Oleh:
Asrofil Fatayat
NIM.1811101062
NIM. 1811101078
Nita Fihalifah
NIM. 1811101093
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam dengan materi “Pendidikan Islam Pada Periode Rasulullah
SAW. Di Mekah”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….….i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………….………………….…….…....14
B. Saran …………………………..………………………………………..…….15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, pendidikan muncul sejak diciptakan manusia, karena manusia itulah
yang menjadi objek dari pendidikan itu sendiri disamping ia juga sebagai subyek. Dalam
kenyataan, manusia juga sangat membutuhkan pendidikan karena ia tidak bisa berkembang
dan mengembangkan kebudayaannya secara sempurna apabila tidak ada pendidikan.1
Dalam sejarah dan selama perjalanan hidup umat Islampun, pendidikan dan agama
Islam yang disampaikan dan dibawa oleh Nabi Muhammad saw. kepada umatnya
merupakan agama yang sangat memperhatikan arti pentingnya ilmu pengetahuan, baik
secara teoritis maupun praktis. Al-Quran dan hadis juga menekankan bahwasannya
pentingnya mencari ilmu untuk meraih prestasi kehidupan dunia dan juga akhirat. Al-Quran
menegaskan dengan jelas pesan moral keagamaan ini yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. yaitu surah Al-Alaq 1-5 yang mengandung esensi memerintahkan kepada
manusia untuk mencari ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Secara gamblangnya, umat Islam
kini sedang mengimplemetasikan perintah ‘iqra dalam bentuk pendidikan Islam sejak masa
Rasulullah saw. hingga saaat ini.
Pendidikan Islam pun memiliki cukup panjang historis yang diukir. Menurut
masyarakat arab, munculnya kedatangan Islam membawa perubahan mendasar pada budaya
dan segala aspek kehidupannya, termasuk dalam pendidikan.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam di masa Rasulullah saw.?
1
Chaeruddin B, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.”, dalam Jurnal Diskursus Islam edisi no. 3, Vol. 1,
Desember 2013
2
Suriyadi, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, dalam Jurnal Pendidikan Islam edisi no. 2, Vol. 2,
2017
2. Bagaimana pendidikan sebelum kedatangan Islam?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.?
4. Apa saja sistem pendidikan pada masa Rasulullah saw.?
5. Bagaimana pendidikan Islam di masa Rasulullah periode Makkah?
6. Apa saja metode yang diterapkan pada pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.?
7. Apa saja komponen materi pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.?
8. Apa saja lembaga Pendidikan Islam di zaman Rasulullah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Islam di masa Rasulullah saw.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan sebelum kedatangan Islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.
4. Untuk mengetahui apa sajakah sistem pendidikan pada masa Rasulullah saw.
5. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Islam di masa Rasulullah periode Mekkah.
6. Untuk mengetahui apa saja metode yang diterapkan pada pendidikan Islam di masa
Rasulullah saw.
7. Untuk mengetahui apa saja komponen materi pendidikan Islam di masa Rasulullah saw.
8. Untuk mengetahui apa saja lembaga pendidikan Islam di zaman Rasulullah.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
3
“Islam Pada Masa Rasulullah”, diakses dari http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2016/12/islam-
pada-masa-rasulullah.html , pada tanggal 08 September 2019, pukul 13.45
Kondisi sosial dalam masyarakat Arab terbagi dalam beberapa kelas.
Sikap masyarakat sangat diskriminatif antara satu sama lain atas dasar keturunan,
kebangsaan, suku, bahasa, warna kulit, jenis kelamin dan status sosial. Situasi ekonomi
dan politik mengikuti kondisi sosial sesuai dengan cara hidup mereka.
Menurut Munir Mursyi pendidikan di negeri Arab pra Islam dilaksanakan
melalui peniruan dan cerita. Anak–anak tumbuh dan berkembang meniru dan mendengar
hikayat orang dewasa. Kaum Arab mengekspresikan dan membanggakan nilai- nilai
kemasyarakatan dalam kabilahnya melalui syair–syair. Ilmu yang mereka kenal terbagi
menjadi tiga bidang ilmu pengetahuan yaitu:
1. Ilmu tentang nasab: keturunan, sejarah dan perbandingan Agama
2. Ilmu ru’ya: mimpi
3. Ilmu tenung: sihir
Kaum Arab dikenal tidak bisa baca tulis (ummi), mereka hanya
mengandalkan otak dalam menghafal dan meriwayatkan syair. Oleh karena itu mereka
tidak memiliki buku untuk mewariskan ilmu pengetahuan kecuali dengan menghafal.4
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa ada penulis sejarah yang keliru
dalam menginterpretasi kata barbar dan berkonotasi negative (bangsa yang tidak beradab,
sifatnya kejam dan kasar) dengan masyarakat Arab pra-Islam. Padahal istilah barbar yang
muncul dari kalangan ilmuan Yunani Kuno,Cicero merujuk pada orang-orang yang tidak
dapat berbahasa Yunani atau mereka yang bukan merupakan orang Yunani. Ini adalah
jawaban dari ketinggian ilmu pengetahuan Yunani pada masa itu, di mana sebagian besar
masyarakatnya sudah dapat membaca dan menulis, sedangkan pada bangsa lain termasuk
bangsa Barat kemampuan tersebut tidak ditentukan.
Adapun istilah Jahiliyah yang selama ini dipahami sebagai masyarakat
yang bodoh, juga bukanlah berarti bahwa masyarakat Arab pra-Islam adalah masyarakat
yang tidak tahu apa-apa. Mereka justru tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis,
toleransi, serta mampu menjaga tradisi dan kearifan local di tengah masyarakat yang
plural. Hal ini tercemin dari bidang politik, kehidupan sosioal, dan ritual peribadatan
masyarakat Arab saat itu.
4
Linda Lintang, “Sejarah Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, diakses dari
https://www.academia.edu/20431938/SEJARAH_PENDIDIKAN_ISLAM_MASA_RASULULLAH_SAW, pada
tanggal 08 September 2019, pukul 14.30
Perhatikan bagaimana masyarakat Arab mampu bertahan di balik tekanan
Kekaisaran Romawi Timur dan Kekaisaran Persia, bagaimana masyarakat Arab
mempertahankan tatanan primodial dan sosialnya, dan perhatikan juga dari jumlah
berhala yang ada di Kabah, Makkah yang jumlahnya tak kurang dari jumlah hari yang
ada atau sekitar kurang lebih 360 buah. Dengan latar belakang historisnya di mana
manusia pertama pernah dipertemukan (jabbal rahmah), dengan letak geografisnya yang
merupakan titik pusat bumi, dan dengan keragaman manusia yang berasal dari berbagai
ras, bahasa, suku bangsa, budaya, serta agama. Dapat dikatakan bahwa jazirah Arab di
masa lalu miniature maupun representasi kehidupan di muka bumi. Tidak mengherankan
jika Arab menjaditempat kelahiran bagi Nabi dan Rasul terakhir serta penyebaran Islam
yang meluruskan serta menyempurnakan ajaran-ajaran utusan Allah SWT, sebelumnya.
Lebih lanjut, perlu penulis sampaikan di awal bahwa keadaan masyarakat di
kawasan Arab ketika itu tersususn dari Negara-negara (polish), seperti halnya Makkah,
Yastrib, Syaman, dan lainnya yang tatanan masyarakat dan sistem kehidupannya
berbeda dengan negara-negara modern saat ini. Perbedaan tersebut terletak dari struktur
politik negara-negara kota yang tidak mengenal perbedaan antara masyarakat, negara
dan pemerintahan, sehingga negara dianggap sebagai kumpulan masyarakat(society)
dan masyarakat di sebut juga sebagai Negara. Siapa yang menjadi penggerak atau
pelaksana maka dialah yang disebut dengan pemerintah. Segala bentuk ancaman yang
datang dari luar dianggap sebagai ancaman bersama. Bahkan jika terjadi serangan dari
luar maka seluruh komponen masyarakat di dalamnya berkewajiban untuk melindungi
diri dan berjuang melawan serangan tersebut.
Perbedaan lainnya yang menonjol pada masyarakat Arab klasik saat itu
adalah luas wilayah dan jumlah penduduknya yang relative kecil jika dibandingkan
dengan negara-negara modern pada saat ini. Komunikasi politik di antara anggota-
anggota Negara kota yang diwakili oleh suku-suku kecil dan besar rawan terhadap
konflik bersenjata, mereka tetap mampu menjaga adat, tradisi danbudayanya melalui
pengalaman dan penghafalan(tradisi lisan).
Wahyu ini mengajak umat manusia memeluk agama yang dibawa oleh Rasulullah,
setelah itu mulailah dilaksanakannya dakwah Islam. Ayat tersebut memberi petunjuk kepada
Nabi Muhammad saw. dan umatnya untuk memberikan peringatan /pengajaran kepada
umatnya.
Esensi pendidikan Islam yang dirintis oleh Rasul adalah dalam rangka mendukung dan
memperkokoh posisi agama yang disebarkannya, yaitu Islam, karena materi nya tidak lain
dari nilai-nilai ajaran agama dan persoalan lain yang menjadi kebutuhan masyarakat Islam
saat itu.
Untuk membahas lebih lanjut tentang pendidikan Islam masa Rasulullah ada perlunya
kita harus tau tentang tugas seorang pendidik. Lalu dikaitkan dengan aktivitas Rasulullah.
Setelah itu jika ada terdapat sinkronisasi antara tugas seorang pendidik dengan aktivitas
Rasulullah, maka jelas bahwa Rasulullah saw adalah seorang pendidik.
Menurut konsep pendidikan, tugas seorang pendidik ada 3 macam; pertama mentransfer
ilmu (transfer of knowledge), kedua mentransferkan nilai-nilai (transfer of values), dan
5
Departemen Agama RI, hlm. 1079.
6
Ibid., hlm. 992
ketiga mentransfer keterampilan (transferof skills). Rasulullah pun juga telah melaksanakan
ketiga hal tersebut. Beliau telah mentransferkan ilmu yang berisikan informasi berupa
wahyu, beliau juga memberikan nilai yang baik dan positif berupa nilai-nilai akidah dan
akhlak mulia, beliau pun juga mentransfer keterampilan dalam bentuk perilaku yang
berkenaan aktivitas ibadah maupun akhlak.
Pelaksanaan pendidikan Islam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tahap/fase Mekkah
sebagai masa awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Mekkah sebagai pusat kegiatannya,
dan tahap/fase madinah, sebagai fase lanjutan (penyempurnaan) pembinaan/pendidikan
Islam dengan Madinah sebagai pusatnya.7
Maka dari itu, masa pembinaan pendidikan Islam merupakan masa dimulainya
pendidikan Islam untuk disampaikan oleh Nabi Muhammad untuk umatnya yang
berlangsung selama kurang lebih 22 atau 23 tahun baik di Makkah maupun Madinah yang
berdampak besar bagi pengembangan kehidupan selanjutnya.
9
Yang termasuk dalam As-Sabiqunal Aw-Walun ialah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar,
Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan
Arqam bin Arqam.
10
Mashuri, Transformasi Tradisi, hlm. 229
215.Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman.11
b. Sahabat Rasulullah saw. sudah bertambah banyak jumlahnya, mereka merasa tidak
takut lagi terhadap gangguan danancaman kaum kafir Quraisy.
Pendidikan secara sembunyi berlangsung selama tiga tahun sampai turun wahyu
berikutnya yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu
tersebut turun beliau mengundang keluarga dekatnya untuk bertemu di bukit Shafa,
menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras di kemudian hari bagi orang-orang
yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan YME dan Muhammad sebagai utusan-Nya.
Tahap ketiga secara terbuka dan demonstratif. Pada tahap ini Rasulullah menyeru
masyarakat Arab khususnya penduduk kota Mekkah untuk memeluk agama Islam. Dalam
surah Al-Hijr 94 disebutkan
Seiring dengan pelaksanaan dakwah islam dalam 3 tahap tersebut, maka secara implisit
berlangsung pula pendidikan Islam. Mahmud Yunus mengemukakan 2 tahap proses
pelaksanaan pendidikan Islam, yaitu :
Tahap I: Secara sembunyi-sembunyi yaitu kepada karib kerabatnya dan teman-teman
sejawatnya
Tahap II: Secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Jazirah Arab baik penduduk
Makkah maupun dari Luar Mekkah.13
A. Kesimpulan
Masyarakat arab sebelum islam datang dikenal dengan masyarakat jahiliyah.
Kompleksitas masalah yang terjadi pada masyarakat arab jahiliyah inilah yang membuat
nabi Muhammad termotivasi untuk mencari jalan keluar dengan cara mengasingkan diri
berkhulwat di Gua Hira’.
Dengan turunnya wahyu yang pertama, merupakan sebuah petanda bahwasanya
Muhammad telah resmi diangkat sebagai seorang Nabi. Sekaligus mengakhiri zaman
jahiliyah masyarakat arab. Kemudian diturunkannya wahyu yang, memberikan sebuah
pengertian bahwa sejak itulah nabi Muhammad secara defacto telah resmi diangkat
menjadi rasulullah dengan mengemban tugas untuk memberi peringatan bagi seluruh
manusia.
Istilah Jahiliyah yang selama ini dipahami sebagai masyarakat yang bodoh, juga
bukanlah berarti bahwa masyarakat Arab pra-Islam adalah masyarakat yang tidak tahu
apa-apa. Mereka justru tumbuh sebagai masyarakat yang dinamis, toleransi, serta mampu
menjaga tradisi dan kearifan local di tengah masyarakat yang plural. Hal ini tercemin dari
bidang politik, kehidupan sosioal, dan ritual peribadatan masyarakat Arab saat itu.
Pelaksanaan pendidikan Islam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tahap/fase Mekkah
sebagai masa awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Mekkah sebagai pusat
kegiatannya, dan tahap/fase madinah, sebagai fase lanjutan (penyempurnaan)
pembinaan/pendidikan Islam dengan Madinah sebagai pusatnya.
Sistem pendidikan di masa Rasulullah saw. tidak terlepas dari misi kerasulan Nabi.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada surah Al-Baqarah ayat 151. Berdasarkan ayat
tersebut, ada empat pendekatan yang digunakan Nabi saw. yaitu: tilawah, tazkiyah,
ta’lim Al-Kitab, dan Al-Hikmah.
Pendidikan Islam pada periode Mekkah ini dilaksanakan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama dilakukan secara rahasia, tahap kedua dilakukan dengan cara semi
rahasia, dan tahap ketiga secara terbuka dan demonstratif.
Pada periode Mekah ini Rasulullah saw. menggunakan metode pendidikan Islam di
masa Rasul diantaranya qiraah (membaca), kitabah (menulis), Imla’ (dikte), hafalan,
murojaah, ceramah, dan suri tauladan.
Kemudian, komponen materi pendidikan Islam masa Rasulullah diantaranya Aqidah
(Keimanan), pendidikan akliyah dan ilmiah, pendidikan akhlak dan budi pekerti, dan
pengajaran Al-Qur’an. Dan lembaga pendidikan di masa Rasulullah adalah rumah (Dar
Al-Arqam) dan kuttab.
B. Saran
Penyusun berharap agar materi yang dijelaskan dalam makalah ini bermanfaat bagi
yang membacanya. Makalah ini juga masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Maka
dari itu perlu adanya pengembangan materi. Dan penyusun mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan (Cet I, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
Chaeruddin B, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.”, dalam Jurnal Diskursus Islam edisi
no. 3, Vol. 1, Desember 2013
Daulay, Haidar Putra. Nurgaya Pasa, Sejarah Pendidikan Islam, IAIN PRESS Medan.
Departemen Agama RI, hlm.31, 229, 299, 589, 992, 1079.
Linda Lintang, Sejarah Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW.
Mashuri, Transformasi Tradisi
Nugraha, Muhammad Tisna, Sejarah Pendidikan Islam, Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2019
Suriyadi, “Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW”, dalam Jurnal Pendidikan Islam edisi no. 2,
Vol. 2, 2017
Zuhairini, Sejarah Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah. (08 September 2019). Diakses dari
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2016/12/islam-pada-masa-rasulullah.html