Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI……
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.
( Stuart, 2007)
Halusinasi merupakan gangguan akan perubahan persepsi sensori
dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi .
Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang mengalami suatu persepsi melalui panca indra
tanpa stimulus atau persepsi palsu
( Maramis, 2005)

2. Tanda dan gejala


Geja dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :
a. Tahap 1 (comforting)
 Tertawa tidak sesuai dengan situasi
 Menggerakkan bibir tanpa bicara
 Bicara lambat
 Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan

b. Tahap 2 (condemning)
 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Ketidakmampuan membedakan realita

c. Tahap 3
 Pasien cenderung mengikuti halusinasi
 Kesulitan berhubungan dgn orla
 Perhatian dan konsentrasi menurut
 Afek labil
 Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk)

d. Tahap 4 (controlling)
 Pasien mengikuti halusinasi
 Pasien tidak mampu mengendalikan diri
 Tidak mampu mengikuti perintah nyata
 Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi social.
Isolasi social adalah opercobaan untuk mengindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Tanda-gejala isolasi social :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain
c. Komunikasi kurang / tidak ada
d. Tidak ada kontak mata
e. Tidak melakukan aktivitas sehari-hari
f. Berdiam diri di kamar
g. Mobilitas kurang
h. Posisi janin saat tidur

4. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko
mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu
perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah yang
dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri
sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak
lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan
marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku
yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.

Tanda dan gejala :


Data obyektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang

Data subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung
C. POHON MASALAH

Resti menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi : halusinasi

Isolasi social

D. Penatalaksanaan
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2. Melaksanakan program terapi dokter
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
4. Memberi aktivitas pada pasien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
E. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :

 Klien mengatakan mendengar bunyi yang


tidak berhubungan dengan stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran
tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa
stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar
yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-
barang
Data Objektif :

 Klien berbicara dan tertawa sendiri


 Klien bersikap seperti mendengar/melihat
sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih


alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan
F. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran


hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip


komunikasi terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke
kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar
suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang
seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber
pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami


halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk
memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah,
diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu
mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi


dan manfaat minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC


Maramis, W.F.2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed.9 Surabaya:
Airlangga University Press.
Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Terjemah). Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai