Hasil Koreksi Laporan Ikgmp Ending Suryani 170160100111029
Hasil Koreksi Laporan Ikgmp Ending Suryani 170160100111029
DEPARTEMEN IKGMP
Oleh :
Ending Suryani M.
170160100111029
Instruktur Klinik :
drg. Trining Widodorini, M.Kes
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................ 2
BAB 2 Landasan Teori................................................................................... 3
2.1 Caries Risk Assessment............................................................................ 3
2.2 Perawatan Preventif pada Pasien Dewasa................................................ 5
2.3 Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien.......................................................10
2.4 Menyikat Gigi.............................................................................................11
2.5 Penggunaan Benang Gigi.........................................................................11
2.6 Diet Nutrisi Untuk Kesehatan Gigi dan Mulut.............................................16
BAB 3 Hasil Pemeriksaan..............................................................................18
3.1 Keadaan Gigi Geligi...................................................................................18
3.2 Keadaan Saliva..........................................................................................18
3.3 Kebiasaan Sehari-hari................................................................................19
BAB 4 Rencana Perawatan............................................................................21
4.1 Macam Rencana Perawatan......................................................................21
4.2 Alasan Dipilihnya Perawatan......................................................................21
BAB 5 Prosedur Tindakan.............................................................................23
5.1 KIE dan DHE..............................................................................................23
5.1 KIE dan DHE..............................................................................................23
5.2 PRR Tipe A Gigi 16, 17, 24, 25, 35, dan 45...............................................23
5.3 Fissure Sealent Gigi 27..............................................................................24
5.3 Topikal aplikasi Fluoride RA dan RB..........................................................25
BAB 6 Hasil Evaluasi.....................................................................................27
6.1 Keadaan Gigi Geligi...................................................................................28
6.2 Keadaan Saliva..........................................................................................28
6.3 Kebiasaan Sehari-hari................................................................................28
6.4 Kesimpulan Hasil Evaluasi.........................................................................29
Daftar Pustaka................................................................................................31
Lampiran.........................................................................................................33
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Hugh Roadman Leavell dan
E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari Universitas Harvard dan Colombia
membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer merupakan pelayanan untuk
mencegah timbulnya penyakit. Pencegahan sekunder dilakukankan pada tahap
awal patogenesis untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak
berkembang atau kambuh lagi. Pencegahan tersier ditujukan pada akhir dari
patogenesis penyakit untuk mencegah gigi kehilangan fungsi (Rethman, 2000).
Tindakan pencegahan yang dilakukan harus melihat faktor mana yang
menjadi penyebab utama (Angela, 2005). Misalnya, kontrol plak yang tidak baik
maka dokter gigi lebih memperhatikan mengenai kebersihan mulut seperti cara
menyikat gigi yang benar, penggunaan pasta gigi fluor. Jika gigi memiliki pit dan
fissure yang dalam serta rentan terkena karies, perlu dilakukan perlindungan
terhadap gigi seperti penutupan fissure menggunakan sealant dari bahan
komposit flow, sedangkan pada gigi geligi yang sehat tanpa karies, perlu
diberikan perawatan pencegahan berupa aplikasi topikal fluoride secara
menyeluruh. Pemberian fluoride secara topikal adalah dengan mengoleskan
langsung larutan fluoride dalam konsentrasi tertentu pada email, setelah gigi
dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. dan dibiarkan mengering
selama beberapa menit,
1.2 TUJUAN
Tujuan dari laporan ini adalah sebagai laporan kasus pelaksanaan
perawatan preventif pada pasien dewasa di Rumah Sakit Universitas Brawijaya.
2
BAB 2
LANDASAN TEORI
3
Indikator karies menggambarkan riwayat gigi yang pernah mengalami karies
dan aktivitas karies dalam rongga mulut yang dilihat secara klinis (Amalia, 2015).
Featherstone menggunakan singkatan “WREC” untuk menggambarkan keempat
indikator karies, yang terdiri dari: White spots yang terlihat pada permukaan
halus; Restoration yang dilakukan dalam 3 tahun terakhir; Enamel approximal
lesions (terbatas pada email) yang terlihat pada pemeriksaan radiografik; dan
Cavitation dari lesi karies pada radiograf yang sampai mengenai dentin. Jika
terdapat respon positif dalam salah satu dari 4 indikator tersebut, maka pasien
dalam kondisi risiko karies yang tinggi, kecuali telah dilakukan intervensi dan
perkembangannya dihentikan.
4
Faktor risiko karies yang dilakukan penilaian yaitu faktor-faktor biologis serta
faktor patologis yang berkontribusi dalam terjadinya karies. Faktor risiko karies
dapat digunakan untuk penentuan perawatan saat sudah terjadi penyakit.
Terdapat tiga faktor risiko yang dikatakan sebagai penyebab karies yaitu Bad
bacteria atau bakteri kariogenik; Absence of saliva atau hiposalivasi; dan
Destructive lifestyle habits atau kebiasaan gaya hidup yang dapat merusak
seperti diet tidak bergizi, konsumsi karbohidrat yang mudah difermentasi.
Faktor pelindung karies merupakan faktor biologis ataupun perawatan yang
dapat secara bersamaan dapat mengimbangi suatu kondisi patologis yang
muncul akibat dari faktor risiko karies. Semakin parah risiko karies, semakin
tinggi intensitas faktor pelindung yang diperlukan untuk menyeimbangkan kondisi
rongga mulut pasien atau untuk mengembalikan proses karies yang telah terjadi
(Amalia, 2015).
Menurut Hurribut (2015) seperti yang dikutip oleh Amalia (2015), penilaian
caries risk assessment (CRA) adalah komponen penting dalam manajemen
karies dan harus dipertimbangkan sebagai standar untuk perawatan dan
diikutsertakan sebagai bagian dari pemeriksaan dental. Ini penting dalam
pembuatan keputusan untuk membimbing dokter gigi dalam menentukan
diagnosis, prognosis, dan rencana perawatan bagi setiap pasien. Menggunakan
pemeriksaan risiko karies ini menyediakan efektifitas biaya dan kesuksesan
perawatan yang lebih baik dibandingkan dengan pendekatan yang lebih
tradisional dimana perawatan yang diterapkan pada setiap pasien identik dan
tidak mempertimbangkan faktor risiko mereka.
5
3. Pencegahan Tersier
1. Pencegahan Primer
Adalah pencegahan penyakit dan dengan demikian terjadi apabila kliennya
sehat. ini dapat diarahkan pada masyarakat, kelompok dan individu.
pencegahan primer diarahkan kepada :
1. Kelompok kecil atau besar
2. Individu
6
Upaya pencegahan sekunder untuk menahan proses penyakit, memulihkan
kesehatan dan mengobatinya sebelum perubahan patologis yang tidak
dapat diubah terjadi, serta mencegah penyebaran penyakit menular.
Contoh tindakan prompt treatment dalam kedokteran gigi adalah restorasi
gigi pada gigi dengan karies di satu titik (PRR/Preventif Resin Restorasi)
atau pada gigi dengan pulpitis reversibel. Hal ini dilakukan untuk mencegah
karies mencapai lapisan pulpa dan gigi menjadi non vital.
3. Pencegahan Tersier
Semua tindakan untuk mengurangi atau membatasi kerusakan, dan gangguan
kesehatan serta rehabilitasinya.
a. Disability Limitation
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mencegah atau menghentikan
transisi proses penyakit dari gangguan ke cacat yang dapat mengakibatkan
terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
b. Rehabilitation
Gabungan koordinasi dari tindakan medis, sosial, pendidikan, dan kejuruan
untuk melatih kembali individu ke tingkat kemampuan fungsional tertinggi
agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang
menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan sosial.
Dalam kedokteran gigi jelas ada hubungan yang sangat erat antara
prevensi primer, sekunder, dan tersier. Peran prevensi didalam kedokteran gigi
kuratif dan restorative adalah memasukkan cara berfikir,perilaku dan filosofi
dasar tentang kesehatan gigi dan mulut untuk pada pasien. Suatu perilaku
preventif membuat bahwa seseorang pada setiap perawatan menyadari bahwa
ia harus membantu demi kesehatan pasien seluruhnya dan bahwa perawatan
harus membantu sehingga elemen gigi dan gigi geligi secara keseluruhan
menajdi lebih lama, sehat atau fungsional. Jadi prevensi adalah bagian dari
setiap perawatan.
7
2.2.2 Menurut Roberson dkk dalam Putri dkk (2010) terdapat 6 metode
pencegahan dan perawatan karies dalam konteks medis, yaitu :
1. Membatasi Substrat
Metode pencegahan karies ini diindikasikan untuk pasien yang sering terpajan
sukrosa dan kualitas diet yang tidak baik. Tujuan dari perawatan pencegahan ini
untuk mengurangi jumlah, durasi, dan intensitas serangan asam, serta
mengurangi diet S. mutans. Cara yang dilakukan pada metode pencegahan ini
adalah menginstruksikan pasien untuk tidak makan sukrosa antara waktu makan
utama dan mengurangi atau menghilangkan sukrosa dari diet.
2. Modifikasi Bakteri
Indikasi pada perawatan ini adalah jumlah S.mutans dan lactobacillus yang
tinggi. Perawatan dengan anti mikroba yang intensif untuk mengurangi bakteri
kariogenik dalam mulut. Bisa dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk
kumur dengan chlrohexidine, pemberian fluoride topikal serta terapi antibiotik
(vancomycin, tetrasiklin).
3. Menghilangkan Plak
Perawatan pencegahan pada metode ini diindikasikan untuk pasien yang
memiliki indikasi plak yang tinggi, pasien dengan keadaan gingivanya lunak dan
kemerahan, serta pasien dengan skor perdarahan di gusi yang tinggi. Tujuan dari
perawatan ini adalah untuk mencegah pembentukan plak, mengurangi masa plak
dan meningkatkan buffering. Cara yang dapat dilakukan adalah mengedukasi
pasien bagaimana cara menyikat gigi dan penggunaan dental floss yang benar.
4. Memodifikasi Permukaan Gigi
Diindikasikan untuk lesi insipien dan gigi yang memiliki permukaan kasar
dengan tujuan untuk meningkatkan resistensi terhadap demineralisasi serta
mengurangi retensi plak. Cara yang dapat dilakukan pada metode pencegahan
ini antara lain dengan pemberian fluoride sistemik, fluoride topikal, dan
menghaluskan permukaan gigi.
5. Menstimuli Aliran Saliva
Pencegahan pada metode ini diindikasikan untuk mulut yang kering karena
jumlah saliva berkurang, mukosa merah, serta penggunaan obat-obatan yang
dapat mengurangi aliran saliva. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk
meningkatkan aksi pembersihan substrat dan asam, serta meningkatkan
buffering. Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dapat
mempengaruhi proses demineralisasi dan remineralisasi (Merinda dkk, 2013).
8
Perawatan pencegahan yang dilakukan pada kasus tersebut adalah dengan cara
makan diet non-kariogenik yang butuh pengunyahan seperti permen karet non-
sukrosa karena dapat mengangkat sisa-sisa makanan yang sulit dibersihkan dan
memacu peningkatan saliva, serta mengkonsumsi obat-obatan yang menstimuli
aliran saliva.
6. Merestorasi Permukaan Gigi
Perawatan pecegahan pada metode ini diindikasikan pada lesi dengan
kavitas, pit dan fisur yang dalam, serta restorasi yang rusak. Tujuan dari
perawatan ini adalah untuk menghilangkan tempat infeksi S. mutans dan
Lactobacillus serta menghilangkan habitat S. mutans yang dapat menimbulkan
reinfeksi. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
pencegahan pada metode ini, yaitu dengan cara perawatan fissure sealant atau
menutup pit dan fisur yang dalam menggunakan suatu bahan serta memperbaiki
semua kerusakan pada restorasi misalnya tepi tambalan yang tidak rata atau
terdapat overhang di bagian proksimal.
9
e) Mengkombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat
menstimulasi saliva.
b.Pemakaian Fluor
Menurut Brown (2008) seperti yang dikutip oleh Ramayanti (2013), fluor
berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri,
menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi
pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air
minum, pasta gigi, obat kumur, dan tablet fluor.
c. Pit dan Fissure Sealant
Pit dan fissure sealant adalah penutupan pit dan fisur yang dalam yang
berisiko terhadap karies.
d. Pengendalian Plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis, yaitu
dengan penyikatan gigi, scaling root planning, dan penggunaan alat-alat
bantu lain, seperti benang gigi dan sikat interdental.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan dan
perawatan gigi mulut (penambalan pada gigi berlubang).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi) atau
melakukan pencabutan gigi.
10
nasehat, bimbingan, dorongan, informasi perawatan; (3) bantuan media leaflet,
booklet, model, dan poster. Pesan disampaikan secara tatap muka atau personal
dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan konseling; (4) penerima
pesan (Dwiatmoko, 2011).
Menurut Rusmana (2009), empat keinginan pasien yang harus dipenuhi
untuk membangun hubungan yang baik antara dokter dan pasien adalah
(Fourianalistyawati, 2011):
1. Merasa ada jalinan dengan dokter dan mengetahui bahwa pasien
memperoleh perhatian penuh dari dokter.
2. Mengetahui bahwa dokter dapat fokus pada setiap tindakan pengobatan
dan interaksinya.
3. Merasa rileks dan bebas dari kekhawatiran pada suasana ruang praktek.
4. Mengetahui bahwa dokternya dapat diandalkan.
Berdasarkan hasil Konsil Kedokteran Indonesia (2006), yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien
adalah (Fourianalistyawati, 2011):
1. Sikap profesional dokter, sikap yang menunjukkan kemampuan dokter
dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai peran dan fungsinya, mampu
mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, dan mampu menghadapi
berbagai tipe pasien, serta mampu bekerjasama dengan profesi
kesehatan yang lain. Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap
profesional penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya
pada dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi
secara efektif.
2. Pengumpulan informasi, yang di dalamnya terdapat proses anamnesis
yang akurat dan sesi penyampaian informasi.
3. Penyampaian informasi yang akurat.
4. Proses langkah-langkah komunikasi, yang terdiri dari salam, ajak bicara,
menjelaskan, dan mengingatkan pasien.
11
secara mekanik maupun secara kimiawi dapat mencegah timbulnya gingivitis dan
karies (Srivastava, 2013).
12
a. Cara penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi dan
gingiva secara efisien terutama daerah interdental
b. Pergerakan dari sikat tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan atau
abrasi gigi.
c. Cara penyikatan harus sederhana, tepat dan efisien dalam hal waktu
Beberapa teknik menyikat gigi diantaranya (Popovic, 2012):
a. Teknik vertical
Menggerakkan sikat ke atas dan ke bawah dengan posisi geligi rahang atas dan
bawah oklusi
b. Teknik horizontal
Adalah keterampilan yang paling sering digunakan. Kepala sikat diletakkan tegak
lurus permukaan gigi lalu disikat dengan arah horizontal
c. Teknik roll atau modifikasi stillman
Kepala sikat diletakkan dengan sedikit tekanan pada gingiva dengan sudut 45
derajat lalu digerak-gerakkan perlahan, setelah itu lakukan gerakan melengkung
dari jaringan ke arah mahkota
d. Teknik charter
Kepala sikat diletakkan 45 derajat di permukan gigi dengan arah bulu sikat
menghadap permukaan oklusal lalu sikat digerakkan dengan gerakan lingkaran-
lingkaran kecil
e. Teknik bass
Kepala sikat diletakkan dengan sudut 45 derajat di bagian sulkus gingiva lalu
sikat digerakkan bolak-balik dari arah sulkus ke permukaan gigi
f. Teknik modifikasi bass
Adalah kombinasi antara teknik bass dan teknik modifikasi stillman
Menurut banyak penelitian teknik modifikasi bass adalah teknik menyikat gigi
yang paling efektif. Teknik ini dinilai paling baik dalam membesihkan debris di
antara gigi dan gingival (sulcus gingival) juga bagian permukaan gigi (Srivastava
dkk, 2013). Berdasarkan teknik ini cara menyikat gigi adalah sebagai berikut,
a. Meletakkan bulu sikat di bagian sulkus gingiva (sebagian menyentuh
permukaan gingiva dan sebagian menyentuh permukaan gigi) dengan
arah bulu sikat membentuk sudut 45 derajat terhadap permukaan gigi
b. menekan bulu sikat pada sulkus gingiva dengan tekanan ringan.
13
c. menggerakkan sikat dengan gerakan maju mundur kecil tanpa
memindahkan sikat dari sulkus.
Gambar 2.3 Menyikat Gigi Anterior Gambar 2.4 Menyikat Gigi Anterior
Palatal Lingual
f. Untuk bagian oklusal, bulu sikat diletakkan tegak lurus terhadap
permukaan oklusal dan sikat digerakkan maju mundur.
g. Melakukan penyikatan terhadap permukaan lidah dari arah belakang ke
depan.
14
Bagian-bagian gigi yang harus di sikat adalah bagian bukal (bagian luar
gigi), bagian lingual dan palatal (bagian dalam gigi), bagian oklusal (permukaan
kunyah) dan lidah. Hal yang sering terlupakan ketika menyikat gigi adalah
menyikat bagian lingual dan palatal (bagian dalam gigi) serta menyikat lidah. Hal
ini karena bagian dalam gigi adalah bagian yang sulit untuk dijangkau, tidak
terlihat dan tidak berpengaruh terhadap penampilan sehingga sering terabaikan
ketika menyikat gigi. Padahal bagian dalam gigi dapat menumpuk 40 persen plak
dari total plak keseluruhan di dalam mulut. Selain itu menyikat lidah juga perlu
dilakukan karena penumpukan kotoran di permukaan lidah (tongue coating)
dapat menyebabkan halitosis (Muhammad dan Lawal, 2010).
15
2.6 Diet Nutrisi Untuk Kesehatan Gigi dan Mulut
Tindakan pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah atau setidaknya
menjaga kesehatan gigi dan mulut, adalah dengan mengurangi makanan yang
banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Jenis makanan yang dapat
mempengaruhi terjadinya karies yaitu:
a. Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang mempunyai ciri-ciri PH
rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. Adapun jenis makanan
yang mempunyai PH rendah adalah sebagai berikut:
1. Sukrosa/gula Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaitu
glukosa dan fruktosa, dan mudah dipecah menjadi kedua unsur
tersebut di dalam unsur sebelum di serap oleh tubuh. Terdapat
berbagai bentuk putih atau coklat. Sukrosa lebih berbahaya bagi gigi
karena memproduksi lebih banyak pelekat glukosa dan membuat plak
dalam mulut semakin tebal dan lengket. Sukrosa adalah gula yang
terbanyak dan paling di sukai sebagai bahan tambahan pada pabrik
makanan di seluruh dunia.
2. Glukosa Gula ini banyak terdapat di alam, juga ditambah pada
sejumlah makanan dan minuman. Glukosa tidak semanis sukrosa
(lebih kurang 70 %), tetapi di gunakan untuk memperkuat rasa buah-
buahan pada minuman ringan dan selai.
3. Fruktosa Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayursayuran
tertentu, dan dalam madu. Rasanya 1,7 kali lebih manis dari sukrosa
16
dan juga sebagai penambahan rasa pada selai, minuman, buah-
buahan dan lain-lain. Hubungan Konsumsi Makanan
b. Jenis Makanan yang Bersifat Non-Kariogenik
Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung
protein dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami
terdapat dalam beberapa buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel).
Proses penyerapan di dalam usus berlangsung tidak sempurna dan
sangat lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang bersifat merusak gigi
(kariogenik karena bebas gula, kecuali bila di konsumsi berulang kali).
1. Manitol (Gula Manna)
Jenis manitol terdapat didalam labu, bawang, seledri dan zaitun.
Manitol mempunyai rasa manis separuh dari sukrosa. Kandungan
utamanya adalah manna, seperti manitol juga diserap perlahan-lahan
dan tidak sempurna didalam usus dan relatif aman bagi gigi dan
kesehatan umum.
2. Xilytol
Xilytol banyak terdapat di alam, misalnya dalam roseberry, plum
kuning dan sejenis kol. Hasil dari penelitian terus-menerus
menunjukkan bahwa xilytol tidak menghasilkan asam sama sekali
pada plak, sehingga sangat aman sekali pada gigi (Besford, 2006).
17
BAB 3
HASIL PEMERIKSAAN
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
D3 D3 D3 D4 D5 KS D5 D3 D3 D4 TE
TE D4 SA D3 MP MP MP MP D3 SA D3 D3
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan:
D3: Lesi email (terbuka)
D4: Lesi dentin terbatas
D6: Lesi mencapai pulpa
TE: Tidak/Belum erupsi
MP: Malposisi
I: Impaksi
OHI-S:
Hasil pemeriksaan OHI-S 30 Juli 2018
Indeks debris Indeks kalkulus
RA RB RA RB
EL B L EL B L EL B L EL B L
16 1 37 1 16 0 37 1
11 1 31 1 11 0 31 1
26 1 47 1 26 0 47 1
OHI-S = DI-S + CI-S = 6/6 + 3/6 = 1,5 (kebersihan rongga mulut sedang)
18
pH saliva : Tidak diperiksa
Kondisi normal pada rentang 7-8; tidak normal pada rentang 4-6.5
Gambar 3.1 Hasil Pemeriksaan Faktor Risiko Gigi dan Mulut (sebelum)
19
Gambar 6.2 Hasil Pemeriksaan Perawatan non Invasif (sebelum)
20
BAB 4
RENCANA PERAWATAN
21
3. Topikal aplikasi fluoride: Meningkatkan resistensi gigi terhadap karies.
22
BAB 5
PROSEDUR TINDAKAN
5.2 PRR Tipe A di gigi 16, 17, 24, 25, 35, 37, dan 45
1. Aplikasi disclosing agent.
2. Pulas menggunakan brush dengan pumice.
3. Menghilangkan karies dengan menggunakan high speed round bur.
23
a. Aplikasi bonding agent dan light curing selama 20 detik.
Gambar prosedur
24
6. Aplikasi komposit flow dan light curing selama 40 detik.
Gambar prosedur
25
2. Pulas menggunakan brush dengan pumice hingga bersih.
4. Aplikasi NaF pada gigi secara bertahap per regio dan didiamkan selama 3
– 5 menit.
5. Instruksi pasien untuk tidak makan dan minum selama 30 menit untuk
memperpanjang kontak fluor dengan permukaan gigi.
Gambar prosedur
26
BAB 6
HASIL EVALUASI
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
DC
D3 D3 D3 RK On RK D3 D3 RK TE
C
TE RK H D3 MP MP MP MP D3 H D3 D3
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan:
D3: Lesi email (terbuka)
D4: Lesi dentin terbatas
D6: Lesi mencapai pulpa
RK: Resin komposit (telah dikerjakan di departemen konservasi gigi)
On: Onlay (telah dikerjakan di departemen konservasi gigi)
DCC : Dowel Cast Crown (telah dikerjakan di departemen konservasi gigi)
MP: Malposisi
H : Hilang
TE : Tidak Erupsi
OHI-S:
Hasil pemeriksaan OHI-S 5 februari 2020
Indeks debris Indeks kalkulus
RA RB RA RB
EL B L EL B L EL B L EL B L
16 1 37 1 16 0 37 1
11 0 31 1 11 0 31 1
26 1 47 1 26 0 47 0
OHI-S = DI-S + CI-S = 5/6 + 2/6 = 1,1 (kebersihan rongga mulut baik)
27
6.2 Keadaan Saliva
Viskositas saliva : berbusa (tidak normal)
Kondisi tidak normal termasuk berbusa dan kental.
pH saliva : tidak diperiksa
Kondisi normal pada rentang 7-8; tidak normal pada rentang 4-6.5
Gambar 6.1 Hasil Pemeriksaan Faktor Risiko Gigi dan Mulut (evaluasi)
28
Gambar 6.2 Hasil Pemeriksaan Perawatan non Invasif (evaluasi)
29
A1 (pasien bersedia menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan benar dan
tidak ada karies aktif).
6. Hasil penilaian resiko karies pasien saat pertama kali datang didapatkan
indikator karies yang cukup tinggi, dilihat dari adanya beberapa gigi dengan
kedalaman karies yang bervariasi, dari lapisan enamel, dentin, hingga pulpa.
Hal tersebut didukung dengan adanya faktor resiko karies berupa kebiasaan
menjaga kebersihan gigi dan mulut masih kurang, seperti cara dan waktu
menyikat gigi yang belum tepat, konsumsi air yang kurang, serta konsumsi
kafein tanpa diimbangi faktor pelindung karies yang adekuat, seperti fissure
sealant dan konsumsi nutrisi yang mengandung kalsium (produk susu dan
olahannya).
Setelah perawatan IKGMP selesai, diharapkan terjadi perbaikan pada
penilaian resiko karies pasien. Hal ini dapat terjadi karena gigi-gigi dengan
karies aktif telah dilakukan perawatan berupa preventif resin restorasi (PRR)
tipe A, tumpatan direk komposit, dan perawatan saluran akar (PSA). Selain
itu, telah dilakukan perawatan preventif berupa pemberian DHE dan KIE,
aplikasi fissure sealant, dan topikal fluoride. Sedangkan faktor resiko karies
juga berkurang karena pasien telah mengurangi konsumsi kafein dan
makanan manis juga meningkatkan konsumsi airnya setiap hari.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ismail AI, Sohn W, Tellez M, Amaya A, Sen A, Hasson H PN. The International
Caries Detection and Assessment System (ICDAS): an integrated system
for measuring dental caries. Community Oral Epidemiol. 2007;35(3):170–
178.
Hiranya, Megananda, dkk. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marya, C.M. A Textbook of Public Health Dentistry. Jaypee, New Delhi, 2011. 13-
205.
31
Merinda, W. Hubungan Ph dan Kapistas Buffer Saliva terhadap Indeks Karies
Siswa SLB-A Bintaro Jember. SRA- Medica, 2013.
Muhammad, S., Lawal, T. 2010. Oral Hygiene and The Use of Plants. Scientific
Research and Essays Vol. 5(14), Academic Jounals. Hal. 1789.
Muharomah YM. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Dan Flossing Serta Pola
Makan Kariogenik Dengan Kejadian Gingivitis Pada Pengguna Orthodontik
(Studi Kasus di Klinik Gigi drg Ariani Tandu Kota Semarang 2018) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Ozdemir, Dogan. 2014. Dental Caries and Preventive Strategies. Journal of
Educational And Instructional Studies In The World, Vol. 4. Hal. 22.
Putri, H., Herijulianti, Nurjannah. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. 2010. EGC, Jakarta
Ramayanti S, Purnakarya I. Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 2013 Mar 1;7(2):89-93.
Soebroto. 2009. Ilmu Pencegahan Karies Gigi Cetakan I. Medan : USU Press
Srivastava, N., Vaslshat, A., Gupta, G., Rana, V. 2013. A Comparatie Evaluation
of Efficacy of Different Teaching Methods of Tooth Brushing in Children
Contributors. Subharti Dental College and Hospital, Uttar Pradesh, India.
Hal. 1.
32
LAMPIRAN
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43