Anda di halaman 1dari 22

Tugas Keperawatan Lanjutan

Sistematika Resume Kursus Online WorldHealth Organization Tentang Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Novel Coronavirus (COVID-19)

Disusun Oleh:

Akhmad sya’bani alwi abdillah

PO.62.20.1.17.202

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

REGULER XX

2020
LEMBAR PENGESAHAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) UNTUK NOVEL


CORONAVIRUS (COVID-19)

Mengesahkan,

Pembimbing

Supriandi, SST, M.Kes


NIP. 19800513 200812 1 003

Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Dhini, M.Kes
NIP. 19650401 198902 2 002

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah mengaruniakan anugerah-

Nya, sehingga resume ini dapat diselesaikan. Resume ini disusun untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Keperawatan Lanjutan yang berjudul “Sistematika Resume KursusOnline

World Health OrganizationTentangPencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Novel

Coronavirus (COVID-19)”.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan resume ini tidak lepas dari

bantuan moril, pengarahan, maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak

langsung.

Dalam penyusunan resume ini penulis menyadari masih masih belum sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Kiranya

resume ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Palangka Raya, Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................... 2
C. Manfaat............................................................................. 2

BAB II RESUME MATERI KURSUS


A. Modul 1 kesiapan, kesiagaan dan PPI.............................. 3
B. Modul 2 epidemiologi, faktor risiko, definisi, dan simptomologi
.......................................................................................... 8
C. Modul 3 PPI dalam konteks COVID-19........................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................... 21
B. Saran................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 22
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita oleh setiap makhluk
berbeda satu dan yang lainnya. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak berada
pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh.
Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari
pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu.
Penyakit menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui
infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti
udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya
(Vatimatunnimah, 2013).
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.
Penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor
lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen
lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian
penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan yang lain masing-masing
mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang peranan
sangat penting. Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara
kuman,virus, dan bakteri dengan manusia. Sering terjadi mikroorganisme yang tinggal di
tubuh host kemudian berpindah ke manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan
lingkungan.
Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang
masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dan dapat menular ke manusia ialah Virus Corona.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Kesiapan, kesiagaan dan PPI
2. Untuk mengetahui Epidemiologi, faktor risiko, definisi dan simptomologi Novel
coronavirus (COVID-19
3. Untuk mengetahui Kewaspadaan standar, kewaspadaan berdasar transmisi & rekomendasi
khusus COVID-19

C. MANFAAT
Dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami tentang apa itu covid-19, cara
pencegahan dan cara menangani nya menurut standar (world health organization) WHO

1
BAB II
RESUME MATERI KURSUS
A. MODUL 1 Modul 1: Kesiapan, kesiagaan dan PPI
1. Prinsip-prinsip Manajemen Kedaruratan
a. Pencegahan dan Mitigasi
b. Kesiapan dan Kesigapan
c. Tanggapan
d. Pemulihan
2. Kesiapan dalam pelayanan kesehatan
a. Pengetahuan, kemampuan dan system organisasional yang dikembangkan oleh
pemerintah, organisasi penanggap dan pemulihan, masyarakat dan anggota
masyarakat untuk efektif mengantisipasi, menanggapi, dan pulih dari dampak
kedaruratan yang mungkin, akan, mulai, atau sedang terjadi.
b. Tindakan-tindakan sebelum terjadi kedaruratan yang meningkatkan kemampuan suatu
fasilitas dalam memberikan tanggapan ketika terjadi kedaruratan.
c. Semua tingkatan: Nasional, daerah dan fasilitas.
3. Mengapa?
a. Karena kesiapan tidak terpisahkan dari penguatan sistem kesehatan dan sangat
penting bagi manajemen risiko bencana kedaruratan kesehatan
b. Langkah-langkah PPI yang tidak memadai dapat berakibat pada penularan kepada
pasien, staf, pengunjung dan di dalam masyarakat
4. Apa itu kesigapan?
Kapasitas dan sistem yang harus ada agar tanggapan yang cepat dan efektif dapat
dilakukan jika terjadi bencana kedaruratan kesehatan (dalam situasi saat ini: pengimporan
kasus COVID-19) dan agar sigap membatasi perluasan kejadian (wabah) secara “agresif”.
5. Apa itu kesigapan?
Delapan pilar tanggapan kesehatan masyarakat:
1) Koordinasi, perencanaan dan pemantauan tingkat nasional
2) Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat
3) Surveilans, penyelidikan epidemiologis, tanggapan cepat dan penyelidikan kasus
4) Titik masuk
5) Laboratorium nasional
6) Pencegahan dan pengendalian infeksi
7) Manajemen kasus
8) Dukungan dan logistic operasi, termasuk rencana kontinjensi dan mekanisme
pendanaan
6. PPI: Tuntutan mendasar untuk kesiapan wabah dan unsur kritis dalam kesigapan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) harus menjadi kegiatan yang terus
dijalankan yang dilaksanakan/ didukung oleh program nasional dan oleh pelaksana

2
3

utama/ tim/komite PPI, pejabat manajemen senior fasilitas layanan kesehatan dan semua
staf di tingkat fasilitas.
7. Apa itu pencegahan dan pengendalian infeksi?
Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah:
pendekatan ilmiah yang
 Disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien dan tenaga
kesehatan
 Didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular, epidemiologi, ilmu social dan
penguatan system kesehatan, dan
 Berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien
8. Siapa yang berisiko terinfeksi?
Semua orang berisiko terinfeksi
9. Manfaat PPI
a. Lindungi diri Anda
b. Lindungi pasien Anda
c. Lindungi keluarga dan komunitas Anda
10. Tujuan-tujuan PPI dalam kesiapan wabah
a. Mengurangi penularan infeksi terkait layanan kesehatan
b. Meningkatkan keselamatan staf, pasien dan pengunjung
c. Meningkatkan kemampuan organisasi/ fasilitas kesehatan untuk menanggapi suatu
wabah
d. Mengurangi risiko makin parahnya wabah karena rumah sakit (fasilitas layanan
kesehatan) itu sendiri
11. Komponen-komponen inti untuk program PPI yang efektif dalam semua konteks
a. Program PPI yang efektif harus didasarkan pada implementasi semua Komponen
Inti
b. Jika suatu negara/fasilitas tidak memiliki pengetahuan, sistem, organisasi, dan
sumber daya PPI, tanggapan yang efektif terhadap suatu wabah sulit diberikan
12. Syarat-syarat Minimum PPI
TINGKAT NASIONAL TINGKAT FASILITAS
CC1 –Ada Program PPI • Layanan primer: petugas penghubung PPI (IPC link person)
berjalan dengan setidaknya terlatih
satu pelaksana utama PPI • Layanan sekunder: 1 pelaksana utama PPI per 250 tempat
terlatih purnawaktu dan tidur dengan waktu dan anggaran khusus
anggaran khusus PPI. • Layanan tersier: 1 pelaksana utama PPI terlatih purnawaktu
per 250 tempat tidur dengan waktu dan anggaran khusus + komite
PPI multidisipliner + akses laboratorium mikrobiologi
CC2 –Panduan PPI nasional • Layanan primer: Minimal SOP tentang pencegahan standar
berbasis bukti yang dan dasar-dasar pencegahan berbasis penularan
disesuaikan dengan konteks • Layanan sekunder dan tersier: SOP tambahan tentang
local operasi, pencegahan infeksi terkait layanan kesehatan (HAI), dan
kesehatan kerja
CC3 –Pendidikan & • Semua tingkat layanan: Pelatihan PPI untuk semua staf dan
4

Pelatihan: Kebijakan petugas kebersihan (cleaner) klinis garis depan di awal masa kerja
nasional yang (ditambah pelatihan fasilitas layanan tersier setiap tahun) +
mengharuskan semua tenaga pelatihan PPI spesifik untuk pelaksana utama PPI
kesehatan mendapatkan
pelatihan PPI + kurikulum
PPI nasional + pemantauan
efektivitas pelatihan PPI

CC4 –Grup teknis nasional • Layanan primer-sekunder: Surveilans HAI bukan syarat
yang mengembangkan minimum tetapi harus mengikuti rencana nasional.
rencana surveilans infeksi • Layanan tersier: Surveilans aktif HAI dan AMR dan umpan
terkait layanan kesehatan balik harus menjadi kegiatan inti program PPI.
(HAI) dan pemantauan PPI
CC5 –Strategi • Layanan primer: MMIS harus menerapkan langkah-langkah
Penyempurnaan Multimodal prioritas PPI (kebersihan tangan, keamanan pemberian suntikan,
(MMIS) harus diterapkan dekontaminasi peralatan medis, kebersihan lingkungan)
dalam intervensi PPI • Layanan sekunder: MMIS untuk implementasi semua
pencegahan
• standar dan berbasis penularan dan untuk triase
• Layanan tersier: sama seperti layanan sekunder + MMIS
untuk jenis HAI tertentu (mis., CLABSI) sesuai risiko dan
epidemiologi setempat
CC6 –Grup teknis nasional • Layanan primer: memonitor indikator-indikator PPI
untuk pemantauan PPI, • berdasarkan prioritas-prioritas PPI (lihat CC5)
mengembangkan rencana + • Layanan sekunder dan tersier: petugas yang khusus
rekomendasi tentang bertanggung jawab atas pemantauan PPI dan umpan balik yang
indikator + sistem + tepat waktu + kebersihan tangan sebagai indikator prioritas
pelatihan PPI
CC7 –Beban kerja, • Primer – sistem alur pasien + triase + manajemen konsultasi
penempatan staf dan tingkat • Untuk mengoptimalisasi penempatan staf, fasilitas harus
pemakaian tempat tidur menilai tingkat penempatan staf yang sesuai untuk fasilitas
tersebut.
• Layanan sekunder-tersier: sistem untuk mengelola
penggunaan tempat + menetapkan kapasitas tempat tidur standar
untuk fasilitas tersebut + tidak lebih dari satu pasien per tempat
tidur + jarak sekurangnya 1 meter antara batas satu tempat tidur
dengan batas tempat tidur berikutnya.
• Untuk mengoptimalisasi penempatan staf, fasilitas harus
menilai tingkat penempatan staf yang sesuai untuk fasilitas
tersebut.
CC8 –Lingkungan • Layanan primer: Kegiatan layanan pasien harus dilakukan di
terbangun, bahan, dan lingkungan yang bersih dan higienis, fasilitas harus memiliki area
perlengkapan untuk PPI terpisah untuk kegiatan sanitasi, dekontaminasi dan pemrosesan
ulang perlengkapan medis dan memiliki persediaan dan
perlengkapan PPI yang cukup untuk mengambil langkah-langkah
PPI.
• Layanan sekunder-tersier: Fasilitas harus memiliki ruang
isolasi tunggal yang memadai atau dapat menampung kelompok
jika tindakan tersebut sesuai.
5

13. Apa peran dari penanggungjawab, tim atau komite PPI?


a. Penanggung jawab PPI
a) Pengetahuan: memiliki pemahaman tentang strategi PPI dalam situasi
wabah/epidemi, dll
b. Fasyankes
a) Infrastruktur
b) Kebijakan dan penyusunan SOP
c) Kajian, kesiapan dan kesiagaan
c. Komite PPI
a) Berpartisipasi dalam respon dan pemulihan
b) Berpartisipasi dalam surveilans & monitoring
c) Tatalaksana pasien
d) Edukasi
B. MODUL II EPIDEMIOLOGI, FAKTOR RISIKO, DEFINISI DAN SIMPTOMOLOGI
1. Apa itu novel coronavirus?
a. Coronavirus (CoV) adalah famili virus yang menyebabkan berbagai penyakit, mulai
dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah
b. seperti Middle East Respiratory Syndrome [MERS] dan Severe Acute Respiratory
Syndrome [SARS]
c. Novel coronavirus (nCoV) adalah galur baru yang sebelumnya belum ditemui pada
manusia
d. Coronavirus (CoV) adalah famili virus yang menyebabkan berbagai penyakit, mulai
dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah. Seringkali CoV bersifat zoonotik
(ditularkan dari hewan ke manusia).
e. seperti Middle East Respiratory Syndrome [MERS] dan Severe Acute Respiratory
Syndrome [SARS]
f. Beberapa coronavirus diketahui beredar di antara hewan dan belum menular kepada
manusia.
g. Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO Kantor Negara Tiongkok menerima kabar
kasus-kasus pneumonia yang penyebabnya belum diketahui. Kasus-kasus ini terjadi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Oleh pemerintah Tiongkok, pada tanggal 7
Januari, suatu coronavirus baru (COVID-19) berhasil diisolasi dan diidentifikasi
sebagai virus penyebabnya.
2. Yang diketahui tentang COVID-19
a. Periode inkubasi - saat ini diperkirakan periode inkubasi virus ini berkisar antara 1-
12,5 hari (median 5-6 hari).
b. Perkiraan akan makin disempurnakan seiring dengan ketersediaan data baru
c. Masih perlu dipelajari apakah penularan dapat terjadi dari orang yang tidak
menunjukkan gejala atau selama periode inkubasi
6

d. Mode penularan: tetesan kecil cairan (droplet) yang disebarkan orang yang terkena,
kontak dengan sekresi pernapasan pasien, permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi.
e. Penularan dari hewan dan dari orang ke orang.
f. Belum ada obat atau vaksin, baru ada langkah-langkah pendukung saja.
g. Mode penularan: tetesan kecil cairan (droplet) yang disebarkan orang yang terkena,
kontak dengan sekresi pernapasan pasien, permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi.
h. Penularan dari hewan dan dari orang ke orang.
i. Belum ada obat atau vaksin, baru ada langkah-langkah pendukung saja.
3. Tanda dan gejala COVID-19
a. Tahap awal
• Demam (>38C), Gejala-gejala pernapasan: Batuk, Sesak napas, Pilak, Badan
lemah, Tidak enak badan, Mual/muntah, Diare, Sakit kepala
b. Tahap lanjut
Semua gejala tersebut ditambah
• Radang paru-paru
• Bronkitis
4. Definisi kasus yang akan diinvestigasi dan diuji
Infeksi pernapasan akut berat (SARI):
a) Riwayat demam, batuk, dan memerlukan perawatan RS, (penyebab lain tidak
menjelaskan keseluruhan gejala dan tandanya) dan riwayat perjalanan atau tinggal
di/ke daerah/negara atau teritori yang melaporkan tranmisi lokal dalam waktu 14 hari
sebelum munculnya gejala
b) Pasien dengan penyakit pernapasan akut DAN satu atau lebih dari yang berikut
selama 14 hari sebelum munculnya gejala: Kontak dengan kasus terkonfirmasi atau
terduga infeksi COVID-19 bekerja di atau datang ke fasilitas layanan kesehatan di
mana pasien terkonfirmasi atau kemungkinan penyakit pernapasan akut COVID-19
dirawat
C. MODUL III PPI DALAM KONTEKS COVID-19
1. Nasihat umum dan perjalanan WHO untuk COVID-19
 Nasihat Umum WHO
1. Hindari kontak jarak dekat dengan orang yang menderita infeksi pernapasan akut
2. Seringlah membersihkan tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang sakit
atau lingkungannya
3. Orang yang menunjukkan gejala infeksi pernapasan akut harus mengikuti etika
batuk/bersin, mengenakan masker medis dan mencari perawatan medis jika
mengalami kesulitan bernapas
 Nasihat perjalanan WHO
7

1. WHO tidak menganjurkan langkah-langkah kesehatan tertentu untuk orang yang


melakukan perjalanan.
2. Jika seseorang menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan penyakit pernapasan
akut selama atau setelah melakukan perjalanan, orang tersebut disarankan mencari
pertolongan medis dan menginformasikan riwayat perjalanannya dengan tenaga
kesehatan yang menanganinya.
2. Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penyebaran COVID-19
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan
kesehatan termasuk:
a. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien;
b. Memastikan dilakukannya triase, identifikasi awal, dan pengendalian sumber
c. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas kasus- kasus suspek
infeksi covid-19
d. Menerapkan pengendalian administratif dan
e. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa.
3. Langkah-langkah pencegahan standar
Tingkat dasar langkah-langkah pencegahan PPI, digunakan untuk semua pasien pada
setiap saat:
• langkah-langkah preventif minimum yang berlaku setiap saat atas semua perawatan
pasien terlepas dari status suspek atau terkonfirmasi pasien
Dalam semua kegiatan, penilaian risiko sangat penting:
menilai setiap kegiatan layanan kesehatan dan menentukan alat perlindungan diri (APD)
yang diperlukan agar memberikan perlindungan yang memadai
4. Unsur-unsur Langkah Pencegahan Standar
a. Kebersihan tangan
b. Kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin)
c. APD sesuai risiko
d. Praktik suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman
e. Penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan aman
f. Membersihkan lingkungan
g. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman
h. Pengelolaan limbah
5. Kebersihan tangan
a. Cara terbaik mencegah penyebaran kuman di tempat layanan kesehatan dan di tengah
masyarakat
b. Tangan adalah alat utama bagi pekerjaan tenaga kesehatan – dan tangan menjadi mata
rantai kunci dalam rantai penularan
6. Kebersihan tangan: 5 Momen WHO
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum prosedur bersih/aseptic
c. Setelah resiko paparan cairan tubuh
8

d. Setelah menyentuh pasien


e. Setelah enyentuh benda disekitar pasien
7. Prosedur kebersihan/etika pernapasan
a. Jauhkan wajah dari orang lain ketika batuk/bersin
b. Tutupi hidung dan mulut dengan tisu.
c. Jika menggunakan tisu, segera buang tisu itu ke tempat sampah
d. Arahkan batuk/bersin ke lengan jika tidak ada tisu
e. Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir atau produk berbahan alkohol
8. Mendorong kebersihan pernapasan
1. Galakkan kebiasaan cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan
2. Beri masker kepada pasien dengan gejala pernapasan
3. Pasien dengan demam + batuk atau bersin harus dijauhkan setidaknya 1m dari pasien
lain
4. Pasang alat-alat bantu visual yang mengingatkan pasien dan pengunjung dengan
gejala pernapasan untuk menutup batuk
5. Pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area
9. Contoh APD di tempat layanan kesehatan untuk COVID-19
1. Masker
2. Masker N-95
3. Pelindung wajah
4. Pelindung mata
5. Jubbah
6. Celemek
7. Sarung tangan
8. Penutup kepala
10. Penilaian risiko dan Langkah Pencegahan Standar
Penilaian risiko: Antisipasi risiko paparan dan tingkat kontak dengan darah, cairan tubuh,
percikan pernapasan, dan/atau kulit terbuka
• Pilih APD yang digunakan berdasarkan penilaian ini
• Ikuti kebersihan tangan menurut “5 Momen” WHO
• Harus dilakukan setiap kali untuk setiap pasien
11. Prinsip-prinsip penggunaan APD
Selalu bersihkan tangan Anda sebelum dan setelah menggunakan APD
APD harus tersedia di mana dan di saat diperlukan
• Dengan ukuran yang tepat
• Pilih sesuai risiko atau sesuai langkah pencegahan berdasar transmisi
Selalu kenakan sebelum kontak dengan pasien, selalu lepas segera setelah tugas selesai
dan/atau meninggalkan area perawatan pasien, jangan pernah menggunakan kembali
APD sekali pakai, bersihkan dan disinfeksi APD berulang pakai setelah digunakan jika
akan digunakan lagi, ganti APD segera setelah APD terkontaminasi atau menjadi cacat
APD tidak boleh dipaskan atau disentuh ketika perawatan pasien diberikan; khususnya
9

• Jangan sentuh wajah ketika masih memakai APD


• Jika ada kekhawatiran tentang dan/atau pelanggaran terhadap praktik-praktik ini,
tinggalkan area perawatan pasien ketika sudah aman dan lepas dan ganti APD
sebagaimana mestinya
• Selalu lepas dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi sendiri (dari bagian
paling kotor ke bagian paling bersih)
12. Tujuh langkah menuju suntikan aman
a. Tempat kerja bersih
b. Kebersihan tangan
c. Jarum suntik aman yang steril
d. Wadah steril untuk obat dan pelarut
e. Pembersihan dan antisepsis kulit
f. Pengambilan benda tajam sebagaimana mestinya
g. Pembuangan limbah yang sesuai
13. Apa itu dekontaminasi?
a. Dekontaminasi Melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen dari benda-benda
sehingga aman dipegang, untuk diproses lebih lanjut, digunakan atau dibuang
b. Pembersihan Pada langkah pertama, kontaminasi material asing dilepaskan secara
fisik, seperti debu, kotoran. Langkah ini juga akan melepaskan material, seperti
darah, sekresi, ekskresi dan mikroorganisme, untuk mempersiapkan alat medis
untuk didisinfeksi atau disterilisasi.
c. Disinfeksi Proses mengurangi jumlah kemungkinan mikroorganisme ke tingkat
bahaya yang lebih rendah. Proses ini mungkin tidak menonaktif- kan spora bakteri,
prion dan beberapa virus.
d. Sterilization Proses validasi yang digunakan untuk mem- buat suatu benda bebas
dari kemungkinan mikroorganisme, termasuk virus dan spora bakteri, tetapi tidak
termasuk prion.
14. Prinsip-prinsip Pembersihan
Definisi pembersihan: Pelepasan fisik material asing (seperti debu, kotoran) dan
material organik (seperti darah, sekresi, ekskresi, mikroorganisme). Pembersihan
melepaskan mikroorganisme secara fisik, bukan membunuhnya. Pembersihan dilakukan
dengan air, deterjen dan tindakan mekanis.
Prinsip-prinsip dasar pembersihan dan disinfeksi berlaku untuk semua area perawatan
pasien.
• Selalu pastikan alat perawatan pasien dibersihkan sebelum digunakan kembali untuk
pasien lain
• Jika mungkin, khususkan persediaan pembersihan di area-area berisiko lebih tinggi
(seperti ruang isolasi, bersalin, dan operasi
• Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area/ruang isolasi
• Selalu bergerak dari area paling bersih ke area paling kotor
10

1. bersihkan dari area tinggi ke area rendah, dari luar ke dalam


2. area isolasi dibersihkan terakhir
• Disarankan menggunakan sapu lembab dan lap basah untuk meminimalisasi debu
• Gunakan sistem 3 ember untuk pembersihan dan disinfeksi
• Air untuk pembersihan harus air bersih
• Penyemprotan disinfektan tidak disarankan
15. Pembersihan lingkungan di ruang/area isolasi
a. Tingkatkan frekuensi pembersihan oleh petugas kebersihan di area perawatan pasien
b. Area isolasi harus diberi persediaan pembersihannya sendiri yang terpisah dari area
perawatan pasien bersih
c. Semua limbah dari area isolasi dianggap terkontaminasi dan harus dibuang sesuai
metode limbah terkontaminasi di fasilitas Anda
d. Petugas kebersihan harus memastikan bahwa APD yang sesuai sudah dikenakan
ketika membersihkan ruang atau area isolasi
e. Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan hanya di
area/ruang isolasi
16. Langkah-langkah pembersihan
a. Pembersihan rutin: pembersihan berkala (serta disinfeksi, saat dibutuhkan) saat
ruangan masih digunakan yang bertujuan membersihkan material organik,
meminimalisasi kontaminasi mikrobial, dan memberikan ruangan yang tampak bersih,
terutama permukaan di zona pasien
b. Pembersihan akhir: pembersihan dan disinfeksi setelah pasien dipulangkan atau
dipindahkan. Termasuk pembersihan material organik dan pengurangan besar serta
eliminasi kontaminasi mikrobial untuk memastikan tidak ada perpindahan
mikroorganisme ke pasien berikutnya.
17. Lingkungan: cara mengelola linen yang sudah digunakan di bangsal
a. Kenakan APD sesuai risiko ketika menangani linen terpakai atau kotor
b. Pegang linen kotor dengan gerakan seminimal mungkin untuk menghindari
kontaminasi
c. Tempatkan linen kotor di kantong/wadah di tempat perawatan
d. Jika linen sangat kotor
1. bersihkan kotoran (seperti feses, muntahan) dengan sarung tangan serta
menggunakan benda yang datar dan keras
2. buang material padat ke toilet siram dan buang alat lap ke tempat sampah
3. tempatkan linen kotor ke wadah antibocor yang diberi label jelas (seperti kantong
dan wadah tertutup) di area perawatan pasien.
e. Cara penataan dan pemindahan linen bersih harus menghindarkan kontaminasi (misal,
dalam wadah tertutup)
f. Linen di bangsal perawatan pasien harus disimpan di area khusus (misal, di lemari
atau ruangan) atau wadah tertutup yang jauh dari jangkauan publik.
18. Pertimbangan tambahan dalam langkah pencegahan standar
11

a. Penting agar prosedur pembersihan lingkungan dan disinfeksi dipastikan diikuti


secara konsisten dan tepat.
b. Prosedur pembersihan permukaan lingkungan dengan air dan deterjen dan
menggunakan disinfektan dengan jumlah yang biasa digunakan di rumah sakit (seperti
natrium hipoklorit, 0.5%, atau etanol, 70%) sudah efektif dan memadai.
c. Alat dan perlengkapan medis, pencucian, alat makan dan limbah medis harus dikelola
sesuai dengan prosedur keamanan rutin.
19. Tatalaksana pasien sakit yang meminta pertolongan
Penggunaan triase klinis di fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan identifikasi
dini pasien yang mengalami infeksi pernapasan akut (ARI) untuk mencegah transmisi
patogen ke tenaga kesehatan dan pasien lain.
 Triase 1
1. Cegah area terlalu penuh (overcrowding).
2. Lakukan triase cepat
3. Tempatkan pasien ARI di area tunggu khusus yang memiliki ventilasi yang cukup
4. Selan langkah pencegahan standar, terapkan langkah pencegahan percikan
(droplet) dan langkah pencegahan kontak (jika ada kontak jarak dekat dengan
pasien atau peralatan permukaan/material terkontaminasi)
5. Minta pasien yang memiliki gejala-gejala pernapasan untuk menjalankan
kebersihan tangan, mengenakan masker dan menjalankan kebersihan pernapasan
6. Pastiken pasien saling berjarak setidaknya 1m
 Triase 2
The triage or screening area requires the following equipment:
a. Daftar pertanyaan skrining
b. Algoritma untuk triase
c. Berkas dokumentasi
d. APD
e. Alat dan poster kebersihan tangan
f. Termometer inframerah
g. Tong sampah dan akses pembersihan/disinfeksi
h. Pasang petunjuk-petunjuk di area umum berisi pertanyaan-pertanyaan skrining
sindrom agar pasien memberi tahu tenaga kesehatan
 Triase (3)
Siapkan area selama triase:
1. Pastikan ada ruang yang cukup untuk triase (pastikan ada jarak setidaknya 1m
antara staf skrining dan pasien/staf yang masuk
2. Sediakan pembersih tangan alkohol dan masker (serta sarung tangan medis,
pelindung mata dan jubah untuk digunakan sesuai penilaian risiko)
3. Kursi pasien di ruang tunggu harus terpisah jarak setidaknya 1m
4. Pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah
5. Petunjuk-petunjuk jelas tentang gejala dan arah
12

6. Anggota keluarga harus menunggu di luar area triase-mencegah area triase menjadi
terlalu penuh
20. Penempatan pasien di rumah sakit
a. Jangan menerima pasien berisiko rendah tanpa komplikasi tanda dan gejala
pernapasan yang menunjukkan infeksi dan tanpa penyakit yang mendasari.
b. Kelompok pasien dengan diagnosis sama di satu area.
c. Pasien suspek jangan ditempatkan di areayang sama dengan yang terkonfirmasi.
d. Tempatkan pasien-pasien ARI yang mengkhawatirkan di satu ruang berventilasi baik,
jika mungkin.
e. Tugaskan tenaga kesehatan berpengalaman PPI dan wabah.
21. Langkah-langkah pencegahan tambahan
a. pasien yang menunjukkan gejala dan suspek atau yang terkonfirmasi terinfeksi
dengan patogen sangat menular,
b. jika patogen dipandang penting dari sudut pandang epidemiologis,
c. jika intervensi medis meningkatkan risiko transmisi agen infeksi tertentu
d. jika situasi klinis mencegah penerapan langkah-langkah pencegahan standar secara
sistematis
22. Langkah pencegahan tambahan didasarkan pada cara transmisi: cara langsung
dan cara tidak langsung
1. Cara Langsung
 Kontak langsung
Kontak langsung terjadi melalui sentuhan; seseorang dapat mentransmisikan
mikroorganisme kepada orang lain melalui sentuhan kulit atau dengan permukaan,
tanah atau tumbuhan
 Penyebaran percikan (droplet)
Penyebaran percikan berarti penyemburan aerosol relatif besar dalam jarak dekat
yang dihasilkan oleh bersin, batuk
2. Cara Tidak Langsung
 Kontak tidak langsung Transmisi tidak langsung berarti perpindahan agen infeksi
dari reservoir ke pejamu
 Transmisi udara terjadi ketika agen infeksi terbawa nukleus debu atau percikan
yang melayang di udara
 Kendaraan (vehicle) dapat secara tidak langsung mentransmisikan agen infeksi
 Vektor dapat membawa agen infeksi atau menyokong pertumbuhan atau perubahan
agen
23. Pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-1
1. Langkah-langkah pencegahan kontak dan percikan untuk semua pasien suspek atau
terkonfirmasi COVID-19
13

2. Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang


menghasilkan aerosol (seperti pengisapan lendir (suctioning) terbuka saluran
pernapasan, intubasi, bronkoskopi, RJP)
3. Semua pasien penyakit pernapasan harus ditempatkan di ruangan tunggal, atau
berjarak minimal 1m dari pasien lain waktu menunggu ruangan
4. Suatu tim tenaga kesehatan harus dikhususkan untuk merawat hanya pasien suspek
5. Tenaga kesehatan harus mengenakan APD: masker medis, pelindung mata atau
wajah, jubah, dan sarung tangan
6. Kebersihan tangan harus dijalankan setiap kali “5 Momen” WHO berlaku, dan
sebelum APD dan setelah melepas APD
7. Jika mungkin peralatan hanya digunakan sekali, khusus untuk satu pasien dan
didisinfeksi sebelum digunakan kembali
8. Hindari memindahkan kasus suspek atau terkonfirmasi – jika perlu, pastikan pasien
mengenakan masker. Tenaga kesehatan harus mengenakan APD yang sesuai.
9. Pembersihan rutin lingkungan sangat penting
10. Batasi jumlah tenaga kesehatan, pengunjung dan anggota keluarga yang berkontak
dengan pasien. Jika perlu, semua orang harus mengenakan APD.
11. Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus dicatat (untuk
tujuan penelusuran kontak).
12. Langkah-langkah pencegahan harus tetap dijalankan hingga gejala hilang.
24. Langkah-langkah pencegahan kontak dan pencegahan percikan
1. Langkah-langkah pencegahan kontak
a) Kamar tunggal
• Pasien tetap di kamar
b) Kebersihan tangan sesuai “5 Moment”, terutama sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan sesudah melepas APD
• Jangan menyentuh mata, hidung atau mulut dengan tangan bersarung atau tidak
bersarung yang terkontaminasi.
c) Staf harus mengenakan APD yang sesuai: jubah + sarung tangan
d) Pembersihan peralatan, disinfeksi, dan sterilisasi yang sesuai
e) Pembersihan lingkungan disempurnakan
• Jangan mengkontaminasi permukaan yang tidak termasuk dalam perawatan
pasien langsung (seperti gagang pintu, tombol lampu, ponsel)
2. Langkah-langkah pencegahan percikan
a) Kamar tunggal
• jika ruangan tunggal tidak tersedia, pisahkan pasien dari pasien lain setidaknya
dengan jarak 1 m
b) Tenaga kesehatan harus mengenakan APD sesuai:
• Masker medis
• Perlindungan mata (kacamata atau pelindung wajah)
• Jubah
14

c) Pasien harus tetap tinggal di kamar (gerakan terbatas)


• Jika harus dipindahkan/bergerak, pasien wajib mengenakan masker medis dan
menggunakan rute perpindahan yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
meminimalisasi paparan untuk staf, pasien lain dan pengunjung.
25. Langkah pencegahan transmisi udara (dalam konteks COVID-19)
Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang
menyebabkan aerosol seperti:
- Bronkoskopi,
- Itubasi trakea,
- Pemberian tekanan pada dada saat resusitasi jantung
paru dapat menyebabkan dihasilkannya aerosol
Hal-hal berikut ini wajib:
• Ruangan tunggal dengan ventilasi yang memadai:
ventilasi alami dengan aliran udara setidaknya 160L/s per pasien atau
di ruangan bertekanan negatif dengan setidaknya 12 pergantian udara per jam dan arah
aliran udara yang terkendali saat ventilasi mekanis digunakan
• APD: kontak + percikan
• Ganti masker medis dengan masker efisiensi tinggi di ruangan (N-95, atau FFP2
atau masker setara)
26. Layanan rawat Jalan
Prinsip-prinsip PPI dasar dan langkah-langkah pencegahan standar harus diterapkan di
semua fasilitas layanan kesehatan, termasuk layanan rawat jalan dan layanan primer
Untuk infeksi COVID-19, langkah-langkah berikut perlu diambil:
• Triase dan identifikasi awal;
• Skrining sindrom dilakukan di klinik;
• Penekanan pada kebersihan tangan, kebersihan pernapasan dan masker medis
digunakan oleh pasien bergejala pernapasan (pertimbangkan penggunaan tanda-tanda
petunjuk);
Untuk infeksi COVID-19, langkah-langkah berikut perlu diambil (lanjutan):
• Jika memungkinkan – tempatkan pasien di ruangan terpisah atau jauh dari pasien lain
di ruang tunggu, dan kenakan masker, sarung tangan dan jubah jika mungkin saat
menemui pasien di klinik (sebanyak mungkin langkah pencegahan kontak dan
percikan)
• Saat pasien bergejala harus menunggu, pastikan area tunggunya terpisah (terpisah
jarak 1 m);
• Perawatan pasien bergejala diprioritaskan;
• Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang identifikasi awal atas gejala-gejala,
langkah-langkah pencegahan dasar yang akan digunakan dan fasilitas layanan
kesehatan mana yang harus dirujuk.
27. Perawatan di Rumah (Home Care) untuk Tenaga Kesehatan dan oleh pemberi
perawatan
15

a. Untuk Tenaga Kesehatan


Who menganjurkan agar pasien terus berkomunikasi dengan pemberi layanan kesehatan
atau pihak kesehatan masyarakat selama periode perawatan di rumah – hingga gejala-
gejala sembuh
Tenaga kesehatan harus:
• Mengenakan masker dan menjalankan kebersihan tangan dengan baik, saat merawat
• Jelaskan kepada pasien cara membatasi paparan kepada keluarganya. Ajarkan juga
etika pernapasan dan kebersihan tangan (tutup mulut dan hidung saat batuk atau
bersin).
• Jelaskan kepada pemberi perawatan tentang cara merawat dengan benar anggota
keluarga yang sakit seaman mungkin; dan berikan dukungan, penjelasan dan
pemantauan terus- menerus kepada pasien dan keluarga
b. Oleh Pemberi Perawatan
Pemberi perawatan dan anggota keluarga harus (jika memungkinkan):
• Diberi tahu jenis perawatan yang harus diberikan dan penggunaan perlindungan yang
tersedia untuk menutupi hidung dan mulut
• Jika tidak memberikan perawatan, pastikan pemisahan fisik (pisahkan di ruang lain
atau setidaknya 1 meter) dari orang lain di rumah
• Ingatkan kepada pasien untuk mengenakan masker ketika ada anggota keluarga lain
(jika memungkinkan)
16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari resume ini dapat disimpulkan pencegahan dan pengendalian infeksi adalah pendekatan

ilmiah yang disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien dan tenaga

kesehatan. Didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular, epidemiologi, ilmu sosial dan penguatan

sistem kesehatan, dan berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien khususnya

dalam penanganan COVID-19 ini.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut.

 untuk tenaga kesehatan selalu menggunakan APD lengkap sesuai dengan ketentuan pada saat

penanganan pasien yang memiliki tanda dan gejala COVID-19.

 Bagi masyarakat untuk selalu menggunakan masker pada saat keluar rumah dan selalu cuci

tangan 6 langkah dengan benar sesuai menurut WHO setelah selesai bepergian.

16
17

DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Curless,M., Gerland,M.A., Maragakis,L.,L. 2018 Infection Prevention and Control.
Module 11: Infection Prevention and Contor Program Management. Reference Manual for
Health Care Facilities with Limited Resources. John Hopkins Medicine. Jhpiego. hal. 37-52.
http://reprolineplus.org/system/files/resources/IPC_M11_Programs.pdf

https://www.who.int/publications-detail/risk-communication-and-community-engagement-
readiness-and-initial-response-for-novel-coronaviruses-(-ncov)

Sumber: Laman-laman web WHO Infection Prevention and control;;


https://www.who.int/gpsc/ipc/en/

WHO2015 Safe & Quality Health Services Package


https://www.who.int/infection-prevention/publications/core-components/en/

Anda mungkin juga menyukai