BAB II Haluuuuu
BAB II Haluuuuu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar
1. Definisi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata (Herdman, 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra (Yusuf, 2015).
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang dapat timbul pada klien
skizofrenia, psikosa, pada sindroma otak organik, epilepsi, nerosahisterik
atropin atau kecubung dan zat halusinogenik (Trimelia, 2011).
Jadi halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman.
Halusinasi pendengaran adalah suara-suara yang dirasakan tanpa ada
stimulasi eksternal. Halusinasi pendengaran (auditory) adalah mendengar
suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang
berbicara mengenai klien hingga klien berespon terhadap suara atau bunyi
tersebut (Trimeilia, 2011).
Halusinasi pendengaran lisan Auditory Verbal Halusinasi (AVH)
adalah suara-suara yang dirasakan tanpa ada stimulasi eksternal.
Prevalensi tertinggi fenomena ini adalah pada pasien yang didiagnosis
dengan skizofrenia yaitu 70 - 80%. Dimana cenderung dapat menyebabkan
9
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi,
isi dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan
menakutkan. Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut pasien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menjelaskan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian pasien dan tidak jarang akan
mengotrol semua perilaku pasien.
d) Dimensi sosial
Pasien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase
awal dan comforting, pasien menganggap bahwa hidup
bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Pasien asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman bagi dirinya atau orang lain
individu,tindakankeperawatan pasien dengan mengupayakan
suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan pasien
tidak menyendiri sehingga pasien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
12
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual pasien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan
jarang berupaya secaraspiritual untuk menyucikan diri, irama
sirkardiannya terganggu.
3. Tanda dan gejala
Prabowo (2014) menjelaskan perilaku paisen yang berkaitan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut:
a) Bicara, senyum, dan tertawa sendiri
b) Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon
verbal lambat
c) Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
d) Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang
tidak nyata
e) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
f) Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
g) Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya) serta rasa takut
h) Sulit berhubungan dengan orang lain
i) Sulit membuat keputusan
j) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung dan marah
k) Tidak mampu mengikuti perintah
l) Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik dan agitasi.
4. Macam - macam halusinasi
Macam - macam halusinasi menurut Herdman (2011):
a. Halusinasi penglihatan
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi
visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
13
b. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai katakata yang
jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap
antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.
c. Halusinasi penghidung
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini
merupakan gambaran dan perasaan bersalah penderitanya
d. Halusinasi pengecap
Halusinasi murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama
sama dengan halusinasi olfaktorik.
e. Halusinasi perabaan
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat
terlarang.
f. Halusinasi haptik
Suatu persepsi, seolah-olah bersentuhan dengan tubuh orang lain.
g. Halusinasi kinestetik
Merasa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami
perubahan bentuk, dan bergerak sendiri.
5. Rentang respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan gambar:
Terjadinya halusinasi berawal dari koping keluarga dan individu yang tidak
efektif sehingga dapat menyebabkan harga diri rendah, pasien harga diri
rendah lebih suka mengurung dan malu untuk bersosialisasi terhadap orang
lain sehingga menyebabkan isolasi sosial. Pasien isolasi sosial tidak
mempunyai teman untuk berinteraksi sehingga memunculkan persepsi
sendiri yang akan menyebabkan halusinasi. Pasien halusinasi beresiko
mencederai diri sendir, orang lain, dan lingkungan sehingga menimbulkan
perilaku kekerasan. Pasien halusinasi mengalami penurunan perawatan diri
sehingga mengakibatkan defisit perawatan diri.
17
Perilaku kekerasan
Defisit
Perubahan persepsi
perawatan diri
sensori: halusinasi
8. Komplikasi
18
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan terdiri dari pengumpulan data dari perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Pengkajian pada keperawatan gangguan jiwa
menurut Ridhyalla (2015) meliputi:
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no rekam
medis.
b. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara
sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan.
c. Faktor predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan.
2) Adanya faktor genetik.
d. Faktor presipitasi
Merupakan faktor yang memicu pasien dirawat di RSJ.
e. Pemeriksaan fisik
20
2) Pembicaraan
21
2. Diagnose keperawatan
24
SP untuk keluarga:
1. Menjelaskan masalah RPK:
mengidentifikasi masalah
keluarga dalam merawat pasien,
menjelaskan pengertian tanda
gejala dan proses terjadinya
RPK
2. Mendiskusikan masalah dan
akibat yang mungkin terjadi
pada RPK
3. Menjelaskan dan melatih
keluarga cara merawat klien
RPK: motivasi pukul bantal,
motivasi meminum obat,
motivasi verbal dan secara
spiritual
4. Menjelaskan dan melatih
keluarga menciptakan
lingkungan yang terapeutik bagi
klien
5. Menjelaskan cara
memanfaatkan fasilitas
keseatan untuk follow up
c. Isolasi Sosial: Setelah dilakukan tindakan SP I
Menarik Diri keperawatan selama ... x ... 1) Identifikasi penyebab isolasi sosial
pertemuan diharapkan klien.
masalah isolasi sosial: 2) Mengidentifikasi keuntungan
menarik diri teratasi dengan berinteraksi dengan orang lain.
kriteria hasil: 3) Mengidentifikasi kerugian tidak
1) Klien mampu mengenal berinteraksi dengan orang lain.
penyebab isolasi sosial 4) Melatih klien berkenalan dengan
27
SP untuk keluarga
1. Menjelaskan masalah klien
isolasi sosial pada keluarga:
mengidentifikasi masalah,
menjelaskan tentang isolasi
sosial
2. Mendiskusikan maslah dan
akibat yang mungkin muncul
pada isolasi social
3. Menjelaskan dan melatih
keluarga cara merawat pasien
isolasi sosial: berkenalan,
bercakap cakap, melatih klien
berbicara, membimbing dan
memberi pujian.
d. Harga Diri Setelah dilakukan tindakan SP I
Rendah keperawatan selama …x… 1) Mendiskusikan kemampuan dan
pertemuan diharapkan aspek positif yang dimiliki pasien
gangguan konsep diri dapat 2) Bantu pasien memilih atau
teratasi dengan kriteria hasil: menetapkan kemampuan yang
1) Pasien dapat akan dilatih
mengidentifikasi 3) Latih kemampuan yang sudah
kemampuan dan aspek dipilih
positif yang dimiliki 4) Susun jadwal pelaksanaan
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang telah dilatiih
kemampuan yang dapat SP II
digunakan 1) Latih pasien melakukan kegiatan
3) Pasien dapat menetapkan lain yang sesuai dengan
atau memilih kegiatan kemampuan pasien
yang sesuai kemampuan
28
a. Definisi
Teknik distraksi menghardik dengan spiritual merupakan tindakan
keperawatan pilihan untuk menurunkan halusinasi pasien. Salah satunya
yaitu dengan dzikir. Terapi dzikir adalah terapi yang menggunakan media
dzikir yang bertujuan untuk mengingat Allah SWT yang bertujuan untuk
menenangkan hati dan pikiran manusia. Spiritual dan budaya Islam harus
dihormati walaupun Islam didunia barat hanya minoritas karena pasien
skizofrenia yang muslim ditemukan ada kebutuhan psikososialnya yang
tidak terpenuhi saat pasien muslim sedang dalam perawatan (Rassool,
2018).
b. Tujuan
Menghardik dengan spiritual yaitu dzikir bertujuan untuk menurunkan
halusinasi, menenangkan hati dan pikiran manusia serta memingat kepada
Allah SWT (Townsend, 2014).
c. Manfaat
Terapi dzikir dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika
seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan
respon rilek, tenang dan rasa nyaman.
d. Hasil Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Nurlaili, Nurdin, Putri (2019)
Halusinasi merupakan salah satu dari gejala positif skizofrenia. Halusinasi
yang terjadi akan berpengaruh terhadap penurunan kognitif (Puri, et al,
2013). Sejalan dengan Ma et al. (2018) yang menemukan dari hasil
penelitiannya bahwa pasien yang mengalami halusinasi pendengaran akan
mengalami penurunan kognitif. Berdasarkan adanya perubahan kognitif
yang menurun dan gangguan konsentrasi mengingat hal yang baru dipelajari
dan sulit bagi pasien untuk menerapkannya. Akan tetapi, bila dilakukan
intervensi keperawatan dengan sesuatu yang telah diketahui dan
dikombinasikan dengan budaya yang dianut pasien sebagai kekuatan akan
mempermudah pasien mengenal halusinasi dan melaksanakan tindakan itu
tanpa paksaan sehingga terjadi penurunan halusinasi. Sesuai dengan
30
penelitian Rassool (2018), yaitu perawat jiwa berbasis rumah sakit dan
komunitas harus bekerja sama dengan pemuka agama Islam untuk
meningkatkan kesehatan jiwa yang sesuai dengan budaya pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran. Intervensi keperawatan jiwa dengan
pendekatan spiritual dan budaya yang dianut pasien dapat menurunkan
halusinasi.
Hidayati, et.al., 2014; Gasril (2015); Suryani, et al, (2018); Sari &
Wijayanti (2014) masing-masing dalam penelitian tentang terapi spiritual
zikir dapat mengurangi halusinasi pasien. Zikir digunakan dalam kegiatan
sehari-hari untuk menentramkan hati (Akrom, 2010). Sejalan dibuktikan
oleh Sari & Wijayanti (2014); Suryani, et al, (2018); bahwa pasien
menggunakan kalimat zikir membantu menentramkan hati dan menurunkan
halusinasi. Spiritual dan budaya Islam terbukti mempunyai peranan yang
besar dalam memenuhi kebutuhan psikososial pada pasien muslim
walaupun mereka bermasyarakat dengan budaya yang mayoritas non
muslim (Rassool 2018). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tehnik
distraksi menghardik dengan spiritual dapat menurunkan halusinasi pasien.