Anda di halaman 1dari 26

0

Abstrak

Artikel ini dimaksudkan untuk mengevaluasi program pemerintah Kabupaten


Gianyar mengenai pengembangan Desa Wisata yang dimulai pada tahun 2017.
permasalahan terjadi karena semenjak ditetapkan sebagian besar desa wisata tidak
mengalami perkembangan yang berarti dan cendrung stagnan. Padahal banyak
instrument pengembangan desa wisata yang sudah tersedia salah satunya adalah
dana desa. Hasil analisis menunjukan bahwa stagnasi pengembangan desa wisata
terjadi akibat lemahnya sumberdaya manusia (SDM) pengelola pariwisata di
Desa, selain itu permasalahan juga disebabkan oleh dukungan pemerintah
kabupaten yang belum terintegrasi bersama stake holders pariwisata yang ada di
Kabupaten Gianyar. Untuk menjaga agar pengembangan desa wisata ini tetap
berjalan tentu perlu dilakukan langkah-langkah strategis berkaitan dengan
pengambangan kualitas pengelola pariwisata di tingkat desa serta adanya integrasi
kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Gianyar
Kata Kunci : Stagnasi Kebijakan, Pengembangan Desa Wisata, Dana Desa
1

I. Permasalahan

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesenjangan desa dan kota antara penduduk kaya dan penduduk miskin

senantiasa menjadi persoalan yang hampir selalu menjadi narasi yang dibicarakan

di ruang-ruang publik. Dari data BPS (2015) menyebutkan dari 22,7 juta

penduduk miskin 63% diantaranya menetap di perdesaan. Kondisi lebih miris

terjadi antara jarak penduduk miskin dan penduduk kaya (gini ratio), pada tahun

2002 angka gini ratio adalah 0,33 masuk di tahun 2014 angka gini ratio meningkat

menjadi 0,41. Angka-angka ini menunjukan bahwa arah pembangunan nasional

maupun daerah belum bisa menjangkau seluruh kawasan dan lapisan masyarakat.

Tingginya angka penduduk miskin di desa salah satunya disebabkan oleh

arah pembangunan selama ini dalam kurun penerapan otonomi daerah ternyata

belum bisa menyentuh langsung masyarakat di perdesaan, tidak hanya di kawasan

yang daerahnya miskin, di daerah-daerah yang kaya dengan pendapatan daerah

yang sangat besar juga banyak ditemui desa-desa yang masyarakatnya hidup di

bawah garis kemiskinan.

Arah pembangunan setelah diterapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sebenarnya mengakui otonomi desa dan

pembangunan yang berbasis di desa, namun dalam implementasinya daerah malah

hanya setengah hati memberikan hak-hak desa bahkan cendrung menempatkan

desa sebagai sasaran pembangunan (Sutoro Eko, 2014). Kebijakan pembangunan

seperti inilah kemudian yang semakin melebarkan jarak antara desa dan kota,
2

selain itu tentu hal ini menimbulkan arus urbanisasi yang sangat besar, penduduk

desa selalu berorientasi untuk mencari pekerjaan di kota sementara desa tetap

berkutat dengan sumberdaya besar tanpa pengelolaan yang memadai.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa seperti

menjadi angin segar bagi pemerintah desa, bagaimana tidak kedudukan desa yang

sebelumnya merupakan organisasi pemerintahan yang berada dalam sistem

pemerintahan kabupaten/kota (local state government) berdasarkan UU Nomor 32

Tahun 2004 kini kedudukan desa adalah sebagai pemerintahan masyarakat,

hybrid antara self government community dan local self government. Kedudukan

ini didukung dengan asas rekognisi dan asas subsidaritas dalam pengaturan desa.

Artinya adalah bahwa pasca UU No 6 Tahun 2014 desa-desa memiliki

kewenangan untuk mengatur urusan pemerintahanya sendiri berdasarkan hak asal-

usal dan urusan local berskala desa ditambah dukungan finansial yang sangat

besar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu

dana desa.

Dana desa adalah salah satu sumber pendapatan desa yang diterima oleh

desa, selain itu anggaran dana yang diterima oleh desa datang dari berbagai

tingkatan Pemerintahan, dari Pemerintah Daerah Kabupaten ada dana bagi hasil

retribusi (BHR) serta bagi hasil pajak (BHP), selain itu ada juga alokasi dana

Desa1 merupakan bagian keuangan Desa yang diperoleh dari hasil bagi hasil pajak

1
Aryadi. 2018. “Apa itu Alokasi Dana Desa dan Isu-isu yang Menyertainya?”.
http://www.berdesa.com/apa-alokasi-dana-desa-dan-isu-isu-menyertainya/. Diakses
tanggal 02 Pebruari 2019
3

daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan secara proporsional,

selain itu di beberapa daerah juga ada bantuan keuangan khusus kabupaten

maupun provinsi. Dana desa diberikan pertama kali pada tahun 2015 yang

jumlahnya terus meningkat setiap tahun.

Gambar 1 Realisasi dana Desa dari tahun ke tahun

Dana Desa merupkan instrument keuangan yang disediakan oleh pemerintah

pusat untuk membiayai segala urusan pengelolaan desa termasuk urusan

pembangunan di desa. Telah kita sadari kemudian bahwa desa-desa memiliki

sumberdaya yang sangat besar baik sumberdaya manusia maupun potensi

sumberdaya alam, pengelolaan terhadap hal inilah yang belum dilaksanakan

secara serius dalam kurun waktu sebelumnya. Banyak penduduk yang pindah ke

kota karena tidak adanya usaha produktif yang ada di desa.


4

Lewat prioritas penggunaan dana desa pada tahun 2018 yang ditetapkan

melalui Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi

(Permen DPDTT) Nomor 19 Tahun 2017. Prioritas penggunaan dana desa tahun

2018 seperti disebutkan dalam Pasal 3 ayat 2 Permen DPDTT No. 19 Tahun 2017

menjelaskan bahwa Prioritas penggunaan Dana Desa diutamakan untuk

membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat lintas bidang.

Selanjutnya pada ayat 3 Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) antara lain bidang kegiatan produk unggulan desa atau kawasan perdesaan,

BUM Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai

dengan kewenangan Desa. Pasal 3 ini memberikan penjelasan bahwa pada

dasarnya Dana Desa tahun 2018 digunakan untuk kegiatan produk unggulan desa

yang dikemas dalam sebuah usaha ekonomi produktif yang pengelolaanya

dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa).

Produk unggulan desa merupakan kunci untuk meningkatkan pendapatan

desa serta mengurangi arus urbanisasi yang bermuara pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Melihat potensi desa-desa yang ada di Indonesia tentu

sangatlah beragam bentangan alam yang indah, budaya khas yang dimiliki

masing-masing desa sampai pada potensi pariwisata menjadi segelintir produk

unggulan bisa dikembangkan oleh desa. Sebagai negara yang lebih banyak dikenal

karena pariwisata, tentu potensi produk unggulan desa melalui kegiatan

kepariwisataan banyak kemudian dilirik oleh desa dengan dukungan

kabupaten/kota. Salah satu kabupaten yang melirik desa wisata untuk bisa

dikembangkan adalah Kabupaten Gianyar.


5

Kabupaten Gianyar berada di pulau Bali, pulau yang dikenal karena

kemasyuran pariwisata tentu tidak akan sulit untuk mengembangkan desa wisata.

Penetapan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar ini disahkan melalui Surat

Keputusan Bupati Gianyar Nomor 429/E02/Hukum/2017, kesembilan desa ini

adalah Desa Kenderan, Kedisan, Kerta, Taro, Singapadu Kaler, Singapadu

Tengah, Kemenuh, Mas, dan Desa Batubulan. Potensi daya tarik wisata yang

dimiliki oleh masing-masing desa, diikuti dengan kebijakan desa wisata yang

dimiliki oleh kabupaten serta didukung dengan dana desa yang diprioritaskan

kearah pengembangan produk unggulan desa tentu menjadi perpaduan yang

sangat menarik untuk mewujudkan kemandirian desa

Kemandirian Desa adalah spirit yang dibagun dalam UU Nomor 6 Tahun

2014, oleh sebab itu pengembangan produk unggulan desa yang dikemas kedalam

usaha ekonomi produktif desa menjadi hal yang mutlak dilaksanakan. Telah kita

ketahui bersama bagaimana kemudian arah pembangunan desa di Kabupaten

Gianyar melalui kebijakan penetapan desa wisata yang dimulai pada tahun 2017.

Kebijakan ini kemudian telah didukung oleh desa yang ditetapkan lewat

pembangunan sarana dan prasarana dalam menunjang aktivitas kepariwisataan

pada tahun 2018 dengan memanfaatkan dana desa, namun kebiajakan yang baik

ini ternyata belum bisa secara optimal dilaksanakan karena sampai pertengahan

tahun 2019 belum juga ada desa wisata yang bisa beoperasi

Desa wisata di Kabupaten Gianyar cendrung masih berjalan di tempat

dengan arah kebijakan yang belum termanajemen dengan baik, belum banyak

program lanjutan yang diinisiasi oleh pemerintah kabupaten guna menguatkan


6

eksistensi dari desa wisata di Kabupaten Gianyar. Disisi lain peran swasta dan

akademisi malah jauh lebih dominan guna mendukung pengembangan desa wisata

di Kabupaten Gianyar, peran swasta ini salah satunya adalah platform digital

pengembangan desa wisata melalui website https://godevi.id yang telah secara

massif melakukan promosi terhadap desa wisata yang ada di Kabupaten Gianyar,

selain itu ada juga Akademi Desa Wisata yang secara rutin melakukan pelatihan

untuk meningkatkan kualitas SDM guna mendukung kegiatan Desa Wisata di

Kabupaten Gianyar.

Pemerintah Kabupaten Gianyar ditengah ketidakpastian pengembangan desa

wisata ini kemudian malah menetapkan 10 Desa Wisata tambahan pada tahun

2019 lewat SK nomor 707/E-02/HK/2019 ke sepuluh desa ini adalah Desa

Buahan Kaja, Tegalalang, Petulu, Pejeng Kangin, Lodtunduh, Singapadu, Celuk,

Sidan, Keramas dan Desa Lebi. Penetapan tambahan desa ini semakin menambah

keruh suasana karena 9 desa wisata yang sebelumnya telah ditetapkan belum bisa

berjalan optimal. Pada sisi lain kalau kita melihat kebelakang sebenarnya

pengembangan desa wisata telah dilakukan sebelumnya oleh Kabupaten Badung

pada tahun 2010 lewat Peraturan Bupati Badung Nomor 47 Tahun 2010 tentang

Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Badung. Hasil paper menunjukan

bahwa dari 11 (sebelas) desa wisata yang ditetapkan pada tahun 2010 hanya ada

dua desa wisata yang berkembang, banyak permasalahan yang dihadapi oleh

pengelola desa wisata yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

di masing-masing desa wisata (Mahagangga, 2015). Berdasarkan latar belakang

permasalahan diatas adapun yang akan dikaji dalam paper ini adalah hal-hal apa
7

yang membuat desa wisata di Gianyar tidak berkembang sampai saat ini, serta

bagaimana upaya yang bisa ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam

mendukung pengmbangan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar.

1.2. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan pada

paper ini adalah:

1. Bagaimana pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pengembangan Desa Wisata di

Kabupaten Gianyar?

1.3. Tujuan Paper

Adapun tujuan dari paper ini terbagi menjadi dua tujuan yakni:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengembangan Desa Wisata yang ada di Kabupaten Gianyar serta factor-faktor

apa yang meghambat pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana

sebenarnya kelanjutan dari surat keputusan Bupati Gianyar tentang penetapan

Desa Wisata. Selain itu tujuan lainya dari paper ini adalah untuk mengetahui

seberapa efektif penerapan desa wisata di desa dapat meningkatkan taraf

perekonomian masyarakat Desa.


8

1.4 Manfaat Paper

Adapun manfaat paper ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan paper ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan dasar

dalam paper berikutnya dengan objek paper yang serupa dengan kajian yang lebih

mendalam.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi penulis, paper ini merupakan kesempatan untuk menambah wawasan

serta menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh dalam bangku perkuliahan

2. Bagi lembaga, hasil paper ini akan menambah kepustakaan dan wawasan

pada studi tentang bagaimana pengembangan Desa Wisata di Kabupaten

Gianyar

3. Bagi pihak lain, hasil paper ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

serta tambahan khazah ilmu pengetahuan


9

II. Pembahasan

2.1 Evaluasi Kebijakan

Menurut Anderson dalam Winarno (2008:166), secara umum evaluasi

kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau

penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak

pelaksanaan kebijakan tersebut. Menurut Lester dan Stewart (Winarno, 2008:166)

evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda, tugas

pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan

oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas

kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan

berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Samudra dan kawan-kawan dalam Nugroho (2003:186-187),

evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu:

1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program

dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar

berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator

dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung

keberhasilan atau kegagalan program.

2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang

dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainya sesuai

dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.


10

3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai

ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau

penyimpangan.

4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari

kebijakan tersebut.

Selanjutnya Edward A. Suchman dalam Winarno (2012) mengemukakan

enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni:

1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi

2. Analisis terhadap masalah

3. Deskripsi dan strandarisasi kegiatan

4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

5. Menentukan arah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan

tersebut atau karena penyebab yang lain

6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak

2.2 Peraturan Bupati Gianyar Nomor 127 Tahun 2016 tentang

Tata Cara Penetapan Desa Wisata

Peraturan Bupati (Perbup) Gianyar Nomor 127 Tahun 2016 tentang Tata

Cara Penetapan Desa Wisata adalah dasar hukum yang digunakan oleh Pemkab

Gianyar melalui Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparda) untuk menetapkan

Desa-Desa yang layak ditetapkan untuk masuk dalam Desa Wisata. Dalam

peraturan ini diatur sedemikian rupa bagaimana kemudian desa yang mengajukan

diri menjadi desa wisata bisa ditetapkan menjadi desa wisata dengan serangkaian

kuisioner dalam blangko kriteria Desa Wisata.


11

Melalui peraturan ini khususnya yang tercantum dalam BAB III cara yang

bisa ditempuh oleh Desa-Desa di Gianyar untuk bisa ditetapkan menjadi Desa

Wisata adalah mengajukan data potensi yang dimiliki Desa, selanjutnya Desa

wajib untuk memenuhi kriteria yang diajukan oleh Disparda Kabupaten Gianyar,

setelah ini kemudian aka nada tim verifikasi yang dibentuk guna melakukan

verifikasi terkait kelayakan, terakhir barulah kemudian desa-desa yang telah

memenuhi hal-hal diatas bisa ditetapkan menjadi Desa Wisata dengan Surat

Keputusan Bupati Gianyar

Setelah ditetapkan melalui SK Bupati Gianyar, maka Pemkab Gianyar siap

mendukung pengembangan desa wisata2. Dukungan yang dimaksud ini berupa

penyediaan dan peningkatan infrastruktur maupun non fisik seperti pembinaan

2.3 Desa Wisata di Kabupaten Gianyar

Desa Wisata di Gianyar pertama kali ditetapkan pada tahun 2017 mengacu

pada Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 429/E02/Hukum/2017, kesembilan

desa ini adalah Desa Kenderan, Kedisan, Kerta, Taro, Singapadu Kaler,

Singapadu Tengah, Kemenuh, Mas, dan Desa Batubulan, masing-masing Desa

yang ditetapkan ini tentu telah melalui serangkaian verfikasi yang dilakukan oleh

Disparda Kabupaten Gianyar. Berikut ini adalah beberapa detail potensi wisata

yang dimiliki oleh masing-masing Desa3.

2
Radar. 2018. https://radarbali.jawapos.com/read/2018/03/20/58471/banyak-desa-di-gianyar-
berburu-label-desa-wisata-ini-keuntungannya
3
Long Trip. 2018. https://www.longtripmania.org/2018/11/desa-wisata-di-gianyar-bali.html
12

1. Desa Wisata Singapadu Tengah

Di Desa Wisata Singapadu Tengah para turis akan disuguhkan dengan

kemegahan tempat suci umat Hindu yang bernama Pura Dalem Desa Adat

Negari. Tempat suci ini memiliki keindahan dan kemegahan pada

peninggalan kori agungnya. Dalam areal pura ini terdapat banyak

peninggalan arkeologi berupa arca-arca kuno yang masih disucikan hingga

saat ini. Pada bagian belakang kompleks pura yang berbatasan langsung

dengan tepian Sungai Oos ini juga terdapat penginggalan yang bernilai

sejarah berupa sumber mata air suci, gerbang petirtan, dan peninggalan

candi tebing pasraman kuno. Sebagian besar warga di desa ini bekerja

sebagai petani, sehingga para pelancong bisa melihat aktivitas para petani

yang mengolah persawahannya dengan menerapkan sistem subak

2. Desa Wisata Singapadu Kaler

Desa Wisata Singapadu Kaler terkenal dengan keseniannya, selain potensi

alam pertaniannya yang juga menerapkan sistem subak. Sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sehingga agro wisata

menjadi salah satu keunggulan Desa Wisata Singapadu Kaler. Selain itu,

beragam kesenian yang ada di dsea ini mampu menarik kunjungan para turis

untuk berkunjung seperti Kesenian Joged Bumbung, Kesenian Arja, dan

tarian lainnya
13

3. Desa Wisata Taro

Desa Wisata Taro merupakan salah satu desa tua di Bali yang kaya akan

kisah dan peninggalan budaya masa lampau. Desa Wisata Taro ini memiliki

alam yang hijau dan asri dengan teras-teras sawah hijau dan udaranya yang

sejuk. Bahkan desa ini masih memiliki hutan yang dapat digunakan untuk

kegatan tracking yang cukup menantang. Selain itu, Desa Taro menjadi

tempat tinggalnya lembu putih yang dianggap keramat. Warna putih

tersebut bukan putih biasa, tetapi putih albino, sehingga bola mata lembu

pun warnanya putih. Lembu putih ini sangat jarang ditemui dan mungkin

hanya ditemukan di Desa Taro. Potensi lain yang dimiliki desa taro yang

menarik untuk dikunjungi yakni terdapat kebun tanaman obat, ada

agrowisata yang berisi berbagai tanaman sayur dan buah-buahan, dan wisata

petualangan naik gajah di Taro Elephant Safari Park

4. Desa Wisata Kerta

Di Desa Wisata Kerta terdapat jalur trekking yang bernama “jalur Trekking

Pucak Sari” yang berlokasi di Banjar Pilan Desa Kerta. Selain memiliki

tempat wisata trekking, desa kerta dapat dijadikan sebagai wisata sejarah

karena di sini ditemukan beberapa peninggalan sarkofagus atau peti kubur

yang terbuat dari batu pada zaman prasejarah

5. Desa Wisata Batubulan

Banyak hal yang bisa dilakukan wisatawan selama berlibur ke Desa Wisata

Batubulan seperti melihat tradisi Mepantigan di areal persawahan sebagai


14

bentuk wujud bhakti krama Bali kepada Dewi Sri yang telah

menganugerahkan kemakmuran bagi umat manusia, menyaksikan

pertunjukan Tari Legong dan Barong yang sudah terkenal hingga ke luar

negeri, membeli kerajinan patung khas Bali, membeli oleh-oleh khas Bali di

toko survenir di sepanjang jalan raya Batubulan, membeli Batik dengan

motif khas Bali, dan menikmati kuliner khas Bali di Pasar Malam Batubulan

dengan harga yang murah meriah

6. Desa Wisata Kemenuh

Desa Wisata Kemenuh memiliki beragam potensi wisata yang sudah

dikembangkan seperti kerajinan patung kayu dan wisata alam dengan

adanya air terjun Tegenungan yang sangat populer di Bali. Memasuki Desa

Wisata Kemenuh mata akan dimanjakan oleh pemandangan hijau dengan

udara bersih dan angin yang menyejukkan. Di tempat ini, wisatawan bisa

menjelajahi situs-situs peninggalan Hindu Kuno. Sepanjang perjalanan itu,

wisatawan disuguhi keindahan alam persawahan dan kicauan burung di atas

pepohonan rindang dan menyejukkan. Bila tidak puas dengan wisata alam

dan spiritual, wisatawan juga bisa melihat secara langsung para perajin

patung bekerja menghasilkan karyanya orisinil.

7. Desa Wisata Emas

Desa Wisata Mas terkenal sebagai sentra pengerajin yang berbahan kayu,

seperti ukiran dan patung. Tidak mengherankan jika di sepanjang jalan Desa

Mas banyak ditemui artshop yang menjual berbagai jenis ukir-ukiran dan
15

patung dari kayu. Di desa wisata ini para pelancong akan diajak melihat

proses pembuatan patung kayu secara langsung dari warga setempat

8. Desa Wisata Kedisan

Para pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Kedisan dapat merasakan

wisata sejarah dan spiritual. Aktivitas wisata sejarah dan spiritual ini bisa

dilakukan di Puri Kedisan Gianyar yang masih memiliki tatanan rumah

kuno zaman dahulu. Desa ini masih tetap melestarikan kesenian bali seperti

kesenian gambuh, legong leko, topeng dan seni ukir serta kerajinan patung.

Kesenian-kesenian itu kerap dipentaskan ketika ada wisatawan yang

berwisata ke desa ini. Dengan demikian turis yang sedang berwisata di

kawasan peninggalan sejarah ini bisa merasakan seni tradisional pada masa

lampau. Selain itu desa ini juga terdapat sentra pengerajin patung garuda

sehingga desa ini juga dikenal sebagai desa desa garuda dan juga memiliki

pemandangan alam yang indah dan terdapat banyak pura.

9. Desa Wisata Kenderan

Desa Wisata kenderan memiliki sumber mata air yang sangat banyak,

sehingga kawasan itu dikembangkan untuk menjadi tujuan wisata yang

sangat diminati wisatawan asing karena lokasinya dekat dengan Ubud. Desa

Wisata Kenderan menjadi salah satu desa wisata yang diperkenalkan dalam

festival holly water. Para peserta wisman juga diajak melihat 11 titik sumber

mata air. Desa Kenderan juga akan dikembangkan dengan wisata air terjun
16

Purusa dan Pradana. Air terjun itu berada di bagian hulu dan hilir desa

setempat

Kebijakan Desa Wisata ini tentu sangat baik karena dampak yang diberikan

jika ini berjalan tentu akan meningkatkan tarafhidup masyarakat di Desa serta

dapat menekan arus urbanisasi yang besar menuju kawasan perkotaan, Rahman

dan Tjokropandojo (2014) bahwa pembangunan kepariwisataan pada dasarnya

ditujukan untuk beberapa tujuan pokok, salah satunya adalah (1) Meningkatkan

pertumbuhan ekonomi; (2) Menghapus kemiskinan; (3) Mengatasi pengangguran;

dan (4) Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Setelah berjalan kurang lebih selama tiga tahun pasca ditetapkan dengan

Surat Keputusan Bupati ternyata tidak banyak perubahan yang terjadi pada Desa-

Desa yang ditetapkan ini, pengembangan Desa Wisata terkesan masih jalan

ditempat dengan arah kebijakan pengembangan yang belum ter-planning dengan

baik. Banyak permasalahan yang masih terjadi khususnya berkaitan dengan

kualitas Sumber Daya Manusia pengelola maupun Kelompok Sadar Wisata yang

ada di masing-masing Desa.

2.4 Lemahnya Kualitas SDM Pengelola Pariwisata di Desa

Kita harus sadari bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peran

yang sangat vital dalam menjalankan sebuah kebijakan public, tidak terkecuali

dengan pengembangan Desa Wisata yang ada di Kabupaten Gianyar, perlu ada

keseriusan pengelola dalam menggarap dan mengembangkan destinasi baru yang

sedang dibangun.
17

Dalam beberapa kesempatan kemudian sebenarnya telah dilaksanakan

pembinaan terhadap kelompok-kelompok sadar wisata yang ada di Kabupaten

Gianyar. Salah satunya adalah pelatihan Tata Kelola Homestay/pondok

wisata/rumah wisata bertempat di Desa Visesa Ubud, Rabu (30/10/2019) 4. Namun

kegiatan pelatihan seperti ini tidak dilaksanakan dengan rutin melainkan

dijalankan dalam jangka waktu yang lama.

Hal inilah kemudian yang menyebabkan SDM Kepariwisataan baik

pengelola Desa Wisata, Kelompok Sadar Wisata, maupun pelaku pariwisata di

Desa tidak bisa secara serius untuk meningkatkan kemampuan mereka guna

mendukung kegiatan pariwisata di Desa. Disisi lain ternyata baru hanya ada 23

kelompok sadar wisata yang ada di Kabupaten Gianyar dan baru dikukuhkan

kepengurusanya (NusaBali. 2019) hal ini tentu sangat terlambat mengingat Desa

Wisata di Gianyar sudah ada yang ditetapkan sejak tahun 2017.

Terlambatnya pengukuhan Pokdarwis ini tentu sangat berpengaruh terhadap

jalanya pengembangan Desa Wisata karena bagaimanapun Pokdarwis inilah yang

menjadi mitra dalam melakukan kegiatan kepariwisataan di Desa. Titik vital inilah

kemudian yang seharusnya menjadi hal pertama yang diselesaikan oleh Pemkab

Gianyar dengan mengadakan pelatihan dengan intensitas yang padat didukung

oleh stakeholders pariwisata yang ada di Kabupaten Gianyar.

2.5 Dukungan Pemerintah Kabupaten yang Belum Terintegrasi

Bersama Stake Holders Pariwisata

4
Balipuspanews. 2019. https://www.balipuspanews.com/wujudkan-sdm-kepariwisataan-yang-
mumpuni-pemkab-gianyar-gelar-pelatihan-tata-kelola-homestay.html
18

Dukungan Pemerintah Kabupaten yang lemah terhadap pengembangan Desa

Wisata menjadikan stagnasi pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar,

disisi lain dukungan yang massif datang dari berbagai stakeholders pariwisata

yang ada di Kabupaten Gianyar ada dari Dewisnu Foundation, Godevi, bahkan

baru-baru ini OYO Hotels and Homes, Indonesia Benny Batara, menyatakan

komitmen dalam membantu industri pariwisata lokal dengan mengembangkan 22

desa wisata di Kabupaten Gianyar, Bali (Antaranews. 2019).

Dewisnu foundation dalam mendukung pengembangan SDM Desa Wisata

di Gianyar secara rutin mengadakan Sekolah Desa Wisata yang bertajuk Akademy

Desa Wisata, di akhir Desember 2019 bahkan telah memasuki edisi yang ke-10,

namun karena ini diadakan oleh perusahaan swasta setiap Desa yang mengikuti

kegiatan ini wajib membayar kontribusi.


19

Gambar 1 Pamflet Academy Desa Wisata ke-10

Sumber: Dewisnu Foundation

Ada banyak hal kemudian yang diajarkan dalam pelatihan yang dilakukan

dalam academy desa wisata ini mulai dari Teknik fotografi, bagaimana mengemas

paket wisata, table manner, serta berbagai contoh bagaimana mengelola obyek

wisata yang telah berkembang lebih dulu, tentu ini adalah paket lengkap yang

harus dimiliki oleh pelaku pariwisata yang ada di Desa.


20

Selain Dewisnu Foundation ada juga Godevi.id, Godevi adalah sebuah

aplikasi sejenis traveloka namun hanya memasarkan Desa Wisata yang ada di Bali

sampai ke NTT, aplikasi ini diinisiasi oleh lulusan Fakultas Pariwisata Universitas

Udayana. Aplikasi ini menyediakan berbagai paket wisata yang disediakan oleh

masing-masing Desa Wisata yang bekerjasama dengan platform ini.

Gambar 2 Halaman Awal Aplikasi Godevi.id

Masifnya dukungan dari berbagai stakeholders kepariwisataan yang ada di

Kabupaten Gianyar ini teryata berjalan tidak beriringan, semua seperti bejalan

sendiri-sendiri untuk menarik sebanyak-banyaknya Desa Wisata untuk bergabung

dengan mereka, hal ini tentu membingungkan pengelola pariwisata di Desa yang

notabene masih sangat baru dan belum banyak pengalaman dalam mengelola

Desa Wisata ini, belum ada sinkronisasi gerakan yang diinisiasi oleh Pemkab

Gianyar guna maju bersama untuk mendukung pengembangan Desa Wisata.

Sebenarnya sinkronisasi gerak ini adalah jawaban untuk menciptakan

sebuah pengelolaan yang terintegrasi, stakeholders tentu sangat dibutuhkan dalam


21

melakukan percepatan pengembangan Desa Wisata, selain itu sebagai pemegang

kebijakan Pemkab Gianyar harus merangkul semua stakeholder yang ada untuk

mendukung, seperti Dewisnu yang bisa dijadikan mitra untuk melakukan

pengembangan SDM maupun Godevi.id yang bisa dijadikan mitra untuk promosi

paket pariwisata dan lain sebagainya. Ini tentu bisa menjadi alternative yang

ditempuh guna melakukan pengembangan terhadap Desa Wisata beserta pelaku

pariwisata yang ada di Desa.

2.6 Pendanaan

Salah satu permasalahan klise yang sering terjadi dalam hal melakukan

pengembangan apapun itu adalah masah pendanaan. Telah disadari bahwa Desa

diberikan dukungan pendanaan dari berbagai macam sumber salah satunya adalah

Dana Desa yang terus bertambah setiap tahunya. Desa-Desa ini mendapat dana

Desa hampir rata-rata sebesar satu milyard. Dana ini tentu sangat bisa digunakan

untuk melakukan pengembangan infrastruktur guna mendukung kegiatan

pariwisata di Desa.

Glontoran dana ini tentu tidak hanya digunakan untuk kegiatan

pengembangan pariwisata, ada banyak kegiatan lain yang juga dibebankan kepada

Dana Desa ini, seperti pembanguan jalan usaha tani, bendungan, jalur irigasi dan

lain sebagainya sehingga pembangunan sarana pariwisata tidak bisa begitu

optimal. Selanjutnya tidak ada yang membedakan jumlah pendanaan yang

diterima oleh Desa yang ditetapkan menjadi Desa Wisata dan Desa yang tidak

ditetapkan menjadi Desa Wisata di Kabupaten Gianyar, hal inilah yang juga
22

menjadi factor penghambat dalam pengembangan Desa Wisata karena belum

siapnya sarana pendukung akibat aliran dana yang minim untuk pengembangan

Desa Wisata sehingga potensi wisata ini tidak bisa dikembangkan secara optimal.

III. Kesimpulan

3.1 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat ditarik dari paper ini adalah Desa Wisata di

Kabupaten Gianyar belum berkembang dengan baik, pengembangan Desa Wisata

ini masih berjalan di tempat, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

stagnasi pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar diantaranya adalah

lemahnya kualitas SDM pengelola pariwisata yang ada di Desa, hal ini disebabkan

karena intensitas pelatihan yang diterima oleh pengelola Desa Wisata, Kelompok

Sadar Wisata sangat minim setiap tahunnya. Selanjutnya dukungan pemerintah

Kabupaten Gianyar belum terintegrasi dengan dukungan dari stakeholder

pariwisata yang ada, semua masih terkesan berjalan sendiri-sendiri dengan

kebijakan dan programnya masing-masing. Yang ketiga kemudian adalah masih

kurangnya pendanaan yang dibutuhkan oleh Desa untuk mendukung

pengembangan akomodasi sarana kepariwisataan yang ada di Desa.

Dari kesimpulan diatas ada beberapa saran yang bisa diberikan guna

mendukung pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar, diantaranya

adalah: 1) perlu adanya pengembangan SDM yang konsisten dan

berkesinambungan guna meningkatkan mutu dari pengelola Desa Wisata maupun

Kelompok Sadar Wisata di masing-masing Desa. 2) Pemerintah Kabupaten


23

Gianyar perlu mengintegrasikan segala kebijakan yang dibuat dalam

pengembangan Desa Wisata dengan stakeholders pariwisata yang ada, hal ini

sangat penting untuk mempercepat jalanya pengembangan Desa Wisata. 3) perlu

ada alokasi dana khusus yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar

untuk mendukung pembangunan akomodasi pariwisata di masing-masing Desa,

alokasi dana ini kemudian bisa diberkan bersumber dari bagi hasil pajak maupun

retribusi daerah yang diterima oleh Kabupaten.


24

Refrensi

Eko, Sutoro. 2014. Desa Membangun Indonesia. Yogjakarta. Forum


Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)

I Gusti Oka Mahagangga, I Putu Anom, Ida Ayu Suryasih. 2015. Kajian
Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Badung. Prosiding Seminar
Senastek 2014

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.


Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Rahman. Tjokropandojo. 2014. Kapasitas Sumber Daya Manusia Lokal Pada
Industri Pariwisata Perhotelan di Kelurahan Kuta. Jurnal Perencanaan
wilayah dan Kota B SAPPK V3N2

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses Edisi Revisi.
Yogyakarta: Media Pressindo
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogyakarta: CAPS.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi


(Permen DPDTT) Nomor 19 Tahun 2017. Prioritas penggunaan dana desa
tahun 2018

Peraturan Bupati (Perbup) Gianyar Nomor 127 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penetapan Desa Wisata

Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 429/E02/Hukum/2017

Internet
25

AntaraNews. 2019 https://bali.antaranews.com/berita/167839/oyo-bantu-


kembangkan-22-desa-wisata-gianyar

Aryadi. 2018. “Apa itu Alokasi Dana Desa dan Isu-isu yang Menyertainya?”.
http://www.berdesa.com/apa-alokasi-dana-desa-dan-isu-isu-menyertainya/.
Diakses tanggal 02 Pebruari 2019

Balipuspanews. 2019. https://www.balipuspanews.com/wujudkan-sdm-


kepariwisataan-yang-mumpuni-pemkab-gianyar-gelar-pelatihan-tata-kelola-
homestay.html

BPS. 2015. https://www.bps.go.id/pressrelease/2015/09/15/1158/persentase-


penduduk-miskin-maret-2015-mencapai-11-22-persen.html Diakses pada 04
Pebruari 2020

Dewisnu. 2019. https://dewisnufoundation.org/view/desa-wisata-academy-


kesepuluh-22-27-desember-2019

Godevi. 2020. https://godestinationvillage.com/

Long Trip. 2018. https://www.longtripmania.org/2018/11/desa-wisata-di-gianyar-


bali.html

Nusa Bali. 2019. https://www.nusabali.com/berita/64272/dispar-gianyar-


kukuhkan-23-pokdarwis

Radar. 2018. https://radarbali.jawapos.com/read/2018/03/20/58471/banyak-desa-


di-gianyar-berburu-label-desa-wisata-ini-keuntungannya

Anda mungkin juga menyukai