Askep Solusio Placenta Solusio Plasenta
Askep Solusio Placenta Solusio Plasenta
SOLUSIO PLASENTA
Oleh :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga
penulisan makalah yang berjudul “ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN SOLUSIO
PLASENTA” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
“Maternitas” dan tak lupa juga kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dan telah mendorong
penulis untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para pembaca memiliki
pemahaman yang baik berkaitan dengan eklamsia, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua
kalangan pelajar.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan solusio
plasenta
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
2. Untuk mengetahui dan memahami gejala dari solusio plasenta
3. Untuk mengetahui dan memahami penyebab dari solusio plasenta
4. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari solusio plasenta
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio
plasenta.
6. Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien solusio plasenta.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus
dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah
tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta
menyebabkan perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.
Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta :
a. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di
raba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian
dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di raba.
Janin sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan
ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
c. Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut
nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah mengalami
gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak tegang.
Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta
perdarahan pasca partus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang
dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin
atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.
2.4 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya
kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau
nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan
dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus
solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 450mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen
plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme
gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan darah,
disebut disseminated intravasculer clotting.Akibatnya ialah peredaran darah kapiler
(mikrosirkulasi) terganggu.Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan
karenapemakaian zat tersebut, maka fase I disebut jugacoagulopathi
consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan tromboplastin
yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.Akibat gangguan
mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakanjaringan pada alat-alat yang
penting karena hipoksia dan kerusakanginjal yang dapat menyebabkan
oliguria/anuria.
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untukmembuka kembali
peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha inidilaksanakan dengan fibrinolisis.
Fibrinolisis yang berlebihan malahberakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen
sehingga terjadiperdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan
pembekuandarah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun diklinik
pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaanyang terbaik karena
pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukanwaktu terlalu lama, sehingga hasilnya
tidak mencerminkan keadaanpenderita saat itu.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasa disebutUterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau
tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Riwayat persalinan :
Status perkawinan :
Agama :
Nama suami :
Pekerjaan :
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi Rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga Rahim
tegang
Perdarahan yang berulang-ulang
3. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah,
darah yang keluar sedikit banyak, teru menerus. Akibat dari perdarahan pasien
lemah dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hipertensi
esensialis atau pre eklamsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat
mengecil.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi/pre eklamsi,
tali pusat pendek , trauma, uterus/Rahim feulidli.
5. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak
mengetahui asal dan penyebabnya.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : Pasien gelisah, sering mengerang karena
kesakitan.Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
b. Tanda –tanda vital
Tekanan darah : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (>90x menit)
Suhu : normal sampai meningkat (>37°C)
RR : normal sampai meningkat (>24X/menit)
c. Pemeriksaan cepalo caudal
Kepala : kulit kepala biasanya normal/tidak mudah mengelupas,
rambut biasanya rontok/ tidak rontok
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
Mata : conjunctiva anemis
Dada : bentuk dada normal, RR menigkat, nafas cepat dan
dangkal, hiperpegmentasi areola mamae
Abdomen
Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area pertu, terlihat linia
alba dan ligra
Palpasi :
1) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
2) Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in
bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
3) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
4) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung
terdengarbiasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya
hilangbila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
Pemeriksaan Dalam dan Genetalia
Hiperpigmentasi pada vagina
Vagina berdarah biasanya bewarna merah kehitaman
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
Ekstremitas : akral dingin dan tonus otot menurun
Pemeriksaan Laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder
dan leukosit.
Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula
COT(Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif
fibrinogen (fiberindex),dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar
normalnya 15O mg%).
Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau
darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang
disebut hematoma retroplacenter.
Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
Darah.
Tepian plasenta
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien
dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya,
tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan
hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat,
janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-
lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi
faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik
dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat
mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio
plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok
dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari
ibu dan janin.
4.2 Saran
Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan harapan
penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.