PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta
saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran.
Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai
menurun. Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat
terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada
beberapa lansia lebih dari yang lain. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan
kesehatan yang mampu mengatasi permasalahn lansia, diantaranya dengan
tindakan pada keperawatan gerontik.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
mencakup materi tindakan pada Keperawatan Gerontik.
2. Tujuan Khusus
Mampu mempelajari mata ajar Keperawatan Gerontik yang mencakup
materi Keperawatan Gerontik, yaitu :
a. Mengetahui terapi kognitif pada keperawatan gerontik
b. Mengetahui terapi aktivitas pada keperawatan gerontik
c. Mengetahui bantuan aktifitas sehari-hari pada kelompok lansia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut
usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal.
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia.
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit.
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat.
4
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu
klien mengubah cara berfikir atau mengembangkan pola pikir
yang rasional.
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi
yang maladaptive, pikiran yang mengganggu secara otomatis,
serta proses pikiran tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus
pada pikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan
dengan mengubah cara berfikir maladaptive dan otomatis. Klien
harus menyadari kesalahan cara berfikirnya. Kemudian klien harus
belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan cara yang lebih
adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal
dan menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan negative.
Cara lain adalah dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi
negative, mencarikan alternative, membuat skema,yang sudah ada
menjadi fleksibel, dan mencari kognisi perilaku yang baru dan
lebih adaptif.
6. Membantu menargetkan proses berfikir serta perilaku yang
menyebabkan dan mempertahankan panic dan kecemasan.
Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukturisasi kognitif,
pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing.
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu
perilaku gangguan obsessive kompulsif dan selanjutnya mencegah
responnya. Misalnya dengan cara pelimpahan atau pencegahan
respon, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif
melalui psikoedukasi.
8. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk
hierarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan
pada situasinya sambil tetap mempertahankan respon relaksasi
misalnya dengan cara desensitisasi sistematis. Restrukturisasi
5
kognitif bertujuan untuk mengubah presepsi klien terhadap situasi
yang ditakutinya.
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang
berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya
dengan cara restrukturisasi kognitif.
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system
keyakinan yang salah.
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan
latihan praktik untuk meningkatkan aktifitas sosialnya.
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan
internal.
c. Indikasi Terapi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yang lazim,
terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang).
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau
kecemasan.
3. Individu yang mengalami stress emosional.
4. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder).
5. Gangguan mood.
6. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.
6
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri
sendiri, nilai diri dan dunia. Dengan demikian klien membentuk
nilai dan keyakinan baru dan distress emosional menjadi hilang.
sendiri.
2. Terapi Aktivitas
a. Definisi
Terapi aktivitas merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan
7
diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien.
b. Tujuan
Tujuan Umum :
Klien mampu mengembangkan citra diri positif dalam dirinya.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu mengeksplorasi kemampuan/kelebihan diri
2. Klien mampu mengeksplorasi kekurangan diri
3. Klien mampu memandang realitias kelemahan dan kelebihan diri
4. Klien mampu mengembangkan konsep positif melalui
kemampuan diri
8
menggunakan sarana transportasi, mampu menggunakan obat secara
benar, serta manajemen keuangan (Noorkasiani,2009).
Dari aktivitas sehari-hari tersebut, tidak setiap lansia dapat
melakukannya secara mandiri, karena lanjut usia sudah terjadi penurunan
kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial
(Nugroho, 2008).
9
j) Menurunkan risiko terjadinya penyakit kencing manis, hipertensi
dan jantung,
k) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur,
l) Mengurangi konstipasi,
m) Meningkatkan kekuatan tulang, otot dan fleksibilitas.
10
yang penuh persaingan, tingkat kompetisi yang tinggi, prospek masa
depan yang belum pasti, serta adanya deadline (Latif, 2011).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat,
dan menghibur. Istilah ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang
memandang hal ini lebih spesifik. Tujuan keperawatan gerontik adalah
memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta
membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui
ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
Tindakan pada keperawatan gerontik meliputi terapi kognitif yaitu terapi
jangka pendek, terstruktur, berorientasi, terhadap masalah saat ini, dan
bersifat terapi individu sedangkan terapi aktifitas yaitu salah satu bentuk
kegiatan terapi psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan
diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien serta bantuan
aktifitas sehari-hari pada kelompok lansia.
B. Saran
Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu
gerontologi sudah sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-
baiknya untuk para lansia tidak hanya memberikan pelayanan terhadap
kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup kebutuhan psikologis dan
spiritualnya.
Untuk para pembaca makalah ini silahkan memberikan masukan
maupun kritikan atas kekurangan dari makalah ini supaya untuk makalah-
makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
12