HIV-AIDS
HERIAWAN 024STYC18
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta dalam
memberikan tugas makalah “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS CMV
”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal yang telah kami
peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan
sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.
Kelompok 2
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.2.1 Pengkajian 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) dalam sering dikelompokkan dalam infeksi
TORCH yang merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan
Herpes simplex virus. Seperti pada infeksi TORCH, infeksi CMV dipopulerkan
sebagai penyakit yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung
oleh wanita hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil
kebanyakan bersifat silent, asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala, atau
hanya menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang
berat bagi fetus yang dikandung. Dapat pula menyebabkan infeksi kongenital,
perinatal bagi bayi yang dilahirkan. Keadaan seperti ini memang perlu diketahui dan
dideteksi agar dapat diberikan pengelolaan yang tepat, sebab infeksi prenatal dapat
berakibat fatal, sedangkan infeksi kongenital atau perinatal yang pada awalnya
berjalan tanpa gejala dapat bermanifestasi di kemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definis CMV ?
1.2.2 Apa etiologi CMV ?
1.2.3 Apa saja klasifikasi CMV ?
1.2.4 Apa saja Manifestasi Klinis CMV ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi CMV ?
1.2.6 Bagaimana pathway CMV ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang CMV ?
1.2.8 Apa saja komplikasi CMV ?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan CMV ?
1.2.10 Bagaimana Asuhan Keperawatan CMV ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah HIV-AIDS.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian CMV.
1.3.3 Untuk mengetahui apa etiologi CMV.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi CMV.
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja Manifestasi Klinis CMV.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi CMV.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana Pathaway CMV.
1.3.8 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang CMV.
1.3.9 Untuk mengetahui apa saja komplikasi CMV.
1.3.10 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan CMV.
1.3.11 Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan CMV.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi CMV
Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam
keluarga virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat
system kekebalan tubuh lemah.
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga
virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai
virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau
dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon,
system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga
setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita
seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya.
Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi
tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan
binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan pada trasfusi darah.
Cytomegalovirus (CMV) suatu pathogen utama dalam pasien AIDS
dengan yang menderita viremia CMV menetap. Pneumoniaitis dapat
disebabkan oleh CMVdan sering di isolasi dari biopsi transbronkial. Beberapa
kasus ulserasi dan perforasi usus CMV telah dilaporkan serta karioretinitis dan
kebutaan tidak jarang terlihat dalam stadium akhir pasien AIDS. Virus
hepatitis B sering ada dalam stadium akhir pasien AIDS maupun pada populasi
berisiko. Kehati-hatian dalam mencegah penularan HBV dalam pasien AIDS
harus diikuti juga Herpes simplex bila menyebabkan ulkus kulit mukosa yang
luas dalam area mulut dan pnemonium seta bias menyear atau memperlihatkan
keterlibatan visera. Herves soster bisa terlokalisasi pada distrubusidermatom
atau bisa diseminata. Heves zoster di seminta terbaik dapat diobati dengan
perawatan local dan terapi anti virus intravena, tetapi biasanya lesi ini kambuh.
Virus Epstein-Barr bisa berhubungan dengan limfoma SSP (Saundres,1992).
2.1.2 Etiologi CMV
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi
yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan
terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit
inklusi sito megalik.
2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala
mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali,
ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama
pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ.
Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang
kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan
dan dapat menyebabkan reaktivasi virus
2.1.3 Klasifikasi CMV
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal).
2. CMV hepatitis (hati).
3. CMV myocarditis (jantung).
4. CMV pneumonitis (paru-paru).
5. CMV retinitis (mata).
6. CMV gastritis (lambung).
7. CMV colitis (usus).
8. CMV encephalitis (otak)
2.1.4 Manifestasi Klinis CMV
Pada usia bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya
asimtomatik. Awitan gejala infeksi yang di dapat secara congenital dpat terjadi
segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Masa inkubasi tidak diketahui. Berikut ini perkiraan masa inkubasi:
setelah lahir-3 sampai 12 minggu setelah transfusi-3 sampai 12 minggu, dan
setelah transplatasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urine sering mengandung CMV
dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut
dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang dan masih dapat diaktifkan
kembali. Saat ini belum ada imunisasi untuk mencegah infeksi virus.
Tidak ada indikator yang dapat di ramalkan, tetapi sering dijumpai
gejala-gejala berikut: (Cecily Lynn Bezt, 2009)
1. Petekie dan akimasis
2. Hepatoplenomegali
3. Ikterus neonaturum : hiperbilirubinemia direk
4. Mikrosefali dengan klasifikasi periventrikular
5. Retardasi pertumbuhan intrauterus
6. Prematuritas
7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1. Purpura
2. Hilang pendengaran
3. Korioretinitis (kebutaan)
4. Demam
5. Pneumonia
6. Takipneu dan dispnue
7. Kerusakan otak.
Pada orang dewasa sehat, CMV biasanya tidak menghasilkan gejala
infeksi. Bila ada gejala, mungkin muncul sebagai pembengkakan ringan
kelenjar getah bening, demam, dan kelelahan. Orang dengan infeksi HIV
/AIDS dapat mengembangkan infeksi CMV yang parah, termasuk CMV
retinitis, sebuah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa
pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada manusia.
Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subklinik, tetapi
bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain.
1. Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang tidak teratur selama 3
minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan
hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis (tanpa
tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang
tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis
infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr dan
dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya self
limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga dibedakan
dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala
serupa.
2. Sindroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi.
Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali , kelainan biokimia
dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi ginjal.
3. Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa yang
dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau
pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi (seperti HIV tipe 1
atau 2).
4. Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada anak-anak.
a. Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil
konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa
organogenesis (trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius.
Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauteri
dengan embriopati.
b. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan
prematur, mikrosefali, IUGR, kalsifikasi intrakranial pada ventrikel
lateral dan traktus olfaktorius, sebagian besar terdapat korioretinitis,
juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpura
trombositopeni, DIC.
c. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan
disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau pembentukan
psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi tetap berisiko terjadinya
kurang pendengaran atau retardasi psikomotor.
2.1.5 Patofisiologi CMV
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang
melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin,
darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui;
berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu;
setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu
sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam
tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
2.1.6 Pathway CMV
Cecily Lynn Bezt., 2009., Buku Saku Keperawatan Pediatric., Eds 5., EGC : Jakarta
Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC),
Second Edition. USA: MosbyClassification (NOC), econd Edition. USA: Mosby
Ljungman P, Griffiths P, Paya C.2001. Definitions of cytomegalovirus infection and disease
in transplant recipients. Clin Infect Dis.Sarwono
McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classification
(NIC), Second Edition. USA: Mosby
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
Prawirohardjo.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
W.B. Saundres.,1992.,Buku Ajar Bedah.,EGC: Jakarta
Schleiss, M.R., 2010. Cytomegalovirus Infection: Treatment & Medication. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/963090-treatment. Diakses pada 30 Juni
2014
Budipardigdo S, Lisyani. 2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta
Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Universitas Diponegoro: Semarang