MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 07
TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENETAPAN HARGA
PATOKAN PENJUALAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA.
-4-
Pasal I
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07
Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan
Penjualan Mineral Logam dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 100) yang telah
beberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral:
a. Nomor 44 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07
Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan
Penjualan Mineral Logam dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 980);
b. Nomor 19 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 07 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan
Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
354);
diubah sebagai berikut:
Pasal 2A
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan
IUPK Operasi Produksi Mineral Logam yang
memproduksi bijih nikel, wajib mengacu pada HPM
Logam dalam melakukan penjualan bijih nikel yang
diproduksi.
(2) Kewajiban untuk mengacu pada HPM Logam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku
bagi pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam
dan IUPK Operasi Produksi Mineral Logam dalam
menjual bijih nikel yang diproduksi kepada
Afiliasinya.
(3) Pihak lain yang melakukan pemurnian bijih nikel
yang berasal dari pemegang IUP Operasi Produksi
Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi Mineral
Logam wajib melakukan pembelian bijih nikel
dengan mengacu pada HPM Logam.
Pasal 9A
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam,
IUP Operasi Produksi Batubara, IUPK Operasi
Produksi Mineral Logam, dan IUPK Operasi
Produksi Batubara sebelum menjual Mineral Logam
atau Batubara wajib melaksanakan ketentuan
tentang verifikasi kuantitas dan kualitas Mineral
Logam atau Batubara.
(2) Verifikasi kuantitas dan kualitas Mineral Logam
atau Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Surveyor yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
- 11 -
Pasal 9B
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan
IUPK Operasi Produksi Mineral Logam harus
menunjuk pihak ketiga sebagai wasit (umpire) yang
disepakati bersama dalam kontrak penjualan
dengan pihak pembeli di dalam negeri.
(2) Dalam hal terdapat perbedaan hasil verifikasi
kualitas Mineral Logam antara Pemegang IUP
Operasi Produksi Mineral Logam dan IUPK Operasi
Produksi Mineral Logam dengan pihak pembeli di
dalam negeri, penentuan kualitas Mineral Logam
mengacu pada hasil pengujian yang dilakukan oleh
pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus terdaftar sebagai Surveyor yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.
Pasal 9C
Tata cara penetapan Surveyor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9A ayat (2) dan Pasal 9B ayat (3) ditetapkan
oleh Menteri.
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan; dan/atau
c. pencabutan IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama
Menteri atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
(4) Dalam hal Pihak lain tidak memenuhi atau
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2A ayat (3), Menteri dapat menyampaikan
rekomendasi kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
industri untuk mengenakan sanksi adminsitratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatan usaha; dan/atau
c. pencabutan Izin.