Anda di halaman 1dari 2

Maulida Hena Fatikasari 16.I1.

0195

KASUS 1
Formalin dalam berbagai bahan dan produk olahan pangan lokal
Penyalahgunaan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan tambahan bagi produk
makanan maupun minuman yang tidak sesuai dengan peruntukkannya telah banyak
membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan kimia seperti pewarna dan pengawet
untuk makanan ataupun bahan makanan dilakukan oleh produsen agar produk
olahannya menjadi lebih menarik, lebih tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis
sehingga diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun
dampak kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan bahanbahan berbahaya tersebut
sangatlah buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang
bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen merupakan
beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen. Dalam proses
pengolahan makanan, produsen selalu mengusahakan untuk menghasilkan makanan
yang disukai dan berkualitas baik. Oleh karena itu, biasanya produsen sering
menambahkan Formalin ke dalam makanan. Penggunaan Formalin sudah sangat
meluas. Hampir semua industri pangan, baik industri besar maupun industri rumah
tangga, dipastikan menggunakan Formalin. Penggunaan Formalin memang tidak
dilarang asalkan bahan tersebut benar-benar aman bagi kesehatan manusia dan dalam
dosis yang tepat. Akan tetapi, terdapat dua permasalahan utama dalam penggunaannya.
Pertama, produsen menggunakan Formalin yang diizinkan akan tetapi melebihi dosis
yang diizinkan. Kedua, produsen menggunakan bahan yang tidak baik untuk kesehatan.
Formalin merupakan larutan yang tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat, dan
mengandung 37% formaldehid dalam air. Formalin tidak diperkenankan ada dalam
makanan maupun minuman, karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan
sel-sel kanker, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan luka bakar. Alasan
penggunaan formalin sering disalahgunakan karena selain harganya sangat murah dan
mudah didapatkan.Produsen dan pedagang sering tidak tahu jika penggunaannya
sebagai pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan bagi konsumen yang memakannya.Formalin tidak dapat hilang dengan
pemanasan, oleh karena bahayanya bagi manusia maka penggunaannya dalam makanan
tidak dapat ditoleransi dalam jumlah sekecil apapun. Alasan pedagang menambahkan
formalin ke dalam makanan adalah karena kepentingan ekonomi.Alasan ekonomi di sini
berarti pedagang tidak mengalami kerugian bila barang dagangan mereka tidak habis
terjual dalam sehari.Selain itu karena kurangnya informasi tentang formalin dan
bahayanya, tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan masih rendah, harga
formalin yang sangat murah dan kemudahan untuk mendapatkannya merupakan faktor
penyebab penyalahgunaan formalin sebagai pengawet dalam makanan.

KASUS 2
Melamin dalam sebuah produk makanan bayi impor
Maulida Hena Fatikasari 16.I1.0195

Meskipun BPOM telah melakukan pengawasan dan pengujian produk-produk yang


diduga mengandung melamin serta telah menetapkan nama-nama dan jenis produk yang
dinyatakan mengandung melamin dan berbahaya untuk dikonsumsi tetapi tetap saja
peredarannya masih marak di pasaran dan masih banyak masyarakat yang masih
mengkonsumsinya. Bahkan larangan yang telah jelas diberikan oleh pihak BPOM, tidak
ditaati oleh distributor produk makan tersebut. Melamin adalah suatu zat organik
dengan berat molekul 126,12, memiliki struktur kimia C3N6H6, berbentuk kristal putih
dan agak sulit terlarut dalam air. Melamin banyak digunakan pada produksi alat plastik
seperti peralatan makan. Selain itu, Melamin adalah basa organic dengan rumus kimia
C3H6N6. zat ini merupakan trimer dari Cyanida bersama dengan Formaldehide
melamin digunakan untuk memproduksi resin melamin, palstik yang sangat tahan
panas, busa melamin, produk polimer pembersih. Melamin meupakan metabolit dari
cyromazine salah satu senyawa pestisida. Melamin adalah bahan kimia organic yang
jamaknya berbentuk kristal putih dalam nitrogen. Banyak dipakai pada plastic, lem, pealatan
makan-minum dan papan tulis putih. Melamin adalah zat berbahaya yang sangat dilarang
penggunaannya pada makanan. Melamin biasanya digunakan untuk pembuatan plastic, lem
dan pupuk. Kandungan senyawa organic bersifat basa dan memiliki kandungan nitrogen
sampai 66 % menjadikan bahan ini sangat berbahaya. Penambahan melamin ke dalam
makanan tidak diizinkan oleh FAO/WHO Codex Alimentarius (Komisi Standar makanan) atau di
Indonesia oleh BPOM. Penggunaan melamin pada produk makanan bayi dapat menimbulkan
serangan akut pada saluran pencernaan, diantaranya muntah dan mencret. Efek pertama yang
timbul adalah gangguna pencernaan. Kemudian, fungsi-fungsi organ tubuh lainjuga akan
mengalami gangguan, bahkan kerusakan, mulai dari fungsi otak, hati, ginjal, mata dna telinga.
Bahkan bias menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai