Alat penukar panas adalah alat yang dibuat untuk penukaran panas yang efisien dari satu fluida ke
fluida lainnya. Antara fluida penukar panas dengan fluida yang ditukar panasnya, bisa dipisahkan
dengan pembatas yang rapat (sehingga tidak tercampur), tetapi bisa juga kontak antara mereka secara
langsung. Alat penukar panas (heat exchanger) banyak digunakan sebagai pemanas ruangan, refrigerasi,
pendingin ruangan, pembangkit listrik, pabrik kimia, petrochemical plants, pabrik pengolahan minyak
bumi, pabrik pengolahan gas bumi, dan pabrik pengolahan limbah domestik (sewage).
Satu contoh alat penukar panas yang banyak digunakan adalah radiator di mobil. Dalam hal ini, air
sebagai sumber panas (yang digunakan sebagai bahan pendingin mesin), menukarkan panasnya ke
udara yang mengalir lewat radioator (udara sebagai media/fluida penukar panas).
An interchangeable plate heat exchanger = alat penukar panas tipe plat yang bisa diubah2
komposisinya (lihat gambar yah)
Fig. 1: Shell and tube heat Fig. 2: Shell and tube heat Fig. 3: Shell and tube heat exchanger, 2-
exchanger, single pass (1-1 exchanger, 2-pass tube side (1- pass shell side, 2-pass tube side (2-2
parallel flow) 2 crossflow) countercurrent)
Sedangkan pada penukar panas model “counter flow/bersebrangan”, fluida penukar panas dan yang
ditukar masuk ke dalam exchanger dari sisi yang berlawanan. Desain “counter current/arus
bersebrangan” adalah tipe yang paling efisien dalam pertukaran panas, karena pertukaran panas akan
terjadi sepanjang alat penukar panas, sehingga bisa menukarkan hampir semua panas yang terkandung
di dalam media/fluida pertukaran panas. Keterangan lebih lengkap bisa dilihat di link di wikipedia.
Sedangkan pada alat penukar panas model “cross flow”, fluida penukar panas mengalir ke arah tegak
lurus dari media/fluida yang akan ditransferkan panas, sepanjang alat penukar panas.
Untuk ke-efisiensi-an, alat penukar panas di-desain dengan memaksimalkan luas permukaan antara dua
fluida (penukar dan yang ditukar panasnya), dan juga meminimalisasi tahanan aliran fluida melalui
exchanger (dicari yang konduktivitasnya tinggi-runtje).
Performansi dari exchanger dapat ditingkatkan dengan penambahan “fin/sirip” atau
korugasi(membentuk permukaan seperti lipatan/groove) pada satu atau kedua arah aliran (fluida
penukar dan yang ditukarkan panasnya). Penambahan sirip ini akan memperbesar luas permukaan dan
membentuk aliran fluida tidak laminar atau dengan kata lain akan mulai membentuk aliran turbulen.
Beda temperature antara kedua fluida (yang akan menentukan besarnya transfer panas) sepanjang
permukaan penukaran panas berubah-ubah sesuai posisi (point sepanjang heat exchanger). Tetapi, beda
temperatur rata-rata yang mewakili semua titik bisa dihitung. Salah satu cara menghitung beda
temperatur rata-rata sepanjang heat exchanger yang paling simpel, dikenal dengan “Log Mean
Temperature Difference” (LMTD). Kadangkala, data-data atau pengetahuan untuk menghitung LMTD
tidak tersedia, dan akhirnya metode NTU yang digunakan.
Alat penukar panas jenis shell and tube terdiri dari beberapa buah tubing yang dipasang secara seri.
Satu set tubing2 ini akan berisikan fluida, yang harus dipanaskan atau didinginkan. Fluida kedua akan
mengalir di luar tubing2 ini, dan akan memanaskan atau mendinginkan fluida yang ada di dalam tubing.
Fluida kedua ini akan menyediakan panas (kalau dia akan memanaskan) atau menyerap panas yang
dibutuhkan (jika berfungsi sebagai pendingin).
Satu set tubing-tubing ini disebut sebagai tube bundle (bundel tubing) dan dapat dibuat dalam beberapa
tipe tubing : plain, bersirip longitudinal, dsb.
Alat penukar panas tipe shell and tube lebih banyak digunakan untuk aplikasi pada kondisi tekanan
tinggi (pressure lebih tinggi dari 30 barg dan temperatur lebih tinggi dari 260oC. Hal ini disebabkan
karena shell and tube heat exchanger sangat kuat karena bentuknya.
Ketika men-desain tubing untuk shell and tube heat exchanger, ada beberapa point desain thermal yang
harus diperhatikan. Point-point tersebut termasuk :
• Diameter tubing
• Menggunakan diameter tubing yang kecil akan membuat alat penukar panas menjadi
ekonomis dan juga padat. Bagaimanapun juga, hal ini akan membuat tubing tersumbat
kotoran lebih cepat dan karena diameternya yang kecil, akan menyulitkan pembersihan.
Untuk menangani masalah fouling/tersumbat karena kotoran dan juga masalah
pembersihannya, diameter lebih besar bisa digunakan. Karena itu, untuk menentukan
diameter tubing, tempat yang tersedia, harga yang harus dikeluarkan dan kemungkinan
terjadinya fouling dari fluida harus dipertimbangkan.
• Ketebalan tubing
• Ketebalan tubing biasanya ditentukan untuk memastikan :
• ketebalan yang cukup untuk terjadinya korosi (corrosion allowance)
• adanya resistance pada vibrasi yang terjadi karena aliran
• Kekuatan Axial
• Keberadaan spare parts
• Hoop strength (untuk dapat menahan tekanan tubing internal)
• Buckling strength (untuk dapat menahan overpressure di dalam shell)
• Panjang tubing
• Alat penukar panas biasanya lebih murah ketika diameter shell-nya lebih kecil dan panjang
tubingnya lebih panjang. Karena itu, biasanya ada kecenderungan membuat heat exchanger
sepanjang mungkin tanpa melebihi kapabiliti produksi.
• Bagaimanapun juga, ada beberapa batasan untuk ini, termasuk tempat yang tersedia di
pabrik, di mana alat penukar panas akan digunakan, juga kebutuhan untuk memastikan
bahwa di pasaran tersedia tubing yang panjangnya 2x yang dibutuhkan (sehingga tubingnya
bisa ditarik dan diganti).Juga harus diingat bahwa tubing yang panjang dan tipis sangat sulit
untuk dikeluarkan dan diganti..
• Tube pitch (jarak antar titik pusat tubing dari tubing2 yang berdekatan)
• Ketika mendesain tubing, adalah praktikal untuk memastikan bahwa pitchnya tubing tidak
kurang dari 1.25 kali dari diameter luar tubing. Pitch tubing yang lebih besar akan membuat
diameter shell keseluruhan lebih besar, dan hal ini mengakibatkan heat exchanger yang lebih
mahal.
• Korugasi tubing
• Tubing tipe ini, terutama digunakan sebagai tubing internal, akan meningkatkan turbulensi
dari fluida yang mengalir. Dan efeknya sangat penting dalam transfer panas, karena akan
memberikan performance yang lebih baik.
• Layout Tubing
• Mengacu pada bagaimana tubing diposisikan di dalam shell. Ada 4 tipe utama layout tubing,
yaitu segitiga (30°), segitiga berputar (60°), segi-empat (90°) dan segi empat yang diputar
(45°). Model triangular/segitiga biasanya dipakai untuk memberikan transfer panas yang
lebih, karena susunan ini memaksa fluida untuk mengalir lebih turbulen di sekitar pipa.
Susunan segi empat banyak dipakai jika fouling banyak ditemukan dan pembersihan fouling
sering dilakukan.
• Desain Baffle/Partisi
• Baffle digunakan di dalam penukar panas shell and tube untuk mengarahkan fluida mengalir
melewati luar bundel tubing. Partisi bekerja tegak lurus ke arah shell dan menahan bundel,
mencegah tubing bengkok/melengkung karena terlalu panjang. Partisi jugaI akan mencegah
vibrasi pada tubing.
• Tipe partisi yang paling banyak adalah segmental baffle. Semicircular segmental baffle
dipasang 180 derajat dari partisi berikutnya, akan memaksa fluida mengalir ke atas dan ke
bawah di antara bundel tubing. Jarak antara partisi merupakan pertimbangan thermodynamic
yang mesti diperhitungkan dalam men-desain neat exchanger model shell and tube. Partisi
harus diberi jarak dengan memperhitungkan konversi pressure drop dan transfer panas.
• Untuk optimisasi thermo ekonomis, disarankan untuk memberi jarak baffle/partisi tidak lebih
dekat dari 20% dari diameter internal shell. Jika jarak baffle terlalu dekat, akan menyebabkan
pressure drop yang besar karena arah aliran yang berbalik. Sebaliknya, jika jarak partisi
terlalu jauh maka akan terdapat spot yang lebih dingin di pojok antar partisi.
• Penting kiranya untuk memastikan jarak antar partisi cukup dekat sehingga tubing tidak
melengkung.
• Tipe utama partisi yang lain adalah tipe disc dan donut, yang terdiri dari dua partisi
concentric. Bagian luar yang lebih lebar kelihatan seperti donut sedangkan bagian dalam
dibentuk seperti disc. Tipe ini akan memaksa fluida untuk melewati tiap sisi dari disk, dan
kemudian melewati partisi donut. Hal ini akan membuat tipe aliran yang berbeda.
2.2 Plate heat exchanger
Tipe lain dari heat exchanger adalah heat exchanger model Plate. Model ini terdiri dari beberapa plat
yang tipis yang diatur sedemikian rupa dengan jarak antar plat yang tipis, sehingga terdapat luas
permukaan yang besar dan fluida akan mengalir di celah antar plat untuk proses transfer panas/energi.
Pengaturan posisi plat (tegak biasanya) bisa lebih efektif dibandingkan heat exchanger model shell and
tube untuk ruangan yang tersedia yang sama. Kemajuan dalam teknologi gasket dan brazing (menyolder
dua metal) membuat heat exchanger tipe plat ini lebih praktis. Dalam aplikasi untuk HVAC,
implementasi tipe plat yang besar dikenal dengan plate-and-frame; ketika digunakan pada open loops,
heat exchanger-heat exchanger ini biasanya dibuat ber-gasket untuk memungkinkan pembongkaran,
pembersihan dan inspeksi yang dilakukan secara berkala.
Ada beberapa tipe heat exchanger model plat yang dipasang secara permanen, seperti jenis dip-brazed
dan vacuum-brazed. Jenis2 ini seringkali dispesifikasi untuk aplikasi yang menggunakan closed loop,
seperti refrigerasi. Heat exchanger model plat juga berbeda pada tipe plat yang digunakan, juga dalam
hal konfigurasi platnya. Beberapa plat ditandai dengan "chevron" atau bentuk lain, sedangkan yang
lainnya mungkin dengan membentuk sirip dan/atau grooves.
Gambar 1. Tipikal reboiler kettle reboiler digunakan untuk distilasi tower di industri2