Makalah Antropologi Budaya Suku Jawa
Makalah Antropologi Budaya Suku Jawa
Salam Sejahtera...
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat restuNya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Budaya sebagai benih
identitas suatu bangsa namun dalam lintas generasi masih terdapat penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi sampai saat ini, begitu banyak kebudayaan di
Indonesia dalam makalah ini hanya salah satunya yaitu Antropologi
Kebudayaan Suku Jawa , kurang lebih bagiamana yang terjadi jika dilihat dari
sudut pandang Antropologi, dan makalah ini disusun sebagai salah satu syarat
nilai tugas dalam mata kuliah Antropologi Smester II Oleh : Hasudungan
Sinaga,SH.,MH.,MM. Universitas Tama Jagakarsa Jakarta. Dalam penyusunan
makalah ini, adapun hambatan yang di hadapi, namun saya menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
bimbingan orang tua dan dosen sehingga kendala yang di hadapi teratasi. Saya
berharap pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan, yang di sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu saja saya mengakui bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , baik dari segi isi , teori , maupun
sistematika penulisannya , maka dari itu karena belum luasnya wawasan saya ,
saya sangat terbantu jika bapak dosen dan atau teman – teman memberikan kritik ,
saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini dari segi
manapun. Terimakasih.
PRIHANDOKO MUFARIDLO
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………..- 1
DAFATAR ISI…………………………………………………………….. 2
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………............... 3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 4
C. Tujuan dan Manfaat……………………………………………. 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku jawa
secara umum.
1) Kepercayaan
Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia ini sudah diatur
dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap
nrimo, yaitu menyerahkan diri pada takdir. Selain itu, orang Jawa percaya
kepada kekuatan atau kesakten (kesaktian) yang terdapat pada benda-
benda pusaka, seperti : keris, gamelan, dan lain-lain. Mereka juga
mempercayai keberadaan arwah dan roh leluhur, dan mahluk-mahluk
5
halus seperti memedi, lelembut, tuyul, serta jin yang menempati alam
sekitar tempat tinggal mereka. Menurut kepercayaan, mahluk halus
tersebut dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan, ketentraman, atau
keselamatan. Tetapi sebaliknya ada juga mahluk halus yang dapat
menimbulkan ketakutan dan kematian.
2) Ekonomi
3) Kesenian
Masyarakat Jawa sangat kaya akan kesenian yang terdiri dari seni
bangunan, seni tari, seni musik, seni pertunjukan, dan seni kerajinan.
6
Salah satu unsur seni yang menonjol adalah seni musik. Gamelan
merupakan seni musik jawa yang sangat terkenal. Gamelan adalah jenis
alat musik pukul (perkusi) yang terbuat dari besi, kuningan, atau
perunggu. Seperangkat gamelan biasanya terdiri dari : gambang, bonang,
barang penerus, gender, slentem, sarom, peking, kenong, kempul, dan
gong. Selain itu gamelan juga dilengkapi dengan kendang, seruling, rebab,
dan siter.
4) Bahasa
Menurut beliau, kaum santri adalah penganut agama Islam yang warak,
manakala kaum abangan adalah penganut Islam pada nama saja atau
penganut Kejawen, dengan kaum priyayi merupakan kaum bangsawan.
Tetapi kesimpulan Geertz ini banyak ditentang kerana ia mencampurkan
golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Pengelasan sosialnya juga
7
dicemari oleh penggolongan kaum-kaum lain, misalnya orang-orang
Indonesia yang lain serta juga suku-suku bangsa bukan pribumi seperti
keturunan-keturunan Arab, Tionghoa dan India.
Orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus,
tetapi mereka juga terkenal sebagai suatu suku bangsa yang tertutup dan
tidak mahu terus terang. Sifat ini konon berdasarkan sifat orang Jawa yang
ingin memeliharakan keharmonian atau keserasian dan menghindari
pertikaian. Oleh itu, mereka cenderung diam saja dan tidak membantah
apabila tertimbulnya percanggahan pendapat. Salah satu kesan yang buruk
daripada kecenderungan ini adalah bahwa mereka biasanya dengan
mudah menyimpan dendam.
8
B. Sejarah Suku Jawa
Asal-usul suku Jawa banyak versinya. Versi yang paling populer adalah
bahwa leluhur orang Jawa adalah Ajiasaka, Pandita dari India yang datang ke
Jawa. Kisah Ajisaka dan murid-muridnya kemudian digunakan sebagai patokan
aksara Jawa (ha na ca ra ka ...).
Versi lain mengatakan nenek moyang orang Jawa datang dari sekitar lereng
Gunung Merapi. Karena di lereng dan kaki gunung Merapi berdiri kerajaan
Mataram kuno, yang mana mereka mendirikan Candi Borobudur. Kerajaan
Maratam Kuno kemudian pindah ke Jawa Timur karena bencana dahsyat letusan
Gunung Merapi yang bahkan membuat Borobudur terkubur tanah.
Jika ditarik ribuan tahun ke belakang, di Jawa sudah ada kehidupan. Bahkan di
Sangiran (Sragen), ditemukan fosil manusia purba, terutama dari
jenis phitecanthropus erectus. Jauh-hari bahkan di Mojokerto (Jawa Timur)
sudah hidup nenek moyang manusia Jawa yang diberi julukan Homo
Mojokertensis. Mereka hidup 200 ribu tahun yang lalu.
Masyarakat Jawa sekarang mendiami wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Yogyakarta. Jika diperluas, mereka yang tinggal di Cirebon dan Indramayu juga
diklasifikasikan sebagai orang Jawa karena bahasa yang mereka gunakan lebih
dekat ke bahasa Jawa daripada bahasa Sunda. banyak orang Jawa menetap di
selatan Sumatera (Lampung dan sekitarnya), sebagian besar Banten (Keturunan
pasukan Mataram) Jakarta dan Sumatera Utara. Hal ini terjadi karena berbagai
alasan, antara lain: kolonial Belanda membawa orang Jawa ke tempat-tempat itu
untuk menjadi buruh perkebunan. Selain itu, etnis Jawa juga menyebar ke
Suriname.
9
Soal kehidupan beragama, setelah kedatangan Wali Songo, umumnya orang
Jawa adalah Muslim. Sebagian kecil masih Hindu dan Budha, selain Kristen dan
Katolik. Ada juga masih memegang ajaran-ajaran kejawen.
Orang Jawa dikenal halus dan sangat tepo seliro. Juga tidak suka konflik. Di lain
pihak, di mata suku Non-jawa, orang Jawa di kenal penakut dan suka main
belakang. tapi, apapun dan bagaimanapun, orang Jawa adalah mayoritas di
Indonesia dan sangat mendominasi sektor pemerintahan dan kebudayaan.
Hukum kebiasaan atau adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial berupa tradisi
yang umumnya bersifat sakral yang mengatur tata kehidupan sosial masyarakat
tertentu. Adat istiadat ini sejak lama dianut, hidup, dan berkembang dalam
masyarakat tertentu, misalnya upacara pelaksaan perkawinan suku jawa.
Contoh hukum di atas menggambarkan bahwa suku Jawa kental akan adat
istiadat yang mereka sendiri menganggapnya sebagai sebuah hukum.
Hukum adat suku Jawa tercermin dari banyaknya upacara adat yang dalam
kepercayaan mereka upacara itu merupakan sebuah keharusan yang apabila tidak
dilakukan akan datang sanksi penguasa alam semesta (bencana).
10
1) Antropologi fisik suku Jawa
11
Juga ikut terlibat berbagai lembaga peneliti seperti American Museum of
National History, Biologisch-Archaelogisch Institut, Groningen, Tokyo
University, Padova University, National d”Histoire Naturelle, Paris, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Yogyakarta dll.
Pemerintah RI telah menetapkan daerah Sangiran seluas 56 km2 sebagai
Daerah Cagar Budaya. Pada 5 Desember 1996, Situs Sangiran
oleh Unesco dinyatakan sebagai Warisan Budaya Dunia, World Heritage
List No. 593, dengan nama Sangiran Early Man Site, Situs Hunian
Manusia Purba Sangiran.
Menurut penelitian geologis, Situs Sangiran sudah muncul 3( tiga) juta
tahun lalu dan merupakan perbukitan dengan struktur kubah ditengahnya,
disebut Sangiran Dome.
Sekitar 1.8 hingga 1 juta tahun lalu ,daerah Jawa Tengah dan Timur
merupakan lembah ,yang sebelah selatan dibatasi Gunung Selatan, sebelah
utara oleh Gunung Kendeng. Lembah itu sebagian besar berupa danau dan
rawa-rawa. Disebelah timur lembah berupa lautan. Ditengah lembah ada
gunung a.l. Gunung Lawu Purba dan Gunung Wilis.
Pada saat itulah mulai muncul kehidupan manusia purba disekitar rawa-
rawa dan muara sungai Cemoro yang bersumber di Gunung Merapi. Homo
Erectus yang dikenal sebagaiJava Man tinggal disekitar sungai Cemoro
sekarang dan kehidupannya berkembang terus dengan diketemukannya
ribuan alat-alat batu.
Selain fosil manusia purba, juga diketemukan fosil-fosil binatang purba
seperti: Gajah, Banteng, Kerbau, Rusa, Kuda Nil, hippopotamus dll. Kuda
Nil Sangiran ini ukuran besar dan beratnya duakali lipat dari kuda Nil
yang ada sekarang ini!
Temuan fosil manusia, binatang dan peralatan batu yang jumlahnya ribuan
bisa dilihat di Musium Sangiran.
Perkembangan budaya dari manusia purba menjadi manusia modern
berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama. Ini adalah uraian dari segi
12
ilmiah mengenai keberadaan orang Jawa dan anak keturunannya yang
menghuni pulau ini sejak dahulu kala.
13
sebelum acara pernikahan, calon mempelai wanita kembali
melakukan ritual. Kali ini, ritualnya berupa siraman.
14
BAB III
KESIMPULAN
Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan jumlahnya di
sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni khususnya di
provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa Barat, Banten dan
tentu saja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku jawa
secara umum, antara lain : kepercayaan masyarakat, ekonomi, kesenian khas jawa,
bahasa, susunan lapisan sosial, stereotaip orang jawa, dan eksistensi tokoh-tokoh
terkemuka asal Jawa.
Asal-usul suku Jawa banyak versinya. Versi yang paling populer adalah bahwa
leluhur orang Jawa adalah Ajiasaka, Pandita dari India yang datang ke Jawa.
Kisah Ajisaka dan murid-muridnya kemudian digunakan sebagai patokan aksara
Jawa (ha na ca ra ka ...).
Versi lain mengatakan nenek moyang orang Jawa datang dari sekitar lereng
Gunung Merapi. Karena di lereng dan kaki gunung Merapi berdiri kerajaan
Mataram kuno, yang mana mereka mendirikan Candi Borobudur. Kerajaan
Maratam Kuno kemudian pindah ke Jawa Timur karena bencana dahsyat letusan
Gunung Merapi yang bahkan membuat Borobudur terkubur tanah.
Jika ditarik ribuan tahun ke belakang, di Jawa sudah ada kehidupan. Bahkan di
Sangiran (Sragen), ditemukan fosil manusia purba, terutama dari
jenis phitecanthropus erectus. Jauh-hari bahkan di Mojokerto (Jawa Timur) sudah
hidup nenek moyang manusia Jawa yang diberi julukan Homo Mojokertensis.
Mereka hidup 200 ribu tahun yang lalu.
Suku jawa zaman dulu sudah menerapkan suatu model hukum berupa hukum
kebiasaan (adat istiadat).
Kajian Antropologi pada suku Jawa dapat dibagi ke dalam dua bidang, yakni fisik
dan budaya.
15
Pertama, kajian fisik diawali oleh penelitian mencari fosil nenek moyang manusia
di Sangiran pada tahun 1893 oleh peneliti Eugene Dubois. Dia menemukan fosil
manusia purba di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, yang dinamakan Pithecanthropus
Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Kedua, kajian budaya, masyarakat Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat
yang sangat kental. Adat istiadat suku Jawa masih sering digunakan dalam
berbagai kegiatan masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian.
16
DAFTAR PUSTAKA
17