Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki system
manajemen yang didukung dengan sumberdaya manusia (SDM), dana/biaya, dan
sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga
(kepalasekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan,
dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber, buku pelengkap,
buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan prasarana
(tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga), serta biaya yang
mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan
bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan biaya operasional baik untuk
personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil antara lain untuk kesejahteraan
dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya non personil berupa pengadaan
bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.
Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah
yang mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan, penggajian,
pendidikan dan latihan, serta mutasi.
Dalam usaha pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses
pembelajaran tentu saja diperlukan dana yang  tidak sedikit, bahkan setelah diadakan
maka diperlukan dana untuk perawatan, pemeliharaan, dan pendayagunaannya.
Meskipun ada tenaga, ada sarana dan prasarana, untuk memanfaatkan dan
mendayagunakan secara optimal perlu biaya operasional baik untuk bahan dan ATK
habis pakai, biaya pemeliharaan, maupun pengembangan personil agar menguasai
kompetensi yang dipersyaratkan. Dari uraian di atas jelas bahwa untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah termasuk di SMP perlubiaya, perludana,
paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar pelayanan minimal.
Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
dukungan biaya. Dalam konteks perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi
dan problematik pembiayaan pendidik anamat diperlukan. Berdasarkan pemahaman
ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil
serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan–
2005.
3. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan
pendidikan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar biaya dan mengapa dalam perkembangannya pendidikan
memerlukan biaya?
2. Apa sajakah komponen-komponen dalam biaya pendidikan serta faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi biaya pendidikan?
3. Apakah yang dimaksud dengan konsep efiensi pendidikan?
4. Ada berapa jenis biaya pendidikan serta sumber-sumber biayanya?
5. Apa yang dimaksud dengan penganggaran serta prinsip-prinsip dan tahapan-
tahapan dalam penyusunannya?
6. Apakah fungsi anggaran pendidikan serta bentuk-bentuk anggaran tersebut?
7. Mengapa anggaran butuh pengawasan serta tahapan-tahapan pengawasan?
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui  pembiayaan dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui komponen dan sumber pembiayaan pendidikan
3. Untuk mengetahui tentang penganggaran pendidikan
4. Untuk mengetahui pengawasan anggaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Biaya

Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak
langsung(indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa
pembelian alat-alat pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik
yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya
tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama
belajar.
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain,
yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diproleh setiap
tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan
anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah
dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta
dari waktu kewaktu. Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat
dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah
4. Kesejahteraan pegawai
5. Administrasi
6. Pembinaan teknis edukatif
7. Pendataan.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji
atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan
per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya
pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun
pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa
besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan
murid dalam menempuh pedidikan.

B. Pembiayaan dalam Pengembangan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk miningkatkan


Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam UUD 1945 pasal 31 “Tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” Hal ini membuktikan adanya
langkah pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia. Kenyataannya,
tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang selayaknya, dikarenakan
berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Kondisi
inilah kemudian mendorong dimasukannya klausal tentang pendidikan dalam
amandemen UUD 1945. Konstitusi mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk
mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat
dapat memperoleh pelayanan pendidikan. Ketentuan ini memberikan jaminan bahwa
ada alokasi dana yang secara pasti digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Namun, dalam pelaksanaanya pemerintah belum punya kapasitas finansial
yang memadai, sehingga alokasi dana tersebut dicicil dengan komitmen peningatan
alokasi tiap tahunnya. Peningkatan kualitas pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan manfaat berupa peningkatan kualitas SDM. Disisi lain, prioritas alokasi
pembiayaan pendidikan seyogianya diorientasikan untuk mengatasi permasalahan
dalam hal aksebilitas dan daya tampung. Karena itu, dalam mengukur efektifitas
pembiayaan pendidikan, terdapat sejumlah prasyarat yang perlu dipenuhi agar alokasi
anggaran yang tersedia dapat terarah penggunaannya.
Menurut Adam Smith, Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja
memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan ketrampilan
dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi
terhadap penghasilan seseorang. Berdasarkan pendekatan Human Kapital ada
hubungan Lenier antara Investment Pendidikan dengan Higher Productivity dan
Higher Earning. Manusia sebagai modal dasar yang di Infestasikan akan menghasilkan
manusia terdidik yang produktif dan meningkatnya penghasilan sebagai akibat dari
kualitas kerja yang ditampilkan oleh manusia terdidik tersebut,dengan demikian
manusia yang memperoleh penghasilan lebih besar dia akan membayar pajak dalam
jumlah yang besar dengan demikian dengan sendirinya dapat meningkatkan
pendapatan negara.
Peningkatan keterampilan yang dapat mengahasilkan tenaga kerja yang
Produktivitasnya tinggi dapat dilakukan melalui Pendidikan yang dalam
pembiayaannya menggunakan efesiensi Internal dan Eksternal. Dalam upaya
mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos pada pada
pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan dan
cita-cita pendidikan kita, namun dalam kenyataannya perlu direnungkan, dikaji,
dibahas, baik dari segi pemikira tioritis maupun pengamatan emperik.
Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, maka salah satunya hal paling
penting adalah mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang
diperlukan.
Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan intergratif
antara stakeholder agar mewujutkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling percaya,
baik internal pemerintah maupun antara pemerintah dengan masyarakat dan
masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan. Keterbukaan,
partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata- kata kunci untuk mewujutkan efektifitas
pembiayaan pendidikan.

C. Komponen Biaya Pendidikan.

Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena


komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan
hanya berbentuk uang dan rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan
(opportunity cost). Biaya kesempatan ini sering disebut “income forgon” yaitu potensi
pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau mengikuti study.
Sebagai contoh, seorang lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan
pendidikan SMU, jika ia bekerja tentu memproleh penghasilan dan  jika ia
melanjutkan besarnya pendapatan (upah,gaji) selama tiga tahun belajar di SMU harus
diperhitungkan. Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung atau biaya kesempatan.
Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran
karakteristik keuangan sekolah. Analisis efesiensi keuangan sekolah dalam
pemanfataan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil (output) sekolah dapat
dilakukan dengan cara menganalisa biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya satuan
persiswa adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah
dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan
mengetahui besarnya biaya satuan persiswa menurut jenjang dan jenis pendidikan
berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan.
Didalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu
pendekatan makro dan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada
keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana
kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya
berdasarkan alokasi pengeluaran perkomponen pendidikan yang digunakan oleh
murid.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini
dipengaruhi oleh:
1. Kenaikan harga (rising prices)
2. Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries)
3. Perubahann dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak disekolah negeri
4. Meningkatnya standard pendidikan (educational standards)
5. Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah
6. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education)
E. Sumber dana pembiayaan pendidikan yaitu :

1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Daerah
3. Orang Tua Peserta didik
4. Kelompok Masyarakat
5. Yayasan

F. Konsep Efisiensi Pendidikan


Istilah efisiensi menggambarkan hubungan antara pemasukan dan
pengeluaran. Suatu system yang efisien ditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk
sumber masukan (resources input). Efisiensi pendidikan artinya memiliki kaitan antara
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai
optimalisasi yang tinggi. Untuk mengetahui efisiensi biaya pendidikan biasanya
digunakan metode analisi keefektifan biaya (cost effectiveness method) yang
memperhitungkan besarnya kontribusi setiap masukan pendidikan terhadap efektivitas
pencapaian tujuan pendidikan atau prestasi belajar.
Upaya efisiensi dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:
1. Efisiensi Internal
Suatu sistem pendidikan dinilai memiliki efisiensi internal jika dapat
menghasilkan output yang diharapkan dengan biaya minimum. Dapat pula
dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu dapat memaksimalkan output yang
diharapkan. Efisiensi internal sangat bergantung pada dua factor utama, yaitu factor
institusional dan factor manajerial.
Dalam rangka pelaksanaan efisiensi internal, perlu dilakukan penekanan
biaya pendidikan melalui berbagai jenis kebijakan, antara lain:
 Menurunkan biaya operasional
 Memberikan biaya prioritas anggaran terhadap komponen-pomponen input yang
langsung berkaitan dengan proses belajar mengajar.
 Meningkatkan kapasitas pemakaian ruang kelas, dan fasilitas belajar lainnya
 Meningkatkan kualitas PBM
 Meningkatkan motivasi kerja guru
 Memperbaiki rasio guru-murid.
2. Efisiensi Eksternal
Istilah efisiensi eksternal sering dihubungkan dengan metode cost benefit analysis,
yaitu rasio antara keuntungan financial sebagai hasil pendidikan (biasanya diukur
dengan penghasilan) dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan.
Analisis efisiensi eksternal berguna untuk menentukan kebijakan dalam
pengalokasian biaya pendidikan atau distribusi anggaran kepada seluruh sub-sub
sector pendidikan. Fattah (2006:43) merumuskan arahan-arahan dalam
meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan sebagai berikut :
a) Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of acces)
b) Pemerataan untuk bertahan disekolah (equality of survival)
c) Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality
of output)
d) Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan
masyarakat (equality of outcome).
G. Jenis Biaya Pendidikan
Pendanaan pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP No 48 tahun 2008 tentang
Penganggaran Pendidikan dinyatakan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Biaya pendidikan dibagi menjadi :
1. Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan yang meliputi biaya investasi, biaya operasional, bantuan biaya
pendidikan dan beasiswa.
2. Biaya Penyelenggaraan dan/ atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya
penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemprov,
pemko/ pemkab, atau penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat/
Yayasan.
3. Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya operasional yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
H. Penganggaran
Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget).
Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kualitatif dalam
bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu dalam anggaran
tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.
Anggaran pada dasarnya terdiri dari pemasukan dan pengeluaran. Sisi penerimaan
atau perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari
setiap sumber dana. Biasanya dalam pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-
sumber biaya dibedakan dalam tiap golongan pemerintah, orangtua, masyarakat dan
sumber-sumber lainnya. Sisi pengeluaran terdiri dari alokasi besarnya biaya
pendidikan untuk setiap komponen yang harus dibiayai.
I. Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
Apabila anggaran menghendaki fungsi sebagai alat dalam perencanaan maupun
pengendalian, maka anggaran harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam system
manajemen dan organisasi
2. Adanya system akutansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran
3. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
4. Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang paling
bawah.
J. Tahapan Penyusunan Anggaran
Dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang
6. Melakukan revisi usulan anggaran
7. Persetujuan revisi usulan anggaran
8. Pengesahan anggaran
Perlu diketahui bahwa dalam organisasi skala kecil, anggaran biasanya disusun oleh
staf pimpinan atau atasan dari suatu bagian. Sedangkan dalam organisasi skala besar,
penyusunan anggaran diserahkan kepada bagian, seksi atau komisi anggaran yang
secara khusus merancang anggaran.

K. Fungsi Anggaran Pendidikan


Fungsi dari anggaran itu meliput ibeberapa hal sebagai berikut:
1. Merupakan kerangka operasional dalam biaya dan waktu kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Alat untuk mendelegasikan wewenang dalam pelaksanaan suatu rencana.
3. Anggaran dapat pula sebagai instrumen kegiatan kontrol dan evaluasi penampilan.
4. Bila besarnya pengeluaran dibandingkan dengan jatah anggaran dan tingkat
penggunaan dapat menjadi ukuran efektivitas atau efisiensi kegiatan yang
dilaksanakan Pendanaan Pendidikan menurut PP NO. 48 Tahun 2008
L. Bentuk-bentuk Desain Anggaran
1. Anggaran Butir Per Butir (line item budget).
Anggaran- butir-butir perbutir merupakan bentuk anggaran paling simpel dan
banyak digunakan. Dalam bentuk ini, setiap pengeluaran dikelompokan
berdasarkan kategori-kategori, misalnya gaji, upah, honor menjadi satu kategori
satu nomor atau satu butir.
2. Anggaran Program (program budget system)
Bentuk ini dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Pada anggaran
biaya butir-perbutir dihitung berdasarkan jenis butir item yang akan dibeli,
sedangkan pada anggaran program biaya dihitung berdasarkan jenis program.
Misalnya, jika dalam anggaran butir-per butir disebut gaji guru (item 01),
sedangkan dalam anggaran laporan disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA
hanyalah satu komponen.
3. Anggaran Berdasarkan Hasil (performance budget)
Sesuai dengan namanya, bentuk anggaran ini menekankan hasil (performance) dan
bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Anggaran bentuk ini lebih
mengutamakan perhatiannya kepada penampilan, performance, hasil atau output.
Setiap pengeluaran dari anggaran ini selalu harus dibandingkan dengan hasil yang
akan dicapai.  Bentuk anggaran ini sering disebut anggaran berdasarkan cost-
benefit, yaitu perbandingan antara apa yang akan dikeluarkan  (cost) dan manfaat
apa yang dicapai (benefit).
4. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran PPBS (planing
programming budgeting system) atau SP4
PPBS merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan
informasi dan menganalisisnya secara sistematis.Pada dasarnya anggaran bentuk
ini menekankan kepada setiap kegiatan yang telah direncanakan secra cermat.
Kegiatan itu diperhitungkan dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan kata lain,
pengkajian kegiatan beserta penganggarannya berorientasi pada prinsip cost benefit
atau asas manfaat. Namun demikian segi prosedurpun menjadi perhatian yang
cukup ketat.

M. Pengawasan Anggaran
Konsep dasar pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan,
menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain melalui
pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai di mana tingkat efektifitas
dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia. Apabila terdapat
ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasinya, maka perlu diambil tindakan
perbaikan dan bila perlu diproses melalui jalur hukum.
Secara  sederhana proses pengawasan terdiri dari   tiga kegiatan pokok, yaitu   :
1. Memantau (monitoring)
2. Menilai
3. Melaporkan hasil-hasil temuan
N. Tahapan-tahapan Pengawasan
1. Penetapan standar atau patokan yang digunakan berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya dan waktu.
2. Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar
yang telah ditetapkan
3. Mengidentifikasi penyimpangan (deviasi)
4. Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan
membutuhkan biaya. Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal
karena pendidikan adalah investasi. Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja
memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan keterampilan
dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi
terhadap penghasilan seseorang.
B. Saran
Pendidikan adalah tanggungjawab negara dan masyarakat, tanggungjawab kita
bersama, termasuk dalam hal pembiayaan. Peran masyarakat untuk menyokong biaya
pendidikan sangat penting diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk
membiayai pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Tim Pengelola BOS. 2009. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah. Depdiknas: Dirjen
Dikdasmen.

Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33.

Fattah, N. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Horngren, P. 1993. Pengantar Akutansi Manajemen Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Idochi Anwar, Moch. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan:
Teori, Konsep dan Isu. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta. Tamita Utama.

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/03/11/makalah-pembiayaan-pendidikan-
terpadu/retrieved at 21.41 on Tuesday, April 17, 2012.

Anda mungkin juga menyukai