Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN

SOLUSIO PLASENTA

Oleh :

Siti Aisah (181301056)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga
penulisan makalah yang berjudul “ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN SOLUSIO
PLASENTA” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah
“Maternitas” dan tak lupa juga kepada pihak-pihak yang ikut terlibat dan telah mendorong
penulis untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat membantu para pembaca memiliki
pemahaman yang baik berkaitan dengan eklamsia, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua
kalangan pelajar.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Jombang, Januari 2020

penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang
terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka
kematian perinatal sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang
tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali
perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan
ibu berada dalam keadaan syok
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula
oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan solusio
plasenta
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
2. Untuk mengetahui dan memahami gejala dari solusio plasenta
3. Untuk mengetahui dan memahami penyebab dari solusio plasenta
4. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari solusio plasenta
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio
plasenta.
6. Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien solusio plasenta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus
dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah
tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta
menyebabkan perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.
Klasifikasi dan Macam Solutio Plasenta :
a. Solusio  plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di
raba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b. Solusio  plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian
dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang danbagian janin sulit di raba.
Janin sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan
ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
c. Solusio  plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut
nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah mengalami
gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak tegang.
Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta
perdarahan pasca partus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang
dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin
atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian ataukeseluruhan.

2.2 Gejala Solusio Plasenta


Gejala Solusio Plasenta Berdasarkan gejalanya, solusio plasenta dibagi menjadi 3 kelas:

Kelas 0: tidak ada gejala.


Karena tidak menimbulkan gejala gejala, solusio plasenta kelas 0 ini baru
ditemukan pada saat kelahiran dengan ciri berupa gumpalan darah atau adanya area yang
penyok pada plasenta.

Kelas 1: gejala ringan (48 persen kasus), gejalanya antara lain:


1. Tidak ada perdarahan atau perdarahan vagina ringan.
2. Nyeri rahim ringan.
3. Tekanan darah dan denyut nadi ibu normal.
4. Tidak ada gangguan koagulasi darah.
5. Tidak ada gawat janin.

Kelas 2: gejala sedang (27 persen kasus), gejalanya antara lain:


1. Tidak ada perdarahan atau perdarahan vagina ringan.
2. Nyeri rahim sedang-berat dengan kontraksi tetanik.
3. Peningkatan denyut nadi ibu dengan perubahan tekanan darah dan denyut nadi
orthostatic (dipengaruhi posisi berdiri/ duduk).
4. Gawat janin.
5. Hipofibrinogenemia.

Kelas 3: gejala berat (24 persen kasus)


1. Tidak ada perdarahan sampai perdarahan vagina berat.
2. Kejang rahim (tetanik) yang berat dan sangat nyeri.
3. Syok maternal.
4. Hipofibrinogenemia.
5. Koagulopati.
6. Kematian janin.
2.3 Penyebab Solusio Plasenta
1. Trauma langsung Abdomen
2. Hipertensi ibu hamil
3. Umbilicus pendek atau lilitan tali pusat
4. Janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas
5. Tekanan pada vena kafa inferior
6. Preeklamsia/eklamsia
Tindakan Versi luar
1. Tindakan memecah ketuban (hamil biasa, pada hidramnion, setelah anak pertama hamil
ganda)
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang menjadi predisposisi:
a. Faktor kardiorenovaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia daneklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensipada separuh kasus
solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanyahipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
b. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
 Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
c. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita
multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan peningkatan
kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan
karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
d. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini
dapat diterangkan karena makin tua umuribu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun.
e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio   plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.
f. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uetrus dan dapat berakibat terlepasnya
plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.
g. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamillainnya yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta sebelumnya.
i. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uteruspada vena   cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanyakehamilan, dan lain-lain.

2.4 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya
kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau
nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan
dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus
solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 450mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen
plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme
gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan darah,
disebut disseminated intravasculer clotting.Akibatnya ialah peredaran darah kapiler
(mikrosirkulasi) terganggu.Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan
karenapemakaian zat tersebut, maka fase I disebut jugacoagulopathi
consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan tromboplastin
yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.Akibat gangguan
mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakanjaringan pada alat-alat yang
penting karena hipoksia dan kerusakanginjal yang dapat menyebabkan
oliguria/anuria.
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untukmembuka kembali
peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha inidilaksanakan dengan fibrinolisis.
Fibrinolisis yang berlebihan malahberakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen
sehingga terjadiperdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan
pembekuandarah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun diklinik
pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaanyang terbaik karena
pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukanwaktu terlalu lama, sehingga hasilnya
tidak mencerminkan keadaanpenderita saat itu.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahimdan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasa disebutUterus  couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau
tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:


1. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang tertimbun
dibelakang plasenta yang menggangu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan
kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam Rahim tergantung pada beberapa
sebagian placenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.
2. Fetal distress
3. Kelahiran premature, sehingga bayi lahir dengan beray badan lahir rendah
4. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
5. Hipoksia dan anemia
6. Anemia
7. Kelainan susunan sistem saraf pusat
2.5 Penatalaksanaan
Penanganan berdasarakan berat/ringannya penyakit yaitu :
a. Solusio plasenta ringan
 Ekspektatif, bila ada perbaikan( perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidaka ada, janin
hidup) dengan tirah baring atasi anemia . USG &KTG serial, lalu tunggu persalinan
spontan
 Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu/janin) usahakan partus pervaginam dengan amnintomi/infus oksitosin
bila memungkinkan , jika terus perdarahan skor pelvik kurang dari 5/ persalinan masih
lama, lakukan sesi sesaria.
b. Solusio plasenta sedang/berat
 Resusitasi cairan
 Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah
 Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6 jam perabdominam bila
tidak dapat renjatan , usia gestasi 37minggu/lebih/ taksiran berat janin2.500gr/lebih,
pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung
lama.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SOLUSIO PLACENTA

3.1 Pengkajian
1. Biodata
 Nama :
 Jenis kelamin :
 Umur :
 Pendidikan :
 Alamat :
 Riwayat persalinan :
 Status perkawinan :
 Agama :
 Nama suami :
 Pekerjaan :
2. Keluhan utama
 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi Rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga Rahim
tegang
 Perdarahan yang berulang-ulang
3. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah,
darah yang keluar sedikit banyak, teru menerus. Akibat dari perdarahan pasien
lemah dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hipertensi
esensialis atau pre eklamsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat
mengecil.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi/pre eklamsi,
tali pusat pendek , trauma, uterus/Rahim feulidli.
5. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak
mengetahui asal dan penyebabnya.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
 Kesadaran : composmetis s/d coma
 Postur tubuh : biasanya gemuk
 Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
 Raut wajah : Pasien gelisah, sering mengerang karena
kesakitan.Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
b. Tanda –tanda vital
 Tekanan darah : normal sampai turun (syok)
 Nadi : normal sampai meningkat (>90x menit)
 Suhu : normal sampai meningkat (>37°C)
 RR : normal sampai meningkat (>24X/menit)
c. Pemeriksaan cepalo caudal
 Kepala : kulit kepala biasanya normal/tidak mudah mengelupas,
rambut biasanya rontok/ tidak rontok
 Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
 Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
 Mata : conjunctiva anemis
 Dada : bentuk dada normal, RR menigkat, nafas cepat dan
dangkal, hiperpegmentasi areola mamae
 Abdomen
 Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area pertu, terlihat linia
alba dan ligra
 Palpasi :
1) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
2) Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in
bois  (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.
3) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
4) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
 Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung
terdengarbiasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya
hilangbila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
 Pemeriksaan Dalam dan Genetalia
 Hiperpigmentasi pada vagina
 Vagina berdarah biasanya bewarna merah kehitaman
 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
 Ekstremitas : akral dingin dan tonus otot menurun
 Pemeriksaan Laboratorium
 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder
dan leukosit.
 Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula
COT(Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif
fibrinogen  (fiberindex),dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar
normalnya 15O mg%).
 Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau
darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang
disebut hematoma retroplacenter.
 Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
 Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
 Darah.
 Tepian plasenta

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cedera pada ibu


2. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Resiko cedera pada Tujuan 1. Monitor kesadaran 1. Dengan memantau
ibu Setelah dilakukan dan ttv kesadaran
perawatan tidak 2. Monitor diharapkan tidak
terjadi cidera kehilangan darah terjadi cedera lebih
pada ibu 3. Berikan oksigen lanjut pada ibu
via kanul nasal 2. Dengan memantau
Kriteria hasil 3L/menit perdarahan pada
1. Perdarahan pada 4. Kolaborasi ibu diharapkan
ibu berkurang Pemberian perdarahan tidak
2. Ttv pada ibu uterotonika(untuk berkelanjutan
normal mengatasi 3. Dengan dipasang
3. Tingkat perdarahan) O2 pada ibu
kesadaran ibu diharapkan O2 pada
compos mentis ibu dan janin dapat
terpenuhi karena
dengan ibu yang
mengalami solusio
plasenta O2 yang
disalurkan pada
janin berkurang
4. Dengan pemberian
uterotonika
diharapkan
perdarahan
berkurang
Resiko gawat janin Tujuan : 1. Istirahatkan ibu 1. dengan
berhubungan dengan 2. Anjurkan ibu agar mengistirahatkan ibu
Setelah dilakukan
solusio plasenta tidur miring ke diharapkan
perawatan 3- 4 jam
kiri metabolism tubuh
tidak terjadi kondisi
3. Pantau tekanan menurun dan
gawat janin
darah ibu peredaran darah ke
4. Memantau bunyi placenta menjadi
Kriteria Hasil :
jantung ibu adekuat, sehingga
1. DJJ dalam batas
kebutuhan O2 untuk
normal (120-160
janin dapat dipenuhi
x /menit)
2. dengan tidur miring
2. His +
ke kiri diharapkan
3. Bayi lahir dengan
vena cava dibagian
selamat
kanan tidak tertekan
4. gerakan janin
oleh uterus yang
normal
membesar sehingga
aliran darah ke
placenta menjadi
lancar
3. untuk mengetahui
keadaan aliran darah
ke placenta seperti
tekanan darah tinggi,
aliran darah ke
placenta berkurang,
sehingga suplai
oksigen ke janin
berkurang.
4. dapat mengetahui
keadaan jantung
janin lemah atau
menurukan
menandakan suplai
O2 ke placenta
berkurang sehingga
dapat direncanakan
tindakan
selanjutnya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien
dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya,
tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan
hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat,
janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-
lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi
faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik
dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat
mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu
dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio
plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok
dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari
ibu dan janin.

4.2 Saran
Penulis harapkan semoga dimasa yang akan datang, para tenaga kesehatan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien kasus solusio plasenta. Dan harapan
penulis kepada para pembaca semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
menambah keterampilan kita dalam memberi pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai