BISMILLAH SKRIPSI BAB 12345 FIX-dikonversi
BISMILLAH SKRIPSI BAB 12345 FIX-dikonversi
Oleh:
NADIA ANITA ROSALINA
NIM: 201501112
i
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dan berbagai
Mojokerto, 2019
Yang menyatakan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian akhir program
Judul : Hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia
Mojokerto
NIM : 201501112
Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Skripsi Pada Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto
NIM : 201501112
Judul : Hubungan status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia di Desa
Pada tanggal :
Mengesahkan
Mengetahui,
Ka.Prodi S1 Keperawatan
Kabupaten Mojokerto
iv
KATA PENGANTAR
penulisan Skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan serta bimbingan dari
penelitian
2. Dr. M. Sajidin, S.Kp, M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto
4. Faisal Ibnu, S.kep, Ns., M.kes selaku pembimbing I Proposal skripsi yang
6. Staff Dosen dan Karyawan STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.
v
Akhirnya penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna
Mojokerto,Januari 2019
Penulis
vi
MOTTO
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sembah sujud syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, mebekaliku dengan ilmu dan mengenalkanku
dengan cinta. Atas karunia dan kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi
yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan
keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
viii
rohmah, Candra Reta Franceska, Ayu Oktaviana Putri, Hidayatul Lailiyah,
Maristana Milatal Haq, Edo Anggara dan seluruh warga kelas C yang sangat
kusayangi. Terimakasih telah membantu dalam kelancaran skripsi ini.
Terimakasih untuk pelajaran yang sangat berharga dalam hidup yang tidak akan
pernah aku dapatkan dimanapun, canda tawa, air mata sedih dan bahagia,
bagaimana cara mendewasakan diri, cara menghargai pertemanan, segala hal yang
akan selalu menjadi kenangan manis. Sampai bertemu di hari-hari penuh rindu.
Untuk sahabat SMAku Novia candra, Dini syarifa, Benyamin, Agita may
tiffani terimakasih atas segala semangat dan doanya. Sahabat masa MTs.N ku
Yunita Rahmawati, Khuribatul Ilmi, Nafisah terimakasih kalian selalu memberi
pengertian ketika aku sibuk mengerjakan skripsi, lalu menemani berjuang hingga
selesailah skripsi ini.
ix
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF NURSING NUTRITION STATUS WITH LIFE
QUALITY OF ELDERLY IN DUSUN BALONGMASIN VILLAGE
BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGING, MOJOKETO DISTRICT
BY: NADIA ANITA ROSALINA
Nutritional status has a long-term impact on the quality of life of the elderly. The
older a person is, the higher is affected by malnutrition. In addition to over
nutrition problems that have an impact on increasing degenerative diseases in the
elderly, other nutritional problems that are often suffered by the elderly are
problems with malnutrition. The study aims to determine the relationship between
nutritional status of elderly people with quality of life of elderly in Balongmasin
hamlet, Balongmasin village, Pungging sub-district, Mojokerto district. Analytical
research design correlation with cross sectional approach. The study population
was all elderly as many as 46 respondents. A sample of 46 was taken using Total
sampling technique. The source of the data uses primary data, the instrument uses
a tread gauge, wooden ruler and WHOQOL-Bref questionnaire sheet. The results
of the study using Sphearmans rho analysis obtained p value (0,000) <ɑ (0.05)
which means there is a relationship between the nutritional status of the elderly
and the quality of life of the elderly. Poor nutritional status but having a high
quality of life is more influenced by other factors such as high family social
support. On the contrary, the elderly who have normal nutritional status but whose
quality of life is low are caused by a factor of a coping mechanism towards a low
problem, namely addressing a problem by focusing on feelings or emotions.
Meanwhile, the elderly with more nutritional status but high quality of life can be
caused because he is able to interpret life better and considers life problems such
as various disorders due to degenerative diseases experienced as something
natural.
x
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS GIZI LANSIA DENGAN KUALITAS HIDUP
LANSIA DI DUSUN BALONGMASIN DESA BALONGMASIN
KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKETO
OLEH: NADIA ANITA ROSALINA
Status gizi mempunyai dampak jangka Panjang pada kualitas hidup lansia.
Semakin tua umur seseorang, semakin tinggi terkena malnutrisi. Selain masalah
gizi lebih yang berdampak pada peningkatan penyakit degeneratif pada lansia,
masalah gizi lain yang sering diderita lansia adalah masalah gizi kurang.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi lansia dengan
kualitas hidup lansia di dusun Balongmasin desa Balongmasin kecamatan
Pungging kabupaten Mojokerto. Desain penelitian analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua lansia sebanyak 46
responden. Sampel berjumlah 46 diambil dengan menggunakan tekhnik Total
sampling. Sumber data menggunakan data primer, instrumen menggunakan alat
ukur timbangan injak, mistar kayu dan lembar kuisioner WHOQOL-Bref. Hasil
penelitian menggunakan analisis Sphearman’s rho didapatkan nilai p value
(0,000) < ɑ (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara status gizi lansia dan
kualitas hidup lansia. Status gizi kurang namun mempunyai kualitas hidup tinggi
lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingginya dukungan social keluarga.
Sebaliknya, lansia yang mempunyai status gizi normal namun kualitas hidupnya
rendah disebabkan karena faktor mekanisme koping terhadap masalah yang
rendah yaitu menyikapi masalah dengan menitikberatkan pada perasaan atau
emosi. Sedangkan, lansia dengan status gizi lebih namun kualitas hidupnya tinggi
dapat disebabkan karena ia mampu memaknai hidup dengan lebih baik dan
menganggap masalah hidup seperti berbagai gangguan akibat penyakit
degenerative yang dialami sebagai sesuatu yang wajar.
xi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1.4.1 Bagi lansia dan keluarganya ........................................................... 7
1.4.2 Bagi institusi kesehatan dan tenaga keperawatan ........................... 7
1.4.3 Bagi peneliti selanjutnya ................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8
2.1 Konsep dasar status gizi .................................................................................. 8
2.1.1 Pengertian status gizi ......................................................................... 8
2.1.2 Pengelompokan zat gizi berdasarkan fungsi zat gizi ......................... 10
2.1.3 Manfaat zat gizi ................................................................................. 11
2.1.4 Fungsi makanan ................................................................................. 12
xii
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan masalah gizi
lansia ............................................................................................... 13
2.1.6 Kebutuhan gizi lansia ........................................................................ 20
2.1.7 Menu harian untuk lansia .................................................................. 25
2.1.8 Masalah gizi pada lanjut usia ............................................................. 29
2.1.9 Dampak kekurangan gizi pada lansia ............................................. 34
2.1.10 Penatalaksanaan gizi pada usia lanjut ............................................. 35
2.1.11 Penilaian status gizi lansia ............................................................... 37
2.2 Konsep Dasar Lansia ...................................................................................... 43
2.2.1 Pengertian lanjut usia ...................................................................... 43
2.2.2 Batasan lansia ................................................................................. 44
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua .......................... 45
2.2.4 Teori penuaan ................................................................................. 46
2.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ............................... 52
2.3 Konsep Dasar Kualitas Hidup ........................................................................ 56
2.3.1 Pengertian kualitas hidup .................................................................. 56
2.3.2 Ruang lingkup kualitas hidup ............................................................ 60
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ............................. 61
2.3.4 Status gizi dengan kualitas hidup lansia ............................................ 68
2.3.5 Pengukuran kualitas hidup ................................................................ 70
2.4 Keranga Teori.................................................................................................. 73
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................... 74
2.6 Hipotesis.......................................................................................................... 75
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 76
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 76
3.2 Populasi, Sampel dan Sampling ..................................................................... 77
3.2.1 Populasi ............................................................................................. 77
3.2.2 Sampel ............................................................................................... 77
3.2.3 Besar sampel ....................................................................................... 77
3.2.4 Sampling ............................................................................................ 78
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 79
xiii
3.3.1 Identifikasi variabel penelitian .......................................................... 79
3.3.2 Definisi operasional ............................................................................ 79
3.4 Prosedur penelitian ......................................................................................... 81
3.5 Pengumpulan Data ......................................................................................... 84
3.5.1 Instrumen penelitian .......................................................................... 84
3.5.2 Tempat dan waktu ............................................................................. 85
3.6 Analisis Data .................................................................................................. 85
3.6.1 Editing ............................................................................................... 85
3.6.2 Coding atau klasifikasi ...................................................................... 86
3.6.3 Scoring ............................................................................................... 88
3.6.4 Tabulating .......................................................................................... 88
3.6.5 Analisis data ...................................................................................... 89
3.7 Etika Penelitian .............................................................................................. 92
3.8Informed consent ............................................................................................. 93
3.9Anonimity ....................................................................................................... 93
3.10Confidentiality .............................................................................................. 93
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 96
4.1 Hasil penelitian................................................................................................ 96
4.1.1 Gambaran Lokasi penelitian .................................................................. 96
4.1.2 Data Umum ............................................................................................ 97
4.1.3 Data Khusus ........................................................................................... 99
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 102
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 118
5.1 Simpulan ......................................................................................................... 118
5.2 Saran ................................................................................................................ 118
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 121
xiv
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk
manula dalam sehari ......................................................................... 21
Tabel 2.2 Pola susunan makanan lansia dalam sehari ...................................... 26
Table 2.3 Contoh menu seimbang untuk lansia laki-laki (2100 kalori) ........... 28
Tabel 2.4 Contoh menu seimbang untuk lansia perempuan (1700 kalori) ....... 28
Tabel 2.5 berbagai kelompok makanan pengganti/penukar ............................. 29
Table 2.6 Tabel nomongram konversi tinggi lutut ke tinggi badan .................. 39
Table 2.7 Tabel perhitungan skor tiap domain ................................................. 72
Table 3.1 Definisi operasional hubungan antara status gizi lansia dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin
Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto .................................... 80
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Dusun
Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging Kabupaten
Mojokerto tanggal 9 Februari-13 Maret 2019 ................................... 97
Table 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pekerjaan di Dusun
Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging Kabupaten
Mojokerto 9 Februari-13 Maret 2019................................................. 97
Table 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan terakhir di
Dusun Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto tanggal 9 Februari-13 Maret 2019 ................. 98
Table 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Dusun
Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging Kabupaten
Mojokerto tanggal 9 Februari-13 Maret 2019 .................................... 98
Table 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status pernikahan di
Dusun Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto tanggal 9 Februari-13 Maret 2019 ................. 99
Table 4.6 Distribusi frekuensi status gizi lansia di Dusun Balongmasin Desa
Balongmasin Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto tanggal 9
Februari-13 Maret 2019 ..................................................................... 100
Table 4.7 Distribusi frekuensi kualitas hidup lansia secara umum di Dusun
Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging Kabupaten
Mojokerto tanggal 9 Februari-13 Maret 2019 .................................... 100
xv
Table 4.8 Hasil tabulasi silang hubungan antara status gizi lansia dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin
Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto tanggal 9 Februari-13
Maret 2019 ......................................................................................... 101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas
hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan
Pungging Kabupaten Mojokerto. ...................................................... 73
Gambar 2.2 Kerangka konsep hubungan antara status gizi lansia dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin
Kecamatan Pungging-Kab. Mojokerto. ............................................ 74
Gambar 3.1 Kerangka Kerja hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas
hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan
Pungging Kabupaten Mojokerto. ...................................................... 83
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin penelitian dari STIKES Bina Sehat PPNI ..................... 124
Lampiran 2 Surat ijin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik .... 125
Lampiran 3 Surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Mojokerto ................ 126
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
lansia dan kualitas hidup lansia (Enny dkk et al., 2012). Selain masalah gizi
masalah gizi lain yang sering diderita lansia adalah masalah gizi kurang
(Arisman, 2009).
1
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
antara lain tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi
makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang
ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial (Dalgleish et al., 2007). Banyak hal yang
dapat mempengaruhi status gizi usia lanjut seperti usia, jenis kelamin, status
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Lanjut usia adalah salah satu tahapan
usia yang rentan mengalami gangguan kesehatan. Faktor jenis kelamin dapat
antara makanan, kegunaan, obat, dan perawatan medis serta tempat tinggal,
juga cara memanfaatkan sumber yang terbatas (Maas, 2011). Sekitar 20%
2011).
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
2
lansia dibandingkan bayi atau balita. Sedangkan sebaran penduduk lansia
perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di
disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban ( Kholifa
sebanyak 31,0 % dan gizi lebih sebanyak 1,8%. Kelainan nutrisi lain yang
dapat dijumpai pada lansia adalah kurang energi protein. Prevalensi kurang
energi protein pada lanjut usia yang hidup di masyarakat sekitar 5- 10% ,
lanjut usia yang dirawat di rumah sakit dengan prevalensi sekitar 30- 61%
dan lanjut usia yang dirawat di panti werdha prevalensinya sekitar 40- 85 %.
Tubuh ( IMT ) < 18,5kg/m2 dan 3,5% dengan IMT < 17 kg/m2 . Bila
3
mengalami malnutrisi . Di ruang rawat akut ditemukan 40-55% lanjut usia
kualitas hidup. Hal ini terlihat dari keempat domain kualitas hidup yaitu pada
diderita seperti diabetes mellitus, hipertensi, rematik dan asma. Pada domain
negatif, seperti merasa kesepian, putus asa, cemas dan depresi. Pada domain
karena sudah tidak memiliki status sosial, merasa sudah tidak berharga lagi.
luang, namun tidak melakukan rekreasi karena faktor biaya, mereka hanya
4
pengukuran status gizi lansia dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), diketahui
dari 7 lansia didapatkan data 5 lansia (71,4 % ) memiliki status gizi kurang , I
lansia ( 14,3 % ) memiliki status gizi normal dan 1 lansia (14,3%) memiliki
diubah sebagai tanggapan atas suatu intervensi. Kualitas hidup tidak mudah
untuk ditentukan atau diukur, dan ada sedikit pekerjaan yang dilakukan
bukti yang ada menunjukkan bahwa keadaan status gizi buruk berhubungan
penting yang dapat berperan dalam tautan apa pun antara malnutrisi dan
kualitas hidup, dan ini telah terbukti mempengaruhi kualitas hidup (Hickson
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tetarik untuk
1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas hidup
6
1.4 Manfaat Penelitian
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
hipotesis.
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat
berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu
lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang
dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan dan
8
disebut juga zat pembakar (Sigit, 2012).
satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk
2010).
Ketiga zat gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon yang
dapat dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam
9
2.1.2 Pengelompokan zat gizi berdasarkan fungsi zat gizi
dibagi menjadi :
1. Zat gizi penghasil energi ialah karbohidrat, lemak dan protein. Zat
pembangun.
pangan sumber mineral dan vitamin adalah buah dan sayur (FKM UI,
2007).
Zat gizi terbagi menjadi zat gizi makro dan nutrisi mikro.
kebutuhan zat gizi makro dan mikro. Jika tidak seimbang, proses
10
2.1.3 Manfaat zat gizi
protein (KEP). Selain masalah gizi kurang, masalah yang sering muncul
sebagainya.
tahan terhadap pernyakit infeksi. Gizi juga mempunyai peran yang besar
11
terhadap tingkat kesembuhan dan lama perawatan orang yang sedang
12
3. Fungsi psikologi makanan
gizi saja, tapi juga dapat dinikmati dengan rasa senang (Cakrawati
lansia
1. Usia
13
protein, vitamin dan mineral meningkat karena ketiganya
2. Jenis kelamin
3. Faktor lingkungan
4. Faktor sosial
14
kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan pasangan
15
energi dan mencegah terjadinya obesitas, karena salah satu
(Fatmah, 2010).
6. Faktor kesehatan
16
status gizi, antara lain adalah naiknya insiden penyakit
dan utilisasi zat tertentu yang harus diminum pada lansia oleh
17
basal dan kemunduran lain. Berbagai hasil penelitian
2010).
7. Faktor fisiologis
pengaruhnya :
18
b. Perubahan yang banyak terjadi pada fisiologi
Copeman, 1996).
konstipasi.
19
oksigen tidak dapat diangkut dengan baik.
1. Kebutuhan energi
20
lemak (lean body mass). Perempuan pada semua usia, mempunyai
kebutuhan energi pada saat istirahat per unit tinggi dan berat badan
lemak yang lebih tinggi dan massa tubuh tanpa lemak yang lebih
lansia wanita (51-75 tahun) adalah 1800 kkal (1400-2200 kkal) dan
bagi laki- laki 2400 kkal (2000-2800 kkal). Untuk lansia 75 tahun ke
atas adalah 1600 kkal (1200-2000 kkal) untuk wanita dan 2050 kkal
21
2. Protein
sebesar 1900 kkal (wanita) dan 2300 kkal (lelaki). Tanpa penyakit
ginjal dan hati , diet protein harus mengkontribusi energi sebesar 12-
15% total asupan kalori. Dengan acuan ini, jika asupan energi menurun
atas stres fisiologis seperti infeksi, luka bakar, patah tulang dan
pembedahan.
22
3. Air
setiap 1 tahun . Asupan air pada lansia harus lebih diperhatikan karena
2011).
23
tidak bisa diserap. Laktosa dalam usus kemudian dimetabolisasi oleh
4. Lemak
antara kadar kolesterol dan PJK tidak bersifat linier, karena tidak
5. Serat
24
cairan dan serat.
6. Vitamin
dan kebutuhan akan zat ini lebih tinggi. Sementara vitamin B12 dan
sintesis yang menurun akibat usia tua. Hal ini masuk akal karena
2004).
25
Tabel 2.2 Pola susunan makanan lansia dalam sehari
Kelompok makanan Jenis pangan per porsi Jumlah porsi per hari
Laki-laki Perempuan
sehat, diantaranya:
26
kalori.
lembek.
27
Table 2.3 Contoh menu seimbang untuk lansia laki-laki (2100 kalori)
Tabel 2.4 Contoh menu seimbang untuk lansia perempuan (1700 kalori)
Menu Bahan makanan
28
Untuk menjaga agar menu harian tidak monoton, tetapi
atau penukar.
29
berubah. Bila perubahan kebutuhan dan asupan zat gizi makanan
diantaranya adalah:
1. Gizi berlebih
30
2. Gizi kurang
4. Osteoporosis
osteoporosis.
31
5. Anemia
kekurangarn zat gizi (Fe, asam folat, vitamin B12 dan protein)
menjadi pucat terjadi bila menderita anemia berat (Hb <8 gram%)
6. Gout
protein agar kadar asam urat dalam darah menurun. Selain itu
ginjal.
Pada orang tua, kulit dan jaringan ikat mulai keriput sehingga
dan protein sebagai zat gizi makro pada penderita KEK biasanya
dikatakan KEK, bila IMT <17, selain itu dari pemeriksaan dapat
32
terlihat bahwa orang tersebut sangat kurus dan tulang- tulangnya
menonjol.
a. Kekurangan vitamin A
c. Kekurangan vitamin C
d. Kekurangan vitamin D
e. Kekurangan vitamin E
33
karena dihubungkan dengan peningkatan kesuburan. Selain itu
pada kulit.
9. Kekurangan serat
menderita kanker usu besar. Selain itu pada usia lanjut juga sering
terjadi susah buang air besar dan wasir (Dinkes kab. Mojokerto,
2016).
(Syahrul, 2013).
34
Amarantos, Martinez dan Dwyer (2001) menyatakan status
karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh mulai dari
indra pengecap dalam hal cita rasa sampai pada penurunan fimgsi
Kesehatan, 2010)
atau keschatan kepada usia lanjut baik yang ada di panti, tempat
35
melalui posyandu usia lanjut.
teratur.
36
2.1.11 Penilaian status gizi lansia
1. Penilaian klinis
yang terjadi pada jaringan epitel atau bagian tubuh lain terutama
pada mata, kulit, dan rambut. Selain itu, pengamatan juga dapat
dilakukan pada bagian tubuh yang dapat diraba dan dilihat atau
kelenjar thyroid.
2. Penilaian biokimia
3. Penilaian dietetik
ini (current) Alat ukur: 24 hours food recall dan lebih dari 2
37
yang biasa dikonsumsi sebulan atau setahun yang lalu. Alat
4. Penilaian antropometri
yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Namun pada lansia
depa, tinggi lutut dan tinggi duduk, dengan syarat syarat sebagai
berikut:
lutut.
lutut.
38
Table 2.6 Tabel nomongram konversi tinggi lutut ke tinggi badan
- - -
60 182,5 176,0
59 180,4 174,1
58 178,3 172,2
57 176,2 170,4
56 174,1 168,5
55 172,0 166,6
54 169,9 164,7
53 167,7 162,8
52 165,6 160,9
51 163,5 159,0
50 161,4 157,1
49 159,3 155,2
48 157,2 153,4
47 155,1 151,5
46 153,0 149,6
45 150,9 147,7
44 148,8 145,8
43 146,7 143,9
39
42 144,6 142,0
41 142,5 140,1
40 140,4 138,2
39 138,3 136,4
38 136,2 134,5
37 134,1 132,6
36 132,0 130,7
35 129,9 128,8
2010).
a. Tinggi lutut
40
pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaki kiri klien.
b. Panjang depa
c. Tinggi duduk
Hal ini dilakukan bila lansia tidak dapat berdiri tegak dan
posisi lurus lateral dan tidak dikepal. Jika salah satu atau kedua
41
mikrotoa yang menempel erat di dinding harus dinolkan dulu
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑘𝑔)
IMT =
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚)²
Keterrangan
yaitu:
42
2.2 Konsep Dasar Lansia
stilah untuk manusia yang berusia lanjut belum ada yang baku.
usia lanjut (manula), manusia lanjut usia (lansia), ada yang menyebut
golongan lanjut umur (glamur), usia lanjut (usila), bahkan di Inggris orang
biasa menyebutnya dengan istilah warga negara senior (Maryam & Dkk,
2008).
usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis dihitung dengan tahurn
1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak
(1991) menggolongkan usia lanjut menjadi tiga, yaitu young old (65-74
43
tahun), middle old (75-84 tahun), dan old-old (lebih dari 85 tahun).
lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
Selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old),
dan lebih dari 80 tahun (very old) (Tamher & Noorkasiani, 2009).
ini:
2. Kelompok usia lanjut dini. Kelompok dalam masa pra senium, yaitu
3. Kelompok usia lanjut. Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas).
4. Kelompok usia lanjut dengan resiko. Kelompok yang berusia lebih dari
44
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun
sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho,
2008),
itu tidak sesuai dengan kronologis usia dan patologis. Faktor eksogen juga
(patological aging).
45
trauma atau sakit kronis, mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang
timbul karena stres atau faktor psikologis yang dialami oleh individu. Stres
1. Teori biologis
a. Teori genetika
46
adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
(wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stres yang
c. Riwayat lingkungan
d. Teori imunitas
e. Teori neuroendokrin
pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Salah satu area neurologi
47
yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah
g. Teori stres
(Nugroho, 2008).
j. Teori seluler
48
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah
membelah 50 kali, akan tetapi pada lansia sel yang akan membelah
nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut
49
m. Teori keracunan oksigen
dalam tingkat sub seluler dan molekuler yang bisa disebut juga
2. Teori psikososial
2006).
a. Teori kepribadian
50
Erickson mengungkapkan tugas utama lansia adalah
c. Teori disengagement
d. Teori aktifitas
51
kesejahteraan yang penting bagi lansia (Stanley &
Guanlett, 2006).
e. Teori kontinuitas
1. Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
menjadi atrofi.
b. Sistim persyarafan
52
c. Sistim pendengararn
meningkatkan keratin.
d. Sistim penglihatan
e. Sistim kardiovaskuler
f. Sistim respirasi
53
pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan
toraks berkurang.
g. Sistim gastrointestinal
h. Sistem genitourinaria
i. Sistim endokrin
j. Sistim kulit
54
bersisik, mekanisme proteksi kulit menurun, kelenjar
k. Sistim muskuloskeletal
2. Perubahan-perubahan mental
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
3. Perubahan-perubahan psikososial
55
4. Perubahan spiritual
(WHO, 1996).
56
degeneratif, begitu pula perubahan yang berhubungan dengan
oleh para ahli, namun semua pengertian tersebut tergantung dari siapa
kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan
saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita,
yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan "Calman's Gap".
tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil (Silitonga, 2007).
57
hidup, yaitu melihat kualitas hidup sebagai kesehatan, sebagai
life" atau health status". "Health related quality of life" dilihat sebagai
being sebagai evaluasi subjektif dari fungsi seseorang dalam satu atau
kehidupan seseorang. Dalam hal ini, istilah kualitas hidup sama dengan
58
kualitas hidup yang ketiga ini melihat bahwa kesehatan dan well being
termasuk dalam definisi kualitas hidup. Cara ini digunakan oleh WHO
dalam mendefinisikan kualitas hidup dan membuat alat ukur yang dapat
ideal atau sesuai dengan yang diinginkan. Felce dan Perry (1995)
59
kualitas hidup merupakan suatu konstruk yang bersifat individual. Jadi
konsep mengenai kualitas hidup adalah hal yang sulit. Meskipun secara
60
dikembangkan oleh WHO (World Health Organization), bidang
dan konsentrasi.
61
sosial, faktor budaya dan sosial ekonomi, faktor personality,
dan penurunan indra pengecap dalam hal cita rasa sampai pada
status gizi.
62
Menurut Nofitri (2009), faktor-faktor yang didapatkan
1. Gender/jenis kelamin
63
lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih
baik.
2. Usia
64
sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya dengan
3. Pendidikan
65
termasuk dalam kelompok berpendidikan tamat SMA/PT
(r=0,003).
4. Pekerjaan
p=0,013).
5. Status pernikahan
66
merupakan prediktor terbaik dari kualitas hidup secara
6. Penghasilan
67
(2007) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari
tidak banyak.
fungsiona tubuh pada tiap tahap kehidupan, sejak bayi hingga lanjut
68
kekuatan otol, peinurunan kapasias aerobik maksimal dan penurunan
berhubungan dengan usia disebabkan oleh usia itu sendiri, namun juga
serta penyesuaian yang kurang baik dalam asupan makanan dari hari ke
gigi dan mulut yang buruk, merubah kebiasaan makan dan selanjutnya
69
ketidakmampuan fisik, mental dan sosial. Jika intake nutrisi tidak
adekuat dalam jangka waktu lama, terjadilah kondisi kurang gizi. Jika
medis dan sosial. Di samping itu, intake nutrisi yang berlebihan dan
instrumen umum adalah the Stckness Impact Profile (SIP), the Medical
dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi
70
Untuk mengukur kualitas hidup seseorang WHO telah
yang paling kontroversial tentang emics dan etics kuesioner yang sama
pertanyaan terlalu lama dan tingkat dari segi (facets) secara rinci tidak
kualitas hidup yang dikembangkan oleh WHO yang disebut The World
71
dianalisa per domain dengan cara mencari mean skor per domain
dengan kur terdiri bervariasi penilaian tinggi (<mean skor) dan rendah
(≤ mean skor) dan secara keseluruhan dengan cara total skor tiap
Domain 4 P8+P9+P12+P13+P14+ =
(lingkungan) P23+P24+P25
Total skor keseluruhan domain=
jumlah keempat total skor domain tersebut dengan rentang nilai 0-400.
Kriteria meliputi:
2. Tingkat kualitas hidup yang rendah jika total skornya 0-200 (WHO,
2004)
72
2.4 Keranga Teori
Kualitas hidup
Tingi Rendah
Gambar 2.1 Kerangka teori hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas
hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan
Pungging Kabupaten Mojokerto.
73
2.5 Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang
mempengauhi kualitas hidup: Kualitas hidup (WHOQOL-
BREF):
1.Lingkungan fisik dan sosial
2.Faktor budaya dan social 1.Lingkungan
2.Fisik
ekonomi
3.Sosial
3.Faktor personality 4.Psikologis
4.Status kesehatan
5.Aktifitas fisik
6.Status gizi
7.Faktor demografi
Tinggi Rendah
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
74
2.6 Hipotesis
(Hidayat,2010).
Mojokerto.
Mojokerto.
75
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan antara lain: desain atau rancangan
penelitian.
atau observasi data variabel independen dan dependen hanya 1 kali pada
satu saat. Jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2008). Berdasarkan
76
3.2 Populasi, Sampel dan Sampling
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
3.2.3 Sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu cara
77
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
Sugiyono jumlah populasi yang kurang dari 100 maka seluruh populasi
1. Variabel bebas
2. Variabel tergantung
lansia.
78
3.3.2 Definisi operasional
79
Table 3.1 Definisi operasional hubungan antara status gizi lansia dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin
Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto
Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala skor
operasional
Independen: Perwujudan Berat badan Timbangan Ordinal 1.Gizi
status gizi dari dan tinggi badan injak kurang
lansia keseimbangan badan dan mistar (<18,5
konsumsi kayu kg/m2)
lansia yang Panjang 2
didasarkan meter 2.Gizi
pada kategori normal
yang (18,5-25
digunakan kg/m2)
3.Gizi
lebih
(>25
kg/m2)
(Depkes,
2005
dalam
Fatmah,
2010)
Dependen: Penialaian WHO-QOL Kuesioner Ordinal 1.Tinggi:
Kualitas lansia BREF: WHOQOL- 201-400
hidup lansia mengenai BREF 2.Rendah:
1.Lingkungan
kondisi 0-200
2.Fisik
mereka saat
3.Sosial (WHO,
ini
4.Psikologis 2004)
dibandingkan
dengan
keinginan dan
harapannya
80
3.4 Prosedur penelitian
pada kepala desa setempat tentang jumlah lansia yang ada dan
81
dikembalikan responden, peneliti langsung melakukan proses editing.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada data yang kurang
82
Kerangka kerja adalah pertahapan atau langkah-langkah dalam
2008).
Populasi
Seluruh lansia di Dusun balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto sebanyak 46 orang
Sampling
Menggunakan total sampling
Sampel
Seluruh lansia di Dusun Balongmasin Desa Balongmasin Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto sebanyak 46 orang
Pengumpulan data
Analisa data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data dengan
menggunakan uji statistic Spearman’s rho
Penyajian data terdiri dari data umum dan data khusus dalam bentuk tabel
83
3.5 Pengumpulan Data
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
untuk mengukur berat badan lansia dan mistar kayu panjang 2 meter
resmi dari Indonesia yang ditunjuk oleh WHO (WHO, 2004). The
cara mencari mean skor per domain dan secara keseluruhan dengan cara
dari jumlah keempat total skor domain tersebut dengan rentang nilai 0-
84
400. Kriteria skor meliputi: 1) dikatakan memiliki tingkat kualitas
kualitas hidup yang rendah jika total skormya 0-200 (WHO, 2004).
terlebih dahulu data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi
3.6.1 Editing
85
diperlukan untuk menghitung status gizi lansia apakah sudah lengkap
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting dan biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar
kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat
3.6.2.1 Umur:
1. 60-64 tahun: 1
2. 65-70 tahun: 2
3. >70 tahun: 3
2. Swasta: 2
3. Wiraswasta: 3
4. Petani: 4
86
3.6.2.3 Pendidikan terakhir
1. Tidak sekolah: 1
1. Laki-laki: 1
2. Perempuan: 2
1. Belum/tidak menikah: 1
3. Janda/duda cerai/mati: 3
1. Kurang: 1
2. Normal: 2
3. Lebih: 3
87
1. Tinggi: 1
2. Rendah: 2
3.6.3 Scoring
2010).
Pertanyaan positif:
Sangat sering: 4
Sedikit: 2
Pertanyaan negative:
Sangat sering: 2
Sedikit: 4
3.6.4 Tabulating
88
taulasi adalah pekerjaan membuat table. Jawaban-jawaban yang sudah
diberi kode kategori dan skor kemudian dimasukkan dalam table. Data
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑘𝑔)
IMT =
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚)²
(Fatmah, 2010)
Keterangan:
Kriteria:
(Fatmah, 2010)
89
tinggi (>mean skor) dan rendah (≤ mean skor) serta secara
90
Perhitungan skor domain Total Skor
skor transformasi
0-100
Domain 1 (fisik) (6-P3)+(6-P4)+ =
P10+P15+P16+P17+P18
Domain 2 (psikologi) P5+P6+P7+P11+P19+ =
(6-P26)
Domain 3 (sosial) P20+P21+P22 =
91
Cara perhitungan, misalnya:
∑X = X1 + X2 + X3 + … + Xn
Keterangan
∑X = total skor
Kriteria
1. Tinggi: 201-400
2. Rendah: 0-200
(WHO, 2004)
3.6.5.3 Hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia
dengan ketentuan Ho ditolak apabila sig (2 tailed) (p) < a (0,05). Uji
92
1. Digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan
korelasional
5. 1 hubungan sempurna
93
sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka
menghormati hak-haknya.
3.9 Anonimity
3.10 Confidentiality
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
3.11 Keterbatasan
3.11.1 Peneliti melakukan penelitian kualitas hidup lansia hanya dari satu
94
penelitian, hal tersebut diantisipasi dengan penjelasan yang lengkap
95
BAB 4
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian
dibagi menjadi gambaran lokasi penelitian, data umum dan data khusus. Data
lalu, Pendidikan terakhir, jenis kelamin, dan status pernikahan. Data khusus
adalah data tentang hubungan status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia di
Mojokerto.
Balongmasin, dan sebelah timur dengan Dengan Desa Jasem, dan sebelah
96
Fasilitas kesehatan yang ada di Dusun Balongmasin terdiri dari 1
d Total 46 100%
97
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden di masa
responden (63,0%).
98
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar
(65,2%).
responden (60,9%).
99
4.1.3 Data khusus
1 Tinggi 22 47,8%
2 Rendah 24 52,2%
Total 46 100%
100
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden
Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.8 Hasil tabulasi silang hubungan status gizi lansia dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa
Balongmasin Kecamatan Pungging Kabupaten
Mojokerto tanggal 9 Febuari - 13 Maret 2019
Kualitas Hidup
Total
Gizi Tinggi Rendah
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Rendah 0 0,0% 17 100% 17 100%
Normal 16 94,1% 1 5,9% 17 100%
Lebih 6 50% 6 50% 12 100%
Total 22 47,8% 24 52,2% 46 100%
101
lansia dan kualitas hidup lansia di Dusun Balongmasin Desa
102
2.7 Pembahasan
gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer maupun
Status gizi kurang juga menunjukkan rendahnya asupan makan lansia hingga
berpengaruh pada berat badan yang makin menurun. Selain itu juga dilatar
status perkawinan.
103
menyebabkan penurunan status gizi. Pekerjaan di masa lalu menunjukkan
besaran simpanan finansial yang sangat dibut tua saat tubuh tidak lagi mampu
naik turun, jika tidak mampu mengelola keuangan akan berdampak negatif saat
aktivitas fisik yang dilakukannya semakin menurun. Hal ini terkait dengan
penurunan kemampuan fisik yang terjadi secara alamiah. Pada lansia yang
104
faktor yang menentukan berat badan seseorang adalah keseimbangan antara
status gizi kurang. Sedangkan responden yang mempunyai status gizi lebih
paling banyak berusia 60-64 tahun, dimana status gizi lebih merupakan
kecenderungan yang didapatkan sejak masih muda. Selain itu pada kelompok
usia ini masih mempunyai semangat untuk beraktifitas yang tinggi serta masih
dan menambah nafsu makan, sehingga dapat mempunyai status gizi lebih.
karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa
kehilangan nafsu makan yang berdampak pada penurunan status gizi lansia
(Fatmah, 2010).
105
sawah mereka sendiri. Usia yang semakin tua menyebabkan mereka tidak lagi
kurang. Namun di sisi lain masih terdapat responden yang dulunya bekerja di
sektor swasta dan wiraswasta yang mempunyai status gizi lebih. Hal ini dapat
terbentuk sejak masa bekerja dahulu dan pola makan di atas kebutuhan terus
berlanjut hingga masa lansia, sehingga menyebabkan status gizinya tetap lebih.
(63,0%).
106
terbatas, sehingga status gizinya kurang. Namun di sisi lain adapula responden
kondisi sosial ekonominya pas-pasan. Hal ini dapat disebabkan karena asupan
makanan paling banyak didapat dari karbohidrat yang setelah berubah menjadi
kalori, protein dan lemak. Ini disebabkan karena perbedaan tingkat aktifitas
Kebutuhan gizi lansia perempuan lebih rendah dari laki-laki. Hal ini
tubuh dan menyebabkan status gizinya kurang. Namun status gizi lebih paling
banyak juga dialami oleh responden perempuan. Hal ini dapat disebabkan
107
mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka terhadap
makanan (Barasi, 2007). Kehilangan adalah masalah utama pada pria lansia
yang tidak pernah memasak untuk dirinya sendiri (Watson, 2003). Menurut
Tamher dan Noorkasiani (2009), lansia yang tinggal sendiri juga berhubungan
dengan status gizi rendah, karena mereka cenderung kurang termotivasi untuk
makanan yang bergizi. Sehingga prinsip asal kenyang masih terjadi. Hal ini
hidup namun status gizinya lebih. Hal ini dapat disebabkan kemampuan
108
perbedan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada
rendah. Sedangkarn kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara
namun jika ditelaah per domain, sebagian besar mempunyai kualitas hidup
yang penting bagi individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Riff dan
pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan pada responden tua
109
menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas hidup
subjektif individu yang disebabkan karena individu pada masa usia tua sudah
rendah. Hal ini disebabkan makin bertambah usia makin banyak gang fisik
hidupnya.
110
penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari
meski hubungan tersebut lemah dan berpola negatif, artinya mereka yang
status pekerjaan sebagai petani yang sangat tergantung dari usaha individual
hidupnya rendah. Namun responden yang bekerja di sektor swasta dan PNS
pun juga ada yang menganggap kualitas hidupnya rendah. Hal ini dapat
kebutuhan hidup serta eksistensi dirinya masih diakui, namun setelah tidak
menurun.
111
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden
(63,0%).
(2007) bahwa kualitas hidup lebih baik pada kelompok pendidikan yang
menengah dan tinggi ada juga yang menganggap kualitas hidupnya rendah.
Hal ini dapat disebabkan karena mereka menyadari berbagai perubahan yang
112
menghidupi keluarga, kurangnya dukungan pasangan hidup, sedangkan
daripada laki-laki. Fadda dan Jiron (1999) mengatakan bahwa laki-laki dan
terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi
laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya
hidup pada laki- laki dan perempuan. Secara umum, kesejahteraan laki-laki
dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait
pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih
alasan yang mungkin bahwa kepuasan hidup lebih rendah pada perempuan
113
relasi yang positif dengan orang lain. Namun sebaliknya terkait tujuan dalam
daripada laki-laki.
individu bercerai ataupun janda dan individu yang menikah atau kohabitasi.
yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu
114
Lerdal dan Moum (2004) bahwa baik pada pria maupun wanita, individu
dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih
akan semakin buruk pada mereka yang berstatus tidak kawin dun dibanding
dapat mempengaruhi suasana batin dan kondisi fisik yang makin menurun.
4.1.3 Hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia di
Kabupaten Mojokerto
115
Berdasarkan hasil uji statistik dengan bantuan SPSS versi 22.0
semakin baik status gizi lansia, maka semakin tinggi kualitas hidup lansia.
energi protein dan nutrisi lainnya. Hal tersebut akhirmya berdampak pada
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hal ini disebabkan karena pada usia
alat indra seperti penciuman dan penurunan indra pengecap dalam hal cita
rasa sampai pada penurunan fungsi gastrointestinal dan fungsi usus yang
116
jumlah asupan nutrisi pada lansia (Depkes, 2010). Malnutrisi pada lansia
Lyder, 2001).
dalam kondisi yang serba terbatas, baik secara finansial maupun fisik.
hidup tinggi lebih dipengaruhi oleh faktor lain, seperti seperti tingginya
Sedangkan lansia dengan status gizi lebih namun kualitas hidupnya tinggi
117
dapat disebabkan karena ia mampu memaknai hidup dengan lebih baik
permasalahan hidup.
118
BAB 5
5.1 Simpulan
5.1.3 Ada hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia di
Mojokerto, yaitu semakin baik status gizi lansia, semakin tinggi pula
kualitas hidupnya.
5.2 Saran
119
Keluarga lansia dapat lebih meningkatkan dukungannya dalam
lansia setiap hari, membantu pembiayaan belanja harian lansia yang sudah
lansia dalam kegiatan posyandu lansia, keluarga dimotivasi untuk lebih aktif
120
5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
mencari responden yang lebih homogen atau mungkin lebih banyak dari peneliti
sebelumnya.
121
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan. jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Cakrawati, D., & Mustika, N. (2012). Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta.
Dalgleish, T., Williams, J. M. G. ., Golden, A.-M. J., Perkins, N., Barrett, L. F.,
Barnard, P. J., … Watkins, E. (2007). [ No Title ]. Journal of Experimental
Psychology: General, 136(1), 23–42.
Gizi, S., Di, U., Padang, K., Enny, E., Elnovriza, D., & Hamid, S. (2006). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan, (9), 5–8.
Hickson, M., & Frost, G. (2004). An investigation into the relationships between
quality of life, nutritional status and physical function. Clinical Nutrition,
23(2), 213–221. https://doi.org/10.1016/S0261-5614(03)00127-4
Ilmu, F., Universitas, K., Malang, M., Keperawatan, F., Airlangga, U., &
Mulyorejo, K. C. (2012). Quality of Life Elderly, 120–132.
122
Maryam, R. ., & Dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:
salemba medika.
Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.
yogyakarta: Nuha Medika.
Putri, S. T., Fitriana, L. A., Ningrum, A., & Sulastri, A. (207AD). Studi
Komparatif: Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dan
Panti. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 85(229), 1–6.
https://doi.org/10.17509/jpki.v1i1.1178.g824
Stanley, M., & Guanlett, P. . (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.).
Jakarta: EGC.
Sulistyoningsih, & Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
yogyakarta: Graha Ilmu.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: salemba medika.
123
UI, F. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
WHO. (2004). The World Health Organization: WHO QOL - BREF. Retrieved
from Internet
124
Lampiran 1
125
Lampiran 2
126
Lampiran 3
127
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon responden
Di tempat
NIM : 201501112
yang berjudul “Hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas hidup lansia di
semua tahapan pengambilan data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian ini.
128
Kode responden:
(201501112), dengan judul “Hubungan antara status gizi lansia dengan kualitas
tersebut.
RESPONDEN
129
KISI KISI KUESIONER
KUALITAS HIDUP LANSIA
Kriteria:
Tinggi: 201-
400
Rendah: 0-
200
(WHO,
2004)
130
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI LANSIA DENGAN KUALITAS
HIDUP LANSIA DI DESA BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGING
KABUPATEN MOJOKERTO
DATA UMUM :
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi anda dengan memberi tanda
60-64 tahun
65-70 tahun
>70 tahun
131
4. Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan
5. Status pernikahan:
Belum/Tidak menikah
132
KUESIONER WHOQOL-BREF
kesehatan dan hal- hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap
yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban
yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama
yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan
perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan
133
Tdk Sedik- Dlm Sangat Dlm
sama it jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebihan
3. Seberapa jauh rasa sakit fisik anda
mencegah anda dalam beraktivitas 5 4 3 2 1
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda
membutuhkan terapi medis untuk 5 4 3 2 1
dpt berfungsi dlm kehidupan
sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda menikmati 1 2 3 4 5
hidup anda?
6. Seberapa jauh anda merasa hidup 1 2 3 4 5
anda berarti?
7. Seberapa jauh anda mampu 1 2 3 4 5
berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa aman anda 1 2 3 4 5
rasakan dlm kehidupan anda
sehari-hari?
9. Seberapa sehat lingkungan dimana 1 2 3 4 5
anda tinggal (berkaitan dgn sarana
dan prasarana)
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal
berikut ini dalam 4 minggu terakhir?
Tdk Sepenuhn
sama Sedikit Sedang Seringkali ya
Sekali dialami
10. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
vitalitas yg cukup untuk
beraktivitas sehari2?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan
tubuh anda?
134
12. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
cukup uang utk memenuhi
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh ketersediaan
informasi bagi kehidupan 1 2 3 4 5
anda dari hari ke hari?
14. Seberapa sering anda
memiliki kesempatan untuk 1 2 3 4 5
bersenang- senang
/rekreasi?
Biasa-
Sangat Buruk biasa Baik Sangat
buruk saja baik
15. Seberapa baik kemampuan 1 2 3 4 5
anda dalam bergaul?
135
25. Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
dengan transportasi yg hrs
anda jalani?
(WHO, 2011).
136
TABULASI HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI LANSIA DENGAN
KUALITAS HIDUP LANSIA DI DUSUN BALONGMASIN
KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO
137
35 2 2 2 1 3 3 2
36 2 3 2 1 2 1 2
37 3 4 3 1 2 2 1
38 3 2 3 1 2 1 2
39 3 3 2 1 2 1 2
40 3 2 3 1 2 2 1
41 1 1 4 1 3 2 1
42 3 4 2 1 3 1 2
43 3 4 2 1 3 2 1
44 3 2 2 1 3 1 2
45 3 3 3 1 3 2 1
46 1 3 2 1 2 1 2
Keterangan:
Umur: Pekerjaan: Pendidikan: Jenis kelamin:
1: 60-64 tahun 1: PNS/TNI/Polri 1: Tidak sekolah 1: Laki-laki
2: 65-70 tahun 2: Swasta 2: Dasar(SD/SMP) 2: Perempuan
3: >70 tahun 3: Wiraswasta 3: Menengah (SMA)
4: Petani 4: Tinggi
(Akademi/PT)
138
TABULASI DATA KHUSUS
STATUS GIZI LANSIA DI DUSUN MANUKAN DESA
BALONGMASIN KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO
139
42 1 41 160 1,60 16,1 √ 1
43 1 65 170 1,70 22,4 √ 2
44 1 50 165 1,65 18,3 √ 1
45 1 67 172 1,72 22,7 √ 2
46 1 43 155 1,55 17,9 √ 1
Keterangan:
1. Gizi kurang (<18 kg/m2)
2. Gizi normal (18,5-25 kg/m2)
3. Gizi lebih (>25 kg/m2)
140
141
Crosstabs
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Input
Split File <none>
CROSSTABS
/TABLES=Status_Gizi BY
Kualitas_Hidup
/FORMAT=AVALUE
Syntax
TABLES
/CELLS=COUNT ROW
COLUMN TOTAL
142
Elapsed Time 00:00:00,02
Dimensions Requested 2
[DataSet0]
Cases
Status_Gizi *
46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%
Kualitas_Hidup
Kualitas_Hidup Total
Tinggi Rendah
Count 0 17 17
143
% within Status_Gizi 94,1% 5,9% 100,0%
Count 6 6 12
Count 22 24 46
144
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could
NONPAR CORR
/VARIABLES=status_gizi kualitas_hidup
/MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
145
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data
for that pair.
/VARIABLES=status_gizi
kualitas_hidup
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL
NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
[DataSet0]
Correlations
status_gizi kualitas_hidup
N 29 29
146
N 29 29
NONPAR CORR
/VARIABLES=status_gizi kualitas_hidup
/MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
147
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data
for that pair.
/VARIABLES=status_gizi
kualitas_hidup
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL
NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
status_gizi kualitas_hidup
N 46 46
N 46 46
NONPAR CORR
/VARIABLES=status_gizi kualitas_hidup
148
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
149
Syntax NONPAR CORR
/VARIABLES=status_gizi
kualitas_hidup
/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL
NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
status_gizi kualitas_hidup
N 46 46
N 46 46
150
Lembar pengajuan judul skripsi
151
Lembar bimbingan skripsi
152
153
154
155
156