Anda di halaman 1dari 14

Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

Untuk memenuhi tugas Akuntansi Syariah

Disusun Oleh:
Feni Fitriani 123011811021
Lisa Dinasari 123011811036
Suniah 123011811062

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
Mengenal Bank Syariah Dan Perbedaannya Dengan Bank Konvensional
Keberadaan bank syariah kini semakin dikenal luas di masyarakat. Banyak yang merasa sistem yang diberlakukan lebih
menguntungkan dibanding bank konvensional. Perlahan namun pasti, masyarakat mulai memilih bank syariah untuk
memercayakan transaksi perbankannya. Namun, sebenarnya apa saja perbedaan diantara keduanya? Benarkah salah
satu lebih menguntungkan dibanding yang lain?

Secara prinsip, bank syariah menjalankan kegiatannya menggunakan dasar hukum Islam. Hal ini berbeda dengan bank
konvensional yang berorientasi laba. Di Indonesia, dasar hukum yang dipakai untuk perbankan syariah diatur dalam UU
No. 21 tahun 2008. Untuk perbedaan lainnya, mari kita simak penjelasan berikut.

AKAD TRANSAKSI

Pada bank konvensional, perjanjian transaksi mengikuti aturan hukum yang berlaku secara umum. Sedangkan untuk
bank syariah, terdapat syarat- syarat yang mengikuti hukum Islam, seperti barang dan jasa yang harus jelas dan halal,
tempat penyerahan yang jelas, serta status kepemilikan barang yang harus sepenuhnya dimiliki penjual.

Transaksi juga bergantung pada akad yang dipilih saat awal transaksi. Akad ini harus jelas dan transparan sehingga
kedua belah pihak tahu hak dan kewajiban masing-masing. Beberapa akad yang biasa dipakai di antaranya:

 Murabahah: akad jual-beli yang tentunya memenuhi syariat, yaitu adanya kesepakatan harga dan keuntungan,
jenis dan jumlah barang, serta cara pembayaran
 Musyarakah: akad yang dilakukan oleh para pemilik modal untuk menyatukan modalnya pada suatu usaha
tertentu yang pelaksananya bisa ditunjuk dari salah satu mereka
 Qardh: akad peminjaman dana kepada nasabah dan akan dikembalikan pada waktu yang telah disepakati
 Wadi’ah: akad penitipan barang atau uang yang bertujuan menjaga keamanan dan keutuhan titipan tersebut

PRODUK INVESTASI

Pada bank konvensional, kredit bisa diberikan ke usaha manapun tanpa melihat jenis dan kehalalannya. Namun pada
bank syariah, ada syarat-syarat usaha yang boleh mengajukan pinjaman yaitu harus usaha yang halal baik produknya
maupun cara pengoperasiannya, bisa berguna untuk masyarakat umum, serta diperkirakan akan memberikan untung
sehingga bagi hasil berjalan lancar. Oleh karena itu, usaha yang dipilih untuk dibiayai adalah usaha yang memiliki
keberadaan yang jelas jelas.

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Bank konvensional menerapkan sistem bunga berdasarkan suku bunga bank yang telah ditetapkan pemerintah. Dalam
hal ini, bank menganggap bahwa usaha dari nasabah akan selalu untung. Hal inilah yang sering dianggap riba oleh
pemakai sistem syariah.
Pada bank syariah, pembagian keuntungan berdasarkan sistem bagi hasil yang adil. Apabila mendapat keuntungan
akan dibagi rata, begitu pula saat ada kerugian akan ditanggung bersama. Sehingga, pemilihan usaha pun akan sangat
dijaga dan dicari yang sekiranya memberikan keuntungan serta aman untuk investasi.

POLA HUBUNGAN DENGAN NASABAH

Pada bank konvensional, hubungan dengan nasabah biasanya sebatas kreditur dan debitur, orang yang memberikan
kredit dan yang diberi pinjaman. Sementara pada bank syariah, nasabah adalah mitra kerja yang memiliki kedudukan
setara. Ada pula lembaga khusus yang disebut Dewan Pengawas Syariah yang memastikan transaksi-transaksi yang
terjadi sudah sesuai dengan prinsip syariat Islam.

Itulah beberapa hal yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Hal khusus yang patut dijadikan
pertimbangan antara lain akad yang dipakai, kehalalan produk, sistem bagi hasil tanpa riba, kedudukan nasabah
sebagai mitra kerja, serta adanya dewan pengawas.

Dalam dunia perbankan Indonesia, dikenal dua jenis bank yaitu Bank Syariah dan Bank Konvensional. Masyarakat
Indonesia masih awam dengan keberadaan dua bank tersebut, tanpa disadari bahwa keduanya memiliki perbedaan.
Perbedaan keduanya beragam. Misalnya, dalam hal suku bunga bank dan pelayanan kedua bank tersebut juga
berbeda.

BENTUK USAHA

Pada dasarnya fungsi bank adalah untuk mengelola dana dari nasabah atau masyarakat umum. Bahkan pemutaran
keuangan dapat melalui produk apa saja. Bisa dari tabungan, deposito, kredit, hingga giro. Baik bank syariah maupun
konvensional memiliki sistem tersendiri untuk pengelolaan dana ini.

Bank Syariah : Karena bunga tidak dibenarkan dalam agama Islam, maka nasabah yang menyimpan uangnya pada
bank syariah tidak mendapatkan bunga, melainkan bagi hasil. Sehingga tidak ada besaran pasti, berapa persen yang
akan diterima oleh nasabah. Jika pihak bank mendapat keuntungan lebih pada bulan ini, maka nasabah pun akan
menerima jumlah yang lebih besar pada bulan yang sama.

Bank Konvensional : Pengelolaan dana pada bank konvensional yang menggunakan sistem bunga, presentasenya
tetap. Artinya, walaupun bank mendapat keuntungan berlipat, presentase bunga tidak berubah Faktor ini juga yang
menjadikan estimasi keuntungan tabungan atau deposito pada bank konvensional mudah dihitung.

PROSES TRANSAKSI PERBANKAN

Proses transaksi serta perjanjian yang terjadi di kedua bank menujukkan perbedaan. Dalam Bank Syariah, transkasi
dilakukan sesuai prinsip Syariah Islam. Sementara pada Bank Konvensional semua transaksi dan perjanjian
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Bank Syariah : Transaksi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist dan telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Jenis transaksinya antara lain akad al-mudharabah (bagi hasil), al-musyarakah (perkongsian), al-musaqat (kerja sama
tani), al-ba’i (bagi hasil), al-ijarah (sewa-menyewa), dan al-wakalah (keagenan).

Bank Konvensional : Transaksi berdasarkan pada hukum yang berlaku di negara Indonesia.

PERKREDITAN DAN PINJAMAN

Kebutuhan akan pinjaman dan kredit memang tidak bisa dihindari. Bank konvensional dan bank syariah memiliki poin
ketentuan yang berbeda dalam hal ini. Misalnya, dalam sistem bank konvensional manajemen risiko kredit macet
merupakan tanggungan dari debitur. Pihak debitur harus bisa mengelola dananya untuk bisa melunasi utang.
Sedangkan pada sistem syariah, pihak bank juga ikut menanggung kerugian. 

Bank Syariah : Program pinjaman diterapkan dengan jumlah tetap berdasarkan keuntungan yang sudah disetujui antara
pihak bank dan nasabah saat akad kredit. Misalnya seorang debitur meminjam uang untuk usaha. Kemudian, pada
bulan ketiga dia tidak mampu membayar cicilannya. Maka kerugian ini juga ditanggung oleh pihak bank sebagai
kreditur. Yang artinya, jika pendapatan bank menurun karena adanya kredit macet, maka bagi hasil yang diterima oleh
investor dan penyimpan dana lainnya juga menurun. Hal ini terjadi karena sistem perkreditan didasarkan pada sistem
kemitraan. Perlu diketahui bahwa bank syariah juga menyediakan kredit tanpa agunan atau KTA.

Bank Konvensional : Tentunya berbeda dengan bank syariah, pada bank konvensional ada yang dinamakan penalti
atau biaya tambahan jika debitur tidak bisa membayar cicilan tepat waktu. Hal ini karena presentase bunga yang
diberikan pada investor dan penyimpan dana di bank tidak berubah. Baik di saat kredit macet maupun tidak.

Sebagai informasi tambahan, selama masa darurat COVID-19 ini pemerintah memberikan kelonggaran untuk
pembayaran kredit atau pinjaman. Terutama bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah, serta para pegawai harian.
Daftar bank atau leasing yang bersedia memberikan keringanan kredit selama wabah COVID-19 dapat dilihat di situs
OJK atau laman berita online lainnya.

MANA LEBIH MENGUNTUNGKAN?

Sebenarnya baik bank konvensional maupun syariah ada keuntungan dan risiko masing-masing. Jika tidak keberatan
dengan sistem bunga dan ingin mendapatkan keuntungan dari simpanan yang tetap, maka bisa menggunakan jasa
bank konvensional.

Sedangkan, jika lebih suka ketenangan dalam kegiatan perbankan karena mengikuti aturan agama Islam, maka bisa
menggunakan jasa bank syariah. Selain itu, karena posisi nasabah yang dianggap sebagai mitra, keuntungan dari
simpanan dana Anda bisa lebih besar saat bank mendapatkan laba yang besar.

Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip hukum islam syariah. Bank syariah tidak didasarkan pada pada orientasi laba dengan
menerapkan bunga seperti pada bank konvensional. Seperti yang dilansir dari Bank Indonesia, sistem perbankan
syariah yang beroperasi didasarkan pada prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan bagi masyarakat maupun bank.
Perbankan syariah menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema yang
lebih variatif.

Dengan demikian, Bank Syariah dapat menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh
seluruh golongan masyarakat. Beberapa hal yang perlu dicermati dari menggunakan Bank Syariah yaitu dari segi

1. akad, Dari segi akad, Bank Syariah memiliki konsekuensi dunia dan akhirat karena berdasarkan hukum
islam. Setiap akad yang dilakukan harus halal, harga barang dan jasa jelas, tempat penyerahan barang dan
jasa jelas, dan barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
2. investasi, Dari segi Investasi, Bank Syariah memilih proyek yang jelas untuk dibiayai. Proyek tersebut
mengandung beberapa hal pokok seperti proyek harus halal, bermanfaat bagi masyarakat, dan
menguntungkan bagi bank maupun mitra usaha.
3. return, Dari segi return, bank syariah memberikan return kepada investor menggunakan sistem bagi hasil yang
adil bagi kedua belah pihak.
4. orientasi, Sementara dari segi orientasi, Bank Syariah membagikan pembiayaannya tidak terbatas pada
keuntungan semata, namun juga mempertimbangkan sisi kemakmuran masyarakat.
5. hubungan bank dengan nasabah, Dari segi hubungan bank dengan nasabah, Bank Syariah menjadikan
nasabah sebagai mitra. Bank tidak berlaku sebagai kreditor namun sebagai mitra kerja dalam usaha bersama
antara Bank Syariah dan debitur.
6. dewan pengawas, dan Dari segi dewan pengawas, komisaris, Bank Indonesia, Bapepam dan dewan
pengawas syariah merupakan pihak yang dijadikan dewan pengawas.
7. penyelesaian sengketa. Sementara dari proses penyelesaian sengketa Bank Syariah, pada saat permasalahan
muncul akan diselesaikan secara musyawarah. Namun jika tidak berhasil, maka akan diselesaikan melalui
pengadilan dalam lingkungan peradilan agama.
Selain itu, berikut ini informasi mengenai perbedaan Bank Syariah dengan bank konvensional menurut AIMS.
 Pertama, sistem perbankan syariah memiliki produk sebagai aset nyata, uang hanyalah alat tukar, sedangkan
sistem perbankan konvensional menggunakan uang sebagai produk selain alat tukar dan penyimpan nilai.
 Kedua, laba pada pertukaran barang dan jasa pada Bank Syariah adalah dasar untuk mendapatkan laba,
sementara nilai waktu adalah dasar untuk membebankan bunga atas modal.
 Ketiga, anggaran keseimbangan Bank Syariah adalah hasil dari tidak ada ekspansi uang, sementara uang bank
konvensional yang diperluas di pasar uang tanpa mendukung aset nyata, menghasilkan pembiayaan yang
defisit pada bank konvensional.
 Keempat, Bank Syariah mewajibkan eksekusi perjanjian untuk pertukaran barang dan jasa sementara bank
konvensioal tidak memiliki perjanjian tertentu.
 Kelima, Bank Syariah menerapkan pembagian kerugian sementara bank konvensional tidak.
 Keenam, memberi kontrol atas inflasi sehingga tidak ada harga tambahan yang dibebankan oleh pengusaha.
Sebaliknya, bank konvensional menaikkan harga barang dan jasanya karena inflasi.
 Ketujuh, pada Bank Syariah, pemerintah tidak dapat memperoleh pinjaman dari Badan Moneter tanpa
memastikan barang ke dana Investasi Nasional, sementara pada bank konvensional pemerintah sangat mudah
memperoleh pinjaman tanpa memulai pengeluaran pengembangan modal.
 Kedelapan, jumlah ekspor neto menjadi positif karena peningkatan PDB riil pada bank syariah, sehingga
mengurangi beban utang luar negeri dan mata uang lokal menjadi lebih kuat. Sebaliknya pada bank
konvensional, jumlah ekspor neto menjadi negatif karena penurunan PDB riil sehingga mengundang hutang
luar negeri dan melemahkan mata uang lokal. Meskipun demikian, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara bersama-sama mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL.

Setidaknya ada 6 kategori yang bisa ditelaah untuk melihat perbedaan kedua sistem laporan tersebut.

Pertama, kategori aktivitas. Pada aktivitas pembukuan kedua jenis laporan tersebut ternyata memiliki perbedaan. Pada
yang syariah, pembukuan dilakukan dengan menyertakan adanya aktivitas meliputi kewajiban dan investasi tidak terikat
serta ekuitas. Lain halnya pada yang konvensional. Mereka tidak aktvitas tersebut, yang ada hanyalah utang dan
modal.
Kedua, kategori sudut laporan. Perbedaan berikutnya adalah terkait sudut laporan. Pada yang syariah, unsur laporan
keuangannya lebih banyak dibandingkan konvensional. Unsur-unsurnya mencakup laporan arus kas, laba rugi, neraca,
perubahan modal.

Serta tambahannya rekonsiliasi pendapatan serta bagi hasil, perubahan dana investasi, sumber dana serta
penggunaan dana zakat, dan penggunaan dana kebaikan. Adapun pada konvensional unsur tambahan ini tidak ada.

Ketiga, kategori usaha yang dibiayai. Pada sisi syariah, terdapat paradigma yaitu setiap manusia memiliki akuntabilitas
yang meletakkan pondasi akhlaq dan perangkat syariah untuk mengukur baik buruknya suatu usaha.Adapun untuk
konvensional tidak memiliki ukuran tersebut.

Keempat, organisasi yang menaungi. Pada syariah memiliki organisasi yang khusus terlibat dalam pengawasan laporan
keuangan agar sesuai kaidah syariah. Organisasi tersebut adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS). Adapun untuk
konvensional tidak memilikinya

Kelima, penyelesaian sengketa. Pada perusahaan yang memiliki value  syariah maka penyelesaian sengketa
didasarkan pada aturan dan hukum syariah.Adapun lembaga yang menangani hal tersebut adalah Badan Arbitrase
Muamalah Indonesia (BAMUI). Lalu, untuk konvensional bila ada sengketa maka langsung dibawa ke pengadilan.

Keenam, pos pembukuan. Ada beberapa pos pembukuan yang ada di dalam syariah tetapi tidak ada dalam
konvensional. Pos-pos tersebut diantaranya piutang murabahah, piutang salam, piutang istishna dan piutang qardh.
Contoh Laporan Bank Syariah Mandiri & Bank MAndiri, TbkLaporan tahun 2018)
REFERENSI
https://tirto.id/mengenal-perbedaan-bank-syariah-dan-konvensional-ekTQ
https://www.aturduit.com/articles/perbandingan-bank-syariah-dan-bank-konvensional/
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/bank-syariah-dan-perbedaannya-dengan-bank-konvensional/
https://www.sahamok.com/bank/bank-syariah/beda-bank-syariah-dengan-bank-konvensional/

Anda mungkin juga menyukai