PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki system
manajemen yang didukung dengan sumberdaya manusia (SDM), dana/biaya, dan
sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga
(kepalasekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan,
dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber, buku pelengkap,
buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan prasarana
(tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga), serta biaya yang
mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan
bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan biaya operasional baik untuk
personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil antara lain untuk kesejahteraan
dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya non personil berupa pengadaan
bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.
Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah
yang mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan, penggajian,
pendidikan dan latihan, serta mutasi.
Dalam usaha pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses
pembelajaran tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit, bahkan setelah diadakan
maka diperlukan dana untuk perawatan, pemeliharaan, dan pendayagunaannya.
Meskipun ada tenaga, ada sarana dan prasarana, untuk memanfaatkan dan
mendayagunakan secara optimal perlu biaya operasional baik untuk bahan dan ATK
habis pakai, biaya pemeliharaan, maupun pengembangan personil agar menguasai
kompetensi yang dipersyaratkan. Dari uraian di atas jelas bahwa untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah termasuk di SMP perlubiaya, perludana,
paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar pelayanan minimal.
Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
dukungan biaya. Dalam konteks perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi
dan problematik pembiayaan pendidik anamat diperlukan. Berdasarkan pemahaman
ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil
serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan–
2005.
3. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan
pendidikan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar biaya dan mengapa dalam perkembangannya pendidikan
memerlukan biaya?
2. Apa sajakah komponen-komponen dalam biaya pendidikan serta faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi biaya pendidikan?
3. Apakah yang dimaksud dengan konsep efiensi pendidikan?
4. Ada berapa jenis biaya pendidikan serta sumber-sumber biayanya?
5. Apa yang dimaksud dengan penganggaran serta prinsip-prinsip dan tahapan-
tahapan dalam penyusunannya?
6. Apakah fungsi anggaran pendidikan serta bentuk-bentuk anggaran tersebut?
7. Mengapa anggaran butuh pengawasan serta tahapan-tahapan pengawasan?
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembiayaan dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui komponen dan sumber pembiayaan pendidikan
3. Untuk mengetahui tentang penganggaran pendidikan
4. Untuk mengetahui pengawasan anggaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Biaya
Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak
langsung(indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa
pembelian alat-alat pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik
yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya
tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama
belajar.
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain,
yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diproleh setiap
tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan
anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah
dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta
dari waktu kewaktu. Berdasarkan pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat
dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah
4. Kesejahteraan pegawai
5. Administrasi
6. Pembinaan teknis edukatif
7. Pendataan.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji
atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan
per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya
pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun
pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa
besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan
murid dalam menempuh pedidikan.
1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Daerah
3. Orang Tua Peserta didik
4. Kelompok Masyarakat
5. Yayasan
M. Pengawasan Anggaran
Konsep dasar pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan,
menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain melalui
pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai di mana tingkat efektifitas
dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia. Apabila terdapat
ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasinya, maka perlu diambil tindakan
perbaikan dan bila perlu diproses melalui jalur hukum.
Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu :
1. Memantau (monitoring)
2. Menilai
3. Melaporkan hasil-hasil temuan
N. Tahapan-tahapan Pengawasan
1. Penetapan standar atau patokan yang digunakan berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya dan waktu.
2. Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar
yang telah ditetapkan
3. Mengidentifikasi penyimpangan (deviasi)
4. Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan
membutuhkan biaya. Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal
karena pendidikan adalah investasi. Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja
memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan keterampilan
dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi
terhadap penghasilan seseorang.
B. Saran
Pendidikan adalah tanggungjawab negara dan masyarakat, tanggungjawab kita
bersama, termasuk dalam hal pembiayaan. Peran masyarakat untuk menyokong biaya
pendidikan sangat penting diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk
membiayai pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tim Pengelola BOS. 2009. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah. Depdiknas: Dirjen
Dikdasmen.
Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33.
Idochi Anwar, Moch. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan:
Teori, Konsep dan Isu. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta. Tamita Utama.
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/03/11/makalah-pembiayaan-pendidikan-
terpadu/retrieved at 21.41 on Tuesday, April 17, 2012.