Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting
dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Sejak tahun 1984,
Indonesia termasuk sebagai Negara produsen dan pengekspor kopi dunia ketiga setelah
Brazil dan Columbia. Prospek pengembangan kopi memiliki potensi yang cukup besar
dari segi peningkatan sumber devisa, dan juga untuk peningkatan pendapatan petani yang
pada akhirnya berdampak pada perekonomian nasional. Sebagai penyedia lapangan kerja,
perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan kerja lebih dari 2 juta kepala keluarga
petani dan memberikan pendapatan yang layak. (Herman, 2003).
Pada tahun 2004 perolehan devisa dari komoditas kopi menghasilkan nilai ekspor
sebesar US$ 251 juta atau 10,1 persen dari nilai ekspor seluruh komoditas pertanian, atau
0,5 persen dari ekspor non-migas atau 0,4 persen dari nilai total ekspor (AEKI, 2005).
Penurunan nilai ekspor selain karena harga di pasar internasional yang menurun juga
karena kualitas kopi dari Indonesia diduga menurun. Sebagian besar kopi Indonesia
diusahakan oleh petani dengan luas garapan rata-rata berkisar antara 0,5-1 ha. Pada tahun
2004 luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta ha dengan produksi sebesar 675 ribu
ton (Ditjenbun, 2004). Sekitar 61 persen dari jumlah produksi tersebut diekspor
sedangkan sisanya dikonsumsi di dalam negeri dan disimpan sebagai carry over stocks
oleh pedagang dan eksportir, sebagai cadangan bila terjadi gagal panen. Konsekuensi dari
besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan Indonesia pada situasi dan
kondisi pasar kopi dunia. Sementara itu, konsumsi kopi dalam negeri masih tergolong
rendah dengan konsumsi per kapita sekitar 0,5-0,6 kg per tahun (Yahmadi, 2005).
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik
penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca
panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) sistem pemasarannya. Keempat-empatnya
merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan
benar.
Di Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi, diantaranya adalah
kopi arabika dan kopi robusta. Penyebaran kopi arabika (Coffea arabika var Typica) ke
Indonesia dibawa oleh seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun
1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur
Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman
ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang
2

kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai
bagian di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010).
Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat.
Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal
abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka
pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an. Hampir dua abad
kopi arabika menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia.
Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun
(Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa
bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke atas), di mana serangan penyakit ini tidak
begitu hebat.

Sedangkan kopi robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun


1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat
tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena
itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90%
dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang saat ini memiliki wilayah kerja di
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah kebun 15 unit kebun dan jumlah Pabrik Gula (PG)
8 unit, saat ini mengelola empat komoditi utama antara lain karet, gula, teh, dan kopi.
Salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX
(Persero) adalah kopi. Terbukti bahwa perusahaan telah mengembangkan beberapa
produk hilir dari tanaman kopi sebagai produk konsumsi seperti Kopi Luwak dan
Banaran Kopi Premium.

Dengan melihat beberapa potensi dan permasalahan dalam proses produksi


tanaman kopi khususnya dalam pengelolaan budidaya serta pengendalian hama dan
penyakit tanaman, maka timbul ketertarikan untuk lebih mengetahui secara langsung
sistem pengelolaan budidaya dan manajemen pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman kopi di PT. Perkebunan Nusantara IX. Sehingga melalui magang kerja ini
diharapkan akan tercipta output mahasiswa yang mampu secara langsung menerapkan,
membandingkan dan menelaah ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan
dengan dunia kerja secara nyata.

Tujuan Magang Kerja


3

1. Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Tingkat Sarjana (S-1) di


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang.
2. Melatih mahasiswa dalam melakukan pekerjaan secara mandiri di lapang dan
merupakan sarana beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan yang sebenarnya.
3. Mempelajari tentang proses budidaya serta berbagai permasalahan mengenai hama
dan penyakit tanaman yang sering menyerang perkebunan kopi beserta
pengendaliannya di PT. Perkebunan Nusantara IX.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kopi

Tanaman kopi merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 2 sampai 3 m,


adapun klasifikasi dari tanaman kopi yaitu : Kerajaan : Plantae, divisi : Spermatophyta,
sub divisi : Angiospermae, kelas : dicotyledoneae, bangsa : rubiales, suku : Rubiaceae,
marga : Coffea, jenis : Coffea sp. (Danarti, 2001)

Gambar 1. Tanaman Kopi

Ada empat jenis kopi yang dikenal,yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika
dan ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan
secara komersial yaitu kopi arabika dan kopi robusta.

Arabika

Awalnya jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu liberika
dan terakhir robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam didaerah yang berketinggian
1.000 – 2.100 di atas permukaan laut. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi,cita rasa
yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Selain itu perakaran tanaman kopi
arabika lebih dalam dibandingkan dengan perakaran kopi robusta. Karena itu perkebunan
kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu . Berikut beberapa tempat
penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia.

1. Propinsi Sumatera Utara (Tapanuli utara, Dairi, Tobasa, Humbang, Mandailing,


dan Karo)
2. Propinsi Aceh 
3. Propinsi Lampung
4. Beberapa Propinsi dipulau Sulawesi , jawa dan Bali.
5

Berbagai klon unggulan dari Puslikoka Indonesia diantaranya AB3, S795, USDA
762, Kartika 1, kartika 2, Andungsari 1 dan BP 416. Sebagai gambaran awal , hasil
produksi arabika klon kartika sekitar 800 – 2.500 kg/ha/tahun. Berikut karakteristik biji
kopi arabika secara umum :

1. Rendemennya lebih kecil dari jenis kopi lainnya ( 18 – 20%)


2. Bentuknya agak memanjang.
3. Bidang cembungnya tidak terlalu tinggi.
4. Lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya.
5. Ujung biji lebih mengkilap tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak
atau pecah.
6. Celah tengah (center cut) dibagian datar ( perut ) tidak lurus memanjang kebawah
tetapi berlekuk.
7. Untuk biji yang sudah dipanggang (roasting) celah tengah terlihat putih.
8. Untuk biji yang sudah diolah, kulit ari kadang – kadang masih menempel dicelah
atau parit biji kopi.

Kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1969.


Awalnya, pengembangan jenis kopi arabika merupakan varietas typical dan borbon.
Turunan dari penyilangan kedua varietas tersebut diantaranya caturra, pacas, san ramon,
Sumatera dan marogogipe. Berbagai varietas tersebut terkenal dengan mutu yang baik,
tetapi sebagian besar masih rentan terserang hama dan penyakit.

Dalam perkembangannya selama lebih dari 50 tahun, kopi jenis arabika memiliki
potensi produksi yang sangat tinggi dan relative tahan hama dan penyakit. Beberapa
negara yang telah melakukan perbanyakan tanaman jenis arabika antara lain Kolombia,
Brazil,India dan beberapa negara di Amerika Tengah (Ditjenbun, 2012).

Robusta

Tanaman kopi jenis robusta memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan
dengan kopi jenis arabika . Areal perkebunan kopi jenis robusta di Indonesia relatif luas.
Pasalnya kopi jenis robusta, dapat tumbuh diketinggian  yang lebih rendah dibandingkan
dengan lokasi perkebunan kopi jenis arabika.

Kopi jenis robusta yang asli sudah hampir musnah. Saat ini, beberapa jenis
robusta sudah tercampur menjadi klon atau hibrida, seperti klon BP 39, BP 42, SA13, SA
6

34 dan SA 56. Sementara itu klon atau hibrida yang dihasilkan oleh Puslitkoka Indonesia
diantaranya BP 42x, BP 234, BP 288, BP 308, BP 358, BP 409, BP 436, BP 534, BP 936,
SA 203, SA 234, dan SA 237. Produksi kopi jenis Robusta secara umum dapat mencapai
800 – 2.000kg/ha/tahun. Berikut karakteristik fisik biji kopi robusta :

1. Rendemen kopi robusta relative lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen kopi
arabika (20 – 22%)
2. Biji kopi agak bulat.
3. Lengkungan biji lebih tebal dibandingkan dengan jenis arabika.
4. Garis tengah (parit) dari atas ke bawah hampir rata.
5. Untuk biji yang sudah diolah, tidak terdapat kulit ari dilekukan atau bagian parit.

Kini tanaman kopi robusta telah berkembang pesat dan mendominasi areal
tanaman kopi di Indonesia (Ditjenbun, 2012).

Liberika

Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia, Afrika barat. Kopi ini


dapat tumbuh setinggi 9 meter dari tanah. Di abad-19, jenis kopi ini
didatangkan keIndonesia untuk  menggantikan kopi arabikayang terserang oleh hama
penyakit.

Dahulu, kopi liberika pernah dibudidayakan  di Indonesia, tetapi sekarang sudah


ditinggalkan oleh pekebun atau petani. Pasalnya,bobot biji kopi keringnya hanya 10%
dari bobot kopi basah. Selain perbandingan bobot  basah dan bobot kering, rendemen biji
kopi liberika yang rendah merupakan salah satu factor tidak berkembangnya jenis kopi
liberika di Indonesia. Rendemen kopi liberika hanya sekitar 10 – 12%.

Karakteristik biji kopi liberika hampir sama dengan jenis arabika. Kelebihannya
jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama Hemelia vastatrixi dibandingkan
dengan kopi jenis arabika. Kopi Liberika. Beberapa varietas kopi Liberika yang pernah
didatangkan ke Indonesia antara lain adalah Ardoniana dan durvei.

Kopi liberika memiliki beberapa karakteristik:

1. Ukuran daun,cabang,bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi


Arabika dan kopi robusta.
2. Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar
bunga atau buah lebih dari satu kali.
7

3. Kualitas buah relatif rendah.


4. Produksi sedang, (4,-5 kg/ha/th) dengan rendemen ± 12%
5. Berbuah sepanjang tahun.
6. Ukuran buah tidak merata/tidak seragam
7. Tumbuh baik di dataran rendah.

Kopi liberika termasuk tanaman hutan dan banyak terdapat di pedalaman


Kalimantan dan sudah berabad lamanya menjadi minuman tradisional suku Dayak di
sana. Pohon kopi liberika ini bisa mencapai ketinggian 30 m, dan biji kopi liberika
merupakan biji kopi dengan ukuran terbesar di dunia (Ditjenbun, 2012).

Excelsa

Saat ini sedang dalam kajian peneliti Puslitkoka untuk diajukan pelepasan
varietasnya. Kopi jenis ini tidak termasuk kedalam kelompok arabika dan robusta akan
tetapi masuk kelompok liberoid. Asal mula kopi excelsa ditemukan secara historis di
daerah afrika Barat tahun 1905 kemudian menyebar ke daerah melayu.

Dewevrei coffea atau kopi Ekselsa (Excelsa) memang tidak terlalu banyak


dibudidayakan di tanah Indonesia. Kopi Ekselsa merupakan jenis kopi yang tidak begitu
peka terhadap penyakit HV dan dapat ditanam di dataran rendah dan lembap, atau dapat
juga disimpulkan bahwa kopi Ekselsa (Excelsa) ini dapat ditanam di daerah yang tidak
sesuai untuk kopi robusta.  Kopi Ekselsa (Excelsa) juga dapat ditanam di atas lahan
gambut, kemudian cukup 3,5 tahun, tanaman ini sudah mampu memproduksi beras kopi
sekitar 800-1200 kg per Hektar. Kopi jenis Ekselsa (Excelsa) sudah ditanam masyarakat
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat  – JAMBI sejak 50 tahun yang lalu. Beberapa
perusahaan kopi terkemuka di Indonesia telah menggunakan kopi ini sebagai bahan
baku. Jenis Kopi Ekselsa (Excelsa) sejak dahulu telah menjadi kopi andalan daerah
jambi , bahkan beberapa tahun terakhir mengalami  peningkatan permintaan dari
Malaysia dan Singapura Dengan harga jual mencapai Rp 26.000 per kilogram. Jambi
memang merupakan daerah yang tepat untuk membudidayakan Kopi Ekselsa ini,
tepatnya  di daerah Ilir yang sebagian besar memiliki lahan gambut, seperti di Kec.
Pengabuan, Kec. Betara, Kecamatan Bram Itam dan Kuala Betara. Sehingga sudah
seyogyanya pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap pengembangan  (Excelsa) agar
dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perkebunan kopi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat – Jambi.
8

Kopi excelsa mempunyai cita rasa dan aroma yang dikategorikan kuat dan
dominan pahit. Beberapa peneliti luar negeri juga mulai tertarik kopi excelsa indonesia.
Beberapa keunggulan kopi excelsa antara lain : mempunyai fisik yang lebih besar dari
kopi arabika maupun robusta dan cenderung berbuah sepanjang tahun, mudah
dibudidayakan, dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Keunggulan lainya adalah
dapat ditanam di lahan gambut yang memiliki kesuburan rendah yang tidak dapat
ditanami baik kopi arabika maupun robusta. Dalam 3,5 tahun, tanaman kopi excelsa telah
mampu menghasilkan produksi sekitar 1,2 ton per ha. (Ditjenbun, 2012)

Morfologi Tanaman Kopi

Bagian-bagian tanaman kopi antara lain akar, batang, daun, bunga, buah dan
biji. Secara sepintas masing-masing bagian tanaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
Akar. Tanaman kopi berakar tunggangm lurus kebawah, pendek dan kuat,
Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45-50 cm, yang pada dasarnya terdapat 6-8 akar
samping yang menurun kebawah sepanjang 2-3 m, selain itu banyak pula akar samping
yang panjang 1-2 m horizontal, sedalam 30 cm, dan bercabang merata, masuk ke dalam
tanah lebih dalam lagi. Didalam tanah yang sejuk dan lembab, di bawah permukaan
tanah, akar cabang bisa berkembang lebih baik, sedang di dalam tanah yang kering da
panas, akar berkembang ke bawah. (AAK, 1988)

Gambar 2. Perakaran Tanaman Kopi

Batang. Tanaman kopi memiliki batang yang tegak, bulat, beruas-ruas,


percabangan monopodial, permukaan kasar dan berwarna kuning kecoklatan. Batang
yang tumbuh dari biji disebut batang pokok da tumbunya beaus-ruas. Ruas-ruas tersebut
tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada tiap-tiap ruas tumbuh sepasang
9

daun yang sejajar dan seteah itu tumbuh cabang yang berbeda-beda. Pada batang itu
tumbuh dua macam cabang yaitu :
1. Cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertical. Cabang ini dapat menggantikan
kedudukan batang, bila batang itu dalam keadaan patah atau dipotong. Cabang
tersebut adalah cabang orthotrop atau cabang air.
2. Cabang yang tumbuhnya ke samping atau horizontal. Cabang ini tumbuh pada batang
orthothop yang tempat pertumbuhanya berbeda dengan cabang vertical. Cabang ini
merupakan tempat tumbuh bunga atau buah, disebut cabang plagiotrop. (AAK, 1988)

Gambar 3. Batang Tanaman Kopi

Daun. Daun tanaman kopi tunggal, berhadapan, lonjong, tepi rata, ujung
meruncing, pangkal tumpul, panjang 8-15 cm, lebar 4-7 cm, bertangkai pendek, berwarna
hijau, pertulangan menyirip berwarna hijau. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang
dn ranting-ranting tumbuh berdampingan.
Pada batang atau cabang yang tumbuh tegak lurus, susunan pasangan daunnya
berselang-seling pada ruas-ruas berikutnya. Sedang daun yang tumbuh pada ranting-
ranting dan cabang yang mendatar, pasangan daun terletak pada bidang yang sama, tidak
berselang-seling. Adapun perbedaan besar kecil dan tebal tipisnya daun kopi dipengaruhi
oleh jenisnya. Perbedaan daun kopi berbeda-beda, ada yang datar tetapi ada juga yang
berbentuk seperti talang .
Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda berwarna
hijau muda. Ukuran besar daun berbeda-beda antar 10-20 cm, lebar 1-7 cm. Umur daun
rata-rata satu tahun, setelah itu berguguran satu demi satu.
10

Gambar 4. Daun Tanaman Kopi

Bunga. Bunga kopi tumbuh pada cabang primer atau cabang sekunder, tersusun
berkelompok-kelompok. Tiap-tiap kelompok tediri atas 4-6 kuntum bunga yang
bertangkai pendek. Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok bunga, maka
pada tiap ketiak dapat keluar sampai ribuan kuntum bunga, tetapi pada umumnya yang
dapat menjadi buah kurang lebih hanya 40 % saja. Bunga yang sudah mekar berwarna
putih, sebelum mekar masih berbentuk kuncup yang panjangnya 4-5 mm, bunga hanya
bertahan sampai 2 hari setelah terjadi pembelahan secara meosis, dan setelah itu bunga
akan rontok dan dalam beberapa hari bunga akan rontok semua terkecuali bagian ovaria.
Bila keadaan kurang menguntukngkan, akibat suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah dan
hujan, maka bunga menjadi tidak sempurna. Keadaan semacam ini disebut “bunga
bintang” dimana bunga tetap kecil dan kaku sedangkan warna bunga biasanya hijau.

Gambar 5. Bunga Tanaman Kopi

Buah dan Biji. Buah berbentuk batu, bulat telut, diameter 0,5-1 cm, masih muda
berwarna hijau setelah tua berwarna merah. Biji berbentuk setengah bola, salah satu
permukaan beralur, panjang 0,5-1 cm, putih kehijauan. Kandungan kimia yang terdapat
pada tanaman kopi yaitu di daun buah dan akar mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol, dan buahnya mengandung alkaloida. (AAK, 1988)
11

Gambar 6. Buah dan Biji Tanaman Kopi

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Kopi adalah suatu jenis tanaman yang hidup didaerah tropis dan subtropis dan
dapat hidup dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Hal ini sangat tergantung pada
jenis kopi, misal jenis robusta memerlukan temperatur sesuai sekitar 21-24° C dan dapat
hidup sampai ketinggian 1500 m.
Tanaman kopi umumnya tumbuh optimum pada daerah yang curah hujannya
2000-3000 mm/tahun. Hujan sangat berpengaruh terhadap proses pembungaan pada
tanaman kopi. Bila tidak turun hujan, calon bunga tidak tumbuh dan mekar menjadi
dewasa, sehingga tanaman kopi akan gagal dalam menghasilkan buah. (Sudarmo, 1989)
Tanaman kopi menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya akan bahan
organik. Oleh karena itu tanaman harus sering dipupuk agar sistem perakarannya tetap
tumbuh dengan baik dan dapat mengambil unsur hara sebaik-baiknya (Dinarti, 2001).
Menurut literatur umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan
atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan
kata lain tekstur tanah harus baik, selain itu drainase juga harus baik. Tanaman kopi
menghendaki reaksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5, tetapi hasil yang baik sering
kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam. (AnonymousA, 2013)

Budidaya Tanaman Kopi

Teknis budidaya tanaman yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu mulai dilakukan penanaman
sampai panen.

1. Pembibitan
Lahan yang digunakan untuk pembibitan sebaiknya dipilih yang terbaik diantara
lahan yang ada. Sedapat mungkin tanahnya subur, banyak mengandung bahan organik,
12

lahan tidak miring, berdekatan dengan sumber air, mudah dijangkau, dan dekat dengan
pemukiman.
Lahan yang akan digunakan untuk pembibitan kopi juga harus bebas dari jamur
dan nematoda penyebab penyakit. Hal ini bisa diketahui bila sebelumnya lahan tersebut
sudah ditanami tanaman kopi. Untuk mengantisipasi serangan jamur dan nematoda, maka
± sebelum penyemaian lahan tersebut disemprot dengan fungisida dan nematisida.
Benih yang digunakan sebagai bahan tanaman adalah benih yang berkualitas dari
pohon yang telah diketahui mutunya yang berasal dari pohaon sendiri atau perkebunan
terdekat. Selain itu benih juga bisa didapatkan dari balai penelitian kopi terdekat.
Penyemaian benih dimulai dengan mencangkul tanah dengan kedalaman kurang
lebih 30 cm, kemudian dibuatkan bedengan-bedengan dengan ukuran 1,2 m x 10 m.
Diantara bedengan ini dibuatkan parit sedalam 15 cm agar tanah bedengan tidak longsor.
Diatas tanah bedengan ditaburi campuran pasir dan bahan organik dengan tebal 5
cm, lalu disiram dengan air sampai jenuh. Kemudian benih ditanam dengan jarak tanam 4
x 5 cm. Pada umur 2-3 bulan bibit sudah siap untuk dipindahkan ke polibag.
Perbanyakan bibit kopi juga dapat dilakukan secara vergetatif yaitu dengan setek.
Bahan setek dapat diperoleh dari penangkar bibit, kebun entres, kebun produksi, dan balai
penelitian. Bahan setek ini berupa cabang air yang sehat dan tumbuh subur. Bibit kopi
hasil setek siap dipindahkan ke bedengan pada umur ± 3 bulan.
Bibit yang sudah dipindah ke media tanam baru dalam polibag, kemudian
dilakukan perawatan yang meliputi penyiraman, pemupukan, dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman (OPT). Media tanam yang digunakan adalah campuran
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1
Penyiraman bibit tanaman kopi dilakukan secukupnya tergantung dari
kelembapan tanah.
Pemupukan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan membenamkan
pupuk disekitar tanaman dan dengan melarutkan pupuk dengan air. Pupuk yang
dilarutkan dalam air diaplikasikan dengan cara menymprotkannya pada tanaman.
Pengendalian OPT pada tahap pembibitan ini adalah dengan menyemprotkan
pestisida jika terjadi serangan OPT, selain itu upaya pengendalian OPT biasanya juga
sudah dimulai sejak awal, seperti: sanitasi lingkungan pembibitan dan pemilihan bibit
tahan OPT.
2. Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman bibit kopi dibuat lubang tanam dengan kedalaman
± 60 cm dan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m. Kemudian dimasukkan pupuk kandang 10 kg,
13

belerang 200 g dan kapur 200 g dalam lubang tanam tersebut. Penanaman dilakukan pada
saat memasuki musim hujan untuk meminimalisir penyiraman tanaman. Sehingga biaya
perawatan dapat ditekan.
3. Penyulaman
Tanaman yang tumbuh abnormal, atau mati harus segera disulam dengan bibit
yang baru. Untuk itu dalam kondisi masih muda monitoring tanaman kopi harus intensif
dilakukan, sehingga apabila ditemukan tanaman yang abnormal ataupun mati bisa
langsung disulam.
Waktu penyulaman yang baik adalah pada saat awal musim hujan sewaktu hujan
belum banyak dan diakhir musim hujan ketika intensitas hujan mulai berkurang.
Pemeliharaan tanaman sulaman harus lebih intensif dibandingkan dengan
tanaman lainnya.hal tersebut dimaksudkan agar tanaman sulaman dapat menyamai
pertumbuhan tanaman lainnnya.

4. Penyiraman
Untuk kebun tanaman kopi, penyiraman dilakukan pada saat awal tanaman
dibudidayakan. Penyiraman tanaman kopi dilakukan ketika tanah disekitar tanaman sudah
kering, penyiraman dilaksanakan dengan menyemprotkan air hingga dimungkinkan
kondisi tanah jenuh.
5. Pemupukan
Jenis pupuk yang diberikan untuk tanaman kopi adalah pupuk buatan seperti
Urea, TSP, KCL, serta pupuk organik seperti urea dan kompos.
Pupuk anorganik diberikan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan
dan akhir musim hujan. Dosis pupuk yang dianjurkan untuk setiap tanaman adalah urea
sebanyak 50 g, TSP 40 g, dan KCL 40 g untuk tanaman umur 1-3 tahun. Untuk tanaman
yang berumur lebih dari 4 tahun setiap tanaman diaplikasikan pupuk Urea sebanyak 100
g, TSP 80 g, dan KCL 40 g.
Pupuk organik biasanya diberikan pada lubang tanam sebelum tanaman ditanam.
Pupuk organik ini bherupa kotoran ternak sebanyak 10 kg/ lubang.
( Najiyati dan Danarti, 2001)
6. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat)
untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan),
mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian
14

tanaman yang rusak. Pemangkasan dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah
pemupukan.
7. Panen
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah
telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan
bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah. Pemanenan dilakukan dengan mengambil
buah yang telah masak kemudian mengumpulkannya. (AnonymousB, 2013)

Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kopi

1. Hama Pada Tanaman Kopi

 Penggerek Buah Kopi 


Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK),
Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae) berwarna hitam kecoklatan, panjang
yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan dalam buah kopi
yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26
hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai
dewasa 25 – 35 hari. Lama hidup serangga betina rata‐rata 156 hari dan serangga jantan
maksimum 103 hari.
Gejalanya serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat
lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan
pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang‐lubang dan bermutu
rendah.
Pengendalian secara kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan :
Petik bubuk, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buak masak yang terserang
bubuk 15-30 hari menjelang panen besar.
Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah
terserang maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas.
Racutan/rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen.
Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit.
15

Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai
bagi perkembangan BBK.
Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia
stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan
dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen.

Gambar 7. Penggerek Buah Kopi

2. Penyakit Pada Tanaman Kopi

 Karat Daun
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br.
merupakan penyakit utama pada tanaman kopi. Tanaman sakit ditandai oleh adanya
bercak‐bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah
menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye) dan
tepung ini adalah uredospora jamur H. vastatrix. Bercak yang sudah tua berwarna coklat
tua sampai hitam, dan kering. Daun‐daun yang terserang parah kemudian gugur dan
tanaman menjadi gundul. Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan pati
dalam akar‐akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati.
Cara pengendalian penyakit sementara ini dilakukan dengan dua cara, yaitu
menanam jenis‐jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795, dan
pengendalian dengan Fungisida Dithane M‐45 dengan dosis 2 gr/liter air.
16

Gambar 8. Karat Daun Pada Daun Kopi

 Bercak Daun Cercospora


Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke. C.coffeicola
mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang pendek dan ada juga yang
panjang. Konidia dibentuk pada permukaan bercak, berbentuk seperti tepung
berwarnaabu‐abu
Gejala serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit
timbul bercak, mula‐mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning.
Pada buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih
banyak menerima cahaya matahari. Pembusukan pada bagian yang berbercak dapat
sampai ke biji sehingga dapat menurunkan kualitas.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan secara kultur teknis, dengan memberi
naungan yang cukup, pemupukan berimbang dan pengurangan kelembaban kebun
melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan
dengan Bavistin 50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%,
Delsene MX 200 0,2% formulasi.

 Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.
salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun paralel pada stadium kortisium.
Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung
basidiospora.
Gejala dari serangan penyakit ini adalah cabang atau ranting yang terserang layu
mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung
pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang laba‐laba, berupa lapisan hifa
tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa
berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel atau pada celah‐celah. Stadium kortisium
berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya
dibentuk pada sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator
17

berupa bintil‐bintil kecil berwarna orange kemerahan merupakan sporodokhia jamur


upas. Stadium nekator terdapat pada cabang yang tidak terlindung
Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong batang atau cabang sakit yang
ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) 10 cm di bawah pangkal di bagian yang sakit.
Potongan‐potongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar.
Batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah cukup besar, apabila serangannya masih
awal, bagian yang sakit cukup diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz
0,4% formulasi. Apabila serangannya sudah lanjut, batang atau cabang yang sakit
dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dan cabang‐cabang di sekitarnya diolesi
dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz.

Gambar 9. Jamur Upas Pada Tanaman Kopi


 Nematoda Parasit
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit
yang berpindah‐pindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.
Gejala Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur.
Pertumbuhan cabang‐cabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit
bunga, bunga prematur dan banyak yang kosong. Bagian akar-akar serabut membusuk,
berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.
Pengendalian di pembibitan: Disarankan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan
fumigasi media bibit menggunakan fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam
L. Untuk nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G
dan Rugby 10G. Vydate diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bibit dengan
konsentrasi 1,0% dan dengan dosis 250 ml/bibit.
Pengendalian di pertanaman: Penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit. Digunakan
sebagai batang bawah misalnya kopi ekselsa (Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09 dan kopi
robusta klon BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam, rotasi tanaman dan
pembuatan parit barier.
18

Pengendalian hayati: Untuk menekan populasi nematoda menggunakan musuh


alami berupa bakteri, jamur dan nematoda predator. Pengendalian kimiawi: Beberapa
nematisida sistemik maupun kontak yang disarankan a.l. karbofuran (Curaterr 3G–35 g /
tanaman), oksamil (Vydate 100 AS 1,0% 1 – 2.5 l / tanaman) dan etoprofos (Rhocap 10G
‐ 25 g / tanaman). Aplikasi diulang tiap tiga bulan. (Dirperlinbun, 2003)

A B
Gambar 10. Pratylenchus coffeae (A) dan Radopholus similis (B)
19

III. METODE PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat

Magang Kerja akan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Oktober 2013 di
PT. Perkebunan Nusantara IX, Jl. Mugas Dalam (Atas), Semarang. Penempatan magang
di Kebun Ngobo, Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Metode Pelaksanaan

Metode kegiatan Magang Kerja yang dilakukan meliputi beberapa bentuk


kegiatan-kegiatan. Adapun bentuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama magang
kerja yaitu:
1. Observasi Lapang
Observasi lapang ialah observasi keadaan umum yang meliputi observasi lokasi,
luas area, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja dan kegiatan produksi yang dilakukan.
2. Partsipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan budidaya serta
pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh pihak PT. Perkebunan Nusantara
IX yang berada di Kebun Ngobo, Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang.
3. Diskusi dan Wawancara
Diskusi dan Wawancara ialah aplikasi praktik kerja guna memperoleh penjelasan
dan pemahaman dari kegitatan yang dilakukan serta memperoleh keterangan dari pihak
instansi mengenai hal-hal yang ingin diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan
tujuan praktik baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan diolah menjadi data pengamatan selama magang
kerja diperoleh dari:
1. Pengumpulan data primer. Dapat primer didapatkan setelah mengamati dan
mengikuti praktik kerja secara langsung yang sesuai dengan aktivitas yang sedang
berlangsung di PT. Perkebunan Nusantara IX Semarang. Serta melakukan diskusi dan
wawancara secara aktif dengan staf PT. Perkebunan Nusantara IX Semarang,
mengenai teknik pengendalian penyakit pada tanaman kopi.
2. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder didapatkan dari literatur-literatur yang
memuat tentang tata cara teknik pengendalian penyakit pada tanaman kopi.
20

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius. Yogyakarta.

AnonymousA. 2013. Budidaya Kopi. http://www.ideelok.com/budidaya-


tanaman/kopi/seluruhhalaman. Diakses pada 3 Juli 2013.

AnonymousB. 2013. Teknik Budidaya Kopi. http://teknis-


budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kopi.html. Diakses pada 3 Juli 2013.

AnonymousC. 2013. Gambar Tanaman Kopi. http://st296266.sitekno.com/


images/art_27657.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousD. 2013. Gambar Akar Pohon Kopi. http://1.bp.blogspot.com/-


shPHvxPvoRM/UCHU1IDeVlI/AAAAAAAAAGk/f0DTbpmWo64/s320/06+Per
akaran+Tanaman+Kopi.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousE. 2013. Gambar Batang Pohon Kopi. http://www.lintasgayo.com/


3362/hama-penggerek-batang-kopi.html. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousF. 2013. Gambar Daun Kopi. http://4.bp.blogspot.com/-


xtUHjk5Scb8/TqgiyDkuPXI/AAAAAAAAAgU/lXMYwfHUlZ0/s200/Kopi+Ste
nophylla+2.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousG. 2013. Gambar Bunga Kopi. http://ahsofyan.files.


wordpress.com/2011/12/bungakopi.png. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousH. 2013. Gambar Buah dan Biji Kopi. http://dishut.jabarprov.go.id/images/


berita/kopi%20arabika.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousI. 2013. Gambar Penggerek Buah Kopi. http://www.pupukorganiknasa.


com/wp-content/uploads/2012/05/hama-kopi.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousJ. 2013. Gambar Karat Daun Pada Kopi. http://4.bp.blogspot.com/-


V7YNkOKUeyo/Ubj0xVAkxkI/AAAAAAAAXfc/7CL1yqbh1KI/s320/04+Peny
akit+Karat+pada+Daun+Kopi+Arabika.gif. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousK. 2013. Gambar Jamu Upas Pada Kopi. http://giacaphe.com/wp-


content/uploads/2011/06/benh-nam-hong.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousL. 2013. Gambar Pratylenchus coffeae. http://www.plante-


doktor.dk/pratylenchus1.JPG. Diakses pada 5 Juli 2013.

AnonymousM. 2013. Gambar Radopholus similis. http://entnemdept.ufl.edu/


creatures/NEMATODE/Radopholus_similis07.jpg. Diakses pada 5 Juli 2013.

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2005. Statistik Kopi 1980-2005. Asosiasi Eksportir
Kopi Indonesia. Jakarta.
21

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi 1990-2004.


Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta.

Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan Bagian Proyek


Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. 2003. Musuh Alami, Hama dan
Penyakit Tanaman Kopi. Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Kopi dan Variannya.


http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/index.php?
option=com_content&view=article&id=137:kopi-dan-variannya. Diakses pada 5
Juli 2013.

Gandul, 2010. Sejarah Kopi. http://sekilap.blog.com/ 2010/01/05/sejarah-kopi/. Diakses


pada 3 Juli 2013.

Herman. 2003. Membangkitkan Kembali Peran Komoditas Kopi bagi Perekonomian


Indonesia.IPB.

Mustika, I. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman


Perkebunan di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Volume 4
Nomor 1. Hal 24

Najiyati, Sri dan Danarti. 2001. Kopi : Budidaya dan Penaungan Lepas Panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Sudarmo, S. 1989. Tanaman Perkebunan : Pengendalian Hama dan Penyakit. Kanisius.


Yogyakarta.

Yahmadi, M. 2005. Pemasaran Kopi Indonesia di Pasaran Global. Buletin N0. 6. AEKI
Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai