KORBAN(VICTIMLESS CRIME)
OLEH:
B 111 09 411
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM
MAKASSAR
2016
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN
TANPA KORBAN (VICTIMLESS CRIME)
(Studi Kasus Di Kota Makassar Tahun 2011-2014)
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
An. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik,
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
iv
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
v
Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT
Pihak maka Tugas Akhir ini tidak dapat penulis selesaikan dengan baik,
1. Kedua Orang tua saya, Letkol CKM (Purn) dr. H. Harapan Abdullah
Suara dan Hj. Lely Moergan, terima kasih yang tidak terhingga atas
3. Ibu Hj. Andi Wardiyah Aliem Yahya, S.H. dan keluarga, beliau telah
Universitas Hasanuddin.
vi
5. Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H.,M.H. selaku dosen pembimbing I, yang
6. Dr. Hj. Haeranah, S.H.,M.H. selaku dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dengan baik agar tugas akhir ini bisa berjalan lancar.
7. Prof. Dr. Andi Sofyan, S.H.,M.H. sebagai penguji dalam ujian akhir.
ujian akhir.
Burhanuddin.
semangat.
Penulis menyadari bahwa banyak hal yang tidak luput dari kesalahan
dalam proses penyusunan tugas akhir ini, maka penulis mohon maaf atas
Makassar, 2015
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. v
C. TujuanPenelitian .......................................................................... 5
viii
C. Tipe-Tipe Kejahatan..................................................................... 35
D. Bentuk-Bentuk Kejahatan
ix
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 75
A. Kesimpulan .................................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..... 77
x
BAB I
PENDAHULUAN
yang terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi
masyarakat secara moril maupun secara materil, baik dilihat dari segi
setiap tahun tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah dihukum.
1
Pembangunan lima tahun diseluruh daerah propinsi Indonesia.
mana.
2
Para sosiolog berusaha untuk menentukan proses-proses yang
Putih (White Collar Crimes), Kejahatan Kerah Biru (Blue Collar Crimes),
kejahatan tersebut.
kasat mata terlihat tidak memiliki seorang korban ataupun harta benda
3
Dalam Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
adannya unsur korban sebagai salah satu unsur tindak pidana judi.
tindakan kejahatan penyuapan yang dalam KUHP diatur pada Pasal 209
4
Adanya tindakan-tindakan tertentu yang digolongkan sebagai sebuah
B. Rumusan Masalah
(victimless crime) ?
(victimless crime) ?
C. Tujuan Penelitian
(victimless crime).
5
D. Manfaat Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kejahatan
ini ditolak Vollmer, penjahat adalah orang yang dilahirkan tolol dan tidak
mempunyai kesempatan untuk merubah tingkah laku anti sosial, ini juga
1
Noach Simanjuntak, Kriminologi, Bandung: Penerbit tarsito, 1984, hlm. 4.
7
ekonominya. Mabel Elliot penjahat adalah orang-orang yang gagal dalam
konsepsi yang bersifat abstrak, dimana kejahatan tidak dapat diraba dan
2
Ibid., hlm. 5.
3
Topo, Eva. Achjani, Kriminologi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009, hlm 7.
8
hiperkompleks menyebabkan kebingungan, kecemasan dan berbagai
sesuai dengan dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku,
undangan Romawi Kuno (450 SM), dan pada Masyarakat Romawi Kuno,
4
Stephan Huewiz, disadur oleh, Ny. Muljatno,Kriminologi, Jakarta: Bina Aksara, 1986, hlm. 32.
9
perbuatan yang ditujukan kepada individu masih menjadi urusan pribadi
selanjutnya dengan dioper tugas ini oleh negara, maka apa yang sering
crimen sine lege" yang artinya yaitu tidak ada kejahatan apabila undang-
5
Ibid., hlm 34.
6
Ibid., hlm. 37.
10
mengatasi relativitas dari hukum pidana dengan mengajukan konsep
terhadap mazhab tersebut antara lain oleh Ray Jeffery yang menyatakan
hukum pidana, sebab dari hukum pidana kita dapat mengetahui dengan
apa yang baik dan apa yang tidak buruk, tentang apa yang diperbolehkan
dan apa yang dilarang, yang semuannya itu terdapat dalam undang-
saja normal, dalam arti tidak ada masyarakat tanpa kejahatan, bahkan
7
Noach Simanjuntak, op.cit., hlm. 18.
11
masyarakat tersebut pada mulanya seringkali disebut sebagai kejahatan,
sebagai kejahatan (tidak dinyatakan sebagai tidak pidana) dan begitu pula
sebaliknya.
hukum (rechtsdelicten atau mala per se), khususnya tindak pidana yang
12
pidana itu sebenarnya adalah merupakan mala probibita, artinya
(tindak pidana).8
8
Ibid., hlm. 25.
13
Menurut perspektif tersebut konflik dapat timbul karena adanya
dan tekanan yang berasal dari sistem hukum. Sistem Hukum tidak
mempertahankan kekuasaannya.
1. Teori Konflik
sistem peradilan pidana. Norma sosial lainnya mengikuti pola berikut ini.
14
Beberapa kelompok yang sangat berkuasa membuat norma mereka
peristiwa ini merupakan bagian suasana dari kalangan orang muda yang
cabang dari teori label.10 Pemikiran teori konflik berakar dari teori-teori
sosial Jerman seperti Hegel, Karl Marx, Simmel dan Weber untuk
9
Simandjuntak, B., Pengantar Krimonologi dan Patologi Sosial, Jakarta: Tarsito, 1981, hlm. 79.
10
Ibid., hlm. 80.
15
waktu itu mulai menanyakan tentang sosial dan struktur hukum mengenai
label yang sudah ditolak pernyataan Richard Quinney (1965) dan Austin
Menurut Bonger, pada awal abad ke-20 terjadi penciptaan teori kriminologi
atau budaya. Sehingga konflik yang terjadi antara warga Muslim dan
tekankan, yang tidak dapat diabaikan oleh teori apapun yaitu antara lain
11
Ninik Widiyanti dan Yuius Wastika, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya Ditinjau Dari
Kriminologi dan Sosial, Jakarta: Pradnya Paramita, 1987, hlm. 54.
16
adalah pengakuan terhadap struktur kelas dalam masyarakat,
dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari posisi kelas ekonomi
konflik adalah Lewis Coser (1956) dan Ralf Dahrendorf (1958, 1959).
teoritisi mulai memakai teori Marxist terhadap kejahatan dan struktur legal.
12
Stephan Huewiz, op.cit., hlm. 43.
17
Pada proses pembentukan hukum, kelas sosial yang lebih dominan
target dari penegak hukum. Pada aspek ini, teori labeling cocok dengan
teori konflik untuk menjelaskan proses reaksi dimana kelas yang sedikit
more generalstruggles among group for control of the police of the state”.
18
Akhirnya Austin T. Vold berpendapat bahwa sejak kelompok minoritas
konflik kelas terhadap proses politik tentang law making, law breaking and
13
Ibid., hlm 44.
19
mencoba untuk mencari hubungan antara kejahatan dengan hukum
sesuatu yang penting. Karena itu terdapat dua tipe hukum, yaitu aturan
dari para petugas tentang bentuk perilaku jahat beserta pidana yang
20
nilai. Sangat sulit untuk menentukan pendekatan apa yang digunakan.
Para tokoh teori ini adalah Camblis, Quinney, Gordon Bohm dan K. Mark.
konflik akan timbul di antara para pekerja dan kaum pemilik modal. Para
2. Teori Labeling
14
Simandjuntak, B., op.cit., hlm. 107.
21
b) Teori Labeling, menggunakan metode baru untuk mengetahui
tingkah laku.
penyimpangan, yaitu:
15
Ibid., hlm. 109.
22
b) Situational deviation, sebagai hasil stres atau tekanan dari
keadaan; dan
sifat label, merupakan penyebab seorang menjadi jahat. Ada dua hal yang
partial.
dirinya.
perkermbangan imajinasi sendiri yang negatif. Menurut teori label ini maka
23
cap atau merek yang dilekatkan oleh penguasa sosial terhadap warga
berakibat panjang yaitu yang di cap tersebut akan berperilaku seperti cap
yang melekat itu. jadi sikap mencap orang dengan predikat jahat adalah
3. Teori Kontrol
orang melakukan kejahatan. Berbeda dengan teori lain, teori kontrol tidak
hukum atau mengapa orang taat kepada hukum. Ditinjau dari akibatnya,
kriminologi.16
16
Noach Simanjuntak, op.cit., hlm. 30.
24
“kriminologi baru” atau “new criminology” dan hendak kembali
report survey.
anak).
group (the family, close other, the school) (tidak adanya norma-
17
Ibid., hlm. 33.
25
Selanjutnya, Albert J. Reiss, Jr membedakan dua macam kontrol,
interelasi antara dua bentuk kontrol, yaitu internal (inner) dan eksternal
memiliki posisi netral, berada dalam tarikan sosial (social pull) lingkungan
26
samping unsur sub kultur dalam proses terjadinya kejahatan. Sebagian
orang belajar baik dan buruk dari keluarga. “Apabila internal dan eksternal
eksternal kontrol harus kuat, juga dengan ketaatan terhadap hukum (law-
abiding). Asumsi teori kontrol yang dikemukakan F. Ivan Nye terdiri dari:18
pelanggaran;
18
Stephan Huewiz, op.cit., 59.
27
d) diharapkan remaja mentaati hukum (law abiding).
dikaji mengenai:
19
Ibid., hlm. 60.
28
Social Heritage. Sejak beberapa tahun terakhir, banyak kajian
keberadaan conduct norm yang legal maupun tidak, berada dalam konflik
29
tidak layak untuk dihuni, pengaruh tetangga yang kurang
Culture Conflict and Crime (1938). Fokus utama teori ini mengacu pada
dasar norma kriminal dan corak pikiran atau sikap. Thorsten Sellin
norma.
30
satu ke budaya lain dan dipelajari sebagai konflik mental. Konflik norma
tingkah laku dapat timbul karena adanya perbedaan cara dan nilai sosial
31
Misalnya, walaupun mempunyai budaya vendetta, karena pindah
kompleks.
5. Teori Anomi
telah banyak menarik perhatian pakar sosiologi saat ini. Hal ini
dari depresi tersebut, yaitu tradisi yang telah menghilang dan telah terjadi
32
Pakar sosiologi melihat peristiwa tersebut lebih jauh lagi mengambil
laku individu. Riset Durkheim tentang “suicide” (1897) atau bunuh diri di
landaskan pada asumsi bahwa rata-rata yang bunuh diri yang terjadi di
bervarias atas dua keadaan sosial, yaitu social integration dan social
deregulation.
konsep ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh merton (1938) terhadap
33
(goals) untuk mengejar sukses semaksimal mungkin yang umumnya
structures.
34
C. Tipe-Tipe Kejahatan
Kerah Putih (White Collar Crime) adalah Suatu tindak kecurangan yang
berbohong, curang dan mencuri. Istilah ini diciptakan pada tahun 1939
atau investasi biaya miliaran dolar (bahkan tiga, seperti dalam kasus
20
Santosa, dikutip, oleh Ninik Widivanti, Yulius Waskita, Kejahatan dalam Masyarakat dan
Pencegahannya, Jakarta: Bina aksara, 1987, hlm. 18.
35
yang dilakukan oleh seseorang. Contoh kejahatan ini yaitu pencucian
masyarakat golongan atas atau dengan kata lain memiliki jabatan tertentu
negara kita, khususnya di kota-kota besar, salah satunya yaitu Ibu kota
Jakarta.
dengan jalan melawan hukum. Contoh kasus ini seperti penadah barang
21
Chainur Arrasijd, Pengantar Psikologi Kriminal, Medan: Yani Corporation, 1988, hlm. 41.
36
dalam melakukan tindak kejahatan tersebut.22 Misalnya pada kasus
dengan jaringan global. Contoh dari tipe kejahatan ini adalah peredaran
22
Ibid., hlm. 48.
23
Ninik Widivanti, Yulius Waskita, op.cit., hlm. 22.
37
telematika adalah differentiation aturan berkaitandengan kejahatan
transnasional.
dan dikenai sanksi hukum).24 Simpson menyatakan bahwa ada tiga ide
24
.G. W. Bawengan, Pengantar Psikologi Krominal, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1991, hlm. 164.
38
kejahatan atas hukum pidana, tetapi juga pelanggaran atas hukum
adalah sekaligus dari korban kejahatan itu sendiri. Sebab setiap kejahatan
melihat bahwa ada kerugian yang lebih besar dan bersifat jangka panjang
ini.
39
D. Bentuk-Bentuk Kejahatan Tanpa Korban (Victimless Crimes)
dengan kata “tanpa korban” atau tanpa menimbulkan korban, kata “tanpa
korban” atau tanpa menimbulkan korban orang lain dan korbannya bukan
tanpa korban. Pihak yang bersalah adalah korban karena ia juga sebagai
pelaku. Pada bab ini penulis hanya akan membahas beberapa bentuk
sebagai kejahatan.
Mengenai batasan perjudian sendiri diatur dalam Pasal 303 ayat (3)
25
Ninik Widivanti, Yulius Waskita, op.cit., hlm. 26.
40
lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan
antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga
segala pertaruhan lainnya”.
Ancaman pidana perjudian sebenarnya sudah cukup berat, yaitu dengan
41
pidana perjudian melalui internet (internet gambling). kendala-kendala
dijadikan sebagai alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang ITE, di samping itu alat bukti elektronik di atas
Pasal 184 KUHAP, karena disetarakan sebagai alat bukti surat, sehingga
dikategorikan sebagai salah satu alat bukti yang sah secara hukum, dalam
pelaku cyber crime harus dilakukan atas izin dari Ketua Pengadilan Negeri
setempat dalam waktu satu kali dua puluh empat jam, hal ini sulit untuk
42
diwujudkan, karena tidak dimungkinkan mendapatkan surat izin dari Ketua
yang sangat singkat itu. Terlebih lagi belum ada peraturan pemerintah
salah satu kendala dalam menangani kasus perjudian melalui internet ini.
Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103. (2) Dalam hal
43
dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika,
rehabilitasi sosial.
dapat:
44
(2) Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi
dengan melalui sarana penal dan non penal, sebagai bagian dari
Di dalam KUHP itu sendiri, prostitusi diatur pada Pasal 296 KUHP
yang berbunyi:
45
perbuatan cabul itu sendiri, merujuk kepada penjelasan R. Soesilo
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Jenis Data
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data yang
2. Sumber Data
47
C. Teknik Pengumpulan Data
jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
26
Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004, hlm. 67.
27
Ibid., hlm. 68.
28
Ibid., hlm. 82.
29
Ibid., hlm. 84.
48
wawancara terbuka (open interview),30 yaitu pertanyaan yang
tidak saja terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak”, tetapi dapat
atau “tidak”.
sebelumnya.
30
Ibid., hlm. 85-86.
49
BAB IV
(Victimless Crime)
Namun ini hanya salah satu perspektif dalam melihat tindak pidana tanpa
dirugikan.
50
contoh, kebiasaan minum-minuman keras dapat membentuk suatu
tidak ada konsensus apakah tindakan ini kejahatan atau tidak). Mereka
dilakukannya).
51
yang terlihat terhadap orang lain dan oleh kesulitan menegakkan hukum
melawan mereka sebagai akibat dari sulitnya dilihat (low visibility) dan
crimes) – yaitu, mereka yang terlibat adalah partisipan yang mau, yang
sangatlah mahal dan tidak efektif. Namun, masih tetap melayani fungsi
tertentu.
52
masyarakat. Akhirnya, kontrol terhadap kejahatan tanpa korban, dalam
Sekarang kita akan menganggap hukum sebagai alat untuk kontrol sosial
dianggap sebagai pilihan yang tepat bagi rakyat kecil untuk mencari
uang dengan lebih mudah. Mereka kurang menyadari bahwa akibat judi
berbagai tempat atau lokasi, yang diperkirakan tidak dapat diketahui oleh
pihak berwajib, bahkan dekat pemukiman pun judi sering ditemukan dan
kita, sering dan banyak ditemukan judi dengan jenis togel. Namun
demikian, di samping judi jenis togel ini terdapat pula judi jenis lainnya
53
yang juga digemari masyarakat seperti judi dengan menggunakan kartu
Tabel 1
2010 83 66
2011 36 22
2012 - -
2013 52 42
2014 41 31
dengan tahun 2014 adalah sebanyak 212 kasus. Setiap bulannya rata-
menjadikan jumlah kasus yang selesai masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Kasus yang telah selesai adalah 161 kasus. Kasus yang telah
54
sedangkan yang belum selesai masih dalam proses penyidikan mengingat
saja banyak yang melakukannya. Hal itu antara lain karena manusia
tidak setiap orang dapat memenuhi hal itu karena berbagai sebab
tersebut adalah antara lain pilihannya melakukan judi dan perjudian, judi
31
Wawancara di Polrestabes Makassar, Pada tanggal 27 Juni 2015, Pukul 10.28 WITA.
55
Selain itu antisipasi dan ancaman yang dikemukakan oleh AKBP
lapangan. Sehingga bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam hal ini
penjual dan pembeli kupon judi togel agar tidak melakukan perbuatan
merupakan persoalan yang sangat besar dan sulit, pemerintah dan Aparat
32
Wawancara di Polrestabes Makassar, Pada tanggal 27 Juni 2015, Pukul 10,49 WITA.
56
Kehidupan masyarakat yang berkembang kompleks yang sering
harus dimulai oleh polisi yang kemudian bertindak sebagai orang yang
57
tertangkap oleh Aparat Penegak Hukum. Banyak hal yang mendorong
a) Faktor Keimanan
aturan hukum agama yang dianutnya, mereka tidak akan berani dan
setempat dapat diberikan penyuluhan dan panutan yang tepat guna untuk
b) Faktor Ekonomi
58
keuntungan yang lebih besar. Pada umumnya penghasilan masyarakat
berlanjut, tegas tanpa pandang bulu terhadap para pelaku sehingga timbul
dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar atau sesuai dosis yang
59
adiksi atau kecanduan. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat
Data dari Badan Narkotika Nasional Sulawesi Selatan dan data dari
Tabel 2
Data Pengedar Dan Pemakai Narkotika Di Kota Makassar
90 91 78
Pengedar
Tabel 3
Data Pelaku Tindak Pidana Narkotika
1 2011 6
2 2012 15
3 2013 11
4 2014 19
pemakai narkotika relatif stabil. Namun ini bukan berarti sebuah hal yang
60
pemakai narkotika pada tahun 2014 mencapai 541 orang. Begitupun
dengan pelaku tindak pidana narkotika yang selama empat tahun terakhir
dalam mengkonsumsi narkoba, tetapi hal ini belum memberi angka yang
dalam aspek kepribadian, karena pribadi yang ingin tahu, mudah kecewa,
sifat tidak sabar dan rendah diri. Sedangkan yang termasuk kecemasan
terlarang. Kedua. Faktor sosial budaya, terdiri dari kondisi keluarga dan
seperti orang tua yang bercerai, orang tua yang sibuk dan jarang di
61
pergaulan, dimaksudkan karena ingin diterima dalam pergaulan kelompok
Seseorang akan merasa lebih percaya diri dan terlihat berani bila
teman-teman.
datang dari kenyataan hidup, maka mereka akan mencari pelarian kepada
c. Rasa kesetiakawanan
62
d. Rasa ingin tahu
sifat tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya, kontrol diri
yang rendah, kepercayaan diri dan sulit untuk menyesuaikan diri dengan
seksual. Kisaran perilaku seksual yang diliput oleh hukum adalah sangat
yang terdiri dari anak belasan tahun dan orang dewasa. Di Makassar
jumlah PSK di Makassar saat ini mencapai 7.127 orang dan sekitar 30%
dari total tersebut masih berada di bawah umur 18 tahun. Data ini belum
63
Tabel 4
Data Tempat Prostitusi di Makassar
Nama Panti
Pijat Alamat Kecamatan
Gemini Jl. Malengkeri Raya No. 45 Tamalate
pernikahan.
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
64
internal berupa rendahnya standar moral dan nafsu seksual yang dimiliki
memperoleh status sosial yang lebih tinggi. Lebih rinci dapat disebutkan
sebagai berikut:
menghalalkan pelacuran.
65
puber dan adolesens. Ada keinginan untuk melebihi kakak, ibu
lainnya.
66
k. Banyaknya stimulasi seksual dalam bentuk : film-film biru,
kawin.
home, ayah dan ibu lari, kawin lagi atau hidup bersama dengan
khusus.
67
q. Adanya anggapan bahwa wanita memang dibutuhkan dalam
keberanian.
tersebut.
abnormalitas seks.
Secara nalar sangat sulit untuk dibayangkan ada orang yang ingin
hidup untuk menjadi seorang pelacur. Meski ada sebab-sebab lain yang
hanya ingin mendapat uang banyak dengan mudah dan dalam waktu
68
yang singkat, ada juga karena dari keluarga broken home, keluarga
berada namun kurang kasih sayang dan yang paling parah yaitu alasan
karena hobi yang ia jalankan. Jadi tidak hanya kepuasaan batin saja,
dan rasakan.
Hal ini merupakan tugas bagi bangsa kita untuk mencari sebab-
faktor endogen (dari dalam) dan eksogen (dari luar) serta banyak sekali
memasuki pekerjaan kotor dan hina ini, akan tetapi alasan ekonomi dan
psikologi lah yang paling menonjol dari semua alasan yang ada.
Crime)
manusia untuk hidup dalam lingkungan yang sehat. Dalam kongres ke-8
69
ini diindentifikasikan faktor-faktor kondusif penyebab kejahatan yang lebih
sistem pendidikan serta sistem latihan yang tidak cocok atau serasi;
70
Upaya penindakan seperti penggerebekan lokasi perjudian
seperti kupon togel. Pihak yang menjadi korban dari segala macam
kebutuhan hidup yang semakin sulit, tetapi mereka justru melakukan hal
kehidupannya dari judi, hal itu perlu diatasi dengan melalui penyuluhan
Di samping itu tampaknya para penjudi tidak jera atau belum jera
yang dijatuhkan terhadap pelaku dan penyedia tempat judi masih sangat
71
Program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba,
meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih
dilakukan oleh pemerintah (instansi terkait), program ini juga sangat efektif
jika dibantu oleh instansi dan institusi lain, termasuk lembaga profesional
narkoba sangat rumit dan membutuhkan kesabaran luar biasa dari dokter,
72
Kunci sukses pengobatan adalah kerjasama yang baik antara dokter,
jasa seks, tetapi juga perdagangan wanita yang dijadikan budak seks.
cara untuk menangani dampak dari masalah yang ditimbulkan oleh bisnis
juga hadir dalam dunia maya, yang mana pelakunya sangat sulit untuk
73
rapi. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor
ITE ini tidak bisa menghalau bisnis seks melalui internet, namun
setidaknya kita telah punya aturan yang melarang hal tersebut, walaupun
masyarakat.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
75
pengembalian ke keadaan semula kondisi masyarakat dengan
B. Saran
kehidupan masyarakat.
76
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teory
Peradilan (Judicialprudence.Prenada Media Group. Jakarta.
77