Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

S DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG
DAHLIA RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH

MEI SHELLA AYUNINGTYAS

17.068

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS

CILACAP 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di ruang Dahlia
RSUD Banyumas”.
Penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun dengan bimbingan dan
bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih pada:
1. Ending Kartini A.M.,MS.,Apt selaku Direktur Stikes Serulingma Cilacap.
2. Sakiyan, Ns.,M. Kep selaku Penguji I.
3. Iva Puspaneli S., S.Kep. Ns selaku Penguji II.
4. Teman-teman satu angkatan yang telah berjuang bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan serta pengetahuan, penulis
mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun dari semua pihak dan semoga
laporan ini bermanfaat bagi semuanya.

Banyumas , 24 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Daftarisi......................................................................................................................i
Katapengantar.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar hernia.......................................................................................6
1. Definisi......................................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................6
3. Manifestasi klinik......................................................................................7
4. Patofisiologi................................................................................................7
5. Pathway.......................................................................................................9
6. Pemeiksaan penunjang..............................................................................10
7. Komplikasi................................................................................................10
8. Penatalaksanaan ........................................................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................12
1. Pengkajian.................................................................................................12
2. Diagnosa keperawatan...............................................................................16
3. Intervensi keperawatan..............................................................................17
BAB III TINJAUN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................................9
B. Analisa data....................................................................................................11
C. Diagnosa keperawatan....................................................................................11
D. Intervensi........................................................................................................11
E. Implementasi dan evaluasi.............................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian......................................................................................................18
B. Diagnosa keperawatan...................................................................................18
C. Rencana keperawatan.....................................................................................19
iii
D. Implementasi keperawatan.............................................................................20
E. Evaluasi keperawatan.....................................................................................20

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................21
B. Saran...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan penonjolan isi dari rongga sehingga keluar dari
rongga tersebut dan menuju jaringan lain. Pada hernia abdomen, usus kelua
rmelalui rongga yang lemah dari lapisan otot apeneurotik dinding perut
(Sjamsuhidayat, 2010). Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2004), hernia
berdasarkan letaknya yaitu hernia opigastrika, hernia inguinalis, hernia
femoralis, hernia umbilikal dan hernia skrotalis. Hernia opigastrika adalah
hernia yang keluar defek di liena alba umbilikus dan procesus xipoideus.
Hernia inguinalis adalah penonjolan organ dalam perut ke dalam lubang
amulus inguinalis. Hernia femoralis adalah batasng usus yang masuk menuju
kanalis femoralis melalui cincin femoral. Hernia umbilikal adalah hernia yang
keluar dari umbilikus. Sedangkan hernia skrotalis adalah hernia ingunalis
lateralis yang mencapai skrotum.
Hernia inguinalis merupakan salah satu jenis hernia dimana penonjolan
usus keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2010). Hernia inguinalis dapat
terjadi karena bawaan lahir atau karena sebab yang didapat. Kejadian hernia
meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya (Nettina, 2001). Jika hernia tidak segera diatasi, bisa
menyebabkan pembengkakan atau udem dan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi cairan serosanguinus. Kalau isi hernia
terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut(Jong,
2004).
Pada tahun 2005 - 2010, World Health Organization (WHO),
mendapatkan data penderita hernia mencapai 19.173.279 orang. Pada tahun

1
2011, Negara Uni Emirat Arab menjadi negara dengan jumlah penderita hernia
terbesar di dunia sekitar 3.950 orang. Penyebaran hernia paling banyak berada
di negara berkembang seperti negara-negara di Afrika dan Asia Tenggara
termasuk Indonesia (Gian, 2017). Selain itu, berdasarkan data dari
Departermen Kesehatan Republik Indonesia pada bulan Januari 2010 sampai
dengan Februari 2011, penderita hernia inguinalis berjumlah 1.243 orang
(DepKesRI, 2011). Pada tahun 2012, RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Kabupaten Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis dari 5291 pasien bedah
rawat jalan (Rekam Medik, 2012). Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali
lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase
sekitar 75-80% dari seluruh jenis hernia (Sjamsuhidajat, 2010). Secara umum,
kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Menurut penelitian Ruhl (2007), angka perbandingan kejadian
hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang paling memungkin untuk dilakukan. Jenis pembedahan yang
mungkin dilakukan pada operasi hernia yaitu herniotomy, hernioplasti dan
herniorafi (Sjamsuhidajat, 2010). Herniorafi merupakan pembedahan kecil
diatas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal,
kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut.
Herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka keberhasilannya lebih tinggi
dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan waktu pemulihan post operasi
lebih pendek (Black, 2006). Burney (2012) memperkirakan terdapat 20 juta
kasus pembedahan hernia inguinalis pada setiap tahunnya. Kejadian dan
prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi
dalam berbagai negara berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000
orang dalam satu tahun.
Setiap klien merasa cemas untuk melakukan pembedahan karena
pengalaman di rumah sakit sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga,
atau karena kurang pengetahuan. Jika klien memiliki informasi yang salah atau
tidak menyadari alasan dilakukannya pembedahan akan dapat menimbulkan
stress psikologis yang tinggi pada pasien. Klien merasa cemas tentang

2
pembedahan dan hasil dari operasinya. Klien sering merasa bahwa mereka
kurang dapat mengontrol kecemasan pada diri mereka (Potter danPerry, 2006).
Mempersiapkan mental dari pasien adalah salah satu tindakan untuk
mengurangi tingkat kecemasan. Salah satu persiapan mental tersebut adalah
melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pra operasi dapat
membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi kekhawatiran yang dirasakan.
Perawat kemudian dapat merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan
suportif untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dan membantu pasien
untuk berhasil menghadapi stress yang dihadapi selama periode pre operasi
(Lemone, Burke dan Karen, 2000).
Penelitian dilakukan oleh Arifah dan Trise (2012) tentang pemberian
informasi persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik pada
pasien yang mengalami kecemasan. Hasil penelitian didapatkan pada sebelum
perlakuan terdapat responden dengan tingkat kecemasan berat 1 orang (2,2%),
kecemasan sedang terdapat 23 orang (51,1%), dan kecemasan ringan ada 21
orang (46,7%). Setelah diberikan perlakuan, kecemasan sedang menjadi 2
orang (4,4%), kecemasan ringan menjadi 37 orang (82,2%) dan tidak cemas
ada 6 orang (13,3%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan,
Armiyati dan Astuti (2013), dimana sebagian besar tingkat kecemasan
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebelum operasi
mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 11 orang (73,3%) dan responden
yang mengalami cemas berat dan cemas ringan sebanyak 2 orang (13,3%).
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, sebagian besar responden mengalami
cemas ringan yaitu sebanyak 8 orang (53,3%), yang mengalami cemas sedang
sebanyak 5 orang (33,3%), dan yang tidak mengalami cemas sebanyak 2 orang
(13,3%).
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit
tipe A rujukan untuk Sumatera bagian Tengah dan Barat, sehingga seluruh
pasien dengan keadaan gawat dan tidak bisa ditangani oleh rumah sakit tipe B
dan C dirujuk ke rumah sakit ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10
pasien pre operasi di Irna Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang, 7

3
diantaranya mengakui bahwa tidak diberikan informasi tentang operasi yang
akan dijalaninya. 3 diantaranya adalah pasien pre operasi digestive menyatakan
bahwa mereka hanya diinformasikan akan dilakukan operasi pada tanggal yang
dijadwalkan tanpa diberitahukan bagaimana operasi yang akan dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara pada perawat ruangan juga didapatkan bahwa
pemberian pendidikan kesehatan pre operasi tidak mereka berikan. Hal ini
terkendala dengan persepsi dan waktu luang mereka. Sebagian mengatakan
bahwa pemberian informasi tersebut seharusnya diberikan oleh dokter yang
akan melakukan operasi dan sebagian lagi mengatakan bahwa mereka tidak
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan hal itu. Padahal, tindakan
pemberian pendidikan kesehatan ini sudah masuk ke dalam SOP rumah sakit,
tetapi masih belum dijalankan dengan benar.
Berdasarkan data yang didapat pada Bulan Agustus, terdapat 7
orangpasien yang dirawat dengan kasus hernia. Salah satunya adalah Tn. D
dengan mengeluhkan skrotum yang membesar dan nyeri. Klien juga
mengatakan bahwa dirinya cemas karena baru pertama kali akan menjalankan
operasi. Klien mencemaskan operasi dan kegagalan operasinya. Hasil
pengamatan pada pasien, Tn.D mengalami cemas sedang karena memiliki
pengetahuan yang kurang terhadap operasi yang akan dijalaninya, serta karena
ini kali pertama Tn. D di operasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menggambarkan pemberian
asuhan keperawatan pada Tn. D dengan hernia inguinalis di ruang
RSUD Banyumas.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari laporan ini sebagai berikut :
a. Menggambarkan pengkajian yang komprehensif pada pasien dengan
hernia inguinalis di ruang RSUD Banyumas.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hernia
inguinalis di ruang RSUD Banyumas.

4
c. Menggambarkan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hernia inguinalis di ruang RSUD Banyumas.
d. Menggambarkan implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
hernia inguinalis di ruang RSUD Banyumas.
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
hernia inguinalis di ruang RSUD Banyumas.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi profesi keperawatan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan penerapan pemberian pendidikan kesehatan
kepada pasien yang mengalami kecemasan karena akan melakukan operasi.
2. Bagi Institusi rumah sakit
Laporan ini diharapkan agar dijalankannya pemberian pendidikan kesehatan
untuk pasien pre operasi sesuai SOP yang sudah tersedia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan ini dapat dijadikan literatur dan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Aplikasi pada Laporan ini diharapkan mampu mengurangi kecemasan pada
pasien pre operasi dan membuat pasien serta keluarga mengubah pola hidup
sesuai yang dianjurkan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HERNIA


1. Definisi
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan
abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya.Hernia adalah
tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal
tertutup (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2010).
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang
normal melalui defekfasis dan muskuloaponeuretik dinding perut,
secara konginetal yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh
selain yang biasa melalui dinding tersebut.Lubang itu dapat timbul
karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat
tekanan rongga perut yang meninggi (Kariasa, 2018).

2. Etiologi
Etiologi hernia menurut Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari,
(2010), adalah:
a. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
kemudian dalam hidup.
b. Akibat dari pembedahan sebelumnya
c. Kongenital kondisi tidak normal yang terjadi pada masa
perkembangan janin
d. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh factor lain yang dialami manusia
sebelum hidupnya, antara lain:
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh
pasien yang sering mengejan yang kurang baik saat BAB
maupun BAK
2) Banyaknya preperitoneal fat terjadi pada orang gemuk

6
3) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan
intraabdominal
4) Penyakit yang melemahkan dinding perut

3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada hernia menurut Nurarif &Kusuma (2015),
adalah:
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas
e. Hernia fermoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut
disertai sesak nafas
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar

4. Patofisiologi
Kelemahan dinding abdominalis memperparah terjadinya
penipisan dinding abdominalis sehingga fungsi otot organ abdominalis
berkurang. Ketika adanya penahanan maka usus akan memasuki atau
menembus dinding abdominal yang tipis, sehingga usus dapat
bertempat buka pada tempatnya dan bergeser kebawah atau keatas
sesuai celah kelemahan dinding abdominalis. Usus yang menembus
dinding akan terjepit sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
abdominal.Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena

7
usialanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringa tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup.Namun karena daerah ini merupakan locus minoris
resistance, maka pada keadaan yang menyebabakan tekanan
intraabdominal meningkat seperti batu-batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang-barang berat, mengejan.
Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan
kongenital dan dapat terjadi pada semua.Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin
hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus.Timbulnya edema bila terjadi obstruksi usu yang kemudian
menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama
kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock,
demam, asidosis metabolic. Komplikasi hernia tergantung pada
keadaan yang dialami oleh isi hernia antara lain obstruksi usus
sederhana hingga lubangnya usus yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, peritonitis (Jitowiyono, S &Kristiyanasari,W, 2010).

8
5. Pathway

Faktor pencetus:

Aktivitas berat, bayi premature, kelemahan dinding Hernia


abdominal, intra abdominal tinggi, adanya tekanan

Hernia umbilikalis
Hernia para umbilikalis Hernia inguinalis
konginetal

Kantung hernia Kantung hernia


Masuknya omentum
melewati dinding memasuki celah
organ intestinal ke
inguinal
kantong imbilikalis
Prostusi hilang
timbul Dinding posterior
Gangguan suplai
canalis inguinal yang
darah ke intestinal Ketidaknyamanan lemah
abdominal
Nekrosis intestinal
Benjolan pada region
Intervensi bedah inguinal
relative/konservatif
Diatas ligamentum
inguinal mengecil bila
Pembedahan berbaring
Destruksi
Insisi bedah
pertahanan
an Asupan gizi kurang Mual

Masukknya
Resiko Napsu makan
mikroorganis Peristaltic usus menurun
me menurun

Respon inflamasi Terputusnya Stimulus yang Nyer Intake makanan


jaringan syaraf mengganggu tidak adekuat

Risiko
Kantung hernia memasuki Ketidakseimbanga
Hernia insisional celah bekas insisi n nutrisi kurang
dari kebutuhan
Kantung hernia memasuki
Heatus hernia tubuh
rongga thorak

9
Sumber: Nurarif & Kusuma, (2015), Diyono & Mulyanti, (2013), Muttaqin
Gambra 2.1 Pathway
(2013)

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hernia menurut Muttaqin (2011)
adalah:
a. Pemeriksaan kultur jaringan
b. Medeteksi adanya hernia ekstrakolon dengan CT scan
c. Menilai massa hernia dengan ultra sonografi(USG)
d. Foto polos abdomen untuk mendeteksi adanya udara pada usus dan
untuk mendeteksi adanya ileus
e. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan hematrokrit) peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit.

7. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada hernia adalah ileus, terjadi
peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali, terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat makin bertambah atau banyaknya usus yang
masuk, dan bila inkarserta dibiarkan maka akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis
(Darmawan & Rahayuningsih, 2010).

8. Penatalaksaan
Penatalaksanaan hernia menurut Nurarif & Kusuma (2015),
adalah:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan
isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan
definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
1) Reposisi

10
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritoni atau abdomen.Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis stranguleta kecuali pada anak-
anak.
2) Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia
mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia
keluar dari cavum peritoni
3) Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi
b. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan,
operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan
isi hernia ke cavum abdominalis
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya
pada canjaint tendon (penebalan antara tepi bebas mobiliqus
intraabdomenilis dan m.transversus abdominis yang berinsersio
di tuberculum pubicum)
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinalis agar
LMR hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena
tertutup otot.Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada
bermacam-macam manurut kebutuhan (hernioplasty pada
hernia inguinalis media).

11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST OP HERNIOTOMY
1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pada penderita hernia menurut Dermawan &
Rahayuningsih (2010), adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat
beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian
yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada
perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, amalat, pendidikan, nama
penanggung jawab, pekerjaan, dll. Biasanya hernia ditemukan 80%
pada pria dan presentase yang lebih besar pada pekerja berat.
b. Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk dating ke rumah
sakit adalah biasanya pasien datang dengan benjolan di tempat
hernia, adanya rasa nyeri pada daerah benjolan.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Provoking incident
Merupakan hal-hal yang menjadi faktor presipitasi timbulnya
nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh yang
menjalani prosedur pembedahan
2) Quality of pain
Merupakan jenis rasa nyeri yang dialami klien
3) Region, Radiation, Relief
Area yang dirasakan nyeri pada klien. Imobilisasi atau istirahat
dapat mengurangi nyeri yang dirasakan agar tidak menjalar
atau menyebar
4) Severity (Scale) of Pain
Biasanya klien akan menilai sakit yang dialaminya dengan
skala 5-7 dari skala pengukuran 1-10
5) Time

12
Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi hernia tidak diturunkan
e. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita hernia.
Biasanya ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti:
penyakit obstruksi kronik, dan benigna prostat hyperplasia.
f. Riwayat psikososial
Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa
g. Pemeriksaan data dasar
Pola pengkajian menurut Gordon adalah:
1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi
Hal yang perlu dikaji : kebersihan lingkungan, kebiasaan hidup
sehari – hari, cara mengantisipasi dan penanganan manajemen
terhadap kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolic

Hal yang perlu dikaji : kaji batasan karakteristik sam dengan


rasio BB, masukan nutrisi, masukan cairan. Faktor yang
berhubungan dengan nafsu makan dan pola makan.

3) Pola eliminasi
Hal yang perlu dikaji frekuensi dan berapa kali BAB,
konsistensi, jenis, warnanya. Frekuensi BAK, warna , cairan,
kepekatan cairan, jumlah cairan.
4) Pola aktivitas dan latihan
Hal yang perlu dikaji : kebiasaan tidur, kebutuhan waktu tidur,
riwayat gejala kurang tidur, ansietas, depresi.
5) Pola persepsi dan kognitif
Hal yang perlu dikaji : orientasi waktu, tempat dan orang lain
adalah gangguan terhadap pendengaran, penglihatan, pengecap,
peraba, penciuman, menggunakan alat bantu atau tidak.

13
6) Pola peran dan konsep diri
Hal yang perlu dikaji sudah sesuai dengan kodratnya,
penerimaan kehadiran anak.
7) Pola peran dan hubungan
Hal yang perlu dikaji tingkat kesadaran, penampilan umum,
tingkah laku yang pasif dan agresif terhadap orang lain.
8) Pola seksual
Hal yang perlu dikaji bagaimana masalah dalam kehidupan
rumah tangganya.
9) Pola koping
Hal yang perlu dikaji bagaimana penyelesaian masalah dalam
kehidupan rumah tangganya.
10) Pola nilai dan keyakinan
Hal yang perlu dikaji : kepercayaan yang dianut, kegiatan
dalam melaksanakan keagamaan.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran.
b) Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi.
2) Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka, atau cedera kepala, kulit
kepala kotor/berminyak
3) Leher
4) Terdapat kelenjar getah bening , dan tekanan vena jugularis
taka da kelainan (tidak mengalami pembesaran)
5) Dada
Simetris, pengembangan dada optimal, tidak ad jejas atau luka

14
6) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan
dan menghilang setelah berbaring,
b) Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada
hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
c) Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung mavka harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulate. Hipertimpani,
terdengar pekak
d) Palpasi
Caranya: titik tengah antara SIAS dengan tuberkulum
pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika
terjadi penonjolan disebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis. Titik
yang terletak disebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jka terlihat benjolan
di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai hernia inguinalis lateralis. Titik tengah antara kedua
titik tersebut di atas (pertengahan canalis inginalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan
dilateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
7) Pemeriksaan ekstermitas
Angota gerak lengkap, tidak ada kelainan, tidak ada luka,
kekuatan cukup.

15
Pengkajian pasca operasi
a. Riwayat penyakit sekarang
1) Provoking incident
Merupakan hal-hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh
yang menjalani prosedur pembedahan
2) Quality of pain
Merupakan jenis rasa nyeri yang dialami klien
3) Region, Radiation, Relief
Area yang dirasakan nyeri pada klien. Imobilisasi atau
istirahat dapat mengurangi nyeri yang dirasakan agar tidak
menjalar atau menyebar
4) Severity (Scale) of Pain
Biasanya klien akan menilai sakit yang dialaminya dengan
skala 5-7 dari skala pengukuran 1-10
5) Time
Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk.

2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hernia
menurut Muttaqin (2013), Nurarif (2015), Diyono & Mulyanti, (2013),
adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (prosedur
pembedahan)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
c. Risiko perdarahan berhubungan dengan program pengobatan post
operasi
d. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi/operasi

16
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Dermawan, 2010),
Intervensi keperawatan menurut Bulecheck, dkk (2015):
a. Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam
diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
Table 2.1 kontrol nyeri

No Indikator IR ER A
1 Mengenali kapan nyeri terjadi
2 Menggunakan tindakan pencegahan
3 Menggunakan tindakan pengurangan
(nyeri) tanpa analgesic
4 Melaporkan nyeri yang terkontrol
Sumber: (Moorhead, 2016
Keterangan:
1) Tidak pernah menunjukan
2) Jarang menunjukan
3) Kadang-kadang menunjukan
4) Sering menunjukan
5) Secara konsisten menunjukan

Intervensi (NIC): Manajemen nyeri

a) Lakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi lokasi,


karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
b) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
ketidaknyamanan
c) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti relaksasi,
terapi music, aplikasi hangat/dingin dan pijatan)

17
d) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab, berapa
lama nyeri dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
e) Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai
strategi non farmakologi yang sedang digunakan
f) Libatkan keluarga dalam mobilitas penurunan nyeri, jika
memungkinkan
g) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang
dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam
diharapkan masalah nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Table 2.2 status nutrisi

No Indikator IR ER AR
1 Asupan gizi
2 Asupan makanan
3 Asupan caira
Sumber: (Moorhead, 2016)
Keterangan:
1) Sangat menyimpang dari rentang normal
2) Banyak menyimpang dari rentang normal
3) Cukup menyimpang dari rentang normal
4) Sedikit menyimpang rentang normal
5) Tidak menyimpang rentang normal
Intervensi (NIC): Manajemen nutrisi
a) Monitor kalori dan asupan makanan
b) Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan
berat badan
c) Tentukan status gizi dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi
kebutuhan gizi
d) Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang
dimiliki pasien

18
e) Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan
f) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien
sementara berada di rumah sakit, yang sesuai
c. Resiko perdarahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam
diharapkan masalah perdarahan teratasi dengan kriteria hasil:
Table 2.3 pemulihan pembedahan: segera setelah operasi

No Indikator IR ER AR
1 Perdarahan
2 Nyeri
3 Cairan merembes pada balutan
Sumber: (Moorhead, 2016)
Keterangan:
1) Berat
2) Cukup berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada

Intervensi (NIC): Pencegahan perdarahan

a) Monitor dengan ketat risiko terjadinya perdarahan pada pasien


b) Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
c) Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif
d) Jangan masukan benda apapun pada lubang sumber perdarahan
e) Hindari mengangkat benda berat
f) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya
vitamin K
g) Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor tanda-tanda
perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi
perdarahan (misalnya, lapor kepada perawat)

d. Resiko Infeksi

19
Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x24 jam
diharapkan masalah resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria
hasil:

Table 2.4 keparahan infeksi

No Indikator IR ER AR
1 Kemerahan
2 Nyeri
3 Demam
Sumber: (Moorhead, 2016)
Keterangan:
1) Berat
2) Cukup berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada

Intervensi

a) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local


b) Monitor kerentanan terhadap infeksi
c) Batasi junlah pengunjung
d) Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
e) Anjurkan istirahat
f) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus melaporkan kepada pemberi layanan
kesehatan
g) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Bulcheck, dkk.(2016). Nursing Intervensions Classification (NIC)


EdisiKeenam.Singapura: Elsevier.

20
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerepan Konsep & Kerangka
Kerja(1sted). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Deswani.(2009). Proses Keperawatan dan BerpikirKritis. Jakarta: Salemba
Medika
Giri Made Kusala. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Herdman, T. H. &Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi Kesepuluh. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A.(2009). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, Arif.(2009). Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 2.Edisike 3. Jakarta: FK
UI Press. Pp78-88.
Manurung, S. (2011).Keperawatan Professional. Jakarta: Trans Info Medika.

Moorhead, dkk.(2016). Nursing Outcomes Clasification (NOC). United Kingdom:


Elsevier.
Nanda. (2012). Diagnose Keperawatan: Definisidan Klasifikasi 2012-2014. Buku
Kedokteran: EGC
Nurarif, H. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid2. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Nurhayati, N. A., Andriyani, S., Malisa, N. (2015).Relaksasi Autogenik terhadap
penurunan skala nyeri pada ibu post operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Skolatik Keperawatan. Vol. 1 No. 2.
Riyadi, S.(2010).Keperawatan Professional. Yogyakarta: Gosyen.

Haryono, Rudi.(2012). Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Gosyen Publisher.
Setiad.(2012).Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teoridan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sjamsuhidajat, R&Wim de Jong.(2010).Buku Ajar Ilmu Bedah (3rd Ed). Jakarta:


EGC.
Sugeng, J&Weni, K.(2010).Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Syamsuhidajat.(2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Tetty, S. (2015).Konsep dan PenatalaksanaanNyeri. Jakarta: EGC.

21
22

Anda mungkin juga menyukai