Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Disusun Oleh :

Wulan Ayu Utami

191 FK 04062

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Hadijono,2008:356).
Periode pasca partum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak,2004:492).
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).
Puer perium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6
minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002).

B. Tanda dan Gejala


- Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
- Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat
- Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan
mengosongkan
- Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.
C. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi
Fisiologi
1. Involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi lebih kecil,yang
disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein
dinding rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui
air kencing.
2. Inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat plasenta
merupakan tempat permukaan kasar tidak rata kira2 sebesar
telapak tangan,dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu
kedua,hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
3. Perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks terbentuk sel2 otot
terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina teregang pada
waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang
normal.
4. Perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus
mempunyai pembuluh2 darah yang besar,tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang
banyak,maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
5. Dinding perut dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut
menjadi longgar karena teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih
kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine,dilatasi
ureter dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
7. Laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama
dengan keadaan dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada
belum mengandung susu melainkan colostrum.colostrum adalah
cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:     ) Sedangkan
stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.

D. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum,
pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri, berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2.   Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.  Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
PATHWAYS post partum Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun Kehadiran
Involusi uterus
anggota baru
Oksitosin meningkat Prolaktin
Kontraksi uterus meningkat
Kontraksi uterus cemas
lambat
Isapan bayi Isapan bayi tidak
Pelepasan jaringan Laserasi jalan dekuat adekuat
Atonia uteri Perubahan pola
endometrium lahir
peran
Oksitosin
Pembendungan
Vol. darah turun Servik & vagina meningkat
perdarahan Lokhea ASI
keluar Ansietas

Vol. Cairan turun Port of the entri Duktus & alveoli Payudara
Anemia akut kontraksi bengkak
Kurang
perawatan Resiko infeksi
Hb O2 turun
Ketidakefektifan efektif Tidak efektif
Nyeri Akut
Perfusi Jaringan
Perrifer hipoksia Invasi bakteri
ASI tidak
ASI keluar
Kuman mudah keluar
Resiko syok Daya tahan masuk
hipovolemik tubuh turun Ibu tidak tahu
bagaimana cara
Kelemahan Intoleransi menyusui bayinya
umum aktivitas

Kurang
Defisit Pengetahuan
perawatan diri
E. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

F. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d.  Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
G. Asuhan keperawatan pada ibu post partum
1. Pengkajian
Pengkajian Fisik
1. Riwayat kesehatan sebelumnya
2. Tanda-tanda Vital
3. Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4. Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
striae.
5. Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6. Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7. Rektum: hemoroid, dll.
8. Aktivitas sehari-hari.
Pengkajian Psikologis
1. Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
2. Spesifik: depresi postpartum.
3. Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan
libido.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
g. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir
3. Intervensi keperwatan
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut NOC : Pain Management
b/d agen v  Pain Level, §  1. Lakukan 1. Mengetahui
injuri fisik v  Pain control, pengkajian nyeri tingkat
(peregangan v  Comfort level secara komprehensif pengalaman nyeri
perineum; Setelah termasuk lokasi, klien dan
luka dilakukan askep karakteristik, durasi, tindakan
episiotomi; selama …x 24 frekuensi, kualitas keperawatan
involusi uteri; jam, diharapkan dan faktor presipitasi yang akan
hemoroid; nyeri berkurang (PQRST) dilakukan untuk
pembengkaka Kriteria Hasil : §  2. Observasi reaksi mengurangi nyeri
n payudara). v Mampu nonverbal dari 2. Reaksi terhadap
mengontrol ketidaknyamanan nyeri biasanya
nyeri (tahu §  3. Gunakan teknik ditunjukkan
penyebab nyeri, komunikasi dengan reaksi
mampu terapeutik untuk non verbal tanpa
menggunakan mengetahui disengaja.
tehnik pengalaman nyeri 3. Mengetahui
nonfarmakologi pasien pengalaman nyeri
untuk §  4. Ajarkan tentang Penanganan nyeri
mengurangi teknik non tidak selamanya
nyeri, mencari farmakologi diberikan obat
bantuan) §  5. Evaluasi 4. Nafas dalam
v Melaporkan keefektifan kontrol dapat membantu
bahwa nyeri nyeri mengurangi
berkurang §  6. Motivasi untuk tingkat nyeri
dengan meningkatkan 5. Mengetahui
menggunakan asupan nutrisi yang keefektifan
manajemen bergizi. control nyeri
nyeri §  7. Tingkatkan 6. Mengurangi rasa
v Mampu istirahat nyeri
mengenali nyeri§  8. Latih mobilisasi 7. Menentukan
(skala, miring kanan miring intervensi
intensitas, kiri jika kondisi klien keperawatan
frekuensi dan mulai membaik sesuai skala nyeri
tanda nyeri) ·    9. Kaji kontraksi 8. Mengidentifikasi
v Menyatakan rasa uterus, proses penyimpangan
nyaman setelah involusi uteri. dan kemajuan
nyeri berkurang ·   10. Anjurkan pasien berdasarkan
v Tanda vital untuk membasahi involusi uteri
dalam rentang perineum dengan air 9. Mengurangi
normal hangat sebelum ketegangan pada
TD : 120-140 berkemih. luka perineum.
/80 – 90 mmHg ·  11. Anjurkan dan 10. Melatih ibu
RR : 16 – 24 latih pasien cara mengurangi
x/mnt merawat payudara bendungan ASI
N   : 80- 100 x secara teratur. dan
mnt ·  12. Jelaskan pada ibu memperlancar
   T    : 36,5o C – tetang teknik pengeluaran ASI.
37,5 o C merawat luka 11. Mencegah infeksi
perineum dan dan kontrol nyeri
mengganti PAD pada luka perineu
secara teratur setiap 12. Mengurangi
3 kali sehari atau intensitas nyeri
setiap kali lochea denagn menekan
keluar banyak. rangsang nyeri
·  13. Kolaborasi dokter pada nosiseptor.
tentang pemberian
analgesic
Resiko defisitv  Fluid balance Fluid management ·   
volume cairan
v  Hydration ·  1. Obs Tanda-tanda 1. Mengidentifikasi
b/d Setelah vital setiap 4 jam. penyimpangan
pengeluaran dilakukan askep ·  2. Obs Warna urine. indikasi
yang selama …x 24 ·    Status umum setiap kemajuan atau
berlebihan; jam, Pasien 8 jam. penyimpangan
perdarahan; dapat ·  3. Pertahankan dari hasil yang
diuresis; mendemostrasik catatan intake dan diharapkan.
keringat an status cairan output yang akurat 2. Memenuhi
berlebihan. membaik. ·  4. Monitor status kebutuhan cairan
Kriteria hidrasi ( kelembaban tubuh klien
evaluasi: tak membran mukosa, 3. Menjaga status
ada manifestasi nadi adekuat, balance cairan
dehidrasi, tekanan darah klien
resolusi ortostatik ), jika 4. Memenuhi
oedema, diperlukan kebutuhan cairan
haluaran urine · 5. Monitor masukan tubuh klien
di atas 30 makanan / cairan dan 5. Memenuhi
ml/jam, kulit hitung intake kalori kebutuhan cairan
kenyal/turgor harian tubuh klien
kulit baik. · 6. Lakukan terapi IV 6. Temuan-temuan
·7. Dorong masukan ini menandakan
oral hipovolemia dan
·    Beritahu dokter perlunya
bila: haluaran urine < peningkatan
30 ml/jam, haus, cairan.
takikardia, gelisah, 7. Mencegah pasien
TD di bawah rentang jatuh ke dalam
normal, urine gelap kondisi kelebihan
atau encer gelap. cairan yang
· 8. Konsultasi dokter beresiko
bila manifestasi terjadinya oedem
kelebihan cairan paru.
terjadi. 8. Mengidentifikasi
·  Pantau: cairan masuk keseimbangan
dan cairan keluar cairan pasien
setiap 8 jam. secara adekuat
dan teratur.

Perubahan Setelah 1. Kaji haluaran 1. Mengidentifikasi


pola dilakukan askep urine, keluhan penyimpangan
eleminasi selama …x 24 serta keteraturan dalam pola
BAK jam, Pola pola berkemih. berkemih pasien.
(disuria) b/d eleminasi 2. Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
trauma (BAK) pasien melakukan memberikan
perineum dan teratur. ambulasi dini. rangsangan untuk
saluran Kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien pengeluaran urine
kemih. eleminasi BAK untuk membasahi dan pengosongan
lancar, disuria perineum dengan bladder.
tidak ada, air hangat 3. Membasahi
bladder kosong, sebelum bladder dengan
keluhan kencing berkemih. air hangat dapat
tidak ada. 4. Anjurkan pasien mengurangi
untuk berkemih ketegangan
secara teratur. akibat adanya
5. Anjurkan pasien luka pada
untuk minum bladder.
2500-3000 ml/24 4. Menerapkan pola
jam. berkemih secara
6. Kolaborasi untuk teratur akan
melakukan melatih
kateterisasi bila pengosongan
pasien kesulitan bladder secara
berkemih. teratur.
5. Minum banyak
mempercepat
filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
6. Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan Setelah 1. Kaji pola BAB, 1. Mengidentifikasi
pola dilakukan askep kesulitan BAB, penyimpangan
eleminasi selama …x 24 warna, bau, serta kemajuan
BAB jam, Pola konsistensi dan dalam pola
(konstipasi) eleminasi jumlah. eleminasi (BAB).
b/d (BAB) teratur. 2. Anjurkan 2. Ambulasi dini
kurangnya Kriteria hasil: ambulasi dini. merangsang
mobilisasi; pola eleminasi 3. Anjurkan pasien pengosongan
diet yang teratur, feses untuk minum rektum secara
tidak lunak dan warna banyak 2500- lebih cepat.
seimbang; khas feses, bau 3000 ml/24 jam. 3. Cairan dalam
trauma khas feses, tidak 4. Kaji bising usus jumlah cukup
persalinan. ada kesulitan setiap 8 jam. mencegah
BAB, tidak ada 5. Pantau berat terjadinya
feses bercampur badan setiap hari. penyerapan
darah dan 6. Anjurkan pasien cairan dalam
lendir, makan banyak rektum yang
konstipasi tidak serat seperti dapat
ada. buah-buahan dan menyebabkan
sayur-sayuran feses menjadi
hijau. keras.
4. Bising usus
mengidentifikasi
kan pencernaan
dalam kondisi
baik.
5. Mengidentifiakis
adanya
penurunan BB
secara dini.
6. Meningkatkan
pengosongan
feses dalam
rektum.
Gangguan Setelah 1. Kaji toleransi 1. Parameter
pemenuhan dilakukan askep pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d selama …x 24 aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; jam, ADL dan menggunakan pasien terhadap
kelemahan. kebutuhan parameter stres aktifitas dan
beraktifitas berikut: nadi indikator derajat
pasien terpenuhi 20/mnt di atas penagruh
secara adekuat. frek nadi istirahat, kelebihan kerja
Kriteria hasil: catat peningaktan jantung.
-   Menunjukkan TD, dispnea, 2. Menurunkan
peningkatan nyeri dada, kerja
dalam kelelahan berat, miokard/komsum
beraktifitas. kelemahan, si oksigen ,
-   Kelemahan dan berkeringat, menurunkan
kelelahan pusing atau resiko
berkurang. pinsan. komplikasi.
-   Kebutuhan 2. Tingkatkan 3. Stabilitas
ADL terpenuhi istirahat, batasi fisiologis pada
secara mandiri aktifitas pada istirahat penting
atau dengan dasar untuk
bantuan. nyeri/respon menunjukkan
-   frekuensi hemodinamik, tingkat aktifitas
jantung/irama berikan aktifitas individu.
dan Td dalam senggang yang 4. Komsumsi
batas normal. tidak berat. oksigen
-   kulit hangat, 3. Kaji kesiapan miokardia selama
merah muda untuk berbagai aktifitas
dan kering meningkatkan dapat
aktifitas contoh: meningkatkan
penurunan jumlah oksigen
kelemahan/kelela yang ada.
han, TD Kemajuan
stabil/frek nadi, aktifitas bertahap
peningaktan mencegah
perhatian pada peningkatan tiba-
aktifitas dan tiba pada kerja
perawatan diri. jantung.
4. Dorong 5. Teknik
memajukan penghematan
aktifitas/toleransi energi
perawatan diri. menurunkan
5. Anjurkan penggunaan
keluarga untuk energi dan
membantu membantu
pemenuhan keseimbangan
kebutuhan ADL suplai dan
pasien. kebutuhan
6. Jelaskan pola oksigen.
peningkatan 6. Aktifitas yang
bertahap dari maju
aktifitas, contoh: memberikan
posisi duduk kontrol jantung,
ditempat tidur meningaktkan
bila tidak pusing regangan dan
dan tidak ada mencegah
nyeri, bangun dari aktifitas
tempat tidur, berlebihan.
belajar berdiri dst.

Resiko Setelah 1. Pantau: vital sign, 1. Mengidentifikasi


infeksi b/d dilakukan askep tanda infeksi. penyimpangan
trauma jalan selama …x 24 2. Kaji pengeluaran dan kemajuan
lahir. jam, Infeksi lochea, warna, sesuai intervensi
tidak terjadi. bau dan jumlah. yang dilakukan.
Kriteria hasil: 3. Kaji luka 2. Mengidentifikasi
tanda infeksi perineum, kelainan
tidak ada, luka keadaan jahitan. pengeluaran
episiotomi 4. Anjurkan pasien lochea secara
kering dan membasuh vulva dini.
bersih, takut setiap habis 3. Keadaan luka
berkemih dan berkemih dengan perineum
BAB tidak ada. cara yang benar berdekatan
dan mengganti dengan daerah
PAD setiap 3 kali basah
perhari atau setiap mengakibatkan
kali pengeluaran kecenderunagn
lochea banyak. luka untuk selalu
5. Pertahankan kotor dan mudah
teknik septik terkena infeksi.
aseptik dalam 4. Mencegah infeksi
merawat pasien secara dini.
(merawat luka 5. Mencegah
perineum, kontaminasi
merawat ayudara, silang terhadap
merawat bayi). infeksi.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP
yang operasional dengan pengertian :
S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O : adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi
keperawatan.
A : adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan klien.
P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis. Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai
Asuhan Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
1. Rasa nyeri teratasi
2. Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
3. Pemenuhan ADL terpenuhi.
4. Resiko cidera tidak terjadi
5. Infeksi tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi


VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II,
EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai