Disusun Oleh:
PO.62.20.1.17.202
REGULER XX
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing
Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Dhini, M.Kes
NIP. 19650401 198902 2 002
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah mengaruniakan anugerah-
Nya, sehingga resume ini dapat diselesaikan. Resume ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Lanjutan yang berjudul “Sistematika Resume KursusOnline
Coronavirus (COVID-19)”.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan resume ini tidak lepas dari
bantuan moril, pengarahan, maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penyusunan resume ini penulis menyadari masih masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Kiranya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................... 2
C. Manfaat............................................................................. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita oleh setiap makhluk
berbeda satu dan yang lainnya. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak berada
pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh.
Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari
pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu.
Penyakit menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui
infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti
udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya
(Vatimatunnimah, 2013).
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.
Penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor
lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen
lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian
penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan yang lain masing-masing
mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang peranan
sangat penting. Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara
kuman,virus, dan bakteri dengan manusia. Sering terjadi mikroorganisme yang tinggal di
tubuh host kemudian berpindah ke manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan
lingkungan.
Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang
masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dan dapat menular ke manusia ialah Virus Corona.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Kesiapan, kesiagaan dan PPI
2. Untuk mengetahui Epidemiologi, faktor risiko, definisi dan simptomologi Novel
coronavirus (COVID-19
3. Untuk mengetahui Kewaspadaan standar, kewaspadaan berdasar transmisi & rekomendasi
khusus COVID-19
C. MANFAAT
Dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami tentang apa itu covid-19, cara
pencegahan dan cara menangani nya menurut standar (world health organization) WHO
1
BAB II
RESUME MATERI KURSUS
A. MODUL 1 Modul 1: Kesiapan, kesiagaan dan PPI
1. Prinsip-prinsip Manajemen Kedaruratan
a. Pencegahan dan Mitigasi
b. Kesiapan dan Kesigapan
c. Tanggapan
d. Pemulihan
2. Kesiapan dalam pelayanan kesehatan
a. Pengetahuan, kemampuan dan system organisasional yang dikembangkan oleh
pemerintah, organisasi penanggap dan pemulihan, masyarakat dan anggota
masyarakat untuk efektif mengantisipasi, menanggapi, dan pulih dari dampak
kedaruratan yang mungkin, akan, mulai, atau sedang terjadi.
b. Tindakan-tindakan sebelum terjadi kedaruratan yang meningkatkan kemampuan suatu
fasilitas dalam memberikan tanggapan ketika terjadi kedaruratan.
c. Semua tingkatan: Nasional, daerah dan fasilitas.
3. Mengapa?
a. Karena kesiapan tidak terpisahkan dari penguatan sistem kesehatan dan sangat
penting bagi manajemen risiko bencana kedaruratan kesehatan
b. Langkah-langkah PPI yang tidak memadai dapat berakibat pada penularan kepada
pasien, staf, pengunjung dan di dalam masyarakat
4. Apa itu kesigapan?
Kapasitas dan sistem yang harus ada agar tanggapan yang cepat dan efektif dapat
dilakukan jika terjadi bencana kedaruratan kesehatan (dalam situasi saat ini: pengimporan
kasus COVID-19) dan agar sigap membatasi perluasan kejadian (wabah) secara “agresif”.
5. Apa itu kesigapan?
Delapan pilar tanggapan kesehatan masyarakat:
1) Koordinasi, perencanaan dan pemantauan tingkat nasional
2) Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat
3) Surveilans, penyelidikan epidemiologis, tanggapan cepat dan penyelidikan kasus
4) Titik masuk
5) Laboratorium nasional
6) Pencegahan dan pengendalian infeksi
7) Manajemen kasus
8) Dukungan dan logistic operasi, termasuk rencana kontinjensi dan mekanisme
pendanaan
6. PPI: Tuntutan mendasar untuk kesiapan wabah dan unsur kritis dalam kesigapan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) harus menjadi kegiatan yang terus
dijalankan yang dilaksanakan/ didukung oleh program nasional dan oleh pelaksana
2
3
utama/ tim/komite PPI, pejabat manajemen senior fasilitas layanan kesehatan dan semua
staf di tingkat fasilitas.
7. Apa itu pencegahan dan pengendalian infeksi?
Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah:
pendekatan ilmiah yang
Disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien dan tenaga
kesehatan
Didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular, epidemiologi, ilmu social dan
penguatan system kesehatan, dan
Berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien
8. Siapa yang berisiko terinfeksi?
Semua orang berisiko terinfeksi
9. Manfaat PPI
a. Lindungi diri Anda
b. Lindungi pasien Anda
c. Lindungi keluarga dan komunitas Anda
10. Tujuan-tujuan PPI dalam kesiapan wabah
a. Mengurangi penularan infeksi terkait layanan kesehatan
b. Meningkatkan keselamatan staf, pasien dan pengunjung
c. Meningkatkan kemampuan organisasi/ fasilitas kesehatan untuk menanggapi suatu
wabah
d. Mengurangi risiko makin parahnya wabah karena rumah sakit (fasilitas layanan
kesehatan) itu sendiri
11. Komponen-komponen inti untuk program PPI yang efektif dalam semua konteks
a. Program PPI yang efektif harus didasarkan pada implementasi semua Komponen
Inti
b. Jika suatu negara/fasilitas tidak memiliki pengetahuan, sistem, organisasi, dan
sumber daya PPI, tanggapan yang efektif terhadap suatu wabah sulit diberikan
12. Syarat-syarat Minimum PPI
TINGKAT NASIONAL TINGKAT FASILITAS
CC1 –Ada Program PPI • Layanan primer: petugas penghubung PPI (IPC link person)
berjalan dengan setidaknya terlatih
satu pelaksana utama PPI • Layanan sekunder: 1 pelaksana utama PPI per 250 tempat
terlatih purnawaktu dan tidur dengan waktu dan anggaran khusus
anggaran khusus PPI. • Layanan tersier: 1 pelaksana utama PPI terlatih purnawaktu
per 250 tempat tidur dengan waktu dan anggaran khusus + komite
PPI multidisipliner + akses laboratorium mikrobiologi
CC2 –Panduan PPI nasional • Layanan primer: Minimal SOP tentang pencegahan standar
berbasis bukti yang dan dasar-dasar pencegahan berbasis penularan
disesuaikan dengan konteks • Layanan sekunder dan tersier: SOP tambahan tentang
local operasi, pencegahan infeksi terkait layanan kesehatan (HAI), dan
kesehatan kerja
CC3 –Pendidikan & • Semua tingkat layanan: Pelatihan PPI untuk semua staf dan
4
Pelatihan: Kebijakan petugas kebersihan (cleaner) klinis garis depan di awal masa kerja
nasional yang (ditambah pelatihan fasilitas layanan tersier setiap tahun) +
mengharuskan semua tenaga pelatihan PPI spesifik untuk pelaksana utama PPI
kesehatan mendapatkan
pelatihan PPI + kurikulum
PPI nasional + pemantauan
efektivitas pelatihan PPI
CC4 –Grup teknis nasional • Layanan primer-sekunder: Surveilans HAI bukan syarat
yang mengembangkan minimum tetapi harus mengikuti rencana nasional.
rencana surveilans infeksi • Layanan tersier: Surveilans aktif HAI dan AMR dan umpan
terkait layanan kesehatan balik harus menjadi kegiatan inti program PPI.
(HAI) dan pemantauan PPI
CC5 –Strategi • Layanan primer: MMIS harus menerapkan langkah-langkah
Penyempurnaan Multimodal prioritas PPI (kebersihan tangan, keamanan pemberian suntikan,
(MMIS) harus diterapkan dekontaminasi peralatan medis, kebersihan lingkungan)
dalam intervensi PPI • Layanan sekunder: MMIS untuk implementasi semua
pencegahan
• standar dan berbasis penularan dan untuk triase
• Layanan tersier: sama seperti layanan sekunder + MMIS
untuk jenis HAI tertentu (mis., CLABSI) sesuai risiko dan
epidemiologi setempat
CC6 –Grup teknis nasional • Layanan primer: memonitor indikator-indikator PPI
untuk pemantauan PPI, • berdasarkan prioritas-prioritas PPI (lihat CC5)
mengembangkan rencana + • Layanan sekunder dan tersier: petugas yang khusus
rekomendasi tentang bertanggung jawab atas pemantauan PPI dan umpan balik yang
indikator + sistem + tepat waktu + kebersihan tangan sebagai indikator prioritas
pelatihan PPI
CC7 –Beban kerja, • Primer – sistem alur pasien + triase + manajemen konsultasi
penempatan staf dan tingkat • Untuk mengoptimalisasi penempatan staf, fasilitas harus
pemakaian tempat tidur menilai tingkat penempatan staf yang sesuai untuk fasilitas
tersebut.
• Layanan sekunder-tersier: sistem untuk mengelola
penggunaan tempat + menetapkan kapasitas tempat tidur standar
untuk fasilitas tersebut + tidak lebih dari satu pasien per tempat
tidur + jarak sekurangnya 1 meter antara batas satu tempat tidur
dengan batas tempat tidur berikutnya.
• Untuk mengoptimalisasi penempatan staf, fasilitas harus
menilai tingkat penempatan staf yang sesuai untuk fasilitas
tersebut.
CC8 –Lingkungan • Layanan primer: Kegiatan layanan pasien harus dilakukan di
terbangun, bahan, dan lingkungan yang bersih dan higienis, fasilitas harus memiliki area
perlengkapan untuk PPI terpisah untuk kegiatan sanitasi, dekontaminasi dan pemrosesan
ulang perlengkapan medis dan memiliki persediaan dan
perlengkapan PPI yang cukup untuk mengambil langkah-langkah
PPI.
• Layanan sekunder-tersier: Fasilitas harus memiliki ruang
isolasi tunggal yang memadai atau dapat menampung kelompok
jika tindakan tersebut sesuai.
5
d. Mode penularan: tetesan kecil cairan (droplet) yang disebarkan orang yang terkena,
kontak dengan sekresi pernapasan pasien, permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi.
e. Penularan dari hewan dan dari orang ke orang.
f. Belum ada obat atau vaksin, baru ada langkah-langkah pendukung saja.
g. Mode penularan: tetesan kecil cairan (droplet) yang disebarkan orang yang terkena,
kontak dengan sekresi pernapasan pasien, permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi.
h. Penularan dari hewan dan dari orang ke orang.
i. Belum ada obat atau vaksin, baru ada langkah-langkah pendukung saja.
3. Tanda dan gejala COVID-19
a. Tahap awal
• Demam (>38C), Gejala-gejala pernapasan: Batuk, Sesak napas, Pilak, Badan
lemah, Tidak enak badan, Mual/muntah, Diare, Sakit kepala
b. Tahap lanjut
Semua gejala tersebut ditambah
• Radang paru-paru
• Bronkitis
4. Definisi kasus yang akan diinvestigasi dan diuji
Infeksi pernapasan akut berat (SARI):
a) Riwayat demam, batuk, dan memerlukan perawatan RS, (penyebab lain tidak
menjelaskan keseluruhan gejala dan tandanya) dan riwayat perjalanan atau tinggal
di/ke daerah/negara atau teritori yang melaporkan tranmisi lokal dalam waktu 14 hari
sebelum munculnya gejala
b) Pasien dengan penyakit pernapasan akut DAN satu atau lebih dari yang berikut
selama 14 hari sebelum munculnya gejala: Kontak dengan kasus terkonfirmasi atau
terduga infeksi COVID-19 bekerja di atau datang ke fasilitas layanan kesehatan di
mana pasien terkonfirmasi atau kemungkinan penyakit pernapasan akut COVID-19
dirawat
C. MODUL III PPI DALAM KONTEKS COVID-19
1. Nasihat umum dan perjalanan WHO untuk COVID-19
Nasihat Umum WHO
1. Hindari kontak jarak dekat dengan orang yang menderita infeksi pernapasan akut
2. Seringlah membersihkan tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang sakit
atau lingkungannya
3. Orang yang menunjukkan gejala infeksi pernapasan akut harus mengikuti etika
batuk/bersin, mengenakan masker medis dan mencari perawatan medis jika
mengalami kesulitan bernapas
Nasihat perjalanan WHO
7
6. Anggota keluarga harus menunggu di luar area triase-mencegah area triase menjadi
terlalu penuh
20. Penempatan pasien di rumah sakit
a. Jangan menerima pasien berisiko rendah tanpa komplikasi tanda dan gejala
pernapasan yang menunjukkan infeksi dan tanpa penyakit yang mendasari.
b. Kelompok pasien dengan diagnosis sama di satu area.
c. Pasien suspek jangan ditempatkan di areayang sama dengan yang terkonfirmasi.
d. Tempatkan pasien-pasien ARI yang mengkhawatirkan di satu ruang berventilasi baik,
jika mungkin.
e. Tugaskan tenaga kesehatan berpengalaman PPI dan wabah.
21. Langkah-langkah pencegahan tambahan
a. pasien yang menunjukkan gejala dan suspek atau yang terkonfirmasi terinfeksi
dengan patogen sangat menular,
b. jika patogen dipandang penting dari sudut pandang epidemiologis,
c. jika intervensi medis meningkatkan risiko transmisi agen infeksi tertentu
d. jika situasi klinis mencegah penerapan langkah-langkah pencegahan standar secara
sistematis
22. Langkah pencegahan tambahan didasarkan pada cara transmisi: cara langsung
dan cara tidak langsung
1. Cara Langsung
Kontak langsung
Kontak langsung terjadi melalui sentuhan; seseorang dapat mentransmisikan
mikroorganisme kepada orang lain melalui sentuhan kulit atau dengan permukaan,
tanah atau tumbuhan
Penyebaran percikan (droplet)
Penyebaran percikan berarti penyemburan aerosol relatif besar dalam jarak dekat
yang dihasilkan oleh bersin, batuk
2. Cara Tidak Langsung
Kontak tidak langsung Transmisi tidak langsung berarti perpindahan agen infeksi
dari reservoir ke pejamu
Transmisi udara terjadi ketika agen infeksi terbawa nukleus debu atau percikan
yang melayang di udara
Kendaraan (vehicle) dapat secara tidak langsung mentransmisikan agen infeksi
Vektor dapat membawa agen infeksi atau menyokong pertumbuhan atau perubahan
agen
23. Pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-1
1. Langkah-langkah pencegahan kontak dan percikan untuk semua pasien suspek atau
terkonfirmasi COVID-19
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari resume ini dapat disimpulkan pencegahan dan pengendalian infeksi adalah pendekatan
ilmiah yang disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien dan tenaga
kesehatan. Didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular, epidemiologi, ilmu sosial dan penguatan
sistem kesehatan, dan berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien khususnya
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut.
untuk tenaga kesehatan selalu menggunakan APD lengkap sesuai dengan ketentuan pada saat
Bagi masyarakat untuk selalu menggunakan masker pada saat keluar rumah dan selalu cuci
tangan 6 langkah dengan benar sesuai menurut WHO setelah selesai bepergian.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Curless,M., Gerland,M.A., Maragakis,L.,L. 2018 Infection Prevention and Control.
Module 11: Infection Prevention and Contor Program Management. Reference Manual for
Health Care Facilities with Limited Resources. John Hopkins Medicine. Jhpiego. hal. 37-52.
http://reprolineplus.org/system/files/resources/IPC_M11_Programs.pdf
https://www.who.int/publications-detail/risk-communication-and-community-engagement-
readiness-and-initial-response-for-novel-coronaviruses-(-ncov)