Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS CMV

HIV-AIDS

DOSEN PENGAMPU: HENY MARLINA R., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

DITA ARDIANA 010STYC18

FITRA ALUYA 019STYC18

HERIAWAN 024STYC18

HIKMAH NURUL ASLAMIAH 025STYC18

HIMMATUL MAULA 026STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta dalam
memberikan tugas makalah “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS CMV
”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal yang telah kami
peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan
sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 24 April 2020

Kelompok 2
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Penyakit 3

2.1.1 Definisi CMV 3

2.1.2 Etiologi CMV 4

2.1.3 Klasifikasi CMV 4

2.1.4 Manifestasi Klinis CMV 6

2.1.5 Patofisiologi CMV 7

2.1.6 Pathway CMV 9

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang CMV 9

2.1.8 Komplikasi CMV 10

2.1.9 Penatalaksanaan CMV 10


2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 11

2.2.1 Pengkajian 11

2.2.2 Diagnosa Keperawatan 15

2.2.3 Intervensi Keperawatan 16

2.2.4 Implementasi Keperawatan 16

2.2.5 Evaluasi Keperawatan 16


BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) dalam sering dikelompokkan dalam infeksi
TORCH yang merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan
Herpes simplex virus. Seperti pada infeksi TORCH, infeksi CMV dipopulerkan
sebagai penyakit yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung
oleh wanita hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil
kebanyakan bersifat silent, asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala, atau
hanya menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang
berat bagi fetus yang dikandung. Dapat pula menyebabkan infeksi kongenital,
perinatal bagi bayi yang dilahirkan. Keadaan seperti ini memang perlu diketahui dan
dideteksi agar dapat diberikan pengelolaan yang tepat, sebab infeksi prenatal dapat
berakibat fatal, sedangkan infeksi kongenital atau perinatal yang pada awalnya
berjalan tanpa gejala dapat bermanifestasi di kemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definis CMV ?
1.2.2 Apa etiologi CMV ?
1.2.3 Apa saja klasifikasi CMV ?
1.2.4 Apa saja Manifestasi Klinis CMV ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi CMV ?
1.2.6 Bagaimana pathway CMV ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang CMV ?
1.2.8 Apa saja komplikasi CMV ?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan CMV ?
1.2.10 Bagaimana Asuhan Keperawatan CMV ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah HIV-AIDS.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian CMV.
1.3.3 Untuk mengetahui apa etiologi CMV.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi CMV.
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja Manifestasi Klinis CMV.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi CMV.
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana Pathaway CMV.
1.3.8 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang CMV.
1.3.9 Untuk mengetahui apa saja komplikasi CMV.
1.3.10 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan CMV.
1.3.11 Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan CMV.
BAB II

PEMBAHASAN
2. 1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi CMV
Citomegalovyrus (CMV) adalah virus yang diklasifikasikan dalam
keluarga virus herpes. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat
system kekebalan tubuh lemah.
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga
virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai
virus paradoks karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau
dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon,
system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga
setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita
seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya.
Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi
tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan
binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan pada trasfusi darah.
Cytomegalovirus (CMV) suatu pathogen utama dalam pasien AIDS
dengan yang menderita viremia CMV menetap. Pneumoniaitis dapat
disebabkan oleh CMVdan sering di isolasi dari biopsi transbronkial. Beberapa
kasus ulserasi dan perforasi usus CMV telah dilaporkan serta karioretinitis dan
kebutaan tidak jarang terlihat dalam stadium akhir pasien AIDS. Virus
hepatitis B sering ada dalam stadium akhir pasien AIDS maupun pada populasi
berisiko. Kehati-hatian dalam mencegah penularan HBV dalam pasien AIDS
harus diikuti juga Herpes simplex bila menyebabkan ulkus kulit mukosa yang
luas dalam area mulut dan pnemonium seta bias menyear atau memperlihatkan
keterlibatan visera. Herves soster bisa terlokalisasi pada distrubusidermatom
atau bisa diseminata. Heves zoster di seminta terbaik dapat diobati dengan
perawatan local dan terapi anti virus intravena, tetapi biasanya lesi ini kambuh.
Virus Epstein-Barr bisa berhubungan dengan limfoma SSP (Saundres,1992).
2.1.2 Etiologi CMV
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi
yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan
terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit
inklusi sito megalik.
2. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala
mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali,
ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama
pada anak-anak yang masih kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ.
Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang
kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan
dan dapat menyebabkan reaktivasi virus
2.1.3 Klasifikasi CMV
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal).
2. CMV hepatitis (hati).
3. CMV myocarditis (jantung).
4. CMV pneumonitis (paru-paru).
5. CMV retinitis (mata).
6. CMV gastritis (lambung).
7. CMV colitis (usus).
8. CMV encephalitis (otak)
2.1.4 Manifestasi Klinis CMV
Pada usia bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya
asimtomatik. Awitan gejala infeksi yang di dapat secara congenital dpat terjadi
segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Masa inkubasi tidak diketahui. Berikut ini perkiraan masa inkubasi:
setelah lahir-3 sampai 12 minggu setelah transfusi-3 sampai 12 minggu, dan
setelah transplatasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urine sering mengandung CMV
dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut
dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang dan masih dapat diaktifkan
kembali. Saat ini belum ada imunisasi untuk mencegah infeksi virus.
Tidak ada indikator yang dapat di ramalkan, tetapi sering dijumpai
gejala-gejala berikut: (Cecily Lynn Bezt, 2009)
1. Petekie dan akimasis
2. Hepatoplenomegali
3. Ikterus neonaturum : hiperbilirubinemia direk
4. Mikrosefali dengan klasifikasi periventrikular
5. Retardasi pertumbuhan intrauterus
6. Prematuritas
7. Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1. Purpura
2. Hilang pendengaran
3. Korioretinitis (kebutaan)
4. Demam
5. Pneumonia
6. Takipneu dan dispnue
7. Kerusakan otak.
Pada orang dewasa sehat, CMV biasanya tidak menghasilkan gejala
infeksi. Bila ada gejala, mungkin muncul sebagai pembengkakan ringan
kelenjar getah bening, demam, dan kelelahan. Orang dengan infeksi HIV
/AIDS dapat mengembangkan infeksi CMV yang parah, termasuk CMV
retinitis, sebuah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa
pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada manusia.
Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subklinik, tetapi
bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain.
1. Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang tidak teratur selama 3
minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan
hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis (tanpa
tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang
tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis
infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr dan
dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya self
limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga dibedakan
dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala
serupa.
2. Sindroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi.
Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali , kelainan biokimia
dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi ginjal.
3. Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa yang
dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau
pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi (seperti HIV tipe 1
atau 2).
4. Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada anak-anak.
a. Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil
konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa
organogenesis (trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius.
Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauteri
dengan embriopati.
b. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan
prematur, mikrosefali, IUGR, kalsifikasi intrakranial pada ventrikel
lateral dan traktus olfaktorius, sebagian besar terdapat korioretinitis,
juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpura
trombositopeni, DIC.
c. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan
disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau pembentukan
psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi tetap berisiko terjadinya
kurang pendengaran atau retardasi psikomotor.
2.1.5 Patofisiologi CMV
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang
melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin,
darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui;
berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu;
setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu
sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam
tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
2.1.6 Pathway CMV

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang CMV


1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
2. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan
untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk
mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi
congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan).
3. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH])-
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
4. Uji serologis
a. Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan
IgG neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat
pascanatal.
b. Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan
maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
2.1.8 Komplikasi CMV
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi.
2. Gangguan penglihatan.
3. Mikrosefali.
4. Gangguan sensorineural.
2.1.9 Penatalaksanaan CM V
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir
dan valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet
dan cidofovir . Konsensus yang menyatakan hal yang lebih baik antara
profilaksis dengan terapi preemptive yang lebih baik untuk pencegahan infeksi
CMV pada penerima organ transplan solid (Schleiss, 2010).
1. Terapi medikamentosa
Pemberian terapi anti-Cytomegalovirus hanya setelah konsultasi dengan
ahli yang mengerti dengan dosis dan efek berat. Agen antiviral dapat
diberikan pada terapi penyakir Cytomegalovirus yang sudah ditegakan atau
sebagai profilaksis (seperti terapi preemptive) jika risiko perkembangan
penyakit ini tinggi (seperti pada penerima organ transplan) (Schleiss,
2010).
Antivirus nukleosida adalah agen antivirus yang sesungguhnya aktif
melawan Cytomegalovirus, meskipun immunoglobulin dapat menyediakan
efek antivirus, yang sebagian besar dikombinasikan dengan obat-obat ini.
Obat-obat ini bekerja pada target molekuler yang umum yang dinamakan
DNA polimerase virus. Gansiklovir adalah sebuah analog nukleosida
asiklik, sedangkan cidofovir adalah fosfanat nukleosid asiklik. Setiap
bahan harus difosforilasi ke dalam bentuk trifosfat sebelum dapat dihambat
oleh polimerase Cytomegalovirus. Produk gen virus, UL97 fosfotranferase
memediasi langkah untuk monofosforilasi untuk gansiklovir. Foscarnet
bukan merupakan analog nukleosida sejati, tetapi dapat juga secara
langsung menghambat polimerase virus (Schleiss, 2010).
Gansiklovir umumnya digunakan sebagai terapi preemptive pada penerima
organ transplan yang berisiko tinggi mengalami perkembangan penyakit
(seperti penerima organ transplan yang seronegatif terhadap organ
transplan dari donor seropositif). Asiklovir per oral dan pernteral juga telah
sukses digunakan untuk profilaksis organ padat transplantasi (penerima
seronegatif). Meskipun demikian, asiklovir tidak pernah digunakan untuk
terapi penyakit Cytomegalovirus yang aktif. Formulasi oral dibuktikan
untuk digunakan pada pasien HIV dewasa yang mengalami retinitis
Cytomegalovirus. Meskipun demikian bioavailabilitasnya kurang dan tidak
ada data yang mendukung pada anak-anak (Schleiss, 2010).
Sekuel neurologi dari Cytomegalovirus kongenital umumnya tuli
sensorineural, berkembang pada posnatal, kemunculan hasilnya dari
percobaan terminasi kolaborasi bangsa-bangsa masih menarik diteliti.
Gansiklovir intravena membawa perkembangan atau stabilisasi
pendengaran pada sejumlah balita usia 6 bulan. Laporan kasus
menyarankan efikasi gansiklovir untuk penyakit neonatus akut dengan
pengancaman jiwa penyakit Cytomegalovirus (seperti pneumonia)
(Schleiss, 2010).
Alternatif gansiklovir meliputi trisodium fosformat (PFA) dan cidofovir.
Pengalaman dokter anak dengan obat ini terbatas. Meskipun berpotensi
digunakan dalam latar belakang resisten gansiklovir, toksisitas antivirus ini
cukup besar. Penggunaan obat-obatan ini pada pasien pediatrik hanya pada
kondisi perkecualian. Meskipun obat ini memiliki aktivitas perlawanan
terhadap virus ini tingkat sedang, dosis tinggi acyclovir oral dan
valacyclovir telah digunakan untuk profilaksis penyakit ini dengan individu
risiko tinggi seperti yang telah disebutkan, tetapi tidak sesuai pada terapi
penyakit aktif. Terapi oral dengan valgansiklovir dipertimbangkan untuk
diinvestigasi pada anak (Schleiss, 2010).
a. Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Nukleotida asiklik
sintetik secara struktural serupa dengan guanin. Struktur tersebut serupa
pada acyclovir yang membutuhkan fosforilasi aktivitas antiviral. Enzim
yang bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk gen UL97
virus, sebuah protein kinase. Resistensi dapat terjadi pada penggunaan
jangka panjang, secara umum terjadi karena mutasi gen ini. Indikasi
obat ini untuk anak immunocompromised seperti infeksi HIV,
postransplan, dan lain-lain jika secara klinis dan virologis
membuktikan penyakit spesifik berakhirnya organ yang spesifik
(Schleiss, 2010).
Pada balita, terapi antiviral dengan gansiklovir mungkin berguna
menurunkan prevalensi sekuel perkembangan neural, umumnya tuli
sensorineural. Sebuah penelitian mengenai penyakit alergi dan
infeksiinstitusi nasional di negara peneliti menunjukkan perbaikan
relatif pada pendengaran pada tuli simtomatik kongenital CMV yang
diterapi dengan gansiklovir. Meskipun demikian, terapi pada neonatus
harus dikonsultasikan oleh ahlinya (Schleiss, 2010).
b. Immunoglobulin
Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi pasif untuk mencegah
penyakit Cytomegalovirus simtomatik. Strategi ini telah digunakan
pada kontrol penyakit Cytomegalovirus pada pasien
immunocompromised pada era aantivirus prenuklosida. Bukti pada
kehamilan menyarankan infus Ig CMV pada wanita dengan infeksi
primer dapat mencegah transmisi dan memeperbaiki kondisi kelahiran
(Schleiss, 2010).
c. Valgansiklovir (VGCV)
Valgansiklovir (VGCV) adalah sebuah prodrug turunan valyl dari
gansiklovir. Setelah absorbsi di intestinum, moase valine cepat diurai
oleh hepar menghasilkan GCV. Zat ini inaktif dan membutuhkan
trifosforilasi untuk aktivitas virostatis (Schleiss, 2010).
2. Pembedahan
Terapi operatif yang dibutuhkan seperti pada kejadian dengan cerebral
palsy yaitu dengan operasi ortopedik dan gastrotomy. Gastrotomy
dilakukan untuk mengganti nutrisi untuk ke enteral (Schleiss, 2010).
2. 2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, status, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, status, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa.
c. Keluha utama
2. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bisa ditemukan:
a. Adanya riwayat tranfusi.
b. Adanya riwayat transplantasi organ.
c. Ibu pasien penderita infeksi CMV.
d. Suami/istri penderita CMV.
3. Pemeriksaan fisik
a. TTV : Suhu (demam), pernapasan (takipnea, dispnea), tekanan darah,
nadi.
b. Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh
eritripoiesis kulit.
c. Penurunan berat badan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan
jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin
untuk mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat;
verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama
dari kehidupan).
c. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain
(toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes [TORCH])-
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologis
1) Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat
mengindikasikan pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang
meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa
prenatal; IgG maternital negative dan IgG neonatal positif
mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
2) Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
e. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan
maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan NANDA( 2002), maka didapatkan diagnose keperawatan
CMV sebagai berikut:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan system imun, aspek
kronis penyakit.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dalam
bernapas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor
biologis: mual dan muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penularan, penanganan, dan
perjalanan penyakit.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No DX Tujuan&Kriter Intervensi Rasional
ia Hasil
1 Resiko Setelah a. Mencegah
penyebar dilakukan a. Pertahankan kontaminasi silang;
an infeksi tindakan teknik aseptif menurunkan risiko
b/d keperawatan infeksi.
penuruna selama ...x24 b. Batasi b. Mencegah
n system jam. kontaminasi silang
imun, Kriteria Hasil : pengunjung bila dari pengunjung.
aspek 1. Klien bebas Masalah risiko
perlu
kronis dari tanda infeksi harus
penyaki dan gejala c. Cuci tangan seimbang melawan
infeksi kebutuhan pasien
2. Mendeskripsi setiap sebelum dan untuk dukungan
kan proses keluarga dan
penularan sesudah tindakan sosialisasi.
penyakit, keperawatan c. Mencegah
factor yang kontaminasi silang;
mempengaru d. Gunakan baju, menurunkan risiko
hi penularan infeksi.
serta sarung tangan d. Penggunaan
penatalaksan masker, skort, dan
sebagai alat
aan sarung tangan
3. Menunjukka pelindung dilakukan oleh
n OSHA untuk
kemampuan e. Ganti letak IV kontak langsung
untuk dengan cairan
mencegah perifer dan dressing tubuh, misalnya
timbulnya sputum, darah/zat-
sesuai dengan
infeksi zat darah, serum
4. Jumlah petunjuk umum sekresi vaginal.
leukosit e. Menurunkan risiko
dalam batas f. Gunakan kateter infeksi pada sisi
normal insersi dengan
5. Menunjukka intermiten untuk memungkinkan
n perilaku mengarah pada
menurunkan infeksi
hidup sehat septikemia.
kandung kencing f. Mencegah
pemasukan bakteri
g. Tingkatkan dan infeksi
g. Diet TKTP
intake nutrisi diperlukan untuk
h. Berikan terapi meningkatkan
asupan dari
antibiotik kebutuhan
pertumbuhan
jaringan.
h. Antibiotik lokal dan
sistemik diberikan
untuk mengontrol
pathogen yang
teridentifikasi oleh
kultur/sensitivitas.

2 Pola Setelah a. Meningk


nafas dilakukan a. Posisikan pasien atkan ekspansi paru
tidak tindakan untuk optimal/fungsi
efektif keperawatan pernafasan.
berhubun selama ...x24 memaksimalkan b. Fisiotera
gan jam. pi dada mengalirkan
dengan Kriteria Hasil : ventilasi area dependen paru,
penuruna 1. Mendemonst sementara
b. Lakukan
n energi rasikan batuk spirometri intensif
dalam efektif dan fisioterapi dada jika dilakukan untuk
bernapas suara nafas memperbaiki
yang bersih, perlu ekspansi paru,
tidak ada c. Keluarkan sekret sehingga
sianosis dan meningkatkan
dyspneu dengan batuk atau fungsi pernafasan
(mampu dan menurunkan
mengeluarka suction atelektasis.
n sputum, c. Meningk
d. Auskultasi suara
mampu atkan ekspansi paru,
bernafas nafas, catat adanya memobilisasi dan
dengan drainase sekret.
mudah, tidak suara tambahan suction Membantu
ada pursed mempertahankan
lips) e. Berikan jalan nafas bersih,
2. Menunjukka tetapi harus
bronkodilator
n jalan nafas dilakukan
yang paten kewaspadaan
(klien tidak karena edema
merasa mukosa dan
tercekik, inflamasi. Teknik
irama nafas, steril menurunkan
frekuensi risiko infeksi.
pernafasan d. Memper
dalam tahankan adanya
rentang perkembangan
normal, tidak komplikasi/infeksi
ada suara pernafasan. Mis,
nafas ateletaksis.
abnormal) e. Mungki
3. Tanda Tanda n diperlukan untuk
vital dalam meningkatkan/
rentang mempertahankan
normal jalan nafas atau
(tekanan untuk
darah, nadi, membersihkan
pernafasan) sekresi

3 Setelah a. Kaji adanya alergi a. Mengurangi


Ketidakse dilakukan makanan hipersensifitas
imbangan tindakan b. Kolaborasi dengan makanan serta
nutrisi keperawatan ahli gizi untuk Mengantisipasi
kurang selama ...x24 menentukan jumlah reaksi alergi yang
dari jam. kalori dan nutrisi mungkin terjadi.
kebutuha Kriteria Hasil : yang dibutuhkan b. Pedoman tepat pada
n tubuh a. Adanya pasien. pemasukan kalori
b/d intake peningkatan c. Berikan substansi tepat. Sesuai
tidak berat badan gula penyembuhan luka,
adekuat, sesuai dengan d. Ajarkan pasien presentase area luka
stomatitis, tujuan. bagaimana membuat dievaluasi untuk
gangguan b. Berat badan catatan makanan menghitung bentuk
ideal sesuai harian. diet yang diberikan
absorbsi, dengan tinggi e. Monitor jumlah dan penilaian yang
kelemaha badan nutrisi dan tepat dibuat.
n, c. Mampu kandungan kalori c. Mengawasi
kehilanga mengidentifik f. Berikan informasi terjadinya
n nafsu asi kebutuhan tentang kebutuhan hiperglikemia
makan. nutrisi nutrisi sehubungan dengan
d. Tidak ada perubahan
tanda tanda hormonal/kebutuha
malnutrisi n atau penggunaan
e. Tidak terjadi hiperalimentasi
penurunan untuk memenuhi
berat badan kebutuhan kalori.
yang berarti d. Melibatkan pasien
dalam rencana
memberikan
perasaan control
lingkungan dan
mungkin
meningkatkan
pemasukan.
Memenuhi
kebutuhan akan
makanan non-
institusionla
mungkin juga
meningkatkan
pemasukan.
e. Pedoman tepat pada
pemasukan kalori
tepat. Sesuai
penyembuhan luka,
presentase area luka
dievaluasi untuk
menghitung bentuk
diet yang diberikan
dan penilaian yang
tepat dibuat.
f. Memberikan
pengetahuan dasar
di mana pasein
dapat membuat
pilihan bersarkan
informasi.

4 Setelah a. Lakukan pengkajian a. Mengindikasikan


Nyeri dilakukan nyeri secara kebutuhan untuk
akut b/d tindakan komprehensif intervensi dan
proses keperawatan termasuk lokasi, tanda-tanda
penyakit selama ...x24 karakteristik, durasi, perkembangan atau
jam. frekuensi, kualitas resolusi
Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi komplikasi.
a. Mampu b. Observasi reaksi b. Membantu
mengontrol nonverbal dari mengidentifikasi
nyeri (tahu ketidaknyamanan tindakan yang tepat
penyebab c. Gunakan teknik untuk memberikan
nyeri, komunikasi kenyamanan.
mampu terapeutik untuk c. Pernyataan
menggunaka mengetahui memungkinkan
n tehnik pengalaman nyeri pengungkapan
nonfarmakol pasien emosi dan dapat
ogi untuk d. Bantu pasien dan meningkatkan
mengurangi keluarga untuk mekanisme koping.
nyeri, mencari dan d. Membantu
mencari menemukan meningkatkan
bantuan) dukungan peran keluarga dan
b. Melaporkan e. Kontrol lingkungan memberikan
bahwa nyeri yang dapat pemahaman
berkurang mempengaruhi nyeri tentang perawatan
dengan seperti suhu klien.
menggunaka ruangan, e. Mengurangi rasa
n manajemen pencahayaan dan lelah, Pengaturan
nyeri kebisingan suhu dapat hilang
c. Mampu f. Pilih dan lakukan karena luka bakar
mengenali penanganan nyeri mayor. Sumber
nyeri (skala, (farmakologi, non panas eksternal
intensitas, farmakologi dan perlu untuk
frekuensi dan inter personal) mencegah
tanda nyeri) g. Kaji tipe dan sumber menggigil.
d. Menyatakan nyeri untuk f. Pendekatan dengan
rasa nyaman menentukan menggunakan
setelah nyeri intervensi relaksasi dan non-
berkurang h. Berikan analgetik farmakologi lain
e. Tanda vital untuk mengurangi telah menunjukkan
dalam nyeri keefektifan dalam
rentang i. Tingkatkan istirahat mengurangi nyeri.
normal g. Indicator daerah
yang terlibat dan
membantu dalam
menyusun
intervensi
h. Analgetik
memblok lintas
nyeri sehingga
nyeri akan
berkurang.
i. Kekurangan tidur
dapat
meningkatkan
persepsi
nyeri/kemampuan
koping menurun.

5 Setelah a. Teaching : disease a. Memberikan dasar


Kurang dilakukan Process pengetahuan
pengetahu tindakan b. Berikan penilaian dimana pasien
an keperawatan tentang tingkat dapat membuat
mengenai selama ...x24 pengetahuan pasien pilihan berdasarkan
penularan jam. tentang proses informasi.
, Kriteria Hasil : penyakit yang b. Memberikan dasar
penangan a. Pasien dan spesifik pengetahuan
an dan keluarga c. Jelaskan dimana pasien
perjalana menyatakan patofisiologi dari dapat membuat
n pemahaman penyakit dan pilihan informasi
penyakit. tentang bagaimana hal ini terapi
penyakit, berhubungan c. Mungkin akan
kondisi, dengan anatomi dan meningkatkan kerja
prognosis fisiologi, dengan sama untuk
dan program cara yang tepat. menyuksukseskan
pengobatan d. Diskusikan aturan terapitik
b. Pasien dan perubahan gaya d. Member pesein
keluarga hidup yang peningkatan
mampu mungkin diperlukan control, mengurangi
melaksanaka untuk mencegah resiko dan
n prosedur komplikasi di masa meningkatkan rasa
yang yang akan datang malu
dijelaskan dan atau proses
secara benar pengontrolan
Pasien dan penyakit e. Meningkatkan kerja
keluarga mampu e. Diskusikan pilihan sama
menjelaskan terapi atau dengan/peningkatan
kembali apa penanganan kemungkinan untuk
yang dijelaskan f. Dukung pasien sekses dengan
perawat/tim untuk aturan terapiotik.
kesehatan mengeksplorasi atau f. Pengulangan
lainnya mendapatkan memungkinkan
second opinion kesempatan untuk
dengan cara yang bertanya dan
tepat atau meyakinkan
diindikasikan pemahaman yang
g. Rujuk pasien pada akurat.
grup atau agensi di g. Membantu transisi
komunitas lokal, ke rumah,
dengan cara yang meberikan bantuan
tepat untuk memenuhi
h. Instruksikan pasien kebutuhan individu,
mengenai tanda dan dan mendukung
gejala untuk kemandirian.
melaporkan pada h. Pengenalan awal
pemberi perawatan akan perkembangan
kesehatan, dengan komplikasi
cara yang tepat anintervensi yang
tepat pada
waktunya akan
mencegah
perkembangan
kearah situasi yang
dapat
membahayakan
jiwa.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien (Nursalam, 2001).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.Tujuan
dan intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut,
dapat dicapai secara efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi
endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada
populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang
dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi CMV.
Kejadian infeksi CMV pada Ibu hamil sangat tinggi dan menyebabkan kelainan
congenital pada janin. Diagnosis dini dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang amatlah penting untuk menentukan status infeksi dan
penentuan perlu tidaknya mendapat terapi untuk mencegah mortalitas dan morbiditas.
Untuk mengurangi risiko kelainan congenital pada janin perlu memperhatikan
tindakan pencegahan yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Cecily Lynn Bezt., 2009., Buku Saku Keperawatan Pediatric., Eds 5., EGC : Jakarta
Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC),
Second Edition. USA: MosbyClassification (NOC), econd Edition. USA: Mosby
Ljungman P, Griffiths P, Paya C.2001. Definitions of cytomegalovirus infection and disease
in transplant recipients. Clin Infect Dis.Sarwono
McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classification
(NIC), Second Edition. USA: Mosby
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
Prawirohardjo.2010.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
W.B. Saundres.,1992.,Buku Ajar Bedah.,EGC: Jakarta
Schleiss, M.R., 2010. Cytomegalovirus Infection: Treatment & Medication. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/963090-treatment. Diakses pada 30 Juni
2014
Budipardigdo S, Lisyani. 2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta
Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Universitas Diponegoro: Semarang

Anda mungkin juga menyukai