Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

ANAK DENGAN DIARE


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Eva Nurlina Aprilia, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
KELAS 3A
ABSEN 1-24

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah penyakit masyarakat yang masih menyerang bayi,
anak sekolah, remaja bahkan orang dewasa. Penyakit diare sering dijumpai
pada anak-anak, diare merupakan penyakit yang ditandai dengan buang ari
besar (BAB) encer lebih dari 3 kali dalam sehari (Ariani, 2016). Penyakit
diare merupakan penyebab kematian lebih dari dua juta anak setiap tahun
sebesar 29 %., masyarakat yang paling beresiko yaitu anak-anak yang
tinggal didaerah terpencil dan tergolong masyarakat miskin (WHO, 2013).
Di Indonesia angka kejadian diare yang tertinggi yaitu pada tahun
2009, The United Nations Children Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa Asia Selatan merupakan benua
tertinggi yang menderita diare pada balita yakni sebesar 783 juta kemudian
Afrika sebesar 696 juta, sebagian dari dunia sebesar 480 juta dan Asia
Timur dan Pasifik sebesar 435. Pada Tahun 2015, di Indonesia lebih dari
1.400 anak-anak meninggal setiap hari, atau sekitar 526.000 anak per
tahun yang disebabkan karena diare (Kemenkes RI, 2015 dalam Ariani,
2016).
Penderita diare di DIY tergolong tinggi. Sementara itu, kasus diare
yang terdata mengalami peningkatan dari 64.857 kasus pada tahun 2011.
Dari laporan STP Puskesmas tahun 2013 kasus diare dilaporkan menurun
menjadi 39. 710. Berdasarkan laporan rutin Seksi Pnegendalian Penyakit
bahwa jumlah kasus diare tahun 2017 sebanyak 48.556. kasus dengan 63%
dari total target jumlah penemuan (Dinkes DIY, 2017).
Faktor resiko terjadinya diare pada anak adalah karena anak
mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya, perilaku
hidup sehat bersih terutama mencuci tangan, lingkungan disektiar dan
faktor penjamunya (Wong, 2009). Sehingga keluarga yang menjadi tokoh
utama pada anak harus lebih memperhatikan perilaku hidup sehat bersih
dan memperhatikan keadaan gizi pada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
keluarga anak dengan diare ini adalah untuk mengetahui masalah
keperawatan khususnya Diare Pada Anak dalam keluarga.

2. Tujuan khusus
Tujuan Khusus dari laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan ini
adalah:
a. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Anak
dengan Diare
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan
Keluarga Anak dengan Diare
c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Anak
dengan Diare
BAB II
TINJUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan
pengertian keluarga dalam Harmoko (2012), keluarga adalah
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain.
Menurut WHO (2010), keluarga adalah anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau
perkawinan.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga (Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut
a) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur
rumah.
b) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan
sebagainya.
c) Reconstitud Nucler
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
e) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,
keduanya/slah satu bekerja di rumah.
f) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g) Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak
h) Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
j) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-
panti.
l) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
m) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n) Unmarried paret and child
Ibu dan anak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di
adopsi
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, hal 19; 2012)
sebagai berikut
a) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai,
dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim
yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta
meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
b) Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal. Posisi/ status adalah posisi individu dalam masyarakat
misal status sebagai istri/ suami.
c) Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau
mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru
(referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power_,
paksa (coercive power), dan effektif power.
d) Strukur nilai dan norma
(1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar
atau tidak dapat mempersatukan annggota keluarga.
(2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
(3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.

4. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (hal 86: 2010) fungsi keluarga
adalah :
a) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan
anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c) Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan.
5. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Effendy (2012) membagi peranan keluarga
dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga peranan
anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-
anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-
anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam
keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan,
peranan ibu, juga ada peranan anak. Sedangkan Peranan anak adalah
melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
6. Tugas Keluarga
Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas
pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Suprajitno (2014:16) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga
diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat. keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada
anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu
dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.
Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga
diharapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi
dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik didalam maupun diluar
rumah. Suprajitno (2014:18) menambahkan keluarga memannfaatkan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang
sehata didalam keluarga.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas
perkembangan sendiri dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang
lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan
keluarga, yaitu: menurut Friedman (2010), tahap perkembangan terdiri
dari : keluarga antara masa bebas (pacaran) dewasa muda,
terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan, keluarga yang
memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai sekolah), keluarga
yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai melepaskan anaknya
untuk keluar rumah, keluarga lansia.
Sedangkan menurut Depkes (2010) tahap perkembangan keluarga
dibagi dalam 8 tahap perkembangan yaitu:
a) Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai
dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga. Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas
perkembangan yaitu membina hubungan intim yang memuaskan
pasangannya, membina hubungan dengan keluarga lain, teman
dan keluarga sosial.
b) Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan anak
baru lahir. Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai
dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual
dan kegiatan, mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangannya.
c) Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak
usia pra sekolah. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk
bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi,
mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun
diluar keluarga, pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak, pembagian tanggung jawab anggota keluarga,
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
d) Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan anak
usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari
sekolah atau masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai
keintiman pasangan, memenuhi kebutuhan yang meningkat
termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e) Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak
remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat
anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f) Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai
melepaskan anak sebagai dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah
memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat,
penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
g) Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia
pertengahan. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan
mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasi dan
memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya, meningkatkan
keakraban pasangan.
h) Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah
keluarga usia tua. Tugas pada perkembangan ini adalah
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan
keluarga, mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat dan melak life review masa lalu.
8. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan
keluarga menurut Efenddy (2012) yaitu :
Tujuan umum : untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehigga dapat meningkatkan
status kesehatan keluarga.
Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam
megatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
e) Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu
hidupnya
B. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1. Pengertian Keperawatan Keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area
pelayanan keperawatan yang dapat dilaksanakan di masyarakat.
Pelayaanan keperawatan keluarga yang saat ini dikembangkan
merupakan bagian dari pelayanan keperawatan masyarakat
(Perkesmas) perawatan kesehatan masyarakat merupakan salah satu
program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
(Effendy, 2012).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan
yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga,
pada tatanan komunitas yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket keperawatan,
dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Effendy,
2012).
2. Tujuan Keperawatan Keluarga
Secara umum tujuan pelayanan keperawatan keluarga adalah
mengoptimalkan fungsi dan kemampuan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan dan mempertahankan status kesehatan anggotanya
(Suprajitno, 2014).
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan
kemampuan keluarga dalam menurut Suprajitno (2014) yaitu :
a) Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan
keluarga dan menangani masalah kesehatan meliputi :
(1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
(2) Memutuskan tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan keluarga
(3) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada
anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi
tubuh dan/atau keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai
dengan kemampuan keluarga
(4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik,
psikis dan sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan
keluarga
(5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
b) Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan
c) Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat
anggota keluarganya
3. Proses Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga melalui praktik keperawatan
dengan sasaran keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga
adalah sebagai berikut Suprajitno (2014) yaitu :
a) Pengkajian keluarga dan individu dari dalam keluarga. Pengkajian
keluarga meliputi cara mengidentifikasi data demografi dan sosial
kultural, data lingkungan dan struktur dan fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga yang digunakan keluarga dan perkembangan
keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga meliputi : fisik, mental, emosi, sosial dan spritual.
b) Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan
meliputi :
(1) Problem atau masalah
(2) Etiologi atau penyebab
(3) Symptom atau tanda, yang dikenal dengan PES.
Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :
(1) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat
(2) Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan
yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
(3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA, 2018, yang
berkaitan dengan masalah fungsi perawatan kesehatan adalah
sebagai berikut :
(1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
(2) Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan
c) Penyusunan perencanaan.
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memcahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan malaria
disusun asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan prioritas
masalah keperawatan yaitu, resiko terhadap penyebaran penyakit
berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga mengenai
malaria antara lain :
(1) Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
penyakit malaria
(2) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal
(3) Tinjau perlu kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
(4) Tekankan pentingnya terapi antibiotic sesuai kebutuhan
(5) Identivikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi
medis
(6) Beritahu kepada pasien untuk mengawasi penderita saat
meminum obat malaria.
d) Pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan
keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah
disusun.
e) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan
untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil
sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

C. Konsep Dasar Diare Pada Anak


1. Pengertian Diare
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cairan dengan demikian kandungan air
pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali
defekasi dan terjadi terus-menerus (Hendarwanto, 2011).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau bercampur lendir dan darah
(Ngastiyah, 2010).
2. Etiologi Diare
Menurut Dwienda (2014), penyebab diare dapat dibedakan menjadi
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
a) Faktor infeksi
(1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini
terdiri dari :
(a) Infeksi bakteri : vibrio, E Coli, Sallmonela, Shigella,
Campylobacter, yersinia dan aeromonas.
(b) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cokxsackie,
poliomyelitis), adenovirus, rutavirus.
(c) Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa
(entamoeba histiolytika, trycomonas huminis), jamur
(candida albicans).
(2) Infeksi parentral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsilokaringitis Brunchopneumonia. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b) Factor Malabsorbsi
(1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida dan monosakarida
(2) Malabsorbsi lemak
(3) Malabsorbsi protein
c) Faktor makanan : makanan basi, beracun ataupun alergi makanan
d) Faktor psikologi : meskipun dari faktor ini jarang terjadi, rasa takut
dan cemas dapat menimbulkan diare pada anak.
3. Klasifikasi Diare
Menurut Manggiasih dan Jaya, 2016 diare dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
a) Diare akut, merupakan diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
b) Diare kronik, merupakan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
yang disertai dengan berkurangnya berat badan ataupun berat
badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.
4. Manifestasi Klinis Diare
Menurut Soeparman & Waspadji (2010) manifestasi klinis yang
terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
a) Diare dengan dehidrasi ringan
(1) Kehilangan cairan 5% dari berat badan
(2) Kesadaran baik (composmetis)
(3) Mata agak cekung
(4) Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
(5) Berak cair 1-2 kali perhari
(6) Lemah dan haus
(7) Ubun-ubun besar agak cekung
b) Diare dengan dehidrasi sedang
(1) Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
(2) Keadaan umum dan kesadaran umum koma (apatis)
(3) Denyut nadi cepat sekali
(4) Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
(5) Ubun-ubun besar cekung sekali
(6) Mata cekung sekali
(7) Tugor/tonus kurang sekali
(8) Selaput lendir kurang/asidosis
5. Patofisiologi Diare
Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
Menurut Hidayat (2016), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai macam kemungkinan faktor diantaranya :
a) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam
absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
b) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang
menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat isi
meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.
c) Faktor makanan
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yang kemudian menyebabkan diare.
d) Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang menyebabkan diare.
6. Pathway Diare

Menurut Hidayat (2016)


7. Penatalaksanaan Diare
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima
langkah tuntaskan diare yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) dengan rekomendasi WHO. Pemberian cairan bukan
satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare.
Menurut Depkes RI (2010), program lima langkah tuntaskan diare
yaitu:
a) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah,
dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin,
kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang
terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.
Pemberian berdasarkan tingkat dehidrasi yaitu :
(1) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1
– 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5
Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
(2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb
dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.
(3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk
ke Puskesmas.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai
2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak
yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian
cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric
Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc
selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak
diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis
pemberian Zinc pada balita:
(1) Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
(2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan
air matang atau air susu ibu, sesudah larut berikan pada anak diare.
c) Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih
minum air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.
Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
d) Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian
besar karena shigellosis), dan suspek kolera.
e) Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang:
(1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
(2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan
bila :
(a) Diare lebih sering
(b) Muntah berulang
(c) Sangat haus
(d) Makan/minum sedikit
(e) Timbul demam
(f) Tinja berdarah
(g) Tidak membaik dalam 3 hari.
8. Komplikasi Diare
Menurut Nelwan (2014), bisa timbul pertumbuhan
bakteri diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi.
Merupakan tanda awal pada inflammatory bowel disease.
Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom
hemolitik- uremikum”.
Sedangkan Menurut Suraatmaja (2009), kebanyakan
penderita sembuh tanpa adanya komplikasi, tetapi sebagian
kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan
elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang
dapat terjadi yaitu Hipernatremia, Hiponatremia, demam,
edema, asidosis, hipokalemia, illeus paralitikus, kejang,
intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diare seringkali muncul karena berbagai penyebab, termasuk
diantaranya infeksi, malabsorpsi, makanan dan psikologis. Karena
berbagai panyebab inilah maka akan timbul berbagai mekanisme yang
akan menyebabkan diare. Penanganan diare sangat penting agar tidak
terjadi komplikasi yang serius, dimana penangan yang utama adalah
penggantian terapi cairan diikuti dengan medikamentosa untuk mengobati
penyebabnya.
Pada prinsipnya dalam penanganan medika meentosa tidak boleh
diberikan obat anti diare, penggunaan antibiotikpun harus sesuai hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoxicilin
dan atau sesuai dengan hasil uji sensitivitas.Dapat juga digunakan obat
antiparasit seperti metronidazol. Minum diberikan jika pasien sudah mau
minum 5cc/kgBB selama proses rehidrasi .
B. SARAN
Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk
membahas mengenai persoalan penyakit diare sebagai penyumbang
penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga semua pihak dapat
mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat
diare demi peningkatan kualitas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
.
Ariani, P. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Mengenal Hipertensi,
(Online),http://ilmugreen.academia.com/2012/07/keperawatan-kesehatan-
keluarga.html. Diakses tanggal 15 februari 2020.
Dinkes DIY. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta.
Dwienda, Maita, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Neonatus, Bayi/Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish.
Effendy, Nasrul. 2012. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Effendy. N .2012. Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih
Bahasa: Debora R. L & Asy. Y. Jakarta: EGC. Hal 86.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Diare. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purokerto. Hal. 12-19.
Hendrawanto. 2011. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Jakarta : Interna Publising.
Manggiasih, Vidia. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Balita dan
Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Nelwan. 2014. Asuhan Keperawatan Anak Pada Anak C Pasien Diare Ruang
Rawat Inap Di Puskesmas Puwatu. Kendari : Politeknik Kesehatan Kendari.
Ngastinah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Soeparman & Waspadji. 2010. Ilmu Pengantar Dalam. Jakarta : BPFKUI
Suprajitno. 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik.
Jakarta:EGC. Hal 18.
Suprajitno. 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC. Hal. 16.
WHO. 2013. Diarrhoeal Disease. Available from :
http://www.who.Int/topics/diarrhea/en

Anda mungkin juga menyukai