Christine Wibhowo1, Klara Andromeda DS So²., Siek3., & Justina Grasellya Santoso4
1,2,3,4 Fakultas Psikologi Universitas Katholik Soegijapranata Semarang
Abstract. People with borderline personality features (BPF) are characterized by impulsive,
emotionally unstable, have unsafe sexual activity, and other actions that are at risk to commit
suicide. Although some of the behavior is not included in crime, if there is no prevention, the
BPF will endanger itself and its environment. This study aims to determine the relationship
between childhood trauma, a romantic relationship, with BPF. The hypothesis are, 1) there is a
relationship between childhood trauma and BPF; 2) there is relationship between romantic a
relationships and BPF. This study using 77 participant wives aged 20-40 years. Collecting data
using Borderline Personality Scale, Childhood Trauma Scale, and Romantic relation Scale. Data
analysis with product moment. The result of this study are 1) there is a relationship between
childhood trauma and borderline personality (r = 0.6, p <0.01); 2) there is relationship between
romantic relationship and borderline personality (r = - 0.5= p<0.01).
Keywords: borderline personality; childhood trauma; romantic relationships
Abstrak. Orang dengan kepribadian ambang (KA) ditandai dengan impulsif, emosional tidak
stabil, memiliki aktivitas seksual yang tidak aman, dan tindakan lain yang berisiko untuk
melakukan bunuh diri. Meskipun beberapa perilaku tidak termasuk dalam kejahatan, tetapi
jika tidak ada pencegahan, maka KA akan membahayakan dirinya dan lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan trauma masa kecil, hubungan romantis,
dengan KA. Hipotesisnya adalah 1) ada hubungan antara trauma masa kanak-kanak dan KA;
2) ada hubungan antara hubungan romantis dan KA. Partsipan dalam penelitian ini 77 istri
berusia 20-40 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga skala, yaitu Skala
Kepribadian Ambang, Skala Trauma Masa Anak, dan Skala Hubungan Romantis. Analisis data
menggunakan product moment. Hasil penelitian ini, 1) ada hubungan positif yang signifikan
antara trauma masa kanak-kanak dan kepribadian ambang (r = 0.6, p <0,01); 2) ada hubungan
negatif yang signifikan antara hubungan romantis dan kepribadian ambang (r = - 0.5 = p
<0,01).
Kata kunci: hubungan romantis; kepribadian ambang; trauma masa anak
Istilah 1kepribadian ambang (KA) pertama Sterm (dalam Keppen & Kimberly, 2014).
kali dicetuskan oleh seorang terapis yang Seseorang dapat dikatakan mengalami KA
beraliran Psikoanalisa, bernama Adolf jika tidak dapat digolongkan ke dalam
JURNAL PSIKOLOGI 63
WIBHOWO, DKK
64 JURNAL PSIKOLOGI
TRAUMA MASA ANAK, HUBUNGAN ROMANTIS, DAN KEPRIBADIAN AMBANG
JURNAL PSIKOLOGI 65
WIBHOWO, DKK
hubungan romantis dengan pasangan akan Skala Trauma Masa Anak disusun
membuat seseorang terhindar dari berdasarkan enam aspek, yaitu kekerasan
gangguan kepribadian, seperti KA. emosional, kekerasan seksual, kekerasan
Berdasar beberapa teori tersebut maka fisik, pengabaian emosional, pengabaian
hipotesis dalam penelitian ini ada dua, fisik, dan menyaksikan kekerasan
yaitu 1) ada hubungan antara trauma masa (Minzenberg, et al., 2008). Aitem dalam
anak dan kepribadian ambang; 2) ada skala ini misalnya “orang tua mengatakan
hubungan antara hubungan romantis dan bahwa saya bukanlah anak yang diingin-
kepribadian ambang. kan” dan “orang tua pernah mencoba
melukai saya”.
Partisipan dalam penelitian ini, yaitu
Metode
para isteri sehingga bahasa juga diujico-
Terdapat tiga variabel yang digunakan bakan kepada para isteri (13 orang).
dalam penelitian ini, yaitu: trauma masa Berikutnya yaitu mengukur persetujuan/
anak, hubungan romantis, dan kepribadian kesesuaian antar penilai dengan uji CVR
ambang. Pada penelitian ini, semua skala (Content Validity Ratio), berdasar metode
yaitu Skala KA, Skala Trauma, dan Skala Lawshe dan menghitung indeks validatas
Hubungan Romantis, disusun sendiri oleh isi (content validity index/CVI (Azwar, 2014).
peneliti. Masing-masing skala disusun
Tabel 1.
berdasar aspek-aspek sesuai teori. Setelah
Rangkuman hasil CVI semua skala
dibuat aitem maka diujicobakan kepada 13
partisipan, untuk memeriksa bahasa agar Skala CVI Jumlah Aitem
mudah dipahami. Selanjutnya aitem Kepribadian Ambang 0,92 36
disusun kembali dan diujicobakan kepada Trauma Masa Anak 0,91 24
77 partisipan, pada bulan Juli 2016, untuk Hubungan Romantis 0,9 20
diuji validitas dan reliablitasnya.
Hasilnya, semua aitem dalam skala
Kepribadian ambang diukur menggu- dapat dipahami maknanya dengan benar
nakan Skala Kepribadian Ambang. Aitem oleh partisipan dan memiliki validitas isi
pada skala ini disusun berdasarkan pada 9 yang baik. Beberapa aitem dalam Skala
kriteria dari DSM-IV. Contoh aitem dalam Hubungan Romantis diberi contoh
skala ini yaitu “saya pernah mencoba sehingga lebih mudah dipahami. Contoh
melukai diri sendiri untuk diperhatikan aitem dalam Skala Hubungan Romantis
orang lain” dan “saya pernah melakukan yang berubah, misalnya “Saya menikmati
satu atau lebih hal-hal berikut: melakukan kontak fisik dengan suami” berubah
hubungan seks yang tidak aman, makan menjadi “saya menyukai kontak fisik
dalam jumlah tak terkontrol”. dengan suami, seperti memeluk dan
Data hubungan romantis diperoleh menciumnya."
dari Skala Hubungan Romantis, yang Populasi dalam penelitian ini, yaitu
aspek-aspeknya meliputi hubungan wanita yang berstatus istri yang berada
romantis, keintiman, dan komitmen pada usia dewasa muda 20-40 tahun. Hal
(Compton & Hoffman, 2013), Contoh ini karena seperti yang telah dijelaskan
aitemnya adalah “saya menyukai kontak sebelumnya bahwa 75% orang yang
fisik dengan suami, seperti memeluk dan mengalami KA yaitu wanita, dengan usia
menciumnya” dan “ada saatnya saya 20-40 tahun. Dalam penelitian ini terdapat
merasa suami tak mengerti saya”. Skala Romantis sehingga partisipan dalam
66 JURNAL PSIKOLOGI
TRAUMA MASA ANAK, HUBUNGAN ROMANTIS, DAN KEPRIBADIAN AMBANG
Tabel 2.
Hasil uji asumsi skala
N=77
Tabel 3.
Uji linearitas
JURNAL PSIKOLOGI 67
WIBHOWO, DKK
68 JURNAL PSIKOLOGI
TRAUMA MASA ANAK, HUBUNGAN ROMANTIS, DAN KEPRIBADIAN AMBANG
dengan pasangannya (Hazan & Zeifman, Dengan begitu, maka akan lebih diketahui
2016). tentang terapi yang tepat untuk individu
Dinamika yang sama terjadi pada dengan KA.
hubungan romantis dengan KA. Saat
hubungan romantis antara isteri dengan Kesimpulan
suaminya baik, maka isteri dapat merasa
aman. Hubungan romantis yang baik itu Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
misalnya mengetahui bahwa suami bisa bahwa ada hubungan antara trauma masa
mengerti dirinya tanpa harus bercerita, anak dan kepribadian ambang serta ada
yakin bahwa suami akan menghiburnya di hubungan antara hubungan romantis dan
saat sedang sedih, dan tahu suaminya bisa kepribadian ambang. Dengan demikian
diandalkan saat ia mengalami kesulitan. diketahui bahwa untuk mencegah
terjadinya KA, dapat dilakukan dengan
Hasil peneltian ini menunjukkan
melupakan trauma masa anak dan fokus
bahwa nilai korelasi antara trauma masa
untuk membina hubungan romantis
anak dan hubungan romantis dengan KA
dengan pasangan. Keterbatasan penelitian
sebesar 0,657. Dapat diasumsikan bahwa
ini yaitu tidak mengelompokkan partisipan
trauma dan hubungan romantis berperan
berdasar kelompok usia, padahal usia
sebesar 43% terhadap terjadinya kepriba-
berperan penting dalam terjadinya
dian ambang. Dengan demikian, ada faktor
kepribadian ambang.
lain yang berperan terhadap kepribadian
ambang. Dari hasil wawancara terhadap
Saran
sebagian partisipan penelitian dapat
disimpulkan bahwa dukungan yang Dengan melihat hasil penelitian maka
diperoleh dari lingkungan sekitar sangat disarankan khususnya kepada para orang
membantu mereka dalam mengembang- tua untuk tidak melakukan kekerasan
kan kepribadian. Kemampuan mereka dalam bentuk apapun kepada anak karena
dalam menangani persoalan (coping) juga akan menimbulkan rasa trauma yang
membuat partisipan lebih bisa stabil berlanjut pada terjadinya kepribadian
sehingga kemungkinan kecenderungan ambang. Para wanita juga disarankan
terjadinya keperibadian ambang bisa untuk tidak terlalu fokus pada masalah-
berkurang. Tidak kalah pentingnya, yaitu masalah di masa lalu namun meningkatkan
faktor usia. Beberapa partisipan mengata- keromantisan hubungan dengan
kan bahwa sebenarnya mereka mungkin pasangannya. Hal ini dapat mencegah
memiliki dorongan untuk impulsif namun terjadinya kepribadian ambang. Untuk
dengan seiringnya waktu, maka mereka peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang
merasa harus lebih bijaksana. Dengan peran dukungan sosial, usia, dan
demikian, usia menjadi faktor yang dapat penanganan masalah (coping) terhadap
diperhitungkan dalam mengurangi adanya kepribadian ambang.
kepribadian ambang (Shea & Edelen, 2010;
Chan et al., 2012).
Kepustakaan
Penelitian ini akan lebih dapat
memberi gambaran mengenai KA, jika American Psychiatric Association (APA).
partisipan dipilih berdasarkan kelompok (2013). Diagnostic and statistical manual
usia, misalnya kelompok usia 20 tahun, 30 of mental disorders (DSM-5).
tahun, dan 40 tahun (Chan et al., 2012). Washington, DC: APA Publisihing.
JURNAL PSIKOLOGI 69
WIBHOWO, DKK
Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi. mood, and childhood abuse expe-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. riences. American Journal of Psychology
Chan, W., McCrae, R. R., Fruyt, F. D., Lee, and Behavioral Sciences, 1(2), 7-13.
J., Lockenhoff, C. E., & DeBolle, M. Komnas Perempuan. (2016). Siaran pers
(2012). Stereotypes of age differences in Komnas Perempuan catatan tahunan
personality traits: Universal and (Catahu) 2016. Diunduh dari
accurate?. J Pers Soc Psychol, 103(6), http://www.komnasperempuan.go.id/
1050-1066. doi: 10.1037/a0029712. siaran-pers-komnas-perempuan-
Compton, W. C., & Hoffman, E. (2013). catatan-tahunan-catahu-2016-7-maret-
Positive psychology: The science of 2016/
happiness and flourishing. America: Kujipers, K., Van Der Knaap, L., Winkel, F.,
Wadsworth Cengage Learning Pemberton, A., & Baldry, A. (2011).
Distel, M. (2009). Individual differences in Borderline traits and symptoms of
borderline personality traits: A genetic post-traumatic stress in a sample of
perspective. Amsterdam: Drukkerij Van female victims of intimate partner
Werkhoven. violence. Stress and Health, 27, 206-215.
Hazan, C., & Zeifman, D. (2016). Pair bonds Lestari, S., Faturochman., & Kim, U. (2010).
as attachment: Evaluating the Trust in parent-child relationship
evidence. Dalam J. Cassidy & P. Shaver among undergraduate students:
(Eds.). Handbook of Attachment: Theory, Indigenous psychological analysis.
research, and clinical application. New Jurnal Psikologi, 37(2).
York: Guilford. Minzenberg, M. J., Poole, J. H., & Vino-
Kaehler, L. A., & Freyd, J. J. (2012). Betrayal gradov, S. (2008). A neurocognitive
trauma and borderline personality model of Borderline Personality
characteristics: Gender differences. Disorder: Effects of childhood sexual
Psychological Trauma: Theory, Research, abuse and relationship to adult
Practice, and Policy, 4(4), 379-385. doi: attachment disturbance. Development
10.1037/a0024928 and Psychopathology. USA: Cambridge
University Press. 20.
Kernberg, O. F., & Michels, R. (2009).
Borderline personality disorder. The Nanu, D. E. (2015). The Attachment
American Journal of Psychiatry. 166(5), relationship with emotional intelli-
505-508. doi: gence and weel-being. Journal of
10.1176/appi.ajp.2009.09020263 Experiental Psychoteraphy, 18, 70.
70 JURNAL PSIKOLOGI
TRAUMA MASA ANAK, HUBUNGAN ROMANTIS, DAN KEPRIBADIAN AMBANG
relathonship to age. Acta Psychiatri Psychiatry, 16(434), 1-10. doi: 10. 1007/
Scand, 143-148. s11920-013-0434-8.
Vermetten, E. & Spiegel, D. (2014). Trauma Watkins, C. D. (2011). Effect of maternal
and dissociation: Implications for borderline personality disorder on romantic
borderline personality disorder. Curr attachment in adolescent. Thesis.
Knoxville: University of Tennessee.
JURNAL PSIKOLOGI 71