PENDAHULUAN Bab
I
Program ini lahir tak lepas dari kondisi sanitasi 330 Kota/Kabupaten
atau kawasan perkotaan yang memprihatinkan. Program yang berlangsung
2011-2015 ini berjalan sesuai dengan tiga target pembangunan sanitasi, yaitu:
1) Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2014; 2) Penanganan
sampah melalui pengurangan timbulan dari sumber dan penerapan sistem
sanitary landfill untuk TPA dengan prioritas di 240 kota; 3) Pengurangan
genangan air di sejumlah kota/kawasan perkotaan seluas 22.500 Ha.
Sedangkan dalam arti yang lebih luas, Sanitasi dapat dipahami sebagai
usaha pembuangan dan atau pengelolaan tinja, endapan air limbah (sullage)
dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan kesehatan untuk
membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan
sehat.
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai
berikut:
1. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang
berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
2. Black water (air tinja/limbah padat) yaitu air tinja yang tercemar tinja,
umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya
orang dewasa menghasilkan 1.5 liter air tinja/hari. Air ini mengandung
bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus
disalurkan melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan.
Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank
dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang
sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat
disalurkan ke saluran kota, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke
dalam tanah sebagai bahan cadangan air tanah.
a. Sumber Data
1) Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program
masing-masing dinas/kantor terkait, baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya; yang berupa data statistik, proposal, laporan,
foto dan peta.
2) Narasumber, yang terdiri dari; beragam posisi yang berkaitan dengan
tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta,
masyarakat sipil dan tokoh masyarakat.
b. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini.
Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Hal ini
disebabkan banyak dokumen kegiatan program yang mampu
memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang
erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi dalam masa kini.
1) EHRA
Survei Environmental Health Risk Assessment/EHRA atau penilaian
risiko kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk mengetahui
penerapan PHBS di masyarakat dan sarana sanitasi yang dimiliki
rumah tangga. Karena informasi diperoleh secara langsung (primer)
dari masyarakat, maka EHRA jelas akan melengkapi dan
mempertajam data sekunder yang telah dimiliki Pokja. Pokja bisa
bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga penelitian
untuk melaksanakan survei EHRA. EHRA hanya bisa dilaksanakan
setelah data sekunder terkumpul.
2) SSA
Sanitation Supply Assessment/SSA atau studi penyedia layanan
sanitasi dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi sector swasta
dan masyarakat dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi. Hal
ini sangat berguna untuk menyusun strategi pelibatan sektor swasta
dan masyarakat pada saat penyusunan SSK. Pokja dapat melakukan
studi SSA dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Gambar 1 .
Tahap Penyusunan Buku Putih
1 7 Rev 17
14
Pertemuan Perdana Rapat Konsultasi – 1
- Tim Pengarah dan Tim Teknis Rapat Konsultasi – 3
Pemangku Kepentingan
2
Tingkat Kabupaten
Masukan untuk :
Badan Usaha
- Kelurahan Berisiko Sanitasi (4 Kategori)
- Penyebab Utama Permasalahan Sanitasi
5
12
Pemetaan Awal : Manajemen
dan Operasi Sanitasi
PRODUK
OUPUT/
Buku Putih
1. Data Sekunder yang diperoleh dari data yang tersedia di SKPD dan dari
Buku Sukoharjo dalam angka tahun 2010.
2. Data Primer yang diperoleh dari studi EHRA dan Persepsi SKPD tentang
factor resiko lingkungan.
Undang-Undang
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis
Penyehatan Perumahan.