I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting
dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Sejak tahun 1984,
Indonesia termasuk sebagai Negara produsen dan pengekspor kopi dunia ketiga setelah
Brazil dan Columbia. Prospek pengembangan kopi memiliki potensi yang cukup besar
dari segi peningkatan sumber devisa, dan juga untuk peningkatan pendapatan petani yang
pada akhirnya berdampak pada perekonomian nasional. Sebagai penyedia lapangan kerja,
perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan kerja lebih dari 2 juta kepala keluarga
petani dan memberikan pendapatan yang layak. (Herman, 2003).
Pada tahun 2004 perolehan devisa dari komoditas kopi menghasilkan nilai ekspor
sebesar US$ 251 juta atau 10,1 persen dari nilai ekspor seluruh komoditas pertanian, atau
0,5 persen dari ekspor non-migas atau 0,4 persen dari nilai total ekspor (AEKI, 2005).
Penurunan nilai ekspor selain karena harga di pasar internasional yang menurun juga
karena kualitas kopi dari Indonesia diduga menurun. Sebagian besar kopi Indonesia
diusahakan oleh petani dengan luas garapan rata-rata berkisar antara 0,5-1 ha. Pada tahun
2004 luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta ha dengan produksi sebesar 675 ribu
ton (Ditjenbun, 2004). Sekitar 61 persen dari jumlah produksi tersebut diekspor
sedangkan sisanya dikonsumsi di dalam negeri dan disimpan sebagai carry over stocks
oleh pedagang dan eksportir, sebagai cadangan bila terjadi gagal panen. Konsekuensi dari
besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan Indonesia pada situasi dan
kondisi pasar kopi dunia. Sementara itu, konsumsi kopi dalam negeri masih tergolong
rendah dengan konsumsi per kapita sekitar 0,5-0,6 kg per tahun (Yahmadi, 2005).
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik
penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca
panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) sistem pemasarannya. Keempat-empatnya
merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan
benar.
Di Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi, diantaranya adalah
kopi arabika dan kopi robusta. Penyebaran kopi arabika (Coffea arabika var Typica) ke
Indonesia dibawa oleh seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun
1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur
Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman
ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang
2
kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai
bagian di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010).
Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat.
Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal
abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka
pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an. Hampir dua abad
kopi arabika menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia.
Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun
(Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa
bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke atas), di mana serangan penyakit ini tidak
begitu hebat.
PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang saat ini memiliki wilayah kerja di
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kebun 15 unit kebun dan jumlah Pabrik Gula (PG)
8 unit, saat ini mengelola empat komoditi utama antara lain karet, gula, teh, dan kopi.
Salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX
(Persero) adalah kopi. Terbukti bahwa perusahaan telah mengembangkan beberapa
produk hilir dari tanaman kopi sebagai produk konsumsi seperti Kopi Luwak dan
Banaran Kopi Premium.
Tanaman Kopi
Ada empat jenis kopi yang dikenal,yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika
dan ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan
secara komersial yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
Arabika
Awalnya jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu liberika
dan terakhir robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam didaerah yang berketinggian
1.000 – 2.100 di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi,cita rasa
yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Selain itu perakaran tanaman kopi
arabika lebih dalam dibandingkan dengan perakaran kopi robusta. Karena itu perkebunan
kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu . Berikut beberapa tempat
penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia.
Berbagai klon unggulan dari Puslikoka Indonesia diantaranya AB3, S795, USDA
762, Kartika 1, kartika 2, Andungsari 1 dan BP 416. Sebagai gambaran awal , hasil
produksi arabika klon kartika sekitar 800 – 2.500 kg/ha/tahun. Berikut karakteristik biji
kopi arabika secara umum :
Dalam perkembangannya selama lebih dari 50 tahun, kopi jenis arabika memiliki
potensi produksi yang sangat tinggi dan relative tahan hama dan penyakit. Beberapa
negara yang telah melakukan perbanyakan tanaman jenis arabika antara lain Kolombia,
Brazil,India dan beberapa negara di Amerika Tengah (Ditjenbun, 2012).
Robusta
Tanaman kopi jenis robusta memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan
dengan kopi jenis arabika . Areal perkebunan kopi jenis robusta di Indonesia relatif luas.
Pasalnya kopi jenis robusta, dapat tumbuh diketinggian yang lebih rendah dibandingkan
dengan lokasi perkebunan kopi jenis arabika.
Kopi jenis robusta yang asli sudah hampir musnah. Saat ini, beberapa jenis
robusta sudah tercampur menjadi klon atau hibrida, seperti klon BP 39, BP 42, SA13, SA
6
34 dan SA 56. Sementara itu klon atau hibrida yang dihasilkan oleh Puslitkoka Indonesia
diantaranya BP 42x, BP 234, BP 288, BP 308, BP 358, BP 409, BP 436, BP 534, BP 936,
SA 203, SA 234, dan SA 237. Produksi kopi jenis Robusta secara umum dapat mencapai
800 – 2.000kg/ha/tahun. Berikut karakteristik fisik biji kopi robusta :
1. Rendemen kopi robusta relative lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen kopi
arabika (20 – 22%)
2. Biji kopi agak bulat.
3. Lengkungan biji lebih tebal dibandingkan dengan jenis arabika.
4. Garis tengah (parit) dari atas ke bawah hampir rata.
5. Untuk biji yang sudah diolah, tidak terdapat kulit ari dilekukan atau bagian parit.
Kini tanaman kopi robusta telah berkembang pesat dan mendominasi areal
tanaman kopi di Indonesia (Ditjenbun, 2012).
Liberika
Karakteristik biji kopi liberika hampir sama dengan jenis arabika. Kelebihannya
jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama Hemelia vastatrixi dibandingkan
dengan kopi jenis arabika. Kopi Liberika. Beberapa varietas kopi Liberika yang pernah
didatangkan ke Indonesia antara lain adalah Ardoniana dan durvei.
Excelsa
Saat ini sedang dalam kajian peneliti Puslitkoka untuk diajukan pelepasan
varietasnya. Kopi jenis ini tidak termasuk kedalam kelompok arabika dan robusta akan
tetapi masuk kelompok liberoid. Asal mula kopi excelsa ditemukan secara historis di
daerah afrika Barat tahun 1905 kemudian menyebar ke daerah melayu.
Kopi excelsa mempunyai cita rasa dan aroma yang dikategorikan kuat dan
dominan pahit. Beberapa peneliti luar negeri juga mulai tertarik kopi excelsa indonesia.
Beberapa keunggulan kopi excelsa antara lain : mempunyai fisik yang lebih besar dari
kopi arabika maupun robusta dan cenderung berbuah sepanjang tahun, mudah
dibudidayakan, dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Keunggulan lainya adalah
dapat ditanam di lahan gambut yang memiliki kesuburan rendah yang tidak dapat
ditanami baik kopi arabika maupun robusta. Dalam 3,5 tahun, tanaman kopi excelsa telah
mampu menghasilkan produksi sekitar 1,2 ton per ha. (Ditjenbun, 2012)
Bagian-bagian tanaman kopi antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan
biji. Secara sepintas masing-masing bagian tanaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
Akar. Tanaman kopi berakar tunggangm lurus kebawah, pendek dan kuat,
Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45-50 cm, yang pada dasarnya terdapat 6-8 akar
samping yang menurun kebawah sepanjang 2-3 m, selain itu banyak pula akar samping
yang panjang 1-2 m horizontal, sedalam 30 cm, dan bercabang merata, masuk ke dalam
tanah lebih dalam lagi. Didalam tanah yang sejuk dan lembab, di bawah permukaan
tanah, akar cabang bisa berkembang lebih baik, sedang di dalam tanah yang kering da
panas, akar berkembang ke bawah. (AAK, 1988)
daun yang sejajar dan seteah itu tumbuh cabang yang berbeda-beda. Pada batang itu
tumbuh dua macam cabang yaitu :
1. Cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertical. Cabang ini dapat menggantikan
kedudukan batang, bila batang itu dalam keadaan patah atau dipotong. Cabang
tersebut adalah cabang orthotrop atau cabang air.
2. Cabang yang tumbuhnya ke samping atau horizontal. Cabang ini tumbuh pada batang
orthothop yang tempat pertumbuhanya berbeda dengan cabang vertical. Cabang ini
merupakan tempat tumbuh bunga atau buah, disebut cabang plagiotrop. (AAK, 1988)
Daun. Daun tanaman kopi tunggal, berhadapan, lonjong, tepi rata, ujung
meruncing, pangkal tumpul, panjang 8-15 cm, lebar 4-7 cm, bertangkai pendek, berwarna
hijau, pertulangan menyirip berwarna hijau. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang
dn ranting-ranting tumbuh berdampingan.
Pada batang atau cabang yang tumbuh tegak lurus, susunan pasangan daunnya
berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya. Sedang daun yang tumbuh pada ranting-
ranting dan cabang yang mendatar, pasangan daun terletak pada bidang yang sama, tidak
berselang-seling. Adapun perbedaan besar kecil dan tebal tipisnya daun kopi dipengaruhi
oleh jenisnya. Perbedaan daun kopi berbeda-beda, ada yang datar tetapi ada juga yang
berbentuk seperti talang .
Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda berwarna
hijau muda. Ukuran besar daun berbeda-beda antar 10-20 cm, lebar 1-7 cm. Umur daun
rata-rata satu tahun, setelah itu berguguran satu demi satu.
10
Bunga. Bunga kopi tumbuh pada cabang primer atau cabang sekunder, tersusun
berkelompok-kelompok. Tiap-tiap kelompok tediri atas 4-6 kuntum bunga yang
bertangkai pendek. Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok bunga, maka
pada tiap ketiak dapat keluar sampai ribuan kuntum bunga, tetapi pada umumnya yang
dapat menjadi buah kurang lebih hanya 40 % saja. Bunga yang sudah mekar berwarna
putih, sebelum mekar masih berbentuk kuncup yang panjangnya 4-5 mm, bunga hanya
bertahan sampai 2 hari setelah terjadi pembelahan secara meosis, dan setelah itu bunga
akan rontok dan dalam beberapa hari bunga akan rontok semua terkecuali bagian ovaria.
Bila keadaan kurang menguntukngkan, akibat suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah dan
hujan, maka bunga menjadi tidak sempurna. Keadaan semacam ini disebut “bunga
bintang” dimana bunga tetap kecil dan kaku sedangkan warna bunga biasanya hijau.
Buah dan Biji. Buah berbentuk batu, bulat telut, diameter 0,5-1 cm, masih muda
berwarna hijau setelah tua berwarna merah. Biji berbentuk setengah bola, salah satu
permukaan beralur, panjang 0,5-1 cm, putih kehijauan. Kandungan kimia yang terdapat
pada tanaman kopi yaitu di daun buah dan akar mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol, dan buahnya mengandung alkaloida. (AAK, 1988)
11
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang hidup didaerah tropis dan subtropis dan
dapat hidup dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Hal ini sangat tergantung pada
jenis kopi, misal jenis robusta memerlukan temperatur sesuai sekitar 21-24° C dan dapat
hidup sampai ketinggian 1500 m.
Tanaman kopi umumnya tumbuh optimum pada daerah yang curah hujannya
2000-3000 mm/tahun. Hujan sangat berpengaruh terhadap proses pembungaan pada
tanaman kopi. Bila tidak turun hujan, calon bunga tidak tumbuh dan mekar menjadi
dewasa, sehingga tanaman kopi akan gagal dalam menghasilkan buah. (Sudarmo, 1989)
Tanaman kopi menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya akan bahan
organik. Oleh karena itu tanaman harus sering dipupuk agar sistem perakarannya tetap
tumbuh dengan baik dan dapat mengambil unsur hara sebaik-baiknya (Dinarti, 2001).
Menurut literatur umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan
atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan
kata lain tekstur tanah harus baik, selain itu drainase juga harus baik. Tanaman kopi
menghendaki reaksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5, tetapi hasil yang baik sering
kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam. (AnonymousA, 2013)
Teknis budidaya tanaman yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu mulai dilakukan penanaman
sampai panen.
1. Pembibitan
Lahan yang digunakan untuk pembibitan sebaiknya dipilih yang terbaik diantara
lahan yang ada. Sedapat mungkin tanahnya subur, banyak mengandung bahan organik,
12
lahan tidak miring, berdekatan dengan sumber air, mudah dijangkau, dan dekat dengan
pemukiman.
Lahan yang akan digunakan untuk pembibitan kopi juga harus bebas dari jamur
dan nematoda penyebab penyakit. Hal ini bisa diketahui bila sebelumnya lahan tersebut
sudah ditanami tanaman kopi. Untuk mengantisipasi serangan jamur dan nematoda, maka
± sebelum penyemaian lahan tersebut disemprot dengan fungisida dan nematisida.
Benih yang digunakan sebagai bahan tanaman adalah benih yang berkualitas dari
pohon yang telah diketahui mutunya yang berasal dari pohaon sendiri atau perkebunan
terdekat. Selain itu benih juga bisa didapatkan dari balai penelitian kopi terdekat.
Penyemaian benih dimulai dengan mencangkul tanah dengan kedalaman kurang
lebih 30 cm, kemudian dibuatkan bedengan-bedengan dengan ukuran 1,2 m x 10 m.
Diantara bedengan ini dibuatkan parit sedalam 15 cm agar tanah bedengan tidak longsor.
Diatas tanah bedengan ditaburi campuran pasir dan bahan organik dengan tebal 5
cm, lalu disiram dengan air sampai jenuh. Kemudian benih ditanam dengan jarak tanam 4
x 5 cm. Pada umur 2-3 bulan bibit sudah siap untuk dipindahkan ke polibag.
Perbanyakan bibit kopi juga dapat dilakukan secara vergetatif yaitu dengan setek.
Bahan setek dapat diperoleh dari penangkar bibit, kebun entres, kebun produksi, dan balai
penelitian. Bahan setek ini berupa cabang air yang sehat dan tumbuh subur. Bibit kopi
hasil setek siap dipindahkan ke bedengan pada umur ± 3 bulan.
Bibit yang sudah dipindah ke media tanam baru dalam polibag, kemudian
dilakukan perawatan yang meliputi penyiraman, pemupukan, dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman (OPT). Media tanam yang digunakan adalah campuran
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1
Penyiraman bibit tanaman kopi dilakukan secukupnya tergantung dari
kelembapan tanah.
Pemupukan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan membenamkan
pupuk disekitar tanaman dan dengan melarutkan pupuk dengan air. Pupuk yang
dilarutkan dalam air diaplikasikan dengan cara menymprotkannya pada tanaman.
Pengendalian OPT pada tahap pembibitan ini adalah dengan menyemprotkan
pestisida jika terjadi serangan OPT, selain itu upaya pengendalian OPT biasanya juga
sudah dimulai sejak awal, seperti: sanitasi lingkungan pembibitan dan pemilihan bibit
tahan OPT.
2. Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman bibit kopi dibuat lubang tanam dengan kedalaman
± 60 cm dan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m. Kemudian dimasukkan pupuk kandang 10 kg,
13
belerang 200 g dan kapur 200 g dalam lubang tanam tersebut. Penanaman dilakukan pada
saat memasuki musim hujan untuk meminimalisir penyiraman tanaman. Sehingga biaya
perawatan dapat ditekan.
3. Penyulaman
Tanaman yang tumbuh abnormal, atau mati harus segera disulam dengan bibit
yang baru. Untuk itu dalam kondisi masih muda monitoring tanaman kopi harus intensif
dilakukan, sehingga apabila ditemukan tanaman yang abnormal ataupun mati bisa
langsung disulam.
Waktu penyulaman yang baik adalah pada saat awal musim hujan sewaktu hujan
belum banyak dan diakhir musim hujan ketika intensitas hujan mulai berkurang.
Pemeliharaan tanaman sulaman harus lebih intensif dibandingkan dengan
tanaman lainnya.hal tersebut dimaksudkan agar tanaman sulaman dapat menyamai
pertumbuhan tanaman lainnnya.
4. Penyiraman
Untuk kebun tanaman kopi, penyiraman dilakukan pada saat awal tanaman
dibudidayakan. Penyiraman tanaman kopi dilakukan ketika tanah disekitar tanaman sudah
kering, penyiraman dilaksanakan dengan menyemprotkan air hingga dimungkinkan
kondisi tanah jenuh.
5. Pemupukan
Jenis pupuk yang diberikan untuk tanaman kopi adalah pupuk buatan seperti
Urea, TSP, KCL, serta pupuk organik seperti urea dan kompos.
Pupuk anorganik diberikan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan
dan akhir musim hujan. Dosis pupuk yang dianjurkan untuk setiap tanaman adalah urea
sebanyak 50 g, TSP 40 g, dan KCL 40 g untuk tanaman umur 1-3 tahun. Untuk tanaman
yang berumur lebih dari 4 tahun setiap tanaman diaplikasikan pupuk Urea sebanyak 100
g, TSP 80 g, dan KCL 40 g.
Pupuk organik biasanya diberikan pada lubang tanam sebelum tanaman ditanam.
Pupuk organik ini bherupa kotoran ternak sebanyak 10 kg/ lubang.
( Najiyati dan Danarti, 2001)
6. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat)
untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan),
mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian
14
tanaman yang rusak. Pemangkasan dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah
pemupukan.
7. Panen
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah
telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan
bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah. Pemanenan dilakukan dengan mengambil
buah yang telah masak kemudian mengumpulkannya. (AnonymousB, 2013)
Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai
bagi perkembangan BBK.
Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia
stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan
dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen.
Karat Daun
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br.
merupakan penyakit utama pada tanaman kopi. Tanaman sakit ditandai oleh adanya
bercak‐bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah
menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye) dan
tepung ini adalah uredospora jamur H. vastatrix. Bercak yang sudah tua berwarna coklat
tua sampai hitam, dan kering. Daun‐daun yang terserang parah kemudian gugur dan
tanaman menjadi gundul. Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan pati
dalam akar‐akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati.
Cara pengendalian penyakit sementara ini dilakukan dengan dua cara, yaitu
menanam jenis‐jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795, dan
pengendalian dengan Fungisida Dithane M‐45 dengan dosis 2 gr/liter air.
16
Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.
salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun paralel pada stadium kortisium.
Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung
basidiospora.
Gejala dari serangan penyakit ini adalah cabang atau ranting yang terserang layu
mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung
pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang laba‐laba, berupa lapisan hifa
tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa
berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel atau pada celah‐celah. Stadium kortisium
berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya
dibentuk pada sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator
17
A B
Gambar 10. Pratylenchus coffeae (A) dan Radopholus similis (B)
19
Magang Kerja akan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Oktober 2013 di
PT. Perkebunan Nusantara IX, Jl. Mugas Dalam (Atas), Semarang. Penempatan magang
di Kebun Ngobo, Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Metode Pelaksanaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan diolah menjadi data pengamatan selama magang
kerja diperoleh dari:
1. Pengumpulan data primer. Dapat primer didapatkan setelah mengamati dan
mengikuti praktik kerja secara langsung yang sesuai dengan aktivitas yang sedang
berlangsung di PT. Perkebunan Nusantara IX Semarang. Serta melakukan diskusi dan
wawancara secara aktif dengan staf PT. Perkebunan Nusantara IX Semarang,
mengenai teknik pengendalian penyakit pada tanaman kopi.
2. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder didapatkan dari literatur-literatur yang
memuat tentang tata cara teknik pengendalian penyakit pada tanaman kopi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2005. Statistik Kopi 1980-2005. Asosiasi Eksportir
Kopi Indonesia. Jakarta.
21
Najiyati, Sri dan Danarti. 2001. Kopi : Budidaya dan Penaungan Lepas Panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yahmadi, M. 2005. Pemasaran Kopi Indonesia di Pasaran Global. Buletin N0. 6. AEKI
Jawa Timur.