Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KATARAK

Disusun Oleh
INGGRID NUR Y
ENDANG R
ICHSAN F

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan
kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta
membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey
nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini
menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua
di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di
Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut
bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah,
penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di
siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita
dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan
menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar
dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya
penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan
menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah
tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembahasan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan
penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsullensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari65
tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

B. Tanda dan Gejala


1.Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2.Pengelihatan baca yang buruk.
3.Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar matahari
yang terang.
4.Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi
dimalam hari.
5.Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan dengan
cahaya yang terang.
6.Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.

C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000) :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.

4
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti :
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

D. Manifestasi Klinis
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sitemik
atau kelainan (katarak senil dan juvenil) atau kelainan kongenital mata. Lensa yang sedang
dalam proses pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein,
nekrosis, dan terganggunya kesinabungan normal serabut-serabut lensa. Pada umumnya,
terjadinya perubahan lensa sesuai dengan tahap perkembangan katarak. Kekeruhan lensa
pada katarak imatur (insipien) tipis. Akan tetapi, pada katarak matur,(perkembangan agak
lanjut) kekeruhan lensa sudah sempurna dan agak sembab. Jika kandungan airnya maksimal
dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamakan intumesens (sembab). Katarak hipermatur
(katarak lanjut) ditandai keluarnya air meninggalkan lensa yang relatif mengalami dehidrasi,
sangat keruh, dan kapsulnya keriput. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh
pengamat yang awam sampai kekeruhannya sudah cukup padat (matur atau hipermatur) yang
menyebabkan kebutaan. Walaupun demikian, katarak stadium dini dapat dipantau dengan
oftalmoskop, lup, atau lampu celah dengan pupil yang telah dilebarkan. Semakin padat
kekeruhan lensa, semakin sulit memantau fundus okuli, sampai akhinya refleks fundus
negatif. Pada tahap ini, katarak sudah masak dan pupilnya tampak putih.
Klien katarak mengeluh pengelihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun
secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil
berwarna putih atau abu-abu. Pada mata, akan tampak kekeruhan lensa dalam beragam
bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti
koretks dan nukleus. Pemeriksaan yang dilakukan pada klien katarak adalah pemeriksaan
dengan lampu celah (splitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, dan tonometer
selain pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya.

5
E. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

F. Patofisiologi
Katarak pada umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di atas 70th,
dapat diperkirakaan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga
diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam natrium dan kalsium
bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang
mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat
perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil, dan penyebab maupun
implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu

6
faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi
menunjukkan bahwa di daerah-daerah yang sepanjang tahun selalu ada sinar matahari yang
kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65th atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut,
ternyata sinar ultraviolet memang mempunyai efek terhadap lensa. Pengobatan katarak
adalah dengan tindakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata
afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.

G. Patoflow
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
2. Lapang penglihatan
3. Pengukuran tonografi
4. Test provokatif
5. Pemeriksaan oftalmoskopi
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
7. Test toleransi glaukosa/ FBS

I. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja

7
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan
glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan :
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan
mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan.

8
BAB III
CONTOH KASUS
Asuhan Keperawatan Katarak
A. Pengkajian
a)   Aktivitas/Istrahat  

Gejala:

Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan 

b)   Neurosensori 

Gejala:

Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan

 bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang

gelap. Perubahan pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda:

Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil. Peningkatan air mata. 

c)   Nyeri/Kenyamanan 

Gejala:

Ketidaknyamanan ringan/mata berair  

d)   Pembelajaran/Pengajaran 

Gejala:

Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan

vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes.

Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. 

e)   Pertimbangan rencana pemulangan:

DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur

 pasien rawat jalan).

Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan, perawatan/pemeliharaan

rumah. 

 f)   Prioritas Keperawatan 

9
-  Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut. 

-  meningkatkan adaptasi terhadap perubahan/penurunan ketajaman penglihatan. 

-  mencegah komplikasi. 

-  memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. 

 g)  Tujuan Pemulangan 

-   penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin. 

-   pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif. 

-  komplikasi dicegah/minimal. 

-   proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.

B. Diagnosa
1)  Gangguan presepsi sensori – perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori

2)  Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan penglihatan

3)  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

4)  Resiko tinggi cedera ditandai dengan kerusakan fungsi sensori

C. Intervensi

Gangguan presepsi sensori – perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

 penerimaan sensori

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien dapat meningkatkan

ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan penerimaan

sensori/status organ indear

Kriteria hasil : 

- mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Rencana tindakan/intervensi

10
1)  Tentukan ketajama penglihatan kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.

Observasi tanda-tanda disorientasi

Rasional :

penemuan dan penangganan awal komplikasi dapat menggurangi resiko kerusakan

lebih lanjut

2)  Orientasikan pasien terhadap lingkungan

Rasional :

Mengurangi resiko cedera

3)  Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dengan menyentuh

Rasional :

Agar pasien dapat melihat dan merasakan serta menerima kehadiran perawat

4)  Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya membesarkan kurang

lebih 25%, penglihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada

Rasional :

Memudahkan penglihatan pasien dan mencegah resiko cedera

5)  Letakan barang yang dibutuhkan/posis bel pemanggil dalam jangkauan/posis yang

tidak dioperasi

Rasional :

Memudahkan pasien dalam menjangkau barang/bel pemanggil dan menggurangi resiko

cedera

Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan penglihatan

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien mampu memenuhi

kebutuhan perawatan diri

Kriteria hasil : 

- pasien dapat beraktifitas sesuai dengan kemampuannya

Rencana tindakan/intervensi 

11
1)  Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenai tanda atau gejala

komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter  

Rasional :

Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih

lanjut

2)  Berikan instruksi lisan dan tulisan untuk pasien dan orang yang berarti mengenai

teknik yang benar memberikan obat  

Rasional :

Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata  

3)  Bantu pasien dalam melakukan mobilitas fisik (Perawatan diri) 

Rasional :

agar personal hygiene pasien dapat terlaksana dan mengurangi resiko cedera 

4)  Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan 

Rasional :

Menentukan intervensi lanjutan yang akan di anjurkan setelah pemulangan 

5)  Anujrkan keluarga atau orang terdekat pasien untuk selalu membantu pasien dalam

mobilitas fisik setelah pulang kerumah  

Rasional :

agar pemenuhan personal hygiene terlaksana dengan baik

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien dapat menunjukan

pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria hasil : 

- melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan

Rencana tindakan/intervensi 

1)  Kaji tingkat kemampuan dan pemahaman pasien mengenai masalah yang dihadapi

12
Rasional :

Pengkajian awal menentukan intervensi yang tepat bagi pasien dan keluarga atau orang

tedekat pasien (misal : kemampuan dalam memahami bahasa, pengetahuan pasien)

2)  Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa

Rasional :

Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat menggurangi resiko kerusakan

lebuh lanjut

3)  Anjurka pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat

defekasi, membongkok pada panggul dll

Rasional :

Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler

4)  Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba

Rasional :

Menentukan intervensi lajutan apabila terjadi komplikasi lain

5)  Anjurkan pasien tidur terlentang

Rasional :

Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman

6)  Berikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien atau orang terdekat mengenai

penyakit yang dialami

Rasional :

Pemahaman pasien dan keluarga atau orang terdekat yang baik dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman mengenai proses penyakit.

Resiko tinggi cedera ditandai dengan kerusakan fungsi sensori

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam tidak terjadi resiko cedera

Kriteria hasil : 

menunjukan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk

13
melindungi diri cedera

-  Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan 

Rencana tindakan/intervensi

1)  Kaji tingkat kemampuan pasien dalam penglihatan (pemeriksaan lapang pandang)

Rasional :

Pengkajian tingkat kemampuan pasien dalam penglihatan menentukan intervensi yang

tepat bagi pasien untuk menhindari terjadinya resiko cedera

2)  Informasikan kepada pasien tentang pengenalan lingkungan

Rasional :

Pengenalan pasien tentang lingkungan sekitar dapat membantu pasien dalam

beraktivitas

3)  Anjurkan keluarga pasien untuk selalu membantu pasien dalam beraktivitas

Rasional :

Mengurangi resiko cedera

4)  Letakan barang-barang yang dibutuhkan dekat dengan pasien

Rasional :

Mempermudah pasien dalam menjangkau barang yang dibutuhkan dan mencegah

terjadinya cedera

5)  Anjurkan kepada keluarga pasien untuk memberikan pengenalan lingkungan sekitar

setelah pulang

Rasional :

Pasien yang minta pulang paksa atau yang belum memiliki dana untuk operasi

hendaknya dianjurkan kepada keluarga mengajarkan pasien untuk mengenali

lingkunggan sekitas agar menggurangi resiko cedera.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

B. Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi untuk
mencegah terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat
seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang dapat memicu
timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih banyak
untuk menjaga kesehatan mata.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata.
Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

16

Anda mungkin juga menyukai