Makalah DMK
Makalah DMK
KONTRAK KONSTRUKSI
Disusun oleh :
Kelompok 8 (1 MRK 5)
1. Rodly Hidayatul Akbar 1941320065
2. Salsabila Sa’adia Yudha 1941320189
3. Sudarsini 1941320021
4. Zahwa Lintang A.H 1941320111
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen Konstruksi
Penulisan Makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu,disampaikan
banyak terimakasih kepada bapak Joko Setiono,ST.,MMT selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Manejemen Konstruksi yang telah memberikan bimbingan, ilmu, nasehat, saran, waktu, tenaga,
pikiran dan perhatiannya dalam penyelesaian Makalah ini.
Tidak lupa saya sampaikan permintaan maaf apabila terdapat ucapan dan tindakan yang
kurang berkenan. Segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3. Batasan Masalah........................................................................................................................2
1.4. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
2.1 Dasar – Dasar Kontrak Konstruksi..........................................................................................3
2.1.1. Definisi Perikatan dan Perjanjian....................................................................................3
2.1.2. Mekanisme Terbentuknya Kontak...................................................................................4
2.1.3. Pelanggaran Kontrak (Contract Violation).......................................................................6
2.1.4. Pemutusan Kontrak (Contract Termination)....................................................................7
2.1.5. Kerugian Akibat Pelanggaran Kontrak...........................................................................8
2.1.6. Hubungan Kontrak Dalam Proyek Konstruksi...............................................................9
2.1.7. Manajemen Resiko Dalam Kontrak Konstruksi...........................................................10
2.2. Jenis-Jenis Kontrak.................................................................................................................11
2.2.1. Jenis Kontrak Berdasarkan Pengaturan Penggantian Biaya.......................................11
2.2.3. Jenis-Jenis Kontrak Berdasarkan Organisasi Perjanjian............................................13
2.2.4. Komponen Kontrak.........................................................................................................17
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................20
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................................20
3.2. Saran.........................................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam sebuah proyek konstruksi diperlukan adanya sebuah ikatan kerja antara pengguna
jasa dengan penyedia jasa yang digunakan sebagai dasar hukum, berbentuk kontrak konstruksi.
Pada umumnya kontrak konstruksi berisi tentang pembagian hak dan kewajiban diantara
keduanya.
Kontrak adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum, yang dibuat oleh dua orang
atau lebih, yang berisi tentang hak dan kewajiban dari pihakpihak yang bersangkutan untuk
melaksanakan sebuah perjanjian pekerjaan guna membuat keputusan dimana hasil kesepakatan
tersebut ditulis dalam sebuah kontrak, diperlukan sebuah penawaran dan penerimaan. Dalam
membuat perjanjian harus melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dan berdasarkan hukum
yang berlaku.
Kontrak konstruksi berarti perikatan tertulis antara pengguna jasa (pemilik proyek atau
pemberi tugas) dan penyedia jasa (konsultan perencana / kontraktor pelaksana / konsultan
pengawas) mengenai kegiatan industri jasa konstruksi. kontrak kerja konstruksi juga
mengandung resiko yang menyangkut keselamatan umum dan tertib bangunan. Kontrak kerja
konstruksi termasuk perjanjian untuk melakukan pekerjaan sebagaimana ketentuan Pasal 1601
KUHPerdata
1
1.3. Batasan Masalah
Agar makalah ini terfokus pada pokok permasalahan serta Pembahasan untuk
menghindari terjadi penyimpangan masalah,maka penulis menetapkan batas-batas penelitian ini.
Pembatasan masalah dalam penilitian ini adalah mengenai penerapan kontrak kerja Konstruksi.
1.4. Tujuan
1. Dapat menjelaskan definisi kontrak secara umum
2. Dapat menjelaskan proses terbentuknya kontrak
3. Dapat menyebutkan macam-macam dan kriteria pelanggaran kontrak
4. Dapat menyebutkan kriteria pemutusan kontrak
5. Dapat menyebutkan kerugian akibat pelanggaran kontrak
6. Dapat menjelaskan hubungan kontrak dalam proyek konstruksi
7. Dapat menyebutkan macam-macam kontrak konstruksi berdasarkan cara
penggantian biaya
8. Dapat menyebutkan macam-macam kontrak berdasarkan organisasi perjanjian
9. Dapat menjelaskan standar bentuk kontrak dan komponen kontrak konstruksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana
dua orang berjanji tentang sesuatu. Dari peristiwa itu timbullah suatu hubungan antara dua pihak
tersebut yang dinamakan perikatan. Dengan kata lain hubungan antara perjanjian dengan
perikatan adalah bahwa perjanjian menimbulkan perikatan. Kontrak merupakan perjanjian atau
persetujuan tertulis. Sumber lain yang mengakibatkan perikatan adalah undang-undang. Jadi ada
perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada pula perikatan yang lahir dari undang-undang.
a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Prestasinya dimungkinkan, dalam arti harus mungkin dilaksanakan. Sehubungan dengan ini
ada ketidak mungkinan obyektif (tidak akan timbul perikatan karena tidak akan dapat
dilakukan oleh siapapun) dan ketidakmungkinan subyektif (hanya debitur saja yang tidak
dapat melaksanakan prestasinya, jadi tidak mengahalangi perikatan).
3
Subyek perjanjian meliputi paling sedikit dua subyek, yaitu:
1. Syarat subyektif:
Kesepakatan kedua pihak untuk mengikatkan dirinya secara sukarela, tida ada paksaan
(free konsesnsus).
2. Syarat obyektif:
Klausanya (isi dan tujuan) legal atau tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Kontrak, termasuk kontrak pekerjaan konstruksi, merupakan elemen yang terpenting dalam
suatu prose kerjasama antara berbagai pihak untuk mewujudkan suatu tujuan perjanjian yang
telah disepakati.
Kontrak dapat terbentuk manakala ada dua pihak atau lebih telah saling menyetujui untuk
mengadakan suatu transaksi. Transaksi tersebut umumnya berupa kesanggupan oleh satu pihak
untuk melakukan sesuatu bagi pihak lainnya dengan sejumlah imbalan (monetary value) yang
telah disepakati. Namun demikian tidak semua persetujuan dan transaksi akan dijabarkan dalam
4
bentuk kontrak. Persetujuan hanya dapat dilanjutkan dalam bentuk kontrak bila memenuhi dua
aspek utama, yaitu :
a. Mutual consent:
Suatu transaksi harus disetujui bersama oleh kedua belah pihak, dan persetujuan
bersama ini harus mengikat dan berlaku terhadap semua aspek prinsipil yang menyangkut
persetujuan tersebut. Aspek-aspek prinsipil menyangkut kelengkapan aspek-aspek subyektif
dan obyektif dari persetujuan.
Secara umum, suatu persetujuan yang disepakati bersama harus bebas dari semua
terminology yang dapat mempunyai arti samar/ganda (ambiguous), karena dapat
menimbulkan keragu-raguan dalam mengartikan dan menafsirkannya. Akibatnya masing-
masing pihak akan memberikan penafsiran tersendiri dengan maksud untuk tidak merugikan
diri sendiri sehingga sering menjadi bibit timbulnya perselisihan (dispute). Satu prinsip dasar
yang perlu diperhatikan dalam memahami dan menginterpretasikan suatu terminology yang
meragukan adalah bahwa kesempatan penafsiran lebih diutamakan bagi pihak yang
tidak/bukan menulis (rancangan) kontrak.
5
Suatu kesepakatan harus dilandasi pada azas keadilan. Agar suatu transaksi terbentuk
secara adil, maka kedua pihak tersebut harus bebas dan diberikan kesempatan yang sama
untuk melakukan penawaran dan penerimaan. Jawaban atas penawaran dapat berupa
penerimaan, penolakan, atau penerimaan dengan syarat melalui suatu proses negosiasi.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan situasi berikut: Pada saat pemilik mengadakan
pelelangan, tawaran lelang suatu proyek bukan merupakan tawaran untuk memberikan
kontrak kepada kontraktor, tetapi lebih berupa tawaran bagi calon rekanan untuk mengajukan
penawaran harga. Jadi disini tampak bahwa pemilik memberikan suatu tawaran kepada calon
kontraktor berupa kesempatan untuk melakukan tawaran kembali, atau bahwa tidak ikut
sama sekali dalam pelelangan. Para calon kontraktor, dilain pihak akan mengajukan
penawaran harga atas pekerjaan yang ditawarkan oleh pemilik proyek. Yang mana pada
akhirnya pemilik mempunyai hak untuk menerima tawaran tersebut, menolak atau
melakukan suatu tawar menawar lagi. Proses penawaran dan penerimaan dalam kontrak
dapat ditunjukkan pada gambar 6.1.
PIHAK II
PENAWARAN
TANGGAPAN
peneimaan
PIHAK I
penolak an
penerimaan dengan syatat
Pelanggaran kontrak terjadi jika salah satu atau kesemua pihak yang terlibat dalam
kontrak melanggar sebagian atau seluruh kesepakatan yang disetujui bersama. Akibat
pelanggaran ini maka salah satu pihak atau kesemuanya akan mengalami kerugian. Akibat
kerugian tersebut dapat dilakukan tuntutan penggantian pada pihak yang menyebabkan kerugian.
6
Pelanggaran kontrak adalah pelanggaran terhadap satu atau lebih persyaratan yang
terkandung dalam kontrak, dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak yang
bersepakat. Tergantung pada kadar pelanggaran yang terjadi, terhadap akibat pelanggaran
tersebut pihak yang dirugikan dapat dituntut sesuai aturan yang berlaku.
Dalam menilai kadar pelanggaran dikenal konsep pelanggaran material dan immaterial.
Konsep pelanggaran ini menjadi penting, meskipun pembedaan dan penentuannya sangat sulit,
karena hal tersebut menentukan hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pihak
yang melanggar.
Pelanggaran yang bersifat material dapat berakibat pemutusan hubungan kerja (kontrak),
sedangkan untuk pelanggaran immaterial akibat yang ditanggung oleh si pelanggar mungkin
hanya berupa ganti rugi financial saja atau bahkan tidak ada sama sekali.
7
Untuk pelanggaran yang sifatnya imaterial, dengan berbagai pertimbangan pemilik dapat
memilih untuk menghentikan kontrak. Hal tersebut tentunya harus disertai dengan ganti rugi
yang memadai bagi pihak kontraktor.
Terhadap suatu pelanggaran kontrak, secara umum pihak yang tidak melanggar kontrak
mempunyai tiga pilihan. Ia dapat menentukan pilihan tersebut berdasarkan sifat pelanggarannya,
seperti :
a. Biaya penyelesaian
Jika kontraktor diberhentikan karena ia gagal menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan, maka pemilik terpaksa menunujuk kontraktor lain untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian
pekerjaan diambil dari sisa pembayaran terhadap kontraktor pertama. Jika biaya yang
dikeluarkan lebih besar, maka kontraktor yang melanggar kontrak berkewajiban membayar
perbedaannya.
b. Selisih nilai:
Metode ini dapat digunakan jika pelanggaran kontrak yang disebabkan oleh pekerjaan
yang salah atau gagal (defective work) dan bukan karena tidak selesainya pekerjaan. Untuk
8
ini biaya penggantian penyelesaian saja tidak cukup tepat karena akan ada pula biaya-biaya
pembongkaran dan penggantian, selain biaya pemasangan kembali. Biaya penggantian
kerugian (GR) dihitung dengan rumusan berikut:
Hal yang penting diperhatikan dalam konsep LD adalah bahwa perangkat LD bukan
semata-mata suatu denda keterlambatan yang besarnya dapat ditentukan secara arbitasi.
Konsep LD lebih didasarkan pada kompensasi terhadap hilangnya kesempatan untuk
memperoleh keuntungan akibat tidak dapat digunakannya fasilitas pada waktunya.
Sebaliknya jika suatu proyek akan mengenakan mekanisme denda untuk setiap
keterlambatan, maka untuk adilnya harus pula diberlakukan system bonus bagi penyelesaian
yang lebih awal.
Pada struktur organisasi tradisional, meskipun institusi penjamin (bonding company) hanya
terikat kontrak dengan kontraktor utama tetapi implikasinya terhadap proyek melibatkan banyak
pihak lain. Penjamin memberikan jaminan atas kontraktor pada pemilik berupa jaminan
pelaksanaan (performance bond), jaminan pembayaran (payment bond), jaminan pemeliharaan
(maintenance bond), dan bentuk jaminan lainnya. Demikian juga dengan peran lembaga-lembaga
asuransi. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar 6.2.
9
Pemilik
Konsultan
Bank
Perencana
Konstruksi merupakan suatu industri yang sangat unik. Disatu sisi kegiatan dalam industri
ini mempunyai tingkat resiko yang relative jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kegiatan
di industri lainnya. Namun sebaliknya, kegiatan konstruksi tetap menarik karena menjanjikan
keuntungan yang tidak sedikit pula, apalagi teknologi yang dibutuhkannya relatif stabil. Untuk
meningkatkan keamanan terhadap potensi resiko yang ada, maka diperlukan mekanisme
pengelolaan resiko yang pada intinya mengarah pada pengalihan resiko.
Jaminan (bond) dan asuransi merupakan dua mekanisme penjaminan yang umum
digunakan untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak konstruksi
dari kemungkinan kerugian yang terjadi selama masa perjanjian berlaku. Meskipun mempunyai
karakteristik teknis yang berbeda, pada dasarnya kedua mekanisme tersebut mempunyai suatu
kesamaan fungsi, yaitu sebagai perangkat mekanisme pengalihan resiko. Dalam hal ini suatu
pihak mengalihkan resiko kepada pihak lain dengan suatu imbalan yang telah disepakati.
10
2.2. Jenis-Jenis Kontrak
Kontraktor
Pemilik proyek
Konsultan perencana
Jangka waktu penyelesaian proyek dan kewajiban yang harus dipenuhi kontraktor jika
terjadi keterlambatan.
11
a. Kontrak harga satuan (unit price contract)
Dalam menggunakan tipe kontrak ini, kontraktor hanya perlu menentukan harga satuan
yang akan ditawar untuk setiap item dalam kontrak. Kontraktor harus berhati-hati agar semua
biaya yang mungkin dikeluarkan telah diperhitungkan dalam item penawaran, seperti biaya
overhead dan keuntungan.
Kontrak jenis ini umumnya menyatakan bahwa harga satuan untuk tiap item dapat
dinegosiasi ulang jika kuantitas actual lebih besar dari estimasi. Jika terjadi pekerjaan tambah
kurang maka secara lebih akurat dapat dilakukan perhitungan sehingga dapat menghilangkan
item penawaran tidak seimbang.
Kelemahan penggunaan jenis kontrak ini, yaitu pemilik tidak dapat mengetahui secara
pasti biaya aktual proyek. Untuk mencegah ketidakpastian ini, perhitungan kuantitas tiap unit
perlu dilakukan secara akurat. Selain itu juga sangat memungkinkan praktek unbalanced bid.
Jenis-jenis proyek yang cocok dengan penggunaan jenis kontrak ini adalah proyek
pekerjaan tanah, jalan raya, pemasangan pipa, dan sebagainya.
12
Pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya
ditambah dengan biaya untuk overhead dan keuntungan. Besar overhead dan keuntungan
umumnya berdasarkan persentase biaya yang dikeluarkan.
Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya actual dari proyek sulit diestimasi
secara akurat. Hal ini dapat terjadi jika perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat
digambarkan secara akurat, waktu penyelesaian proyek singkat sementara rencana dan
spesifikasi teknis tidak dapat diselesaikan sebelum proses konstruksi dimulai. Misalnya
proyek perbaikan jembatan yang putus.
Kekurangan kontrak jenis ini, yaitu pemilik kurang dapat mengetahui biaya aktual
proyek yang akan terjadi. Pemilik harus menempatkan staf untuk memonitor kemajuan
pekerjaan sehingga dapat diketahui biaya-biaya yang ditagih benar-benar dikeluarkan.
Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan membangun proyek sesuai dengan
rancangan pada suatu biaya tertentu dan tetap serta semua resiko dalam penyelesaian
pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak
berubah. Jika dilakukan perubahan dalam kontrak, negosiasi antara pemilik dan kontraktor
akan menetapkan pembayaran kepada kontraktor untuk pekerjaan tersebut. Biaya untuk
setiap pekerjaan tambah kurang harus dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor.
Kontrak ini dapat diterapkan jika perencanaan bena-benar telah selesai sehingga
kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Pemilik dengan anggaran
terbatas akan memilih jenis kontrak ini karena merupakan satu-satunya yang memberikan
nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan. Proyek yang cocok dengan kontrak jenis ini
adalah pembangunan gedung. Salah satu kelemahan kontrak jenis ini adalah proses
konstruksi akan tertunda karena menunggu selesainya perencanaan.
Hubungan kerja antara pemilik, konsultan, dan kontraktor perlu diatur secara jelas.
Kontrak yang mengatur hubungan kerja antara pihak-pihak tersebut amat tergantung pada jenis
13
dan ukuran proyek yang akan dilaksanakan. Kontrak ini harus dimengerti dengan jelas sehingga
diperoleh pelaksanaan proyek yang efektif.
Berdasarkan organisasi perjanjian terdapat lima jenis kontrak dalam industri konstruksi.
Meskipun sebenarnya terdapat modifikasi dari kelima jenis ini, tetapi hanya kelima jenis kontrak
ini yang akan dibahas, yaitu:
Biaya dapat lebih besar karena melalui dua proses dalam dua kontrak yang berbeda
Pemilik Konsultan
Kontraktor Utama
Supplier Pekerja
14
pemilik proyek memberikan pekerjaan secara terpisah kepada pihak-pihak yang diyakini
memiliki kemampuan khusus yang berbeda.
Keuntungan metode ini adalah pemilik tidak perlu mengalokasikan biaya profit bagi
kontraktor umum seperti pada metode kontrak umum, sehingga biaya proyek dapat
ditekan.
Pemilik Konsultan
Kontraktor Utama
Pemilik Konsultan
15
Kontrak antara owner dengan kontraktor, dimana kontraktor menyediakan jasa
perencanaan sekaligus pembangunannya.
Pemilik
Kontraktor/konsultan
16
Pemilik
Manajemen
Konstruksi
Konsultan
Perencana
Kontrakt or/konsultan
Pekerja Supplier
4. UUJK di Indonesia
Secara umum konponen kontrak terdiri dari beberapa bagian berikut ini:
17
Memuat syarat-syarat khusus yang mendefinisikan bagaimana pekerjaan harus
dilaksanakan khusus berlaku pada proyek ybs
III. Harga kontrak, jadwal, dan metode (sebelum dan setelah klarifikasi/negosiasi)
VI. Lampiran (LOA (Loan Of Aggreement), SPK/SPMK, jaminan pelaksanaan, surat kuasa,
surat kerjasama subkon/JO (Joint Operation), berita-berita acara)
Pokok perjanjian (no/tgl kontrak, nama pekerjaan, pemilik, kontraktor, dasar hukum)
Tanggung jawab kontraktor (jaminan pelaksanaan, pihak yang mewakili, K3, jaminan mutu,
aksesibilitas, kondisi diluar dugaan, keamanan, pengawasan lapangan, kesehatan lingkungan)
Lingkup pekerjaan
Tanggung jawab pemilik (hak mendatangi lokasi, ketentuan pengesahan dokumen, staf,
kesalahan owner)
Direksi dan pengawas pekerjaan (kewenangan dan tanggung jawab, delegasi, penggantian)
18
Administrasi dokumen dan proses pengesahannya
Syarat-syarat lain (asuransi, retribusi galian C, penggunaan produk dalam negeri, kerjasama
dengan GEL)
19
20
BAB III
PENUTUP
.1. Kesimpulan
Bab ini membahas tentang kontrak, Kontrak merupakan perjanjian atau
persetujuan tertulis. Kontrak dapat terbentuk manakala ada dua pihak atau lebih telah
saling menyetujui untuk mengadakan suatu transaksi. Transaksi tersebut umumnya
berupa kesanggupan oleh satu pihak untuk melakukan sesuatu bagi pihak lainnya
dengan sejumlah imbalan (monetary value) yang telah disepakati. Persetujuan hanya
dapat dilanjutkan dalam bentuk kontrak bila memenuhi dua aspek utama, yaitu, Saling
menyetujui (mutual consent), ada penawaran dan penerimaan (offer and acceptance).
Pada umumnya kontrak-kontrak dilengkapi dengan klausa-klausa mengenai
pemutusan kontrak. Ada yang bersifat Material dan ada juga yang sifatnya Imaterial.
Kerugian akibat pemutusan kontrak ini antara lain berupa biaya dan perhentian kontrak
oleh pemilik. Suatu proyek konstruksi melibatkan berbagai pihak yang secara
kontraktual, langsung maupun tidak langsung mempunyai hubungan satu dengan
lainnya.
Sistem pembayaran kontrak akan membedakan jenis kontrak proyek konstruksi.
Jenis-jenis kontrak konstruksi berdasarkan system pembayaran atau penggantian biaya
dapat berupa : Kontrak harga satuan (unit price contract), Kontrak biaya plus jasa (cost
plus fee), dan Kontrak lump sum. Jenis – jenis kontrak berdasarkan organisasi perjanjian
terdapat lima jenis kontrak dalam industri konstruksi, yaitu : Metode kontrak umum
(general contracting method), Metode kontrak terpisah (Separate Contracting method),
Metode Swakelola (force account), Metode Rancang Bangun (Design-Build), Metode
Manajemen Konstruksi Profesional.
.2. Saran
21