Anda di halaman 1dari 15

OPTIMALISASI KINERJA BENDAHARA PENERIMA DALAM

RANGKA TERWUJUDNYA TERTIB ADMINISTRASI PENGELOLAAN


PENDAPATAN BLUD PADA RSUD PATUT PATUH PATJU
KABUPATEN LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH :
CECEP RAHMAT HIDAYAT, SE
NIP. 19710105 200901 1 004

1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sesuai dengan Undang-Undang No: 1 Tahun 2014 tentang
Perbendaharan Negara yang dimaksud dengan Bendahara Penerima adalah
orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan ,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan yang
dikelolanya. Bendahara Penerima harus menatausahakn pengelolaan
keuangan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku dengan
tujuan untuk mewujudkan tertib administrasi dan tertib pelaksanaan serta
pengendalian internal yang baik atas transaksi transaksi keuangan maupun
non keuangan Rumah Sakit serta untuk mewujudkan langkah-langkah kerja
dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku dan
prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Berdasarkan Keputusan Bupati Lombok Barat No: 01 A / 001. B/
RSUD / 2012 tanggal 1 Januari 2012, RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten
Lombok Barat ditetapkan untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah dengan status BLUD penuh.
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ( PPK BLUD )
merupakan konsep baru dalam pengelolaan keuangan negara. Konsep ini
demaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan
fleksibilitas pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi,
produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat sebagaimana
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No: 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Fleksibilitas yang diberikan antara lain adalah kewenangan untuk
mengelola langsung pendapatan yang diperoleh dari masyarakat maupun
dari hasil kerjasama, atau hibah. Namun pada pada pengelolaan BLUD juga
diterapkan Sistem Pengendalian yang khusus pada tahap perencanaan dan
penganggaran serta tahap pertanggung jawaban . Dalam proses

2
perencanaan dan penganggaran tersebut RSUD Patut Patuh Patju
menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran ( RBA ) dengan mengacu
kepada Rencana Strategi Bisnis dan disusun berdasarkan kinerja dan
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya serta kebutuhan dan
kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat,
hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,APBD, APBN dan lain-lain
pendapatan BLUD yang sah.
Realisasi pendapatan BLUD RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten
Lombok Barat dari tahun ketahun mengalami peningkatan.. Salah satu faktor
penyebab terjadinya peningkatan pendapatan BLUD RSUD Patut Patuh Patju
Kabupaten Lombok Barat ini adalah jumlah kunjungan pasien baik rawat inap
maupun rawat jalan yang semakin meningkat yang tentunya akan
menyebabkan jumlah traksaksi keuangan dalam siklus transaksi Rumah sakit
akan bertambah.
Oleh karena itu, agar pengelolaan keuangan Rumah Sakit khususnya
pengelolaan pendapatan BLUD di RSUD Patut Patuh Patju dapat berjalan
dengan baik dan tertib secara administrasi maka pihak-pihak yang
berhubungan dengan pengelolaan pendapatan BLUD perlu mengoptimalkan
kinerjanya sehingga mampu menerapakan prisip prinsip tata kelola Rumah
Sakit yang baik.
Penerapan prinsip-prinsip tata kelola Rumah Sakit yang baik harus
didukung oleh Sumber Daya Manusia yang handal, Peraturan dan Undang-
undang yang memadai serta sistem informasi manajemen yang sudah
terintegrasi.

3
B. Perumusan masalah
1. Dengan semakin meningkatnya transaksi keuangan di RSUD Patut Patuh
Patju menyebabkan terjadinya keterlambatan pemberian informasi baik
kepada pasien yang berkaitan dengan biaya perawatan maupun kepada
manajemen yang berkaitan data penerimaan atau pendapatan Rumah
Sakit.
2. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah belum sepenuhnya dipahami atau
diimplementasikan oleh pihak RSUD Patut Patuh Patju maupun
Pemerintah Daerah.
3. Belum optimalnya billing system yang berkaitan dengan tagihan biaya
perawatan

4
PEMBAHASAN

Dalam era globalisasi sekarang ini, rumah sakit dituntut untuk


meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak
mengurangi misi sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan
kebijakan-kebijakan strategis antara lain efisiensi dari dalam ( organisasi,
manajemen, serta SDM ) serta harus mampu secara cepat dan tepat dalam
mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar
dapat menjadi organisasi yang responsive, inovatif, efektif, efisien dan
menguntungkan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dalam bidang
kesehatan, RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat juga
mengembangkan dan menerapkan system informasi rumah sakit yaitu billing
system. Pada awalnya kenyataan yang dihadapi dirumah sakit adalah
penagihan biaya perawatan yang dilakukan dirumah sakit bersifat
manual.Pasien di haruskan untuk meninggalkan ruang perawatan, menuju ke
kasir mengambil tiket antrian, dan kemudian harus dalam antrian panjang dan
memakan waktu lama menunggu petugas untuk menghitung semua total
biaya pelayanan kesehatan selama pasien di rumah sakit secara manual.
Selain itu terjadi ketidak lengkapan data dan keterlambatan pelaporan data
dan informasi billing system baik kepada pasien maupun kepada lingkup
rumah sakit, khususnya bagian keuangan. Hal ini menunjukan ketidak
efektifan pemberian layanan rumah sakit kepada pasien. Sebagai institusi
kesehatan pemerintah, RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat
menerapkan penggunaan billing system dengan tujuan agar data dan
informasi mengenai pendapatan dan biaya pelayanan rumah sakit kepada
pasien dapat diproses secara cepat, tepat dan akurat sehingga dapat

5
memberikan kinerja pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien baik untuk
rumah sakit maupun kepada pasien

Peningkatan kinerja rumah sakit salah satunya dapat dilihat dari


bagaimana rumah sakit tersebut dapat memadukan dan
mengimplementasikan ( Responsive ) peraturan perundang-
undangan sehingga dapat mendorong pihak-pihak yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan BLUD khususnya pengelolaan pendapatan dapat
bekerja sesuai kaidah-kaidah yang berlaku demi terwujudnya tertib
administrasi tata kelola rumah sakit.
Tata kelola yang baik harus didukung oleh suatu sistem atau prosedur
yang terintegrasi.Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit adalah sistem
komputerisasi ( Inovatif ) yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan
dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat , tepat
dan akurat.
Salah satu penerapan SIM RS adalah Billing system. Billing system
merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam kehidupan dan
pertumbuhan suatu rumah sakit . Billing system merupakan salah satu sistem
penagihan berbasis elektronik yang dikembangkan dengan tujuan agar dapat
mempermudah dan mempercepat sistem penagihan biaya perawatan yang
telah dilakukan kepada pasien mulai dari pendaftaran, pelayanan kesehatan,
hingga pasien pulang. Dengan adanya billing system ini rumah sakit juga
dapat memperoleh informasi mengenai jumlah kunjungan pasien dan jumlah
pendapatan yang diperoleh rumah sakit dari pelayanan yang telah dilakukan
oleh rumah sakit. Billing system ini di design sedemikian rupa sehingga dapat
mengakomodasikan dan menghitung biaya yang harus dibayar oleh pasien
secara otomatis.
Kinerja Bendahara Penerima merupakan capaian yang dihasilkan
Bendahara Penerima sesuai dengan perannya dalam organisasi, khususnya
dalam rangka melaksanakan pengelolaan keuangan RSUD yang ada dalam
tanggungjawabnya yakni membuat Laporan Realisasi Anggaran.

6
Indikator yang dapat dijadikan ukuran kinerja Bendahara Penerima yaitu :
a). Kemampuan ( Capability ) merupakan penilaian kinerja yang dilakukan
berdasarkan pemahaman tupoksi sebagai bendahara, penguasaan
terhadap peraturan perundang-undangan terkait keuangan BLUD RSUD.

b). Prakarsa inisiatif ( Initiative ) penilaiaan kinerja berdasarkan kemampuan


berpikiran positif, mewujudkan kreatifitas dan pencapaian prestasi.
c). Ketepatan waktu ( Promptness ) merupakan penilaian kinerja berdasarkan
penyampaiaan laporan administrasi dan fungsional Bendahara sesuai
jadwal.
d). Kualitas kerja ( Quality of Work ) penilaiaan kinerja berdasarkan
kepuasaan pengguna laporan administrasi dan fungsional Bendahara dan
kesesuaian laporan dengan system akuntansi.
e). Komunikasi ( Comunication ) penilaian berdasarkan kemampuan
berkomunikasi dengan pemimpin BLUD, komunikasi dengan pembantu
Bendahara dan komunikasi dengan Bagian keuangan Pemerintah
Daerah.

Pendapatan BLUD dapat bersumber jasa layanan, hibah, hasil


kerjasama dengan pihak lain, APBD, APBN dan lain-lain pendapatan BLUD
yang sah dengan sumber pendapatan sbb:
1. Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
2. Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah berupa hibah terikat dan
hibah tidak terikat.
3. Hasil kerja sama dengan pihak lain berupa perolehan dari kerjasama
operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas
dan fungsi BLUD.
4. Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD berupa pendapatan yang
berasal dari otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan dari
kegiatan pembiayaan APBD.
7
5. Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBN yang berasal dari
pemerintah dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan / atau tugas
pembantuan dan lain-lain.
6. Lain-lain pendapatan BLUD yang sah antara lain:
a. Hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan
b. Jasa Giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oluh BLUD
f. Hasil Investasi

Seluruh pendapatan BLUD kecuali yang berasal dari hibah terikat,


dapat dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai RBA.
Hibah terikat diperlakukan sesuai peruntukannya. Seluruh pendapatan BLUD
dikelola melaui rekening kas BLUD dan dicatat dalam kode rekening
kelompok pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan
BLUD, dilaporkan kepada PPKD setiap Triwulan.

Untuk meningkatkan pendapatan BLUD, BLUD diperkenakan


melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan ketentuan
tidak menggangu likwiditas keuangan BLUD. Hasil investasi ini secara
otomatis merupakan pendapatan BLUD dan dapat dipergunakan secara
langsung untuk pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Anggaran ( RBA ).

Pada tahun 2014 Bupati Lombok Barat menetapkan Peraturan Bupati


Nomor: 05 A Tahun 2014 Tentang Pedoman Penatausahaan Keuangan
Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat
dimana didalam Peraturan Bupati tersebut mengatur tentang siklus transaksi
di Rumah Sakit, salah satu siklus transaksi nya adalah siklus pendapatan
yang terkait dengan pemberian jasa pelayanan rumah sakit kepada pasien
atau pihak lain dan penerimaan pembayaran pasien atau tagihan dari pihak
lain.

8
Siklus pendapatan ( Revenue Cycle ) di RSUD Patut Patuh Patju terdiri
dari beberapa fungsi seperti :
A. Pemberian Pelayanan
Fungsi pemberian pelayanan rumah sakit ( usaha ) terdiri sub fungsi
pelayanan medis dan pelayanan non medis dan uraiannya sebagai
berikut:
1. Pelayanan medis yang terbagi lagi menjadi 3 ( Tiga ) bagian yaitu:
1. Pelayanan medis yaitu jasa yang terkait langsung dengan
pelayanan dokter kepada masyarakat.
2. Pelayanan keperawatan yaitu jasa yang terkait langsung dengan
pelayanan keperawatan dengan masyarakat.
3. Penunjang medis yaitu jasa yang berfungsi sebagai pendukung di
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
yaitu:
1) Penunjang medis yang berhubungan dengan pasien
a) Farmasi
b) Laboratorium
c) Fisioterapi
d) Radiologi
e) Pemulasaran jenazah
f) Central Sterile Supply Department ( CSSD )
g) Instalasi Bedah Sentral
h) Instalasi Gizi
2) Penunjang medis yang tidak berhubungan dengan pasien.
a) Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
b) Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
c) Laundry
2. Pelayanan non medis yaitu jasa yang berfungsi di dalam peningkatan
mutu kinerja rumah sakit, namun tidak terkait secara langsung dengan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, misalnya administrasi..

9
B. Prosedur Penerimaan Kas
Prosedur penerimaan kas adalah serangkaian proses mulai
penerimaan kas di kasir, pencatatan, pengikhtisaran , sampai dengan
pertanggungjawaban penerimaan kas atas pendapatan.
Prosedur penerimaan kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa semua penerimaan kas telah dicatat dengan benar dan lengkap
sesuai dengan peraturan yang berlaku , diklasifikasikan secara tepat serta
untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas keamanan fisik uang
kas itu sendiri. Prosedur penerimaan kas yang baik dapat menghasilkan
informasi yang terpercaya dan memadai untukmelakukan evaluasi guna
meningkatkan pelayanan rumah sakit terhadap masyarakat. Untuk
memenuhi tujuan tersebut, prosedur peerimaan kas dirancang dengan
semaksimal mungkin menerapkan prinsip-prinsip pengendalian intern
yang baik dan handal dengan melibatkan semua fungsi yang terkait dan
menggunakan dokumen/bukti transaksi sebagai berikut :
a) Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait pada prosedur penatausahaan penerimaan kas
pada RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat, antara lain:
1) Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran
2) Pejabat Keuangan
3) Pejabat Tekhnis
4) Bagian Akuntansi
5) Bendahara Penerima
b) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur penerimaan kas
mencakup:
1) Surat Tanda Setoran ( STS )
2) Bukti transfer
3) Bukti penerimaan lainnya yang sah
4) Kwitansi penerimaan

10
c) Buku-buku yang digunakan
1) Buku Kas Umum
2) Buku Pembantu Per Jenis Penerimaan
3) Buku Rekapitulasi/ Register Penerimaan Harian

Prosedur penatausahaan penerimaan kas ini diterapkan pada


seluruh instalasi/unit penghasil di RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten
Lombok Barat yang mencakup dua prosedur utama penatausahaan
penerimaan kas sebagai berikut:

1. Penerimaan kas dari pendapatan tunai


Pendapatan tunai RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat
berasal dari pendapatan layanan kesehatan pasien umum, pendapatan
layanan Instalasi Farmasi, pendapatan dari Bidang Diklat, sewa lahan
parkir, sewa gedung ATM dan lain-lain.
2. Penerimaan kas dari pembayaran piutang
Penerimaan kas dari piutang terdiri atas penerimaan klaim piutang
BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, PT. Jasa Raharja, PT.
Taspen dan piutang pasien umum.
Dengan ditetapkannya Peraturan Bupati tersebut diatas diharapkan
seluruh stake holder dapat mengimplementasikannya dalam
menjalankan operasional rumah sakit. Namun demikian dalam
implementasinya belum semuanya berjalan optimal. Hal ini disebabkan
adanya kendala , baik di lingkungan internal maupun eksternal rumah
sakit. Di lingkungan internal, masih terbatasnya kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia yang memadai dalam menjalankan operasional
rumah sakit. Sedangkan di lingkungan eksternal rumah sakit , antara
lain Kepala Daerah Ketua/Anggota DPRD, pejabat di lingkungan
Sekretariat Daerah seperti Bagian Hukum, Bagian Organisasi, pejabat
di lingkungan Badan Perencanaan, Pembangunan Daerah ( BAPEDA),
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ( PPKD), pejabat di
lingkungan Inspektorat Daerah, dan SKPD lain yang terkait dalam

11
penerapan PPK-BLUD, ada yang belum memahami esensi, makna dan
operasional dalam penerapan PPK-BLUD.
Penerapan kebijakan untuk menerapkan PPK-BLUD pada hakekatnya
merupakan upaya pemerintah mengoptimalkan penyelenggaraan
pemerintah an khususnya di bidang layana publik. Beberapa dukungan
kebijakan terhadap penerapan PPK-BLUD tersebut pada dasarnya
sudah cukup memadai . Namun demikian, perkembangan penerapan
PPK-BLUD di unit-unit pelayanan public masih belum sesuai harapan .
Tentu ini semua menjadi bahan evaluasi terhadap upaya peningkatan
kualitas pelayanan publik yang secara terus menerus dilakukan
pemerintah / pemerintah daerah untuk dapat memberikan pelayanan
yang cepat tepat dan biaya yang murah kepada seluruh lapisan
masyarakat.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
- Sistem informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sistem
komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi
secara cepat, tepat dan akurat.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis komputer
merupakan sarana pendukung yang sangat penting bahkan bisa
dikatakan mutlak untuk operasional rumah sakit di era sekarang ini.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi dapat
membantu Bendahara Penerima lebih cepat, tepat dan akurat dalam
mengidentifikasi sumber pendapatan dan merekapitulasi
pendapatan sehingga sangat mendukung dalam penyusunan
laporan keuangan yang selanjutnya dapat digunakan oleh
manajemen untuk mengambil suatu keputusan strategis.
- Dalam analisis permasalahan pada implementasi Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, penerapan PPK-BLUD
belum berjalan secara efektif dan efisien dikarenakan 3 ( Tiga )
kategori penyebab. Penyebab pertama belum efektifnya
implementasi PPK-BLUD adalah karena adanya tarik menarik
kepentingan antara pelaku kebijakan yaitu Kementerian Keuangan,
Kementerian Teknis , dan Satuan Kerja BLUD.Faktor ini antara lain
dapat ditunjukan dengan permasalahan yang terjadi pada masa
transisi,permasalahan idle cash , remunerasi,dan pengukur kinerja.
Penyebab kedua kurang efektifnya implementasi PPK-BLUD adalah
pada pada konten PPK-BLUD yang kurang memperhatikan prinsip
fleksibilitas dan kemudahan bagi BLUD. Penyebab yang ketiga,

13
sekaligus factor yang terakhir adalah lingkungan kepemerintahan
yang menunjukkan kuatnya kultur birokrasi dalam pengelolaan
keuangan dan secara konsisten melaksanakan prosedur keuangan
dengan rujukan pada pada peraturan yang berlaku umum bagi
satuan kerja instansi pemerintah.sehingga untuk menyesuaikan
dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat dan
meningkatkan efektifitas serta efisiensi penerapan PPK-BLUD harus
meminimalisir faktor-faktor penyebab diatas.

2. Saran
 Pendidikan berpengaruh positif signifikan pada kinerja
Bendahara.Pelatihan mampu memperkuat pengaruh pendidikan
pada kinerja Bendahara, semakin banyak pelatihan yang diikuti,
maka kinerja bendahara cenderung meningkat. Motivasi mampu
memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja Bendahara.
Kinerja Bendahara dapat ditingkatkan melalui:
a. Pelaksanaan pelatihan atau bimbingan teknis dan sosialisasi
tentang perbendaharaan yang berkelanjutan.
b. Pengunaan billing system yang terintegrasi dalam Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit.
c. Memberikan tambahan tunjangan kepada Bendahara untuk dapat
memotivasi pegawai yang ditunjuk sebagai Bendahara

 Perlunya membangun fasilitas aplikasi dan software billing system


yang langsung terhubung dengan bagian keuangan

 Melakukan pendampingan dari BPKP atau lembaga-lembaga yang


secara tehnis berkaitan dengan RSUD BLUD dimaksudkan untuk
membantu penyelesaian permasalahan teknis aplikatif dan
pertanggungjawabannya..

14
15

Anda mungkin juga menyukai