LP Hipertensi PKM Terbaru
LP Hipertensi PKM Terbaru
DI PUSKESMAS KERTOSARI
BANYUWANGI
2019
OLEH :
2017.01.020
TAHUN 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
HIPERTENSI
1. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan sistolik lebh
dari sama dengan 90 mmHg (Sidabutar, 2012).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu
kondisi yang lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi,. Hipertensi ini
disebsbkan oleh beberapa faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek
kominasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang meliputi
5% daei hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah
satu organ atau sistem tubuh (Noviyanti, 2015).
Penyebab lain selain pola makan yang sering dialami oleh penderita hipertensi
adalah stres. Dikarenakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaaan, kelas
sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Gunawan, 2005).
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperwatan gerontik yang
mengalami Hipertensi di Puskesmas Kertosari
1. Tujuan Umum
3. Bagi Peneliti
B. Klasifikasi
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko
yang kuat untuk terjadinya kematian akibat
hipertensi. Penghentian merokok terbukti
dapat mengurangi risiko mengalami
hipertensi
2) Konsumsi garamberlebih
Reaksi orang terhadap asupan garam yang
di dalamnya mengandung natrium, berbeda-
beda. Garam menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh, karena menarik cairan
di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan
mengakibatkan volume dan tekanandarah
4) Obesitas
Berat badan individu dan indeks masa tubuh
(IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi,
akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Individu dengan
obesitas memiliki risiko lima kali lebih
besar mengalami hipertensi
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol diantaranya:
1) Riwayatkeluarga
Individu yang keluarga atau orang tua mengalami hipertensi
cenderung memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
hipertensi dibandingkan individu yang tidak memiliki keluarga
yang mengalami hipertensi.
2) Jenis kelamin
Saat memasuki menopause, penurunan hormone estrogen yang
dialami perempuan akan meningkatkan risiko hipertensi
atautekanan darah tinggi. Maka perempuan lebih rentan
mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki.
3) Usiapasien
Dimana usia 40 tahun hingga 59 tahun dianggap mengalami
kecenderungan hipertensi karena pada usia middle age
merupakan usia dimana kondisi tubuh mulai menurun dan
rentang mengalami penyakit kronis.
b. Sakit kepala
d. Sukar tidur
e. Lemah danlelah
f. Nokturia
E. Patofisiologi
Berbeda dengan usia yang lebih muda, pasien hipertensi pada usia lanjut
sering sudah mengalami pengurangan elastisitas arteri atau terjadi proses
sklerosis terutama pada arteri yang besar, sehingga mengakibatkan tekanan
sistolik lebih tinggi dan tekanan diastolik yang lebih rendah atau kenaikan dari
nadi (pulse pressure). Hal ini menyebabkan suatu keadaan yang dikenal sebagai
hipertensi sistolikterisolasi, yang penanganannya lebih sulit dibandingkan
dengan hipertensi esensial biasa. Selain itu pada usia lanjut juga sering
mengalami disregulasi sistem saraf otonom yang menyebabkan hipotensi
ortostatik dan ortostatik hipertensi. Komplikasi lain seperti kerusakan
mikrovaskuar pada ginjal juga menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal
kronik (PGK) yang berakibat berkurangnya fungsi tubulus dalam mengatur
keseimbangan elektrolit Na dan K. fungsi ginjal yang menurun secara progresif
pada usia lanjut dapat terjadi juga oleh proses glomerulosklerosis dan fibrosis
interstisial yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah melalui mekanisme peningkatan natrium dan
ekspansi volume darah.
F. Komplikasi
a. Penyakit jantung
a. Pemeriksaan yangsegera
1) Darah rutin(Hematokrit/hemoglobin)
2) Blood UnitNitrogen/kreatinin
3) Glukosa
4) Kaliumserum
6) Pemeriksaantiroid
8) Urinalisa
9) Steroidurin
10) EKG
5. Latihan Fisik
Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai
suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015). Menurut Hawari (2006) Usia
lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka
yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (dalam Juwita, 2013). Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati, Harimurti, &
R, 2009).
Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia dan
hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan
akan dialami oleh setiap individu (Prasetya, 2010). Tahap usia lanjut menurut teori Erik
Erikson tahun 1963 merupakan tahap integrity versus despair, yakni individu yang sukses
dalam melampauin tahap ini akan dapat mencapai integritas diri (integrity), lanjut usia
menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan tulus, mampu beradaptasi dengan
dialaminya. Sebaliknya mereka yang gagal maka akan melewati tahap ini dengan
keputusasaan (despair), lanjut usia mengalami kondisi penuh stres, rasa penolakan, marah
dan putus asa terhadap kenyataan yang dihadapinya (Setiati et al., 2009).
No.13 tahun 1998 adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Umur yang
dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan
umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan
fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok
yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65
tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70
tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita
penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
b) Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur),
gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
2) Adanya oedema
c) Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standaar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017)
Adib, M (2010). Cara mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.Edisi 1.
Yogyakarta: CV. Dianloka
Brooker, (2009).Etiologi Hipertensi. Pengantar Asuhan Klien Dengan Gangguan Hipertensi. Jakarta:
Salemba Medika
DI PUSKESMAS KERTOSARI
BANYUWANGI
2019
OLEH :
2017.01.020
TAHUN 2019