ لَةً فَإ ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوهُ هَنِيئًا َم ِري ًئ
َ َوآَتُوا النِّ َسا َء
Artinya: “... kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap
lagi baik akibatnya”.
Sesuai dengan fatwa MUI, kedudukan kedudukan para pihak dalam akad tabarru’adalah
sebagai berikut
Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta atau peserta lain yang terkena musibah.
Perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalahdari para peserta
di luar pengelolaan investasi (Sula, 2004: 44)
Akad Tijarah
Akad lain yang dapat digunakan dalam bisnis asuransi syariah adalah akad mudharabah.
Bentuk akad ini didasarkan prinsip profit and los sharing atau berbagia atas untung dan rugi.
Dalam akad ini dana yang yang terkumpul dapat diinvestasikan oleh perusahaan asuransi,
dimana resiko investasi ditanggung bersama antara perusahaan dan nasabah.
Dalam akad tijarah (Mudharabah) ini perusahaan asuransi mengunakan akad mudharabah
mustyarakah, yaitu bentuk akad mudharabah dimana pengelolaan (mudharib) menyertakan
modalnya dalam kerjasama investasi tersebut.
Akad tijarah (mudharabah) ini hasil keuntungan akan diberikan sesuai dengan akad yang
sama-sama dibuat sehingga tidak hanya mendapat keuntungan tapi juga peserta mendapatkan
perlindungan resiko yang terjadi pada peserta. Kontrak bagi hasil disepakati didepan sehingga
bila terjadi keuntungan maka pembagiannya akan mengikuti kontrak bagi hasil tersebut.
Misalkan kontrak bagi hasilnya adalah 60:40, dimana peserta mendaptkan 60 persen dari
keuntungan sedang perusahaan asuransi mendapat 40 persen dari keuntungan (Sula, 2004:
44).
Wakalah bil ujrah merupakan perikatan antara dua belah pihak pemberi kuasa (muwakil)
yang memberikan kuasanya kepada (wakil), dimana (wakil) mewakilkan untuk mengerjakan
sesuatu dengan memberi ujrah (fee/upah) kepada wakil yang pemengerjakan tugasnya dan
kewabiban bagi wakil untuk menjalankan tugas dari muwakil dengan sebaik-baiknya dan
tidak boleh membatalkan secara sepihak. Jadi bisa dikatakan akad wakalah bil ujrah akan
melahirkan sumber kewajiban yang akan dipenuhi (Agus Dkk, 2009: 94).
Ketentuan akad Wakalah Bil Ujrah
Wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dan/atau peserta melelkukan kegiatan lain sebagaimana disebutkan pada bagian
ketiga angka 2 (dua) fatwa ini dengan imbalan pemberian ujrah (fee) wakalah bil ujrahdapat
ditetapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan
(saving maupunnon tabungan) (Chairul H, 2015: 119).
Akad wakalah bil ujrah dilakukan antara peserta dengan perusahaan asuransi atau reasuransi,
baik dalam hal tabarru’ maupun tabungan (saving)
Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk
melalukan kegiatan
Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari investasi, karena
akad yang digunakan adalah akad wakalah (Sula, 2004: 177).
Hukum perjanjian sebagaimana KUH Perdata menganut asas kebebasan berkontrak, asas
personalitas, dan asas kejujuran atau itikad baik. Di dalam Islam ada beberapa asas hukum
perjanjian, antara lain:
Asas kebebasan berakad menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun
tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang syariah dan
memasukan klausul apa saja dalam akad yang dibuat itu sesuai dengan kepentingannya (S.
Anwar, 2007: 84). Walaupun memiliki kebebasan dalam perjanjian tetapi perjanjian tersebut
tidak boleh bertentangan dengan syariat islam dan undang-undang yang berlaku.
Asas ini dalam prinsip perjanjian mengandung unsur keseimbangan atau kesetaraan antara
kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. Jadi di mata hukum sama, tidak ada yang
membedakan.
Perjanjian yang dibuat merupakan perjanjian yang mengikat satu sama lain. Dalam
kaidah usgul fiqh, “perintah itu pada dasarnya menunjukan wajib.
Hukum perjanjian syariah memiliki dasar penting berupa kejujuran atau iktikad baik
seseorang tanpa ada yang disembunyikan (S. Anwar, 2007: 89).
Akad kerja sama antara pemilik modal (shohibul mal) dengan peminjam atau pelaksana kerja
(mudhorib), dengan keuntungan akan dibagi hasil yang nisbahnya sudah ditentukan sesuai
dengan perjanjian.
“Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya, dan mohonlah ampunan kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS Al Muzammil: 20]
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayidina Abbas bin Abdul Muthollib, jika memberikan
dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menjalani lembah yang berbahaya atau membeli ternak, jika menyalahi
aturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut,
disampaikanlah syarat tersebut kepada Rosulullah beliau memperbolehkannya. [H.R.Ath-
Thabrani].
Musyarakah
Akad kerja sama antara dua orang atau lebih, dimana pemilik modal juga sebagai pekerja,
begitu pula sebaliknya yang kemudian presentase (besar atau kecil) bagi hasil yang dibagikan
tergantung pada seberapa modal dan jasa yang diberikan.
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, maka para
isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-
laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu
saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika
saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga
itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan
tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)
syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.” [QS
An Nisaa: 12].
Kedua ayat diatas menjelaskan tentang pembenaran manusia bersyarikat atau bekerja sama
oleh Allah SWT, dengan ketentuan-ketentuan yang mereka buat sendiri, selama tidak
melanggar hukum syara’
Profil ACA :
PT Asuransi Central Asia adalah Perusahaan yang bergerak dibidang asuransi umum yang
berdiri pada tahun 29 Agustus 1956. Ketika berdidi ACAmenempati kantor di Jalan Asemka
No. 28/api sekarang bertempat di Wisma Asia sejak 1998. ACA memiliki 44 kantor cabang
dan 1761 karyawan. Pada tahun ini sudah memasuki tahun yang ke-62. Kantor ACA Syariah
Semarang berada di Jalan M.T Haryono No. 551, Semarang.
Visi
Misi
Dikenal sebagai perusahaan yang mmeiliki lingkungan kerja baik, sehngga mampu
menghargai karyawannya dan membat seluruh karyawan bagian dari perusahaan.
Dikenal sebagai perusahaan yang mmapu memberikan pelayanan berkualitas tinggi bagi para
nasabah.
Akad yang digunakan dalam ACA Syariah adalah akad wakalah bil ujroh bil mudhorobah.
Wakalah berarti mewakilkan. Perusahaan asuransi (ACA Syariah) menjadi wakil dari seluruh
peserta untuk mengelola risiko asuransi.
Ujroh berarti upah. Asrtinya seluruh peserta dari asuransi ACA Syariah setuju memberikan
upah kepada perusahaan sebagai imbalan jasa pegelolaan risiko yang diasuransikan.
Wakalah bil ujroh boleh dilakukan antara perusahaan asuransi dengan peserta
Wakalah bil ujroh adalah pemberian kuasa dari pesera kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujroh atau upah.
Waklah bil ujroh dapat diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan
(saving) maupun unsur tabarru’ (non-saving)
Mudharabah berarti sebuah perjanjian yang ditentukan diawal antara peserta asuransi yang
berkedudukan sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan perusahaan sebagai mudharib
(pengelola).
Jadi wakalah bil ujroh bil mudharabah adalah akad yang dilakukan diawal oleh peserta
asuransi dan perusahaan yang menjadi wakil dari seluruh peserta untuk mengelola risiko
asuransi. Sedangkan peserta setuju untuk memberikan upah kepada perusahaan sebagai
imbalan jasa pengelolaan risiko yang di asuransikan.
Persentasi nisbah yaitu nasabah mendapat 55% sebagai dana tabarru’ yang akan digunakan
sebgaai investasi, klaim, dan cadangan tabarru’. Sedangkan perusahaan mendapatkan 45%
sebagai ujrah yang akan digunakan sebagai operasional perusahaan dan investasi.
Labbaik
Labbaik adalah asuransi perjalanan dari ACA Syariah yang memberikan perlindungan
lengkap bagi Anda yang berencana melakukan Ibadah Umroh dan Haji.
Dengan memilih Labbaik, Anda mendapatkan perlindungan mulai dari biaya medis,
kehilangan bagasi dan barang pribadi, evakuasi dan repatriasi hingga pembatalan perjalanan
ibadah Umroh dan Haji.
Polis asuransi kecelakaan diri yang digunakan saat ini berbeda-beda antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain. Namun demikian, pada dasarnya risiko-risiko yang dijamin adalah
sama, yaitu terjadinya kecelakaan yang menimpa tertanggung sehingga mengakibatkan
tertanggung: meninggal dunia atau mengalami cacat tetap seumur hidupnya baik cacat
seluruh tubuh atau cacat sebagian dari anggota tubuhnya termasuk gangguan jiwa akibat
kecelakaan atau cacat sementara waktu atau biaya pengobatan akibat kecelakaan.
Risiko-risiko yang tidak dijamin adalah jika kecelakaan tersebut terjadi karena tertanggung
atau pemegang polis, antara lain: mengendarai atau membonceng sepeda motor, sebagai
penumpang tidak sah dalam perjalanan udara, melakukan olah raga berbahaya misalnya:
mendaki gunung dan sejenisnya, bela diri, balap mobil atau motor, menyelam dan sejenisnya,
olah raga musim dingin; melakukan kejahatan atau itikad tidak baik; terserang HIV atau
penyakit menular seksual lainnya; penggunaan narkoba, keracunan makanan, perang,
kerusuhan atau radiasi nuklir.
Kelas B : Orang-orang dari kelas A yang sering dinas luar atau ibu rumah tangga.
Premi umumnya dihitung selama satu tahun (12 bulan) dengan rumus:
Jumlah Uang Pertanggungan (JUP)* x suku premi per tahun (per seribu)
JUP disini bukanlah harga diri seseorang namun prakiraan besarnya upah yang mampu
diperoleh tertanggung selama kurang lebih 10 bulan kerja.
Klausula Mudharabah
Penanggung akan mengelola premi yang dibayarkan oleh Tertanggung, yang dijadikan
sebagai derma (Tabarru), sesuai dengan prinsip Syariah.
Keuntungan Penanggung yang diperoleh dari pengelolaan seluruh premi pada akhir
pertanggungan akan dibagikan secara proporsional kepada seluruh Tertanggung berdasarkan
prinsip bagi hasil dengan nisbah 70% untuk Penanggung dan 30% untuk Tertanggung dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tertanggung tidak pernah menerima pembayaran atau sedang mengajukan klaim atas polis.
Bagi hasil yang menjadi bagian Tertanggung akan dihitung berdasarkan premi yang diterima
oleh Penanggung yang dikaitkan dengan rate bagi hasil yang berlaku pada akhir
pertanggungan polis.
Pada awal berdiri pada tanggal 29 Agustus 1926, bernama Maskapai Asuransi Oriental NV.
Lalu pada tanggal 5 November 1958 berubah menjadi PT Asuransi Central Asia (ACA).
Sedangkan, untuk ACA Syariah berdiri pada tahun 2004. ACA Syariah masih satu
manajemen dengan ACA Konvensional. Per 2014, pemerintah mengimbau agar setiap
perusahaan yang memiliki basis syariah, agar dipisah dengan konvensional. Dan sejak 2014,
PT Asuransi Central Asia (ACA) mulai merekrut karyawan untuk ACA Syariah.