Anda di halaman 1dari 5

Penyakit Pernafasan

Oleh : Riyadina Varazze (26-xi ipa 6)

1. Corona Virus

Virus Corona atau 2019 Novel Coronavirus adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Virus ini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia
akut, sampai kematian. Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang lebih dikenal
dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.
Virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus
ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa
negara.
Infeksi virus Corona bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu,
seperti hidung berair dan meler, sakit kepala, batuk, nyeri tenggorokan, dan demam, atau
gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang
bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu: Deman, batuk, dan sesak
nafas. Menurut penelitian, gejala infeksi virus Corona muncul dalam 2 hari sampai 2
minggu setelah paparan virus Corona.

2. Asbestosis

Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat


menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.
Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-
paru).
Penyebab,
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di
dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat mengembang
dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya
pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri
pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada
keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam
pakaian pekerja.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya:
Plak pleura (klasifikasi), Mesotelioma maligna, Efusi pleura.
Penyembuhan,
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak
dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan
obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik
melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang
hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal,
kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan
kanker.
Pencegahan,
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di
lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol
debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih
terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.
Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang
berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna
menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap
pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian
bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa
pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali kerumah masing-
masing.

3. Penyakit Batuk Rejan

Penyakit Batuk rejan atau juga dikenali sebagai “pertusis” atau dalam bahasa
Inggris Whooping Cough adalah satu penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30
sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data
dari WHO). Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen
kasus ini terjadi di negara berkembang.
Penyebab,
penyakit ini biasanya disebabkan oleh bacterium Bordetella namun tidak jarang
diakibatkan oleh B. Parapertussis.
Pengobatan,
Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka ditempatkan
di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa merangsang
serangan batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan. Pada kasus yang
berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke
trakea. Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya
tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus. Gizi yang baik
sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk
membasmi bakteri, biasanya diberikan antibiotik eritromycin.
Pencegahan,
Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Diharapkan kemugkinan
terkenanya pertusis akan makin rendah dengan diberikan nya imunisasi, dan gejala
penyakit pun tidak akan seberat kalau tanpa diberikannya imunisasi.

4. Faringitis
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang
lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman.
Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai
dengan vitamin bisa menolong.Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan
pratanda penyakit flu atau pilek.
faringitis ada yang akut dan kronis. Faringitis akut, radang tenggorok yang masih
baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk. Faringitis
kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya
tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.

5. Dipteri

Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari


Corynebacterium diphtheriae (C. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas
mukosa saluran pernapasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan
ialah sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang
menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan.
Penyebab,
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor alam
sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan dari kulit,
saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri. Tingkat kematian
akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan kematian biasanya terjadi
dalam masa tiga hingga empat hari.
Pengobatan,
Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan
antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan
pengeluaran toksin.
Pencegahan,
Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang
dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10
tahun.

6. Infeksi Saluran Napas Atas


Infeksi saluran napas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA
(Infeksi Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi
akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
Penyembuhan,
Penyembuhannya melalui terapi. Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya
pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian
antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya
pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat
mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik
pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi
kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut
dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik
merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg
terlibat.

7. SARS

Pengertian SARS

adalah infeksi saluran pernapasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan yang
disebabkan oleh coronavirus.

Gejala SARS

Gejala SARS diketahui berupa malaise, mialgia, demam, dan diikuti gejala pernapasan
berupa batuk disertai kesulitan bernapas. Gejalanya juga dapat disertai dengan diare.
Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari
setelah onset.

Penyebab dan Faktor Risiko SARS

Penyebabnya adalah coronavirus. SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya


pada waktu merawat pengidap, tinggal satu rumah dengan atau kontak langsung dengan
sekret/cairan tubuh dari pengidap suspect atau probable. Diduga cara penyebaran
utamanya adalah melalui percikan (droplets) dan kemungkinan juga melalui pakaian
dan alat-alat yang terkontaminasi.

Diagnosis SARS

Selain dari gejala, diagnosis ditegakkan melalui beberapa metode pemeriksaan


laboratorium telah digunakan seperti PCR, ELISA, IFA. Untuk menyatakan suatu tes
PCR positif untuk SARS diperlukan paling sedikit 2 spesimen yang berbeda (yaitu
spesimen yang diambil dari nasofaring dan tinja).

Pencegahan SARS

Vaksin untuk penyakit SARS belum ditemukan, oleh karena itu hindari berkunjung ke
negara yang sedang terjangkit SARS, gunakan masker saat bepergian atau menjenguk
pasien di RS, hal ini dapat membantu mengurangi penyebaran melalui udara, melalui
percikan dan kontak langsung.

Penanganan SARS

Oseltamivir secara oral bersama dengan antibiotika berspektrum luas dan ribavirin
intravena dalam dosis yang direkomendasikan, juga memberikan hasil yang kurang
meyakinkan. Pada saat ini, penanganan pengidap SARS yang dianggap paling penting
adalah terapi suportif, yaitu mengupayakan agar pengidap tidak mengalami dehidrasi
dan infeksi ikutan.

8. MERS

Pengertian MERS

MERS (Middle East Respiratory Syndrome) adalah penyakit yang menyerang


pernapasan yang terjadi akibat virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai
dari yang ringan sampai berat.

 Penyebab MERS

Penyebab MERS adalah betacoronavirus yang baru ditemukan. Coronavirus adalah virus
terbesar dari semua jenis virus RNA. Kemungkinan mekanisme transmisi spesifik penyakit
ini adalah antara manusia dan hewan sumber yang belum diketahui dan dapat terjadi
penularan dari manusia ke manusia.

Pengobatan MERS

Belum terdapat pengobatan spesifik dan belum terdapat vaksin. Umumnya, langkah
penanganan dari dokter akan dilakukan berdasarkan gejala yang dialami oleh pengidap
serta kondisi kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai