Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAK MILIK INTELEKTUAL

MATA KULIAH
HUKUM BISNIS

KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU

DISUSUN OLEH :
Dewa Haidar .S 18.0101.0130
Farah Kurniawati 18.0101.0134
Nabila Anzalna .R 18.0101.0141
Aji Prasetyo 18.0101.0149
Dwi Asmoro 18.0101.0155
Rizky Annafitya .R 18.0101.0193
Achmad Faisal .A 18.0101.0199

DOSEN PENGAMPU :
Friztina Anisa, SE. M.BA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya,
kami dapat menyusun makalah tentang Kasus Pelanggaran Hak Cipta Lagu.

Makalah ini disusun melalui beberapa tahapan, yakni mulai dari penyiapan materi, penyiapan
kasus, penyusunan materi secara tertulis, serta mencari referensi melalui internet. Makalah
yang telah disusun ini merupakan hasil kegiatan kelompok.

Karena dinamika perubahan di dunia masyarakat begitu cepat terjadi, maka makalah ini
masih meminta masukan untuk bahan perbaikan agar selalu relevan dengan kondisi
kehidupan masyarakat. Kami mengharap saran dan kritik sebagai bahan untuk melakukan
peningkatan kualitas makalah ini. Diharapkan berpegang pada azas keterlaksanaan,
kesesuaian, dan fleksibIlitas dengan mengacu pada perkembangan IPTEK.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Magelang, 8 Juni 2020

Kelompok 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak milik intelektual merupakan suatu hak kebendaan yang sah dan diakui
oleh hukum atas benda tidak berwujud berupa kekayaan/kreasi intelektual yang dapat
berupa hak cipta, hak paten, merek dagang, desain industri, dan lain-lain. Seperti hak
milik lainnya, hak milik intelektual dapat dialihkan dan dapat dipertahankan
kepemilikannya kepada siapapun.
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau pemberian izin untuk itu dalam
bidang pengetahuan, kesenian dan kesusastraan, dalam batasan-batasan yang telah
ditentukan. Ketentuan pokok tentang hak cipta terdapat dalam suatu Undang-Undang
khusus tentang Hak Cipta. Pada pasal 18 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta disebutkan ciptaan buku, dan/ musik dengan atau tanpa teks yang
dialihkan dalam perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak
ciptanya beralih kembali kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut telah mencapai
jangka waktu 25 tahun.
Musik atau lagu merupakan ciptaan yang tidak kalah pentingnya dalam jajaran
sistem perlindungan hak cipta. Hal ini seiring berkembangnya bisnis musik dan lagu
di tanah air yang sangat pesat. Namun, ada kecenderungan manusia yang tidak hanya
memiliki keinginan untuk menghasilkan suatu karya cipta, melainkan meniru hingga
menguasai hasil karya orang lain. Dengan adanya hak cipta maka akan terwujud
perlindungan hukum untuk mendapatkan hak ekonomi dan moral, serta untuk
menghindari peniruan kreatifitas intelektual tersebut tanpa batas.
Di dalam karya musik dapat disimpulkan bahwa seorang pencipta lagu
memiliki hak sepenuhnya untuk melakukan eksploitasi atas lagu ciptaannya. Hal ini
berarti bahwa pihak-pihak yang ingin memanfaatkan atau menggunakan karya
tersebut harus meminta izin terlebih dahulu kepada penciptanya sebagai pemilik dan
pemegang hak cipta.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara penyelesaian pelanggaran hak cipta ?
b. Apa hukuman yang diberikan bagi pelanggar ?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui cara penyelesaian pelanggaran hak cipta
b. Untuk mengetahui hukuman yang diberikan kepada pelanggar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Hukum
Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah hak ekslusif
pencipta tang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta secara umum mengatur tentang :
a. Perlindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu yang lebih panjang sejalan
dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga jangka waktu
perlindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta
ditambah 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia.
b. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta dan/atau
pemilik hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam
bentuk jual putus (sold flat).
c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau
pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan
dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat
perbelanjaan yang dikelolanya.
e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek
jaaminan fidusia.
f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan,
apabila ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma asusila, ketertiban
umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan
perundang-undangan.
g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi anggota
Lembaga Manajemen Kolektif aga dapat menarik imbalan atau royalti.
h. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola
hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan
permohonan izin.
i. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk
merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
B. Teori Tentang Hak Cipta
Tinjauan mengenai Hak Cipta akan dijelaskan bahasan tentang perlindungan
hukum, pengertian hak cipta, fungsi dan sifat hak cipta, pengertian pencipta dan
siapa yang dianggap sebagai pencipta, pencipta 19 yang tidak diketahui dan negara
sebagai pemegang hak cipta, pemegang hak cipta, ciptaan yang dilindungi, jangka
waktu perlindungan hak cipta, dan perlindungan hak cipta atas buku. 1.
Perlindungan Hukum Kehadiran hukum dalam kehidupan manusia bertujuan untuk
menjaga dan mengawal kepentingan-kepentingan yang ada agar benturan
kepentingan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Sehingga dengan
ditekannya benturan kepentingan tersebut, maka hakhak yang melekat dalam tiap
individu bisa terlindungi dan tercapai. Ketentuan hukum dan segala peraturan yang
dibuat oleh masyarakat pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut
untuk mengatur hubungan perilaku di antara anggota-anggota masyarakat itu dan
antara perorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili pula kepentingan
masyarakatnya. Dalam ketentuan tersebut tercermin adanya pengakuan masyarakat
atas hak seseorang sebagian atau seluruh masyarakat dan pemerintah atas sesuatu
barang (benda), sikap, atau perbuatan disertai dengan kewajiban yang harus
dipenuhinya sesuai dengan tata nilai dan perilaku yang berlaku di masyarakat
tersebut (Sophar Maru Hutagalung, 2012: 131). Dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), ditemukan adanya perlindungan
hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali, untuk itu setiap
produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan
jaminan 20 perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu
menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat.
Perlindungan hukum terhadap Hak Cipta di Indonesia saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Jadi perlindungan
terhadap hak cipta bertujuan untuk melindungi segala hak yang melekat pada diri
pencipta agar hak tersebut tidak dirampas oleh orang lain. Perlindungan hukum
terhadap Hak Cipta dimaksudkan untuk mendorong individu-individu dalam
masyarakat yang memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas agar lebih
bersemangat menciptakan sebanyak-banyaknya karya cipta yang berguna bagi
kemajuan bangsa. Perlindungan juga diarahkan untuk melindungi hak terkait, yaitu
hak eksklusif bagi pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan karya rekaman
suaranya, lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan
karya siarannya. 2. Pengertian Hak Cipta Definisi Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, “Hak Cipta adalah Hak
eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Selanjutnya,
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 menegaskan,
“Hak Cipta merupakan Hak eksklusif bagi 21 pencipta atau pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Dalam pengertian Hak Cipta di atas terdapat
kalimat Hak eksklusif. Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang
semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang
boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegang hak tersebut. Pengertian di
atas menjelaskan bahwa selain pencipta atau pemegang hak cipta dilarang untuk
mengumumkan atau memperbanyak suatu hasil ciptaan. Pasal tersebut
dimaksudkan untuk mempertegas mengenai hak dari pencipta suatu hasil karya
untuk memperbanyak dan mendapatkan nilai ekonomis dari hasil ciptaannya dan
juga mendapatkan nilai moral dari hak cipta tersebut. Dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, terkandung tiga hak khusus,
yaitu: a. Hak untuk mengumumkan ciptaan. Mengumumkan artinya membacakan,
menyuarakan, menyiarkan atau menyebarkan ciptaan dengan menggunakan alat
apapun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan itu dapat dibaca,
didengar atau dilihat oleh orang lain; b. Hak untuk memperbanyak ciptaan. Yang
dimaksud memperbanyak adalah menambah suatu ciptaan dengan pembuatan yang
sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-
bahan yang sama maupun tidak sama termasuk mengalihwujudkan sesuatu ciptaan;
c. Hak untuk memberi izin. Yaitu memberi lisensi kepada pihak lain berdasarkan
surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan mengumumkan dan/atau
memperbanyak ciptaan. 22 Perbuatan ini harus dilaksanakan dengan perjanjian
tertulis dalam bentuk akta otentik atau tidak otentik. Perbuatan yang diizinkan
untuk dilaksanakan adalah perbuatan yang secara tegas disebutkan dalam akta
(Ermansyah Djaja, 2009: 8).
BAB III

ANALISIS KASUS

A. Kronologi Kasus
Budaya cover lagu kemudian diunggah ke Youtube yang lantas memperoleh
ketenaran, bahkan sampai melebihi capaian musisi asli atau si pembuat lagu sudah
sering terjadi di Indonesia. Untuk menyanyikan kembali atau mengcover sebuah lagu,
sebaiknya kita meminta izin terlebih dahulu kepeda pencipta lagu atau musisi yang
telah menyanyikan lagu itu lebih dulu.
Seperti kasus yang terjadi pada lagu “Akad” milik Payung Teduh, yang dinyanyikan
ulang oleh Hanin Dhiya. Seorang penyanyi muda jebolan ajang pencarian bakat
Rising Star. Dari semua cover lagu “Akad”, yang memiliki jumlah viewer terbanyak
adalah milik Hanin Dhiya, yaitu sekitar 26 juta viewer yang jumlahnya melebihi versi
aslinya. Payung Teduh mengharapkan ada komunikasi atau permintaan izin untuk
para penyanyi ulang lagu “Akad” tersebut karna berhubungan dengan hak cipta.
B. Analisis Kasus
1. Lagu di cover oleh seseorang yang dimana penonton didalamnya melebihi jumlah
penonton di Penyanyi asli
2. Tidak hanya lagu tersebut, beberapa lagu yang seluruhnya berjudul cover
seharusnya memiliki izin tertentu, dimana pihak asli tidak mengalami kerugian
atau keduanya harus sama-sama menguntungkan dalam artian hasil dari cover
tersebut beberapa persen dibagikan atau membuat perjanjian secara sepakat.
3. Hal ini banyak sekali terjadi di Indonesia khususnya, bahkan ada kasus yang sama
di Luar Negeri video cover yang melebihi penyanyi asli akan di take down.
C. Penyelesaian Kasus
Dengan adanya pelanggaran Hak Cipta yang terjadi, maka sesuai dengan pasal 1365
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, harus ada sanksi yang dapat diterapkan,
antara lain :
1. Penentuan ganti rugi kepada pihak yang dianggap telah melanggar
2. Penghentian kegiatan perbuatan, perbanyakan, pengedaran dan penjualan ciptaan
illegal (bajakan) yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.
3. Perampasan dan pemusnahan barang bajakan yang merupakan hasil pelanggaran
hak cipta

Penyelesaian pelanggaran Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian


sengketa, arbitrase, atau pengadilan (Pasal 95 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta). Pengadilan yang berwenang adalah pengadilan niaga,
selain pengadilan niaga tidak memiliki wewenang dalam menangani kasus
penyelesaian pelanggaran Hak Cipta.

Upaya hukum pidana didalam menyelesaiakan perkara pelanggaran cukup efektif


dibandingkan dengan upaya hukum perdata, dimana upaya hukum perdata lebih
menitikberatkan pada proses ganti rugi saja, sedangkan dalam penyelesaian perkara
melalui hukum pidana dapat menimbulkan efek jera yaitu kurungan badan bagi
pelaku kahatan atau pelanggaran.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.). Diambil kembali dari repository.uin-suska.ac.id

(t.thn.). Diambil kembali dari https://tirto.id/laris-manis-cover-lagu-akad-bagaimana-hukumnya-cxgV

Dr. Munir fuady, S. M. (2012). Buku pengantar hukum bisnis. Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI.

JOGLO ABANG. (2014). Diambil kembali dari https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-28-2014-hak-


cipta

Anda mungkin juga menyukai