Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE RASULULLAH SAW. DI MEKAH


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Habib Anwar Al-Anshori, M.Pd

Oleh:

Asrofil Fatayat

NIM.1811101062

Nuril Hafizh Wardah

NIM. 1811101078

Nita Fihalifah

NIM. 1811101093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam dengan materi “Pendidikan Islam Pada Periode Rasulullah
SAW. Di Mekah”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Samarinda, 08 September 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….….i

DAFTAR ISI ……………………………………….……………….…………….…ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………..…….….……..1


B. Rumusan Masalah …………………………………………..……………...1
C. Tujuan Penulisan ……………..…………………………..………………...2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Islam di Masa Rasulullah saw…………………………..…………………..3


B. Pendidikan Sebelum Kedatangan Islam ……………..………..……………4
C. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw.………….………..7
D. Sistem Pendidikan Masa Rasulullah saw.………………….…….………….8
E. Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw. periode Mekkah………………..9
F. Metode Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw.…..……………...……..11
G. Komponen Materi Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw………….......12
H. Lembaga Pendidikan Islam di Zaman Rasulullah saw……………..……..…13

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………….………………….…….…....14
B. Saran …………………………..………………………………………..…….15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, pendidikan muncul sejak diciptakan manusia, karena manusia itulah
yang menjadi objek dari pendidikan itu sendiri disamping ia juga sebagai subyek. Dalam
kenyataan, manusia juga sangat membutuhkan pendidikan karena ia tidak bisa berkembang
dan mengembangkan kebudayaannya secara sempurna apabila tidak ada pendidikan.1

Dalam sejarah dan selama perjalanan hidup umat Islampun, pendidikan dan agama
Islam yang disampaikan dan dibawa oleh Nabi Muhammad saw. kepada umatnya
merupakan agama yang sangat memperhatikan arti pentingnya ilmu pengetahuan, baik
secara teoritis maupun praktis. Al-Quran dan hadis juga menekankan bahwasannya
pentingnya mencari ilmu untuk meraih prestasi kehidupan dunia dan juga akhirat. Al-Quran
menegaskan dengan jelas pesan moral keagamaan ini yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. yaitu surah Al-Alaq 1-5 yang mengandung esensi memerintahkan kepada
manusia untuk mencari ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Secara gamblangnya, umat Islam
kini sedang mengimplemetasikan perintah ‘iqra dalam bentuk pendidikan Islam sejak masa
Rasulullah saw. hingga saaat ini.

Pendidikan Islam pun memiliki cukup panjang historis yang diukir. Menurut
masyarakat arab, munculnya kedatangan Islam membawa perubahan mendasar pada budaya
dan segala aspek kehidupannya, termasuk dalam pendidikan.2

Terkait dengan pembahasan ini, penyusun mencoba menjelaskan sejarah pendidikan


Islam periode Rasulullah saw di Mekkah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam di masa Rasulullah saw.?

1
Chaeruddin B, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.”, dalam Jurnal Diskursus Islam edisi no. 3, Vol. 1,
Desember 2013
2
Suriyadi, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, dalam Jurnal Pendidikan Islam edisi no. 2, Vol. 2,
2017
2. Bagaimana pendidikan sebelum kedatangan Islam?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.?
4. Apa saja sistem pendidikan pada masa Rasulullah saw.?
5. Bagaimana pendidikan Islam di masa Rasulullah periode Makkah?
6. Apa saja metode yang diterapkan pada pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.?
7. Apa saja komponen materi pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.?
8. Apa saja lembaga Pendidikan Islam di zaman Rasulullah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Islam di masa Rasulullah saw.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan sebelum kedatangan Islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.
4. Untuk mengetahui apa sajakah sistem pendidikan pada masa Rasulullah saw.
5. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Islam di masa Rasulullah periode Mekkah.
6. Untuk mengetahui apa saja metode yang diterapkan pada pendidikan Islam di masa
Rasulullah saw.
7. Untuk mengetahui apa saja komponen materi pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.
8. Untuk mengetahui apa saja lembaga pendidikan Islam di zaman Rasulullah.
D.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam di Masa Rasulullah


Masyarakat arab sebelum islam datang dikenal dengan masyarakat jahiliyah. Mereka
hidup dalam bentuk masyarakat yang terkotak kotak, yang dibangun dengan system
kabilah-kabilah, bersuku-suku, yang mana antara kelompok yang satu dengan lainnya
seringkali terjadi pertumbuhan darah, bahkan mereka sudah terbiasa melakukan
kekerasan dan pembunuhan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Kompleksitas masalah yang terjadi pada masyarakat arab jahiliyah inilah yang
membuat nabi Muhammad termotivasi untuk mencari jalan keluar dengan cara
mengasingkan diri berkhulwat di Gua Hira’. Di sana Nabi Muhammad berhari-hari dan
berbulan-bulan melakukan kontemplasi dan bertafakur. Tidak henti-hentianya ia
melakukan hal tersebut sampai menjelang usianya yang keempat puluh. Dan akhirnya
pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat pembawa wahyu datang dengan
membawa wahyu yang pertama: “Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha
mulia. Dia telah mengajar dengan Qolam.  Dia telah mengajar manusia apa yang tidak
mereka ketahui” (QS. al-Alaq ayat:1-5’).
Dengan turunnya ayat di atas, merupakan sebuah petanda bahwasanya Muhammad
telah resmi diangkat sebagai seorang Nabi. Sekaligus mengakhiri zaman jahiliyah
masyarakat arab. Dan selang beberapa bulan kemudian beliau menerima wahyu yang
berisi perintah untuk mendakwahkan islam kepada semua manusia. Hal tersebut
tergamabar dalam surat al-Muddatsir ayat 1-7:

“hai orang-orang berkemul, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan tuhanmu


agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlan, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi dengan maksud mendapatkan balasan yang lebih banyak.
Dan untuk memenuhi perintah tuhanmu bersabarlah”, (Q,S. al-Mudatssir, 1-7).
Dengan diturunkannya ayat di atas, memberikan sebuah pengertian  bahwa sejak
itulah nabi Muhammad secara defacto telah resmi diangkat menjadi rasulullah dengan
mengemban tugas untuk memberi peringatan bagi seluruh manusia.3

B. Pendidikan Sebelum Kedatangan Islam


Hampir seluruh penemuan teknologi di dunia tidak hadir begitu saja tanpa melalui
proses yang panjang. Bahkan di antara sekian banyak teknologi yang ada, di antaranya
merupakan rekayasa dan pengembangan dari teknologi peradaban manusia yang ada
sebelumya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa tidak ada teknologi yang
murni dimiliki oleh suatu peradaban atau bangsa tertentu. Ini menujukkan bahwa setiap
teknologi baik langsung maupun tidak langsung memiliki keterkaitan dengan penemuan-
penemuan teknologi sebelumnya.
Sering kali muncul suatu klam dari orang-orang tertentu yang menyatakan
bahwa suatu teknologi adalah milik bangsa, kelompok, atau agama tertentu. Yang
terekstrim saat ini adalah menggunakan dali-dali ideologi maupun kitab suci untuk
membenarkan klaim dengan maksud merendahkan bangsa, kelompok maupun agama
lain, tanpa secara komprehensif memepelajari fakta secara ilmiah perkembangan ilmu
pengetahuan dari sudut pandang historis.
Meskipun tidak mengenal istilah pendidikan formal, masyarakat Arab pra
Islam justru dikenal telah memiliki tradisi kesusatraan yang tinggi. Mereka yang berasal
dari golongan bangsawan sebagian di antaranya malah sudah tidak asing dengan ilmu
membaca dan menulis. Namun ada juga yang hanya mengandalkan kemampuan berupa
retorika bicara, seperti untuk berpidato atau melantunkan syair. Dari syair-syair ini pula
mereka belajar tentang sejarah bangsanya di masa lalu, nasab(silsilah) keturunannya,
kisah-kisah pahlawan, dan lain-lain. Tidak mengherankan jika di masa itu sering kali
diadakan pertandingan retorika di Negara Kota Makkah yang bagi mereka pemenangnya
akan mendapat Mu’alaqat, yaitu sejenis piagam ditulis dengan tinta emas beserta nama
penyairnya,. Tulisan tersebut kemudian akan digantungkan di bangunan kabah.

3
“Islam Pada Masa Rasulullah”, diakses dari http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2016/12/islam-
pada-masa-rasulullah.html , pada tanggal 08 September 2019, pukul 13.45
Kondisi sosial dalam masyarakat Arab terbagi dalam beberapa kelas.
Sikap masyarakat sangat diskriminatif antara satu sama lain atas dasar keturunan,
kebangsaan, suku, bahasa, warna kulit, jenis kelamin dan status sosial. Situasi ekonomi
dan politik mengikuti kondisi sosial sesuai dengan cara hidup mereka.
Menurut Munir Mursyi  pendidikan di negeri Arab pra Islam dilaksanakan
melalui peniruan dan cerita. Anak–anak tumbuh dan berkembang meniru dan mendengar
hikayat orang dewasa. Kaum Arab mengekspresikan dan membanggakan nilai- nilai
kemasyarakatan dalam kabilahnya melalui syair–syair. Ilmu yang mereka kenal terbagi
menjadi tiga bidang ilmu pengetahuan yaitu:
1. Ilmu tentang nasab: keturunan, sejarah dan perbandingan Agama
2. Ilmu ru’ya: mimpi
3. Ilmu tenung: sihir
Kaum Arab dikenal tidak bisa baca tulis (ummi), mereka hanya
mengandalkan otak dalam menghafal dan meriwayatkan syair. Oleh karena itu mereka
tidak memiliki buku untuk mewariskan ilmu pengetahuan kecuali dengan menghafal.4
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa ada penulis sejarah yang keliru
dalam menginterpretasi kata barbar dan berkonotasi negative (bangsa yang tidak beradab,
sifatnya kejam dan kasar) dengan masyarakat Arab pra-Islam. Padahal istilah barbar yang
muncul dari kalangan ilmuan Yunani Kuno,Cicero merujuk pada orang-orang yang tidak
dapat berbahasa Yunani atau mereka yang bukan merupakan orang Yunani. Ini adalah
jawaban dari ketinggian ilmu pengetahuan Yunani pada masa itu, di mana sebagian besar
masyarakatnya sudah dapat membaca dan menulis, sedangkan pada bangsa lain termasuk
bangsa Barat kemampuan tersebut tidak ditentukan.
Adapun istilah Jahiliyah yang selama ini dipahami sebagai masyarakat
yang bodoh, juga bukanlah berarti bahwa masyarakat Arab pra-Islam adalah masyarakat
yang tidak tahu apa-apa. Mereka justru tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis,
toleransi, serta mampu menjaga tradisi dan kearifan local di tengah masyarakat yang
plural. Hal ini tercemin dari bidang politik, kehidupan sosioal, dan ritual peribadatan
masyarakat Arab saat itu.

4
Linda Lintang, “Sejarah Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, diakses dari
https://www.academia.edu/20431938/SEJARAH_PENDIDIKAN_ISLAM_MASA_RASULULLAH_SAW, pada
tanggal 08 September 2019, pukul 14.30
Perhatikan bagaimana masyarakat Arab mampu bertahan di balik tekanan
Kekaisaran Romawi Timur dan Kekaisaran Persia, bagaimana masyarakat Arab
mempertahankan tatanan primodial dan sosialnya, dan perhatikan juga dari jumlah
berhala yang ada di Kabah, Makkah yang jumlahnya tak kurang dari jumlah hari yang
ada atau sekitar kurang lebih 360 buah. Dengan latar belakang historisnya di mana
manusia pertama pernah dipertemukan (jabbal rahmah), dengan letak geografisnya yang
merupakan titik pusat bumi, dan dengan keragaman manusia yang berasal dari berbagai
ras, bahasa, suku bangsa, budaya, serta agama. Dapat dikatakan bahwa jazirah Arab di
masa lalu miniature maupun representasi kehidupan di muka bumi. Tidak mengherankan
jika Arab menjaditempat kelahiran bagi Nabi dan Rasul terakhir serta penyebaran Islam
yang meluruskan serta menyempurnakan ajaran-ajaran utusan Allah SWT, sebelumnya.
Lebih lanjut, perlu penulis sampaikan di awal bahwa keadaan masyarakat di
kawasan Arab ketika itu tersususn dari Negara-negara (polish), seperti halnya Makkah,
Yastrib, Syaman, dan lainnya yang tatanan masyarakat dan sistem kehidupannya
berbeda dengan negara-negara modern saat ini. Perbedaan tersebut terletak dari struktur
politik negara-negara kota yang tidak mengenal perbedaan antara masyarakat, negara
dan pemerintahan, sehingga negara dianggap sebagai kumpulan masyarakat(society)
dan masyarakat di sebut juga sebagai Negara. Siapa yang menjadi penggerak atau
pelaksana maka dialah yang disebut dengan pemerintah. Segala bentuk ancaman yang
datang dari luar dianggap sebagai ancaman bersama. Bahkan jika terjadi serangan dari
luar maka seluruh komponen masyarakat di dalamnya berkewajiban untuk melindungi
diri dan berjuang melawan serangan tersebut.
Perbedaan lainnya yang menonjol pada masyarakat Arab klasik saat itu
adalah luas wilayah dan jumlah penduduknya yang relative kecil jika dibandingkan
dengan negara-negara modern pada saat ini. Komunikasi politik di antara anggota-
anggota Negara kota yang diwakili oleh suku-suku kecil dan besar rawan terhadap
konflik bersenjata, mereka tetap mampu menjaga adat, tradisi danbudayanya melalui
pengalaman dan penghafalan(tradisi lisan).

C. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw.


Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul pada tanggal 17 Ramadhan tahun keempat
puluh dari usia beliau atau sekitar tanggal 6 Agustus 610 Masehi. Pada malam tersebut
beliau menerima wahyu yang pertama kalinya yang dibawa oleh malaikat jibril, ayat-ayat
tersebut berjumlah 5 ayat yang tertulis dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5.
1. Bacalah (Hai Muhammad) dengan nama Tuhanmu, yang
menciptakan.
2. Menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha Mulia.
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantara qolam.
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.5
Kemudian disusul dengan wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Mudatsir ayat 1-7.
Hai orang yang berselimut. Bangunlah untuk memberikan peringatan.
Agungkan nama Tuhanmu, dan bersihkan pakaianmu.
Dan tinggalkan perbuatan dosa. Dan jangan engkau memberi. Untuk mendapatkan
balasan yang lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, bersabarlah.6

Wahyu ini mengajak umat manusia memeluk agama yang dibawa oleh Rasulullah,
setelah itu mulailah dilaksanakannya dakwah Islam. Ayat tersebut memberi petunjuk kepada
Nabi Muhammad saw. dan umatnya untuk memberikan peringatan /pengajaran kepada
umatnya.
Esensi pendidikan Islam yang dirintis oleh Rasul adalah dalam rangka mendukung dan
memperkokoh posisi agama yang disebarkannya, yaitu Islam, karena materi nya tidak lain
dari nilai-nilai ajaran agama dan persoalan lain yang menjadi kebutuhan masyarakat Islam
saat itu.
Untuk membahas lebih lanjut tentang pendidikan Islam masa Rasulullah ada perlunya
kita harus tau tentang tugas seorang pendidik. Lalu dikaitkan dengan aktivitas Rasulullah.
Setelah itu jika ada terdapat sinkronisasi antara tugas seorang pendidik dengan aktivitas
Rasulullah, maka jelas bahwa Rasulullah saw adalah seorang pendidik.
Menurut konsep pendidikan, tugas seorang pendidik ada 3 macam; pertama mentransfer
ilmu (transfer of knowledge), kedua mentransferkan nilai-nilai (transfer of values), dan
5
Departemen Agama RI, hlm. 1079.
6
Ibid., hlm. 992
ketiga mentransfer keterampilan (transferof skills). Rasulullah pun juga telah melaksanakan
ketiga hal tersebut. Beliau telah mentransferkan ilmu yang berisikan informasi berupa
wahyu, beliau juga memberikan nilai yang baik dan positif berupa nilai-nilai akidah dan
akhlak mulia, beliau pun juga mentransfer keterampilan dalam bentuk perilaku yang
berkenaan aktivitas ibadah maupun akhlak.
Pelaksanaan pendidikan Islam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tahap/fase Mekkah
sebagai masa awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Mekkah sebagai pusat kegiatannya,
dan tahap/fase madinah, sebagai fase lanjutan (penyempurnaan) pembinaan/pendidikan
Islam dengan Madinah sebagai pusatnya.7
Maka dari itu, masa pembinaan pendidikan Islam merupakan masa dimulainya
pendidikan Islam untuk disampaikan oleh Nabi Muhammad untuk umatnya yang
berlangsung selama kurang lebih 22 atau 23 tahun baik di Makkah maupun Madinah yang
berdampak besar bagi pengembangan kehidupan selanjutnya.

D. Sistem Pendidikan Masa Rasulullah saw.


Sistem pendidikan pada masa Rasul tidak terlepas dari misi kerasulan Nabi. Dijelaskan di
surah Al-Baqarah ayat 151:
151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab
dan al-Hikmah (al-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.8
Berdasarkan ayat di atas, ada empat pendekatan yang digunakan Nabi saw. dalam
mengemban misi sebagai pembawa risalah di muka bumi dalam rangka mengembangkan
dan menyiarkan Islam, ada empat hal yang ditekankan dalam ayat di atas, yaitu: tilawah,
tazkiyah, ta’lim Al-Kitab, dan Al-Hikmah.

E. Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw. periode Mekkah


7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan, hlm. 18
8
Departemen Agama RI, hlm. 31
Periode Pendidikan Islam di masa Rasulullah saw dibagi menjadi 2 periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Namun yang akan dibahas didalam makalah ini adalh
system pendidikan Islam di masa Rasulullah periode Mekkah.
Pendidikan Islam pada periode Mekkah ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama dilakukan secara rahasia, ini supaya tidak mendapatkan gangguan dari pihak kafir
Quraisy dan mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil. Dalam tahap ini
menyampaikan ajaran Islam kepada keluarga terdekat serta teman-teman terdekatnya saja.
Dari yang pertama menerima adalah keluarga di dalam rumahnya sendiri yang terdiri dari
istri beliau Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah (seorang pembantu
rumah tangganya yang diangkat menjadi anak angkatnya) Usaha berikutnya ditujukan
kepada sahabatnya yang paling dekat dan yang paling dipercaya antara lain adalah Abu
Bakar dan (sahabat) setelahnya yang dikenal As-Sabiqunal Aw-walun.9
Dan yang menjadi gurunya ialah Muhammad sendiri. Kegiatan pendidikan ini
diselenggarakan di rumah sahabat, yang paling terkenal adalah Dar Al-Arqam sebagai
derivasi langsung dari nama seorang sahabat pemilik rumah yang dijadikan tempat
pembelajaran antara Rasulullah saw. dan umat Islam. 10 Dipilihnya rumah ini karena
kesetiannya Al-Arqam terhadap beliau dan juga Islam, juga letaknya terlindung dan berada
di sekitar kaum Quraisy sehingga adanya keamanan ketenangan kaum muslimin yang
sedangmengadakan kegiatan dan pertemuan untuk menerima pelajaran atau wahyu yang
disampaikan oleh Rasulullah saw.
Tahap kedua dilakukan dengan cara semi rahasia. Tahap ini ruang lingkup dakwah
beliau lebih luas dari pertama, yakni ditunjukan kepada Bani Abdul Muthalib untuk masuk
ke dalam Islam. Namun sebagian dari Bani Abdul Muthalib ada yang menerima dan ada
yang menolak yang tidak lain ialah paman Nabi sendiri, Abu Lahab beserta istrinya. Seruan
secara terang-terangan didasarkan pada:
a. Surah As-Syu’ara ayat 214-215
214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.

9
Yang termasuk dalam As-Sabiqunal Aw-Walun ialah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar,
Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan
Arqam bin Arqam.
10
Mashuri, Transformasi Tradisi, hlm. 229
215.Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman.11
b. Sahabat Rasulullah saw. sudah bertambah banyak jumlahnya, mereka merasa tidak
takut lagi terhadap gangguan danancaman kaum kafir Quraisy.

Pendidikan secara sembunyi berlangsung selama tiga tahun sampai turun wahyu
berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu
tersebut turun beliau mengundang keluarga dekatnya untuk bertemu di bukit Shafa,
menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di kemudian hari bagi orang-orang
yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan YME dan Muhammad sebagai utusan-Nya.

Tahap ketiga secara terbuka dan demonstratif. Pada tahap ini Rasulullah menyeru
masyarakat Arab khususnya penduduk kota Mekkah untuk memeluk agama Islam. Dalam
surah Al-Hijr 94 disebutkan

94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terang segala apayang


diperintakan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik..12

Seiring dengan pelaksanaan dakwah islam dalam 3 tahap tersebut, maka secara implisit
berlangsung pula pendidikan Islam. Mahmud Yunus mengemukakan 2 tahap proses
pelaksanaan pendidikan Islam, yaitu :
Tahap I: Secara sembunyi-sembunyi yaitu kepada karib kerabatnya dan teman-teman
sejawatnya
Tahap II: Secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Jazirah Arab baik penduduk
Makkah maupun dari Luar Mekkah.13

F. Metode Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw.


Terdapat beberapa metode pendidikan yang dikenalkan di masa Rasulullah saw. dalam
menyebarkan agama Islam. Pertama metode qira’ah (membaca), kedua adalah kitabah
(menulis). Kedua metode ini lahir bersamaan dengan turunnya wahyu pertama mengenai
perintah untuk membaca (iqra’). Ketiga metode dikte metode Imla’. Pada saat Rasul
11
Departemen Agama RI, hlm. 589
12
Ibid hlm. 299
13
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan (Cet I, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm 2
mendapat wahyu, beliau menyuruh beberapa sahabatnya untuk ditugaskan mencatat ayat
tersebut diantaranya ialah Zaid bin Tsabit.14 Metode keempat dan kelima adalah menghafal
dan murajaah. Kedua metode ini juga terdapat dalam surah Al-Qiyamah ayat 16-19.
16.Janganlah kamu gerakan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak
cepat-cepat (menguasainya).
17.Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkan (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya.
18.Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
19.Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.
Metode keenam adalah ceramah atau disebut engan metode as-sama’. Metode ketujuh
adalah suri tauladan. Akhlak yangada pada diri Rasulullah saw. merupakan kesempurnaan
akhlak yang ada di diri manusia. Maka sebagai umat muslim hendaknya dapat
mempergunakan teladan dari perkataan dan pebuatan Rasulullah saw. sebagai contoh yang
harus dilakukan dan diikuti dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam referensi lain metode pendidikan Islam ini terdiri dari a) metode ceramah,
menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta
keterangan keterangannya; b) dialog, misalnya dialog Rasulullah dengan Mu’az bin Jabal
ketika Mu’az akan diutus sebagai qadi ke negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dengan
para sahabat untuk mengatur startegi perang; c) diskusi atau tanya jawab, sering sahabat
bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian Rasulullah menjawab; d)
metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah satu
anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan merasakannya; e) metode kisah, misalnya
kisah beliau dalam perjalanan isra mi’raj dan kisah tentang pertemuan antara Nabi Musa
dengan Nabi Khaidir; f) metode pembiasaan, membiasakan kaum muslimin shalat
berjamaah; dan g) metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga al-
Qur’an dengan menghafalnya.15

G. Komponen Materi Pendidikan Islam di Masa Rasulullah saw.


Materi pokok yang diajarkan oleh Rasulullah pada periode Mekkah adalah:
a. Aqidah (Keimanan)
14
M.M. Al-A’zami, 2005
15
Kamaruzzaman, Pola Pendidikan, hlm. 35.
Inti pokokyang disampaikan oleh beliau adalah bertuhan hanya kepada Allah dan
hanya Allah saja yang disembah. Hal ini dapat disimpulkan dalam bentuk tauhid
rububiyah dan tauhid uluhiyyah.
Tauhid rububiyah adalah mengimani bahwa Allah sajalah pencipta, pemelihara
juga meniadakan alam semesta, sedangkan tauhid uluhiyah yaitu bertuhan dan
menyembah hanya kepada Allah swt saja.
b. Pendidikan akliyah dan ilmiah
Yaitu, mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam
semesta. Alam akan mengajarkan demikian itu kepada orang-orang yang mau
menyelidiki dan membahasnya sedang mereka dahulu belum mengetahuinya.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
Salah satu kondisi sosial bangsa Arab jahiliyyah yang ingin dirombak oleh
Rasulullah adalah kondisi sosial mereka yang jauh dari akhlak mulia. Maka sejak
saat itu beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
d. Pengajaran Al-Qur’an
Tugas Rasul adalah menyampaikan setiap wahyu kepada umatnya. Maka para
sahabat menghafal ayat-ayat yang disampaikan kepada mereka, da nada juga
sebagian yang menulis.oleh karenanya, Al-Qur’an diturunkan sendikit demi sedikit
agar lebih mudah menghafalnya, tradisi mengahafal sudah berlangsung cukup sejak
pra Islam, dibuktikan dengan kemampuan mereka menghafal syair.

H. Lembaga Pendidikan Islam di Zaman Rasulullah saw.


Di zaman Rasulullah saw., tempat berlangsungnya pendidikan Islam diantaranya:
a. Dirumah
Tempat pendidikan pertama dalam sejarah pendidikan Islam adalh Arqam bin
Abil Arqam. Nabi mengajarkan dasar-dasar, pokok-pokok agama Islam kepada
sahabat-sahabatnya.
b. Kuttab
Kuttab adalah sebuah ruangan yang terdapat dirumah seorang guru. Penduduk
Mekkah yang penah belajar menulis huruf arab di kuttab adalah Abu Sufyan bin
Umayyah bin Abudus Syams, dan Abi Qais bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Killab.
Namun kuttab belum begitu dikenal oleh kebanyakan orang karena terbatsnya akses.
Hanya kaum kaum tertentu yang bias beljar di kuttab seperti kaum bangsawan.
Kuttab ini sudah ada di Arab sebelum adanya Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat arab sebelum islam datang dikenal dengan masyarakat jahiliyah.
Kompleksitas masalah yang terjadi pada masyarakat arab jahiliyah inilah yang membuat
nabi Muhammad termotivasi untuk mencari jalan keluar dengan cara mengasingkan diri
berkhulwat di Gua Hira’.
Dengan turunnya wahyu yang pertama, merupakan sebuah petanda bahwasanya
Muhammad telah resmi diangkat sebagai seorang Nabi. Sekaligus mengakhiri zaman
jahiliyah masyarakat arab. Kemudian diturunkannya wahyu yang, memberikan sebuah
pengertian  bahwa sejak itulah nabi Muhammad secara defacto telah resmi diangkat
menjadi rasulullah dengan mengemban tugas untuk memberi peringatan bagi seluruh
manusia.
Istilah Jahiliyah yang selama ini dipahami sebagai masyarakat yang bodoh, juga
bukanlah berarti bahwa masyarakat Arab pra-Islam adalah masyarakat yang tidak tahu
apa-apa. Mereka justru tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis, toleransi, serta mampu
menjaga tradisi dan kearifan local di tengah masyarakat yang plural. Hal ini tercemin dari
bidang politik, kehidupan sosioal, dan ritual peribadatan masyarakat Arab saat itu.
Pelaksanaan pendidikan Islam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tahap/fase Mekkah
sebagai masa awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Mekkah sebagai pusat
kegiatannya, dan tahap/fase madinah, sebagai fase lanjutan (penyempurnaan)
pembinaan/pendidikan Islam dengan Madinah sebagai pusatnya.
Sistem pendidikan di masa Rasulullah saw. tidak terlepas dari misi kerasulan Nabi.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada surah Al-Baqarah ayat 151. Berdasarkan ayat
tersebut, ada empat pendekatan yang digunakan Nabi saw. yaitu: tilawah, tazkiyah,
ta’lim Al-Kitab, dan Al-Hikmah.
Pendidikan Islam pada periode Mekkah ini dilaksanakan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama dilakukan secara rahasia, tahap kedua dilakukan dengan cara semi
rahasia, dan tahap ketiga secara terbuka dan demonstratif.
Pada periode Mekah ini Rasulullah saw. menggunakan metode pendidikan Islam di
masa Rasul diantaranya qiraah (membaca), kitabah (menulis), Imla’ (dikte), hafalan,
murojaah, ceramah, dan suri tauladan.
Kemudian, komponen materi pendidikan Islam masa Rasulullah diantaranya Aqidah
(Keimanan), pendidikan akliyah dan ilmiah, pendidikan akhlak dan budi pekerti, dan
pengajaran Al-Qur’an. Dan lembaga pendidikan di masa Rasulullah adalah rumah (Dar
Al-Arqam) dan kuttab.

B. Saran
Penyusun berharap agar materi yang dijelaskan dalam makalah ini bermanfaat bagi
yang membacanya. Makalah ini juga masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Maka
dari itu perlu adanya pengembangan materi. Dan penyusun mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan (Cet I, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
Chaeruddin B, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.”, dalam Jurnal Diskursus Islam edisi
no. 3, Vol. 1, Desember 2013
Daulay, Haidar Putra. Nurgaya Pasa, Sejarah Pendidikan Islam, IAIN PRESS Medan.
Departemen Agama RI, hlm.31, 229, 299, 589, 992, 1079.
Linda Lintang, Sejarah Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.
Mashuri, Transformasi Tradisi
Nugraha, Muhammad Tisna, Sejarah Pendidikan Islam, Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2019
Suriyadi, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, dalam Jurnal Pendidikan Islam edisi no. 2,
Vol. 2, 2017
Zuhairini, Sejarah Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah. (08 September 2019). Diakses dari
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2016/12/islam-pada-masa-rasulullah.html

Anda mungkin juga menyukai