Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS KERTOSARI

BANYUWANGI

2019

OLEH :

NI MADE AYU DESY WIRAYANTI

2017.01.020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

HIPERTENSI

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan sistolik lebh
dari sama dengan 90 mmHg (Sidabutar, 2012).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu
kondisi yang lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi,. Hipertensi ini
disebsbkan oleh beberapa faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek
kominasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang meliputi
5% daei hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah
satu organ atau sistem tubuh (Noviyanti, 2015).

Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia karena


prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang.
Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di dunia.
Jumlah lansia yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke
tahun. Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi
kematian pada semua umur (Arora, 2008).

Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah


tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipeertensi ditemukan
sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar
pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Riskesdas menemukan pravelensi hipertensi di Indonesia pada tahun
2017 sebesar 34,1 % (Riskesdas, 2017).
Menurut Profil Kesehatan Banyuwangi tahun 2017 sebanyak 115.816
dari jumlah tersebut laki-laki berjumlah 42.212 dean perempuan berjumlah
73.604 (Dinkes, 2017).
Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah.
Kebanyakan lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan
gurih, terutama makan-makanan cepat saji yang banyak mengandung
lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan
makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan
Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air retensi
sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus
bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari
itu bisa menyebabkan hipertensi (Yekti, 2011).
Penyebab lain selain pola makan yang sering dialami oleh penderita
hipertensi adalah stres. Dikarenakan stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Gunawan,
2005).

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperwatan gerontik
yang mengalami Hipertensi di Puskesmas Kertosari

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat


dirumuskan adalah “Adakah hubungan antara stres dan pola makan dengan
terjadinya kekambuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Kertosari”?
1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara stres dan pola makan dengan terjadinya


kekambuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Kertosari

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui tingkat stres pada lansia di Puskesmas Kertosari

b. Mengetahui tingkat pola makan pada lansia di Puskesmas Kertosari

c. Mengetahui apakah ada hubungan antara stres dengan terjadinya


kekambuhan hipertensi pada lansia

d.Mengetahui apakah ada hubungan antara pola makan dengan


terjadinya kekambuhan hipertensi pada lansia

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di Puskesmas

2. Bagi Masyarakat Setempat

Memberikan informasi tentang hipertensi pada lansia supaya lebih


mengetahui tentang pola makan yang benar pada lansia penderita
hipertensi dan supaya bisa mengurangi tingkat stres pada lansia
penderita hipertensi

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu


pengetahuan khususnya tentang tingkat stres dan pola makan pada
penderita hipertensi
4. Bagi teman sejawat

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


informasi, dan dapat digunakan untuk bahan referensi selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hipertensi
Darah tinggi atau hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang
interminten atau terus-menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi
tekanan darah terjadi antar individu dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
dan ansietas (Marrelli, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkata tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas dan angka kematian (mortalitas) (Adib, 2010).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam Arteri.Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko
terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal
(Triyanto, 2014).
B. Klasifikasi

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Prehipertensi 120-130 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi derajat 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi derajat 3 180 mmHg 110Hg

C. Etiologi
Penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian besar
pasien (lebih dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi
terdiri atas multifaktor. Faktor yang berkaitan dengan hipertensi meliputi
obesitas, diabetes, asupan garam (natrium) tinggi, alkohol, dan rokok. Faktor
genetik juga memegang peranan. Tekanan darah meningkat seiring usia dan
hipertensi juga jarang terjadi pada kelompok usia dibawah 25 tahun, kecuali
mereka mengalami penyakit primer seperti gagal ginjal (Brooker 2009).
Faktor risiko hipertensi menurut Jaya (2009) ada dua, yaitu faktor yang
dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol

a. Faktor yang dapat dikontrol diantaranya:

1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat
untuk terjadinya kematian akibat hipertensi.
Penghentian merokok terbukti dapat mengurangi risiko
mengalami hipertensi

2) Konsumsi garamberlebih
Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya
mengandung natrium, berbeda-beda. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga
akan mengakibatkan volume dan tekanandarah

3) Konsumsi kafein secaraberlebih


Kafein banyak terdapat pada kopi, teh dan minuman
bersoda, kopi dan teh jika dikomsumsi melebihi
batasan normal dalam penyajian akan mengakibatkan
hipertensi.

4) Obesitas
Berat badan individu dan indeks masa tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab
hipertensi, akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Individu dengan obesitas
memiliki risiko lima kali lebih besar mengalami
hipertensi
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol diantaranya:

1) Riwayatkeluarga
Individu yang keluarga atau orang tua mengalami hipertensi
cenderung memiliki kemungkinan lebih besar mengalami hipertensi
dibandingkan individu yang tidak memiliki keluarga yang
mengalami hipertensi.

2) Jenis kelamin
Saat memasuki menopause, penurunan hormone estrogen yang
dialami perempuan akan meningkatkan risiko hipertensi atautekanan
darah tinggi. Maka perempuan lebih rentan mengalami hipertensi
dibandingkan laki-laki.

3) Usiapasien
Dimana usia 40 tahun hingga 59 tahun dianggap mengalami
kecenderungan hipertensi karena pada usia middle age merupakan
usia dimana kondisi tubuh mulai menurun dan rentang mengalami
penyakit kronis.

D. Tanda dan Gejala


Gejala yang lazim menurut Rokhaeni (2001) yaitu : mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun.
Manisfestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah >140/90mmHg
b. Sakit kepala
c. Rasa berat ditengkuk
d. Sukar tidur
e. Lemah danlelah
f. Nokturia
g. Sesak nafas / sulit bernafas saatberaktivitas

E. Patofisiologi
Berbeda dengan usia yang lebih muda, pasien hipertensi pada usia lanjut
sering sudah mengalami pengurangan elastisitas arteri atau terjadi proses
sklerosis terutama pada arteri yang besar, sehingga mengakibatkan tekanan
sistolik lebih tinggi dan tekanan diastolik yang lebih rendah atau kenaikan dari
nadi (pulse pressure). Hal ini menyebabkan suatu keadaan yang dikenal
sebagai hipertensi sistolikterisolasi, yang penanganannya lebih sulit
dibandingkan dengan hipertensi esensial biasa. Selain itu pada usia lanjut juga
sering mengalami disregulasi sistem saraf otonom yang menyebabkan
hipotensi ortostatik dan ortostatik hipertensi. Komplikasi lain seperti
kerusakan mikrovaskuar pada ginjal juga menjadi salah satu penyebab
penyakit ginjal kronik (PGK) yang berakibat berkurangnya fungsi tubulus
dalam mengatur keseimbangan elektrolit Na dan K. fungsi ginjal yang
menurun secara progresif pada usia lanjut dapat terjadi juga oleh proses
glomerulosklerosis dan fibrosis interstisial yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah melalui mekanisme peningkatan natrium dan ekspansi volume
darah.

F. Komplikasi

Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :


a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga
menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membran glomerulus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang
dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan, hingga
kebutaan.

e. Kerusakan pada pembuluh daraharteri


Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan
arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
a. Pemeriksaan yangsegera
1) Darah rutin(Hematokrit/hemoglobin)
2) Blood UnitNitrogen/kreatinin
3) Glukosa
4) Kaliumserum
5) Kolesterol dan trigliserid serum
6) Pemeriksaantiroid
7) Kadar aldosteron urin/serum
8) Urinalisa
9) Steroidurin
10) EKG

b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil


pemeriksaan yangpertama)
1. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /ureter
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor celebral, encelopati

3. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :


batu ginjal, perbaikanginjal
4. USG : untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi ada dua pilihan yaitu : pengobatan
farmakologis dan pengobatan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis
dilakukan dengan menggunakan obat-obatan anthihipertensi sedangkan
pengobatan nonfarmakologis atau tanpa obat, antara lain dilakukan dengan
menganut gaya hidup sehat, rendam air hangat, terapi musik klasik, bekam
dan senam lansia.
a. Penatalaksanaan farmakologi hipertensi
Tujuan penatalaksanaan farmakologi atau pengobatan tekanan
darah adalah untuk menurunkan tekanan darah dan mengembalikan
tekanan darah pada ukuran normal dengan obat- obatan yang dikonsumsi.
Pemberian obat hipertensi yang biasa diberikan pada orang hipertensi
menurut Darmawan (2012) adalah:
1. Diuretik thiazide merupakan obat yang diberikan untuk
mengobatihipertensi
1) Pengobatan adrenergic seperti alfa-bloker dan beta-bloker
merupakan obat yang menghambat efek system sarafsimpatis.
2) Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-INHIBITOR)
merupakan obat penurun tekanan darah dengan cara melebar kanar
teri.
1. Angiotensin II bloker merupakan obat penurun tekanan darah
dengan cara melebar kanarteri.
2. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluhdarah.
3. Vasodilator langsung menyebabkan pelebaran pembuluhdarah.
4. Kedaruratan hipertensi merupakan penatalaksanaan dengan
memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan
segera contohnya : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, dan
labelatol.
b. Penatalaksanaan nonfarmakologihipertensi
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Pengurangan konsumsi garam dari 10 gr/hr menjadi 5gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemakjenuh
c. Konsumsi buah dan sayur seperti semangka, mentimun, seledri,
tomat,kesemek
2. Penurunan beratbadan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikanmerokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: macam olahraga isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menitberada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x perminggu.

2.2 Konsep Lanjut Usia

2.2.1 Definisi Lanjut Usia

Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima


sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian
(Supraba, 2015). Menurut Hawari (2006) Usia lanjut merupakan
seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu
hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak
potensial).

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering


didefinisikan mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia
60 tahun (dalam Juwita, 2013). Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang
frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis
dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian (Setiati, Harimurti, & R, 2009).

Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus


kehidupan manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu (Prasetya, 2010). Tahap usia lanjut menurut teori Erik Erikson
tahun 1963 merupakan tahap integrity versus despair, yakni individu
yang sukses dalam melampauin tahap ini akan dapat mencapai
integritas diri (integrity), lanjut usia menerima berbagai perubahan yang
terjadi dengan tulus, mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang
dimilikinya, bertambah bijak menyikapi proses kehidupan yang
dialaminya. Sebaliknya mereka yang gagal maka akan melewati tahap
ini dengan keputusasaan (despair), lanjut usia mengalami kondisi penuh
stres, rasa penolakan, marah dan putus asa terhadap kenyataan yang
dihadapinya (Setiati et al., 2009).

2.2.2 Batasan Usia

Penduduk Lansia atau lanjut usia menurut UU kesejahteraan lansia


No.13 tahun 1998 adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan
(middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia
tua (old) 75–90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat


kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa
persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan
kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun,
kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun
atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,
menderita penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia
adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor
43 tahun 2004.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi


1. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Wijayaningsih (2013)
Asuhan keperawatan pada klien hipertensi
dilaksanakan melalui proses keperawatan yang
terdiri dari :
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, perubahan
iramajantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda:

1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan


darah diperlukan untuk diagnosis.

2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.

3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin


(vasokonstriksiperifer), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti,
hipoksemia), kemerahan.

c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan


keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda:

1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu


perhatian tangisan yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor


mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d.Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa
yang lalu).

e. Makanan/Cairan
Gejala:

1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan


tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti
makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.

2) Mual, muntah

a. Perubahan berat badan akhir - akhir ini (meningkat /


menurun)
b. Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :

1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala:

1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala:

1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)


2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan

Gejala:

1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja

2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal


3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda:

1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan

2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)


3) Sianosis
4)
i. Keamanan
Gejala:
1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala:
1) faktor-faktor risiko keluarga:
hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone
lain; penggunaan obat atau alcohol
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standaar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI, 2017)

1. Gangguan pola tidur berhungan dengan kurang kontrol tidur


2. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Nyeri akut berhubungan
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Gangguan pola tidur berhungan Setelah dilakukan tindakan asuhan SIKI,
dengan kurang kontrol tidur keperawatan 3x24 jam diharapkan Dukungan tidur (I.05174)
gangguan pola tidur kembali normal 1. Identifikasi pola
Pola tidur (SLKI, L.05045) aktivitas dan tidur
N Indikator Nilai 2. Batasi waktu tidur siang
o 3. Tetapkan jadwal tidur
1 Keluhan sulit Meningkat rutin
tidur 4. Jelaskan pentingnya
2 Keluhan tidak Meningkat
tidur cukup selama
puas tidur
sakit

3 Keluhan pola Meningkat


tidur berubah

4 Keluhan istirahat Meningkat


tidak cukup
2. Resiko perfusi serebral tidak SIKI
efektif berhubungan dengan 1. Memonitor peningkatan
hipertensi tekanan darah
Setelah dilakukan tindakan asuhan 2. Monitor penurunan tingkat
keperawatan 3x24 jam diharapkan kesadaran
resiko perfusi serebral tidak efektif 3. Monitor penurunan
kembali normal frekuensi jantung
Perfusi serebral (SLKI, L.02014)
No Indikator Nilai
1 Kecemasan Menurun
2 Kesadaran Membaik
3 Tekanan Membaik
darah sistolik

4 Tekanan membaik
darah
diastolic
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
3 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan asuhan
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan
perubahan irama jantung Penurunan curah jantung kembali
normal
Curah jantung, (SLKI, L.02008)
No Indikator Nilai
1 Bradikardi Menurun
2 Takikardi Menurun
3 Dispnea Menurun
4 Pucat/sianosis Menurun
5 Tekanan darah Membaik
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M (2010). Cara mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke.Edisi 1. Yogyakarta: CV. Dianloka

Brooker, (2009).Etiologi Hipertensi. Pengantar Asuhan Klien Dengan Gangguan


Hipertensi. Jakarta: Salemba Medika

Jaya, (2009).Faktor Resiko Hipertensi Pada Lansia. EGC. Jakarta

Marrelli, (2009).Pengertian Hipertensi Secara Umum, Buku


Keperawatan. Edisi 1.Jakarta

Triyanto, (2014).Pengertian Hipertensi, Buku Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi


2. Yogyakarta: Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS KERTOSARI

BANYUWANGI

2019

OLEH :

NI MADE AYU DESY WIRAYANTI

2017.01.020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI


TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai