a
c
d1 b
A d3
a
c
d2
Diukur: d1, d2, d3, a, b, c.
Model matematika yang dapat disusun untuk kasus ini menjadi bermacam-
macam:
a + b + c – 1800 = 0
d3/sin a = d2/sin b = d1/sin c
d12 = d22 + d32 – 2 d2 d3 cos c
A = (s(s-d1) (s-d2) (s-d3))1/2 dimana s = (d1 + d2 + d3)/2
A = 0.5 d2 d3 sin c
Berapa banyak model yang diperlukan?
Berapa banyak pengamatan yang diperlukan?
Sekumpulan pengamatan yang teratakan secara konsisten akan menghasilkan
nilai parameter yang sama ( misalnya A) tanpa memandang kombinasi
pengukuran yang dipakai.
Tetapi, bagaimana agar pengamatan tersebut konsisten dengan model
matematika?
d). Untuk lebih jelasnya, perhatikan tiga buah traverse beda tinggi berikut. Beda
tinggi terukur diindikasikan seperti berikut:
(2,3) (-0,7)
2,2 -0,8
2,1 0,6
-01,2 (2,7)
A B C
(-0,5) 2,5
H=10m
2,3 -0,1 1,4
-0,6 (1,3) 1,5
(2,2)
(1,4)
yg. terhitung
x1
x2
vi
x1
x2
a
b
d2 danau
d3
c b
C
d1 B
Untuk menghitung parameter d3, sudut a,b,c dan jarak d1 dan d2 diukur.
Model matematika adalah abstraksi dari hubungan geometris dari segitiga
bidang datar. Dalam model ini, semua pengukuran harus dilibatkan. Untuk
kasus ini model dapat berupa:
d3 = d1 sin c / sin a
d3 = d2 sin c / sin b atau
d32 = d12 + d22 - 2 d1 d2 cos c
0 = a + b + c - 1800
atau model lain dapat digunakan asalkan keduanya linier independen dan
melibatkan semua pengukuran.
Catatan tentang Linier independen dapat dilihat pada bagian akhir bahasan
ini.
h12 h23 h3
h1 h2
h2 = h1 + h12
h3 = h2 + h23
= h1 + h12 + h23
seperti yang akan kita lihat nanti bahwa model matematika dapat terdiri
pengamatan/pengukuran, parameter, dan konstanta, atau kombinasi dari
semuanya.
2.1.3 Desain atau Pra-Analisa
Sebelum melakukan pengukuran didalam pengamatan, sangat penting
ditentukan/diketahui sampai tingkat akurasi berapakah pengamatan itu
harus diukur. Hal ini berhubungan dengan tingkat akurasi parameter yang
akan dicari.
Misalnya: (perhatikan contoh 4)
Jika client menginginkan tinggi h2 dan h3 memiliki kesalahan standar
(standar deviasi) h2 dan h3 < 3mm,
Karena titik h1 adalah titik referensi (fix), maka agar h2 < 3mm maka
diharuskan h12 < 3mm.
Seperti pada dalil perambatan kesalahan (perambatan varian): h3 = (2h12 +
2h23)1/2 < 3mm mengindikasikan bahwa h12 dan h23 masing-masing kurang
dari 2,1mm.
Tahapan desain atau pra-analisa ini sering disebut juga sebagai analisa
kovarian. Dimana melalui model matematika dapat ditentukan ketelitian
(akurasi) pengukuran yang berpengaruh nantinya pada ketelitian parameter.
Contoh lain:
P e
N L 0.2696 N G 11.25
T T
dari rumus diatas asumsikan bahwa ketilitian NL adalah 1 unit. Kita harus
dapat menentukan sampai ketelitian berapa kita harus mengamati P, T dan e.
jawabannya adalah tidak jelas, namun demikian hal tersebut dapat
ditentukan melalui cara linierisasi dan perambatan kovarian.
Contoh lain, pada penentuan posisi titik I secara spasial triangulasi, sampai
ketelitian berapa sudut (asimuth) harus diukur agar ketelitian koordinat I
terpenuhi? Katakanlah standar deviasi yang harus dicapai adalam dalam mm,
tetapi standar deviasi pengukuran asimuth adalah dalam detik.
1
A
I (x i, y i)
2
B
3
4 LINIERISASI
Dalam mata kuliah ini hanya model matematika yang linierlah (dilinierkan)
yang akan dipakai. Sehingga jika dijumpai suatu model matematika yang
tidak linier biasanya harus dibuat linier terlebih dahulu (diekspresikan
kedalam bentuk linier).
Ax B w 0
f (c, x, ) 0
A Bv w 0
dimana A dan B merupakan matrik desain (matrik koefisien), w merupakan
perbedaan (selisih) antara pengamatan dengan model pendekatan,
merupakan koreksi dari nilai pendekatan (perkiraan) untuk parameter, dan v
merupakan vektor residu dari pengamatan. Misalnya:
^ ^
x x0 dan v
dimana ' ^ ' mengindika sikan nilai perkiraan
Ingatlah bahwa suatu persamaan yang linier hanya mengandung variabel-
variabel berorde satu. Contoh, perhatikan konstanta dan variabel x,y,z untuk
persamaan berikut:
ax + by – c2 = 0 adalah persamaan linier
cx + y2 = 0 bukan persamaan linier (non-linier)
xy + bz – c = 0 bukan persamaan linier (non-linier)
4.1 TEKNIK LINIERISASI
Untuk merubah bentuk non-linier menjadi bentuk linier sering disebut dengan
liniersiasi.
Suatu deret fungsi trigonometri, misalnya sin x = x – x3/3! + x5/5! - …. (x
dalam radian); jika x mendekati nol maka x sin x.
x n a (x n a) 2
Logaritma : ax e 1 x n a 1 x n a
2!
Linier
= 0 jika x sangat
kecil
4.1.1 Ekspansi deret Taylor
Didalam Geomatika deret Taylor sering digunakan untuk melinierkan bentuk-
bentuk persamaan yang non-linier, baik dalam bentuk skalar (univariate)
maupun dalam bentuk vektor.
Untuk bentuk skalar, diberikan suatu fungsi y = f(x) dengan nilai yang
diketahui adalah y0 = f(x) pada x = x0, nilai-nilai lainnya adalah:
0
y f(x) f(x )
df
dx x 0
0
x-x d 2f
dx2 x 0
x - x 0 2 ......
2!
Jika (x – x0) sangat kecil maka (x – x0)2 0, seperti yang terjadi untuk orde-
orde yang lebih tinggi lagi. Hal ini akan menyebabkan:
y f ( x) f ( x 0 )
df
dx x0
x x 0 f (x 0 ) j.
Sebagai contoh:
Jika y = f(x) = x2 + x3, evaluasilah fungsi tersebut untuk x=1.1
Dalam hal ini ambilah nilai pendekatan x0 = 1 dan perbedaan = 0.1, maka:
df
y 0 f (x 0 ) 1 1 2, 2x 0 3x 02 5
j
dx x0
y 2 5. 2.5 (nilai sebenarnyauntuk f(1.1) 2.541)
interpretasi grafis/geometris untuk kasus ini adalah sbb.:
kelengkungan kurva tergantung dari fungsi y = f(x)
ketika d mendekati/menuju 0, y0 + j f(x), maka akan tetap kecil
pengaruh orde-orde yang lebih tinggi ditunjukkan oleh perbedaan antara
kurva pada x0 + 1, dan x0 + 2.
y=f(x)
2 y0 + jx =
y0=f(x 0) gradien pada
Y 1 y0 + jx2 x0
y0 + jx1
1 dan 2 merupakan
pengaruh dari orde-orde
x1 yang lebih tinggi
x2
X
4.1.2 Iterasi
Iterasi adalah suatu proses komputasi yang dilakukan secara berulang-ulang
untuk memperbaiki nilai pendekatan x0 dengan prosedur sbb:
i. pilihlah nilai pendekatan untuk x = x10 dan hitunglah:
x x10 1j f (x) f (x 0 )
ii. berikan nilai x yang didapat dari tahap (i) sebelumnya ke x 20 dan
gunakan untuk hitungan yang sama:
x i 1 x 0i 1j f (x) f (x 0 )
iii. teruskan proses perulangan ini sampai ditemukan solusi untuk x, atau
ketika f(x) = f(xi0), misalnya pada saat x0i+1 = xi0.
Contoh hitungan:
y x 2 x 3 j 2x 0 3x 02 jika y 2.541, tentukan x
jika diasumsikan pendekatan x = x10 = 1, maka:
x i 1 x 0i 1j f (x) f (x 0 ) dan
x 02 1.0 15 2.541 2 1.108
1 2.541 2.589 1.100
x 30 1.108 5.901
1 2.541 2.541 1.100
x 04 1.100 5.803
catatan:
jika penentuan nilai pendekatan x10 terlalu besar (jauh) dari nilai sebenarnya
akan membutuhkan iterasi yang sangat banyak.
Proses iterasi dapat dihentikan bila:
f x1
x 2 f x10 x 02 f
x1 x0
1
f
x 2 x0
2
1 2
f x10
x 02 j1
x
j2 1
x 2
4.1.4 Ekspansi untuk m Fungsi dengan n variabel
y 1 f 1 x 1 , x 2 , x n
y 2 f 2 x 1 , x 2 , x n
y m f m x 1 , x 2 , x n
misalkan y y 0 J
y 1 y 1
x 1 x n
y
dimana J matrik Jacobean
x
y y m
m
x 1 x n 0
x
y0 1
10
y 2
0 2
y dan
0 n
y m
0
ordo matrik dan vektor tersebut adalah : m J n , m y1 , n 1
Contoh-contoh soal:
Soal 1
Suatu model matematika terdiri dari dua fungsi yaitu:
y1 x12 x 3
y 2 x1 x 32
2
x0 1
1
0 0
Linierisas ikan fungsi- fungsi tersebut pada x x 2 1
x0 1
3
Jawaban:
y1 y 2
2x1 0
x1 x1
y1 y 2
0 12
x 2 x 2 x2
y1 y 2
1 2x 3
x 3 x 3
1
y 0 2 1 0 1
y 1 2
y 2 2 0 1 1 2 1 3
persamaan :
y y 0 J
1
0 2 0 1
y 2
2 0 1 2
3
Soal 2
Linierisasikan Persamaan:
x12 sin x 2 x 32 0
6x1 cos x 3 2.5 0
menjadi bentuk y y 0 J
Jawaban:
02 0 03
x sin x x
y 1
0 2 2
6x 0 cos x 0 2.5
1 3
x1
x 2
x 3
f1 f1 f1
x
J 1
x 2 x 3
2x 0 sin x 0
1 2 x10 cos x 02 3x 02 0
f 2 f 2 f 2 6 0 sin x 30
x1 x 2 x 3
Persamaan Matrik:
02
x
y 1
sin x 0
2 x 03 2x 0 sin x 0
2 1 2 x10 cos x 02 3x 02 0
x1
x
6x cos x 2.5
0 0 6 0 sin x 30 0 0 0 2
1 3 x1 , x2 , x3 x 3
Model
Tidak Matematika
Mengkoreksi Model OK?
Meformulasikan Matematika
(2) Model Matematika
Ya
Ya
Tidak Ya
(5)
Pengkajian pra- Mengkoreksi prosedur Pengkajian pra
OK? pemrosesan data & manajemen & Tidak prosesing data &
manajemen pengkajian pra manajemen OK?
pemrosesan
Ya
Ya
(6) Mengkoreksi prosedur
Pemrosesan data - Tidak Pemrosesan
Perataan pemrosesan data Data OK?
Ya
(8) Penyajian Hasil
Selesai
D x u n nu n 1D x u D x u v D x u D x v
u vD x u uD x v
D x uv uD x v vD x u Dx
v v2
Dx eu eu Dxu D x (a u ) a u ln a D x u D x (ln u) u1 D x u
D x (sin u) cos u D x u D x (cos u) sin u D x u
D x (tan u) sec2 u D x u D x (cot u) csc2 u D x u
D x (sec u) secu tan u D x u D x (csc u) cscu cot u D x u
1 1
D x (sin 1 u) Dxu D x (cos 1 u) Dxu
2 2
1 u 1 u
1 1
D x (tan 1 u) Dxu D x (cot 1 u) Dxu
1 u2 1 u2
1 1
D x (sec 1u) Dxu D x (csc 1u) Dxu
2 2
u u 1 u u 1
Metodologi Pengukuran didalam Geomatika
Model
Tidak Matematika
Mengkoreksi Model OK?
Meformulasikan Matematika
(2) Model Matematika
Ya
Ya
Tidak Ya
(5)
Pengkajian pra- Mengkoreksi prosedur Pengkajian pra
OK? pemrosesan data & manajemen & Tidak prosesing data &
manajemen pengkajian pra manajemen OK?
pemrosesan
Ya
Ya
(6) Mengkoreksi prosedur
Pemrosesan data - Tidak Pemrosesan
Perataan pemrosesan data Data OK?
Ya
(8) Penyajian Hasil
Selesai
d2 danau
d3
c b
C
d1 B
Untuk menghitung parameter d3, sudut a,b,c dan jarak d1 dan d2 diukur.
Model matematika adalah abstraksi dari hubungan geometris dari segitiga
bidang datar. Dalam model ini, semua pengukuran harus dilibatkan. Untuk
kasus ini model dapat berupa: