Penyuluhan Pertanian
A. Perubahan Terencana
Telah menjadi kenyataan yang tak dapat disangkal, bahwa selaras dengan perkembangan
peradaban manusia, dunia telah banyak mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan
tersebut, ada yang bersifat alami tanpa campur tangan manusia, tetapi ada pula perubahan yang
memang disengaja oleh perilaku manusia.
Lippit dkk, (1958) mengemukakan bahwa, adanya perubahan-perubahan yang tidak alami itu
terutama disebabkan oleh dua alasan pokok, yaitu:
Kedua alasan seperti itulah yang seringkali menumbuhkan motivasi pada seseorang untuk
melakukan upaya-upaya tertentu yang meng-akibatkan terjadinya perubahan-perubahan. Sebab, jika
dia tetap tinggal diam, dia menjadi "orang yang terbelakang" atau “ keting-galan jaman”.
Menghadapi keadaan dunia dan jaman seperti itu, setiap individu sebenarnya dapat memilih, yaitu:
1) menunggu perubahan yang berlangsung alami (yang pada hakekatnya selalu bergerak ke
arah terciptanya keseimbang-an dan keselarasan lingkungan), atau
2) secara aktif (melalui upayanya sendiri atau bersama-sama dengan sesama anggota
masyarakat yang lain) melakukan upaya-upaya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-
perubahan di sekelilingnya.
Jika ia memilih alternatif yang pertama, relatif tidak akan mengor-bankan sumberdaya yang
berarti, tetapi dengan resiko akan selalu kalah atau "ketinggalan jaman" karena perubahan yang
alami itu biasanya berlangsung sangat lamban. Sebaliknya, jika ia tidak ingin "ketinggalan", dia
harus melaksanakan alternatif yang kedua agar dapat selalu memenangkan persaingan di antara
sesama-nya yang pada dasarnya juga memiliki motif yang sama agar dapat menikmati kehidupan
yang serba kecukupan dan bertambah baik kesejahteraannya.
Dengan kata lain, untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya,
setiap warga masyarakat (secara individual atau bersama-sama dengan warga masyarakat yang lain)
harus merancang kegiatan-kegiatan yang menuju kepada perubahan-perubahan yang lebih cepat
dibanding perubahan-perubahan yang akan berlangsung secara alami atau perubahan yang dilakukan
oleh pihak lain.
Perubahan terencana, pada hakekatnya merupakan suatu proses yang dinamis, yang direncanakan
oleh seseorang (secara indivi-dual atau yang tergabung dalam suatu lembaga-lembaga sosial).
Artinya, perubahan tersebut memang menuntut dinamika masyarakat untuk mengantisipasi keadaan-
keadaan di masa mendatang (yang diduga akan mengalami perubahan) melalui pengumpulan data
(baik yang aktual maupun yang potensial) dan menganalisanya, untuk kemudian merancang suatu
tujuan-tujuan dan cara mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan di masa mendatang.
Oleh sebab itu, perubahan terencana selalu menuntut adanya: perencanaan, pelaksanaan kegiatan
yang direncanakan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan. Di samping itu, perubahan terencana tidak hanya memerlukan sumberdaya yang berupa
modal, tetapi perubahan-perubahan itu hanya akan terwujud jika dilaksanakan oleh individu-individu
atau sekelompok orang yang memiliki: sikap,pengetahuan, dan ketrampilan tertentu yang dapat
dihandalkan, dan seringkali juga memerlukan kelembagaan tertentu.
Sehubungan dengan hal yang terakhir ini, kendala utama yang seringkali dihadapi adalah: pelaksana
kegiatan seringkali belum memiliki perilaku (sikap, pengetahuan dan ketrampilan seperti yang
diharapkan. Sehingga, di dalam proses perubahan terencana juga dibutuhkan tenaga-tenaga khusus
yang berfungsi sebagai "agen pembaharuan" atau penyuluh yang mampu berperan untuk mendi-dik
atau menyiapkan tenaga-tenaga pelaksana yang memiliki kalifi-kasi yang dibutuhkan.
Dengan demikian, untuk selalu dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat, selalu diperlukan
kegiatan "perubahan terencana" yang memerlukan tenaga-tenaga penyuluh profesional, yang dalam
kegiatannya perlu pula menyusun program-program penyuluhan dan rencana evaluasi program
yang akan dilaksanakannya.
Pengertian perencanaan itu sendiri, di dalam teori-teori menajemen antara lain diartikan sebagai:
suatu proses pemilihan dan meng-hubung-hubungkan fakta serta menggunakannya untuk
menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi di masa mendatang, untuk kemudian
merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk tercapainya tujuan-tujuan yang
diharapkan (Terry, 1960).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu proses pengambilan
keputusan yang berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki.
Selaras dengan pengertian-pengertian di atas, adanya suatu peren-canaan program penyuluhan akan
memberikan "kerangka kerja" yang dapat dijadikan acuan oleh para penyuluh dan semua pihak yang
terlibat (termasuk warga masyarakatnya) untuk mengam-bil keputusan tentang kegiatan-kegiatan
yang seharusnya dilaksana-kan demi tercapainya tujuan pembangunan yang diinginkan. Di lain
pihak, setiap program penyuluhan harus dirancang dalam hubung-annya dengan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai oleh masyarakat setempat dan (kegiatan) apa yang menurut mereka (penyuluh ber-
sama-sama masyarakat) paling efektif demi tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
... suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat dalam upaya untuk merumuskan masalah
(keadaan-keadaan yang belum memuaskan) dan upaya pemecahan yang mungkin dapat
dilakukan demi tercapainya tujuan dan penerima manfaat yang ingin dicapai
Sedang Mueller (Dahama dan Bhatnagar, 1980) mengartikan peren-canaan program sebagai:
... upaya sadar yang dirancang atau dirumuskan guna tercapainya tujuan (kebutuhan,
keinginan, minat) masyarakat, untuk siapa program tersebut ditujukan,
Beberapa definisi lain, yang hampir serupa, juga disampaikan oleh Martinez (1985), yaitu:
1) Perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengem-bangan, dan pelaksanaan program-
program
2) Perencanaan program merupakan suatu proses yang berkelan-jutan, melalui semua warga
masyarakat, penyuluh, dan para ilmuwan memusatkan pengetahuan dan keputus-ankeputusan
dalam upya mencapai pembangunan yang mantab.
Di dalam perencanaan program, sedikitnya terdapat tiga per-timbangan yang menyangkut:
apa, kapan, dan bagaimana kegiat-an-kegiatan yang direncanakan itu dilaksanakan.
3) Perencanaan program, merupakan perencanaan tertulis ten-tang kegiatan-kegiatan yang akan
dikembangkan secara ber-sama-sama oleh masyarakat, penyuluh. pembina, spesialis, dan para
petugas-lapang, pemuda, maupun ibu-ibu rumah-tangga.
4) Perencanaan program merupakan proses berkelanjutan, mela-lui mana warga masyarakat
merumuskan kegiatan-kegiat-an yang berupa serangkaian aktivitas yang diarahkan untuk
tercapainya tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan masyarakat setempat.
5) Perencanaan program merupakan suatu proses berkelanjutan, melalui mana seluruh warga
masyarakat secara bersama-sama mempertimbangkan upaya pembangunan masyarakatnya
dengan menggunakan segala sumberdaya yang mungkin dapat diman-faatkan.
2) Perencanaan program, dirumuskan oleh banyak pihak. Artinya, dirumuskan oleh penyuluh
bersama-sama masyarakat penerima manfaatnya dengan didukung oleh para spesialis, praktisi,
dan penentu kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya-upaya pembangunan masyarakat
setempat.
4) Perencanaan program, meliputi perumusan tentang keadaan, masalah, tujuan, dan cara (kegiatan)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu.
1) Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melak-sanakannya. Di dalam kenyataan, terdapat banyak
alternatif mengenai apa yang dapat dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya. Oleh sebab
itu, dengan adanya acuan yang sudah "terpilih" akan memudahkan semua pihak untuk meng-
ambil keputusan yang sebaik-baiknya.
2) Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masya-rakat (umum). Dengan adanya
acuan tertulis, diharapkan dapat mencegah terjadinya salah pengertian (dibanding dengan
pernyataan tidak tertulis) dan dapat dikaji ulang (dievalusi) setiap-saat, sejak sebelum, selama,
dan sesudah program tersebut dilaksana-kan.
4) Memantabkan tujuan-tujuan yang ingin dan harus dicapai, yang perkembangannya dapat diukur
dan dievaluasi. Untuk menge-tahui seberapa jauh tujuan telah dapat dicapai, diperlukan pedo-
man yang jelas yang dapat diukur dan dapat dievaluasi setiap saat saat, oleh siapapun juga,
sesuai dengan patokan yang telah ditetapkan.
7) Memberikan kelangsungan dalam diri personel, selama proses perubahan berlangsung. Artinya,
setiap personel yang terlibat dalam pelaksanaan dan evaluasi program selalu merasakan
perlunya kontinyuitas program sampai tercapainya tujuan yang diharapkan.
8) Membantu pengembangan kepemimpinan, yaitu dalam mengge-rakkan semua pihak yang terlibat
dan menggunakakan sumber-daya yang tersedia dan dapat digunakan untuk tercapainya tujuan
yang dikehendaki.
9) Menghindarkan pemborosan sumberdaya (tenaga, biaya, dan waktu), dan merangsang efisiensi
pada umumnya.
10) Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masya-rakat dan yang dilakasanakan
sendiri oleh masyarakat setempat.